Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen Aset atau Asset Management adalah segala sesuatu yang
berhubungandengan portfolio, investasi, finance atau keuangan, namun Asset
Management yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Manajemen Aset secara fisik atau
Physical Asset Management. Banyak perusahaan masih menganggap Manajemen Aset
secara Fisik adalah sekedar instrumen pengelolaan daftar aset. Anggapan yang kurang
tepat lainnya adalah bahwa pengelolaan fisik aset sepenuhnya diserahkan kepada
Departemen Pemeliharaan (Maintenance), padahal baik daftar aset maupun pengelolaan
aset fisik oleh Maintenance Department hanyalah bagian kecil dari Physical Asset
Management.
Realita di lapangan menunjukan banyak kasus yang sebenarnya dimulai dari
salah kelola dan salah urus masalah aset, sehingga berdampak kerugian yang tidak
sedikit. Sebagai contoh optimalisasi sumber daya tidak bisa dilakukan secara maksimal
karena tidak teridentifikasi dengan jelas, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu
alat produksi sudah saatnya untuk diganti atau masih layak untuk di maintain.
Pertanyaan berikutnya kalau harus di maintain kapan waktu yang tepat untuk
melakukan hal tersebut, dan kalau harus diganti apakah dengan jenis alat yang sama
atau ada alternatif lain yang lebih baik. Keputusan akan pilihan-pilihan tersebut hanya
bisa terjawab dengan tepat bila kita memiliki informasi atau data yang jelas tentang aset
tersebut.
Dengan demikian kebijakan tentang Manajemen Aset secara strategis harus
melibatkan semua level Manajemen dan diimplementasikan secara komprehensif di
semua departemen teknis operasional maupun pelayanan, termasuk departemen
pendukung. Pencapaian manfaat optimal dari sebuah asset, diperlukan pengelolaan
yang baik atas siklus hidup asset tersebut, pengelolaan ini seringkali disebut life cycle
asset management. Pengelolaan siklus hidup asset ini dapat dilakukan baik oleh pihak
swasta maupun pemerintah. Selama beberapa dekade, pengelolaan asset negara
dilakukan berdasar kepada peraturan perundang-undangan warisan colonial Belanda,
Indische Comptabilliteitswet (ICW). Lalu, muncullah paket Undang-undang tentang
pengelolaan Keuangan Negara, antara lain Undang-Undang no 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang no 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

dan Undang-Undang no 15 tahun 2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Negara.
Mengingat pentingnya manajemen asset bagi pemerintah serta besarnya
pengeluaran Negara terkait dengan manajemen asset tersebut, maka sudah menjadi
keharusan bagi Pemerintah untuk melakukan pengelolaan asset/barang milik Negara
secara professional, efektif dan mengedepankan aspek ekonomis agar pengeluaran
biaya dapat tepat sasaran, tepat penggunaan, tepat penerapan dan tepat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah no 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang
menjadi sebuah acuan bagi semua stakeholder yang terkait dengan asset Pemerintah,
lalu diikuti ketentuan teknisnya yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
B. PRINSIP MANAJEMEN ASET
1. Keputusan manajemen asset adalah terintegritas dengan perencanaan strategis
(strategic planning).
2. Keputusan perencanaan asset didasarkan atas evaluasi berbagai alternatif yang
mempertimbangkan biaya siklus-hidup, manfaat dan risiko kepemilikan.
3. Akuntabilitas diterapkan untuk kondisi asset, penggunaan dan kinerja.
4. Struktur pengendalian yang efektif diterapkan untuk manajemen asset.
C. TUJUAN DAN SASARAN MANAJEMEN ASET
1. Mencapai kecocokan/kesesuaian sebaik mungkin antara keberadaan asset dengan

strategis entitas (organisasi) secara efektif dan efisien.


2. Mencakup seluruh siklus hidup asset sejak perencanaa dan penganggaran hingga

pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta pengaturan risiko dan biaya yang
terkait selama siklus hidup asset.

