Anda di halaman 1dari 4

1.

)Dari contoh artikel diatas jelas bahwa penandatangan pinjam pakai tersebut telah melalui
parameter yang harus dipenuhi BMN yang dapat dijadikan objek pinjam pakai, simpulkan parameter
yang dapat dijadikan objek pinjam pakai, baik yang dapat dilakukan oleh BMN Maupun pengguna
barang

A. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020, pemanfaatan BMN merupakan


pendayagunaan aset negara yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga dan/atau optimalisasi BMN dengan tidak mengubah status kepemilikan.
Aturan terkait pemanfaatan BMN mulai muncul pada tahun 1994 melalui Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 470/KMK.01/1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik
Negara/Kekayaan Negara. Dalam keputusan ini, bentuk pemanfaatan yang berlaku sesuai keputusan
tersebut hanya ada tiga, yaitu disewakan, bangun guna serah, dan dipinjamkan. Pada tahun 2007,
diterbitkanlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang
mencabut KMK Nomor 470/KMK.01/1994. Aturan ini lebih merinci tata cara pengelolaan dan
penatausahaan BMN. Terdapat tambahan dan perubahan nomenklatur pada pasal bentuk
pemanfaatan, yaitu sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan serta bangun guna serah dan
bangun serah guna. Dalam rangka menyikapi perkembangan kondisi tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance), PMK 96/PMK.06/2007 dipecah menjadi beberapa aturan tersendiri sesuai
dengan jenis pengelolaan BMN. Pemanfaatan sendiri terpecah menjadi tiga, yakni PMK Nomor
78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara, PMK Nomor
33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara yang telah diubah
menjadi PMK Nomor 57/PMK.06/2016. Pada tahun 2020, terbitlah Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara sebagai simplifikasi seluruh
peraturan terkait pemanfaatan BMN hingga saat ini.

Sesuai dengan PMK Nomor 115/PMK.06/2020, karakteristik dan penjelasan terkait bentuk-bentuk
pemanfaatan BMN dapat dijabarkan sebagai berikut.

a)Sewa

Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.
Pihak yang dapat menyewa antara lain Badan Usaha Milik Negara/Daerah/Desa, Perorangan, Unit
penunjang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan/negara dan badan usaha lainnya. Objek BMN
berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya
maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 5 tahun sejak dilakukan penandatanganan perjanjian
dengan periode jam, hari, bulan maupun tahun dan dapat diperpanjang. Contoh, sewa ruangan ATM,
sewa Aula Dhanapala Kementerian Keuangan.

b) Pinjam Pakai

Pemanfaatan BMN melalui penyerahan penggunaan BMN dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah atau Pemerintah Desa dalam Jangka Waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah
jangka waktu tersebut berakhir, diserahkan kembali kepada Pengelola Barang/Pengguna Barang.
Pihak yang dapat meminjam pakai adalah Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa. Objek BMN
berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya
maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 5 tahun sejak dilakukan penandatanganan perjanjian
dan dapat diperpanjang. Contoh, pinjam pakai kendaraan dinas, pinjam pakai gedung kantor.

c) Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)


Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan
penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya. Pihak yang menjadi mitra KSP
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan/atau swasta
kecuali perorangan. Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau
bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 30 tahun, untuk KSP
Penyediaan infrastruktur paling lama 50 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan dapat
diperpanjang. Contoh, KSP Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya. 4) Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun
Serah Guna (BSG)

Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. Sedangkan Bangun
Serah Guna adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. Pihak yang
menjadi mitra BGS/BSG adalah BUMN, BUMD, Swasta kecuali perorangan atau Badan Hukum
Lainnya. Objek BMN berupa tanah. Jangka waktu aling lama 30 tahun sejak penandatanganan
perjanjian dan tidak dapat diperpanjang. Contoh, BGS Kompleks Tanah yang dikelola Pusat
Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPGBK) Senayan, DKI Jakarta.

d) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI) Pemanfaatan BMN melalui kerja sama antara
pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Pihak yang menjadi mitra KSPI adalah Badan Usaha Swasta berbentuk PT,
Badan Hukum asing, BUMN, BUMD, Anak perusahaan BUMN, dan Koperasi. Objek BMN berupa
tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya maupun
sebagian. Jangka waktu paling lama 50 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan dapat
diperpanjang. Contoh, KSPI Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat.

