Anda di halaman 1dari 7

Tugas II

Hukum Admnistrasi Negara

Nama: Johrdan Randy Putnarubun

NIM: 049082621

Prodi : Hukum

1. Dari contoh artikel diatas jelas bahwa penandatangan pinjam pakai tersebut telah
melalui parameter yang harus dipenuhi BMN yang dapat dijadikan objek pinjam
pakai, simpulkan parameter yang dapat dijadikan objek pinjam pakai, baik yang
dapat dilakukan oleh BMN Maupun pengguna barang.
2. Sebelum dilakukan penandatangan atau pembuatan perjanjian, harus ada penilai
terhadap BMN yang dijadikan objek kerjasama, berikan analisis saudara proses
penilaian yang harus dilakukan!

Jawaban

1. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020, pemanfaatan


BMN merupakan pendayagunaan aset negara yang tidak digunakan untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga dan/atau optimalisasi
BMN dengan tidak mengubah status kepemilikan. Aturan terkait pemanfaatan
BMN mulai muncul pada tahun 1994 melalui Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 470/KMK.01/1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan
Barang Milik Negara/Kekayaan Negara. Dalam keputusan ini, bentuk
pemanfaatan yang berlaku sesuai keputusan tersebut hanya ada tiga, yaitu
disewakan, bangun guna serah, dan dipinjamkan. Pada tahun 2007,
diterbitkanlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindah
tanganan Barang Milik Negara yang mencabut KMK Nomor
470/KMK.01/1994. Aturan ini lebih merinci tata cara pengelolaan dan
penatausahaan BMN. Terdapat tambahan dan perubahan nomenklatur pada
pasal bentuk pemanfaatan, yaitu sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan
serta bangun guna serah dan bangun serah guna. Dalam rangka menyikapi
perkembangan kondisi tata kelola pemerintahan yang baik (good governance),
PMK 96/PMK.06/2007 dipecah menjadi beberapa aturan tersendiri sesuai
dengan jenis pengelolaan BMN. Pemanfaatan sendiri terpecah menjadi tiga,
yakni PMK Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemanfaatan Barang Milik Negara, PMK Nomor 33/PMK.06/2012 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara yang telah diubah menjadi PMK
Nomor 57/PMK.06/2016. Pada tahun 2020, terbitlah Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik
Negara sebagai simplifikasi seluruh peraturan terkait pemanfaatan BMN hingga
saat ini. Sesuai dengan PMK Nomor 115/PMK.06/2020, karakteristik dan
penjelasan terkait bentuk-bentuk pemanfaatan BMN dapat dijabarkan sebagai
berikut.
a. Sewa
Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan
menerima imbalan uang tunai. Pihak yang dapat menyewa antara lain
Badan Usaha Milik Negara/Daerah/Desa, Perorangan, Unit penunjang
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan/negara dan badan usaha
lainnya. Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah
dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian. Jangka waktu
paling lama 5 tahun sejak dilakukan penandatanganan perjanjian dengan
periode jam, hari, bulan maupun tahun dan dapat diperpanjang. Contoh,
sewa ruangan ATM, sewa Aula Dhanapala Kementerian Keuangan.
b. Pinjam Pakai
Pemanfaatan BMN melalui penyerahan penggunaan BMN dari
Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa dalam
Jangka Waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka
waktu tersebut berakhir, diserahkan kembali kepada Pengelola
Barang/Pengguna Barang. Pihak yang dapat meminjam pakai adalah
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa. Objek BMN berupa tanah
dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu
seluruhnya maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 5 tahun sejak
dilakukan penandatanganan perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh,
pinjam pakai kendaraan dinas, pinjam pakai gedung kantor.
c. Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)
Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam
rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber
pembiayaan lainnya. Pihak yang menjadi mitra KSP adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
dan/atau swasta kecuali perorangan. Objek BMN berupa tanah dan/atau
bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya
maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 30 tahun, untuk KSP
Penyediaan infrastruktur paling lama 50 tahun sejak penandatanganan
perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh, KSP Bandara Tjilik Riwut
Palangkaraya.
d. Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun Serah Guna (BSG)
Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak
lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam
jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Selanjutnya diserahkan
kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya
setelah berakhirnya jangka waktu. Sedangkan Bangun Serah Guna
adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, setelah
selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak
lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. Pihak yang
menjadi mitra BGS/BSG adalah BUMN, BUMD, Swasta kecuali
perorangan atau Badan Hukum Lainnya. Objek BMN berupa tanah.
Jangka waktu aling lama 30 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan
tidak dapat diperpanjang. Contoh, BGS Kompleks Tanah yang dikelola
Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPGBK) Senayan,
DKI Jakarta.
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI)
Pemanfaatan BMN melalui kerja sama antara pemerintah dan badan
usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Pihak yang menjadi mitra KSPI adalah Badan
Usaha Swasta berbentuk PT, Badan Hukum asing, BUMN, BUMD,
Anak perusahaan BUMN, dan Koperasi. Objek BMN berupa tanah
dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu
seluruhnya maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 50 tahun sejak
penandatanganan perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh, KSPI
Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat.
f. Kerja Sama Terbatas untuk Pembiayaan Infrastruktur (KETUPI)
Pemanfaatan BMN melalui optimalisasi BMN untuk meningkatkan
fungsi operasional BMN guna mendapatkan pendanaan untuk
pembiayaan infrastruktur lainnya. Pelaksana KETUPI adalah
Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN (PJPB) dan Badan Layanan
Umum (BLU) dengan mitra BUMD, Swasta berbentuk PT,Badan
Hukum Asing atau Koperasi. Objek BMN berupa tanah dan/atau
bangunan beserta fasilitasnya. Jangka waktu paling lama 50 tahun sejak
penandatanganan perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh,
pembangunan jalan tol, bendungan dan pelabuhan yang dikelola oleh
Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU
LMAN) melalui skema KETUPI.