D. Manajemen Aset menurut Peraturan Perundangan-undangan

1. Menurut PMK no 120/PMK 06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara,


a. Barang Milik Negara (BMN) didefinisikan sebagai semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan lainnya dalam definisi ini
meliputi :
-

Barang yang diperoleh dari hibah / sumbangan atau yang sejenisnya

Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak

Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang

Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah


memperoleh kekuatan hukum tetap

2. Menurut Pasal 3 (2) PP No 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara / Daerah. Pengelolaan BMN/BMD meliputi :


a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
b. Pengadaan
c. Penggunaan
d. Pemanfaatan
e. Pengamanan dan pemeliharaan
f. Penilaian
g. Penghapusan
h. Pemindahtanganan
i. Penatausahaan
j. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian
3. UU no 1 tahun 2004 tentang Keuangan Negara
a. Menteri

Keuangan

mengatur

pengelolaan

barang

milik

negara.

Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Barang bagi kementrian/lembaga


yang dipimpinnya, sedangkan kepala kantor dalam lingkungan kementrian
negara/lembaga bertindak sebagai Kuasa Pengguna Barang dalam lingkungan
kantor yang bersangkutan
b. Pengguna Barang dan atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan
menatausahakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya sebaikbaiknya

c. Kuasa Pengguna Barang dan Pengurus Barang pada suatu Satuan Kerja (satker)
sebenarnya

adalah

manajer/pengelola

barang

yang

ada

di

bawah

pertanggungjawabannya, sehingga penyelenggaraan manajemen barang/asset


dapat berjalan dengan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi instansinya
E. Definisi Manajemen Aset Berdasarkan UU
Sejak reformasi keuangan negara bergulir, yang ditandai dengan terbitnya
UndangUndang (UU) 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah Republik
Indonesia telah membangun komitmen yang kuat untuk memenuhi prinsip-prinsip tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui pengelolaan keuangan yang
sehat dan modern (sound and modern). Lingkup perubahan yang terjadi sangat
mendasar dan bersifat menyeluruh, termasuk di dalamnya adalah pengelolaan aset
negara. International best practices memperlihatkan peran strategis pengelolaan aset
negara sebagai salah satu indikator penting pengelolaan anggaran negara dan upaya
perwujudan akuntabilitas tata kelola suatu keuangan negara.
Selanjutnya, dengan diterbitkannya UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, UU ini menjadi titik perubahan paradigma pengelolaan aset
negara, dari semula sebagai asset administrator menjadi asset manager. Hal ini diikuti
dengan pembentukan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) sebagai eselon satu
di lingkungan Kementerian Keuangan yang memiliki fungsi kelembagaan untuk
mengelola kekayaan negara guna mendorong optimalisasi penerimaan, efisiensi
pengeluaran, dan efektifitas pengelolaan aset negara dalam rangka mewujudkan good
governance dan pengamanan fiscal sustainability.
Sebagai pedoman pengelolaan aset negara, telah diterbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (BMN/D) yang diubah dengan PP Nomor 38 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan BMN/D dengan beberapa aturan teknis, seperti Peraturan Menteri
Keuangan

(PMK)

Nomor

96/PMK.06/2007

tentang

Tata

Cara

Pelaksanaan

Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan BMN, PMK Nomor


97/PMK.06/2007 tentang Kodefikasi dan Penggolongan BMN, PMK Nomor
120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN, dan PMK Nomor 2/PMK.06/2008

yang diubah dengan PMK Nomor 179/PMK.06/2009 tentang Penilaian BMN, dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 17 Tahun 2006 untuk BMD.
Istilah aset negara dalam modul ini memiliki makna yang sama dengan BMN,
atau dengan kata lain, ruang lingkup aset negara dalam modul ini dibatasi yang terkait
dengan aset publik. Akan tetapi, sesuai dengan UU Nomor 1 tahun 2004 di atas, aset
Negara memiliki makna yang lebih sempit dari kekayaan negara dalam istilah hukum
tetapi mengandung makna yang lebih luas dari aset tetap yang biasa digunakan dalam
istilah akuntansi (Hadiyanto, 2009). Dalam pasal 3 PP Nomor 6 tahun 2006 tentang
Pengelolaan BMN/D disebutkan
1. Pengelolaan BMN/D dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum,
transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
2. Pengelolaan BMN/D meliputi: perencanaan kebutuhan dan penganggaran,

pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,


penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.
Definisi pengelolaan atau manajemen aset dalam ketentuan umum PP yang
resmi dikeluarkan secara eksplisit sebetulnya tidak ada. Namun demikian ada
beberapa definisi yang berbeda tentang manajemen aset yang dapat kita lihat (Arik
Haryono, 2007), diantaranya adalah sebagai berikut :
Pemerintah South Australia mendefinisikan manajemen aset sebagai a
process to manage demand and guide acquisition, use and disposal of assets to
make the most of their service delivery potential, and manage risks and costs

over their entire life.


Sementara itu, Departemen Transportasi Amerika Serikat mendefinisikan
manajemen aset sebagai: a systematic process of maintaining, upgrading,
and operating physical assets cost effectively.It combines engineering principles
with sound business practices and economic theory, and it provides tools to
facilitate a more organized, logical approach to decision making.Thus, asset
management provides a framework for handling both short and longrange
planning.
Sementara itu, Asosiasi Transportasi Kanada mendefinisikan manajemen
aset sebagai a comprehensive business strategy employing people, information
and technology to effectively and efficiently allocate available funds amongst

valued and competing asset needs. Definisi lain dari manajemen aset menurut
Danylo, N.H. and A. Lemer adalah a methodology to efficiently and equitably
allocate resources amongst valid and competing goals and objectives. Kaganova
dan McKellar mendefinisikan manajemen aset sebagai: Property asset
management can be defined as the process of decision making and implementation
relating to the acquisition, use, and disposal of real property.
Walaupun manajemen aset dapat dipresentasikan sesuai dengan jenis aset
atau konsentrasi kegiatannya tetapi beberapa ahli tidak ingin membuat definisi
manajemen aset secara spesifik dengan menyatakan tidak ada definisi yang pasti
mengenai manajemen aset (working definition). Meskipun demikian, dari beragam
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen aset mencakup proses mulai
dari perencanaan sampai dengan penghapusan (disposal) serta monitoring terhadap
aset-aset tersebut selama umur penggunaannya oleh suatu organisasi atau
Kementerian Negara/Lembaga (K/L).
-

Definisi menurut ahli


Ir. Doli D. Siregar, M.Sc dalam bukunya Manajemen Aset menjelaskan
pengertian tentang aset berdasarkan perspektif pembangunan berkelanjutan, yakni
berdasarkan tiga aspek pokoknya: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
infrastruktur seperti berikut ini:
1. Sumber daya alam, adalah semua kekayaan alam yang dapat digunakan dan
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2. Sumber daya manusia, adalah semua potensi yang terdapat pada manusia seperti
akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat
pada umumnya.
3. Infrastruktur, adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk dapat memanfaatkan
sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan semaksimalnya, baik untuk
saat ini maupun keberlanjutannya dimasa yang akan dating

ISI
A. SIKLUS MANAJEMEN ASET
Secara umum, manajemen aset baik di perusahaan maupun negara meliputi aktivitas
inti sebagai berikut :
(i) perencanaan (planning),
(ii) perolehan (acquisition),
(iii) pemanfaatan (utilization),
(iv) penghapusan (disposal)

B. KONSEP MANAJEMEN ASET

Manajemen Aset memiliki beberapa aktivitas utama, yaitu :


1. Analisis Kebutuhan (needs analysis)
2. Perencanaan (planning)
3. Penganggaran (budgeting)
4. Penentuan harga (pricing)
5. Pengadaan dan penghapusan (acquisition and disposal)
6. Pencatatan, Penilaian, Pelaporan (recording, valuation and reporting)
7. Manajemen dalam penggunaan (Management in use)

Seorang manajer aset pada suatu entitas akuntansi atau entitas pelaporan,
sesungguhnya bertindak sebagai pengelola barang yang di bawah penguasaannya dan tentu
harus memahami siklus pengelolaan barang tersebut. Entitas akuntansi merupakan unit pada

pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan


akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan
pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:
a.
b.
c.
d.