e) Kerja Sama Terbatas untuk Pembiayaan Infrastruktur (KETUPI) Pemanfaatan BMN melalui
optimalisasi BMN untuk meningkatkan fungsi operasional BMN guna mendapatkan pendanaan untuk
pembiayaan infrastruktur lainnya. Pelaksana KETUPI adalah Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN
(PJPB) dan Badan Layanan Umum (BLU) dengan mitra BUMD, Swasta berbentuk PT, Badan Hukum
Asing atau Koperasi. Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan beserta fasilitasnya. Jangka waktu
paling lama 50 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh,
pembangunan jalan tol, bendungan dan pelabuhan yang dikelola oleh Badan Layanan Umum
Lembaga

Manajemen Aset Negara (BLU LMAN) melalui skema KETUPI. Dengan adanya aturan terkait
pemanfaatan BMN, dapat meningkatkan kesadaran Kementerian/Lembaga selaku pengguna BMN
untuk senantiasa menggunakan BMN dengan sebaik-baiknya serta tergerak untuk memanfaatkan
BMN idle yang dikuasainya demi meningkatkan PNBP.

2.) Sebelum dilakukan penandatangan atau pembuatan perjanjian, harus ada penilai terhadap BMN
yang dijadikan objek kerjasama, berikan analisis saudara proses penilaian yang harus dilakukan!

A. Penilaian merupakan salah satu tahapan dalam pengelolaan BMN selain perencanaan kebutuhan
dan penganggaran. Pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian. Dalam ketentuan umum PP Nomor 27 Tahun 2014. Penilaian BMN merupakan proses
kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa BMN pada saat
tertentu Opini nilai yang dihasilkan akan dipergunakan dalam proses pengelolaan BMN sesuai
dengan tujuan awal pelaksanaan penilaian. Pasal 48 yang merupakan pasal pertama dalam Bab VIII
Penilaian menyatakan bahwa penilaian BMN dilakukan dalam rangka:

a)Penyusunan Neraca Pemerintah Pusat.

Penetapan mlai BMN dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat dilakukan dengan
berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (Pasal 49).

b)Pemanfaatan kecuali Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai

Dalam pemanfaatan BMN, penilaian diperlukan untuk bentuk-bentuk pemanfaatan BMN berupa
sewa, kerja sama pemanfaatan bangunan guna serah atau bangunan serah guna, dan kerja sama
penyediaan infrastruktur Hal ini karena dalam pemanfaatan BMN tersebut terdapat adanya potensi
penerimaan negara dari hasil pemanfaatan BMN sehingga diperlukan penilaian untuk menentukan
kewajaran penerimaan negara dari pemanfaatan BMN, Sedangkan untuk pemanfaatan BMN dalam
bentuk pinjam pakai tidak perlu dilakukan penilaian karena tidak terdapat potensi penerimaan
negara. Dalam pinjam pakai hanya terdapat perubahan penggunaan BMN untuk jangka waktu
tertentu tanpa adanya imbalan yang diberikan

c )Pemindahtanganan kecuali Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah

Dalam pemindahtanganan BMN, penilaian diperlukan untuk pemindahtanganan dengan cara


penjualan, tukar menukar dan penyertaan modal Pemerintah Pusat. Hal ini karena dalam
pemindahtanganan BMN dengan cara tersebut, ada penggantian yang diterima dari kegiatan
pemindahtanganan baik penggantian berupa uang, barang maupun penyertaan modal Pemerintah
sehingga diperlukan penilaian untuk menentukan kewajaran dari penggantian tersebut Pengecualian
pelaksanaan penilaian dilakukan terhadap pemindahtanganan dengan cara hibah karena dalam
pemindahtanganan dengan cara ini tidak ada bentuk penggantian yang diterima

Hal penting mengenai penilaian BMN dalam PP Nomor 27 Tahun 2014 yang wajib diketahui dan
diperhatikan

Oleh setiap pegawai DJKN dalam pelaksanaan tugas pengelolaan BMN yaitu: 1) Untuk penilaian BMN
berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan

Dilakukan oleh penilai pemerintah atau penilai publik yang ditetapkan oleh pengelola barang: 2)
Untuk penilaian BMN selam tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau
pemindahtanganan

Dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh pengguna barang dan dapat melibatkan penilai baik penilai
pemerintah atau penilai publik yang ditetapkan oleh pengguna barang

Demikian garis besar penilaian BMN yang diatur dalam PP Nomor 27 Tahun 2014

Dasar Hukum

•Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020


•Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KMK 01/1994

•Peraturan Menten Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara

•PMK Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara
PMK Nomor 33/PMK. 06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara

•PMK Nomor 57/PMK.06/2016 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK 06/2020 tentang
Pemanfaatan Barang Milik Negara

•Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan BMN/BMD Sumber:

•BMP ADPU4332 Hukum Administrasi Negara

•https://www.djkn kemenken go.id/kpkal-tarakan baca-artikel/13701/Mengenal-Pemanfaatan-


Barang-Malik- Negara.html

Anda mungkin juga menyukai