Dengan adanya aturan terkait pemanfaatan BMN, dapat meningkatkan


kesadaran Kementerian/Lembaga selaku pengguna BMN untuk senantiasa
menggunakan BMN dengan sebaik-baiknya serta tergerak untuk
memanfaatkanBMN idle yang dikuasainya demi meningkatkan PNBP.

2. Penilaian merupakan salah satu tahapan dalam pengelolaan BMN selain


perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, pemindahtanganan, pemusnahan,
penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Dalam ketentuan umum PP Nomor 27 Tahun 2014, Penilaian BMN merupakan
proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu objek penilaian
berupa BMN pada saat tertentu. Opini nilai yang dihasilkan akan dipergunakan
dalam proses pengelolaan BMN sesuai dengan tujuan awal pelaksanaan
penilaian. Pasal 48 yang merupakan pasal pertama dalam Bab VIII Penilaian
menyatakan bahwa penilaian BMN dilakukan dalam rangka:
1) Penyusunan Neraca Pemerintah Pusat. Penetapan nilai BMN dalam
rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat dilakukan dengan
berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (Pasal 49).
2) Pemanfaatan kecuali Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam PakaiDalam
pemanfaatan BMN, penilaian diperlukan untuk bentuk-bentuk
pemanfaatan BMN berupa sewa, kerja sama pemanfaatan, bangunan
guna serah atau bangunan serah guna, dan kerja sama penyediaan
infrastruktur. Hal ini karena dalam pemanfaatan BMN tersebut terdapat
adanya potensi penerimaan negara dari hasil pemanfaatan BMN
sehingga diperlukan penilaian untuk menentukan kewajaran penerimaan
negaradari pemanfaatan BMN. Sedangkan untuk pemanfaatan BMN
dalam bentuk pinjam pakai tidak perlu dilakukan penilaian karena tidak
terdapat potensi penerimaan negara. Dalam pinjam pakai hanya terdapat
perubahan penggunaan BMN untuk jangka waktu tertentu tanpa adanya
imbalan yang diberikan.
3) Pemindahtanganan kecuali Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah
Dalam pemindahtanganan BMN, penilaian diperlukan untuk
pemindahtanganan dengan cara penjualan, tukar menukar, dan
penyertaan modal Pemerintah Pusat. Hal ini karena dalam
pemindahtanganan BMN dengan cara tersebut, ada penggantian yang
diterima dari kegiatan pemindahtanganan baik penggantian berupa uang,
barang maupun penyertaan modal Pemerintah sehingga diperlukan
penilaian untuk menentukan kewajaran dari penggantian tersebut.
Pengecualian pelaksanaan penilaian dilakukan terhadap
pemindahtanganan dengan cara hibah karena dalam pemindahtanganan
dengan cara ini tidak ada bentuk penggantian yang diterima.

Hal penting mengenai penilaian BMN dalam PP Nomor 27 Tahun 2014


yang wajib diketahui dan diperhatikan oleh setiap pegawai DJKN dalam
pelaksanaan tugas pengelolaan BMN yaitu:

1. Untuk penilaian BMN berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka


pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh penilai pemerintah atau
penilai publik yang ditetapkan oleh pengelola barang;
2. Untuk penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka
pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan
oleh pengguna barang dan dapat melibatkan penilai baik penilai pemerintah
atau penilai publik yang ditetapkan oleh pengguna barang. Demikian garis
besar penilaian BMN yang diatur dalam PP Nomor 27 Tahun 2014.

Dasar Hukum:
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020
• Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KMK.01/1994
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara
• PMK Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemanfaatan Barang Milik Negara
• PMK Nomor 33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa
Barang Milik Negara
• PMK Nomor 57/PMK.06/2016
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020 tentang
Pemanfaatan Barang Milik Negara
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
BMN/BMD

Sumber:

• BMP ADPU4332 Hukum Administrasi Negara


• https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-tarakan/baca-
artikel/13701/Mengenal-Pemanfaatan-Barang-Milik-Negara.html
• https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7602/Lebih-Dekat-
dengan-Penilaian-Penilaian-BMN-dalam-PP-Nomor-27-Tahun-
2014.html#:~:text=Dalam%20ketentuan%20umum%20PP%20Nom
or,dengan%20tujuan%20awal%20pelaksanaan%20penilaian

Anda mungkin juga menyukai