Pemerintah pusat;
Pemerintah daerah;
Masing-masing K/L di lingkungan pemerintah pusat;
Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan,

pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan
misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas
pelaporan lainnya (SAP, 2010). Di sisi lain dalam pengertian yang selama ini terbentuk di
masyarakat manajemen aset lebih dikenal dengan manajemen barang atau manajemen
material yang lebih bertujuan bagaimana mengelola barang inventaris sehingga terpenuhi
persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi sebuah instansi atau satuan kerja.
Manajemen aset sebetulnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
manajemen keuangan dan secara umum terkait dengan administrasi pembangunan
khususnya yang berkaitan dengan nilai aset, pemanfaatan aset, pencatatan nilai aset dalam
neraca tahunan, maupun dalam penyusunan prioritas dalam pembangunan. Disadari bahwa
manajemen aset merupakan salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya
berkembang dan populer di lingkungan pemerintahan maupun di satuan kerja atau instansi
(Doli D Siregar, 2004).

C. PROSES MANAJEMEN ASET


Manajemen aset itu sendiri sebenarnya terdiri dari 5 (lima) tahapan kerja yang satu sama
lainnya saling terkait yaitu:
1.

Inventarisasi Aset

Terdiri dari dua aspek, yaitu :


a. Aspek Fisik (bentuk, luas, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain)
b. Aspek Yuridis/legal (status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan dan lain-lain)
Tahapan-tahapannya :
a. Persiapan
- Membentuk tim inventarisasi
- Membagi tugas dan menyusun jadwal pelaksanaan inventarisasi
- Mengumpulkan dokumen asset tetap
- Menyiapkan label sementara
- Membuat denah ruangan, member nomor ruangan dan

menentukan

penanggungjawab ruangan
- Menyiapkan kertas kerja inventarisasi
b.
-

Pelaksanaan
Menghitung jumlah asset tetap per sub-sub kelompok barang
Mencatat asset tetap ke dalam kertas kerja inventarisasi
Menempelkan label pada asset tetap yang telah dihitung
Menentukan kondisi asset tetap dengan kriteria baik, rusak ringan atau rusak berat
Menyusun laporan hasil inventarisasi
Membandingkan laporan hasil inventarisasi dengan dokumen asset tetap yang ada
Membuat daftar asset tetap yang tidak ditemukan, belum pernah dicatat dan rusak

berat serta daftar koreksi nilai


- Menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada pengelola barang
c.
-

Tindak Lanjut
Menelusuri asset tetap yang tidak ditemukan
Membuat usulan penghapusan asset yang rusak berat
Menindaklanjuti hasil inventarisasi ke dalam SIMAK-BMN

Hal lain yang diperlukan dalam Aset Manajemen


1. Legal Audit
a. Dalam rangka inventarisasi asset tetap, perlu dilakukan legal audit yaitu
melakukan pengecekan terhadap status penguasaan asset dengan cara mengecek
semua sertifikat dan bukti kepemilikan asset. Contoh :
- Sertifikat tanah
- BPKB kendaraan bermotor
b.
Legal audit dapat digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan legal
menyangkut status kepemilikan asset, antara lain :
- Status hak penguasaan yang lemah
- Aset dikuasai pihak lain
- Pemindahtanganan asset yang tidak termonitor
Tahapan :

- Inventarisasi status penguasaan asset, sistem dan prosedur penguasaan atau


pengalihan asset
- Identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal
- Strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan
penguasaan atau pengalihan aset
2.

Penilaian Aset
a. Adalah satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas asset yang dikuasai.
b.

Biasanya dikerjakan oleh konsultan penilai yang independen


Hasil dari nilai asset tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai

c.

kekayaan perguruan tinggi


Penilaian asset tetap dimaksudan untuk memberikan saldo asset yang lebih
relevan bagi pencatatan di laporan keuangan periode terkait dan periode
sesuai nilai wajar (fair value)-nya pada saat penilaian asset untuk

d.

memperkirakan nilai asset di perguruan tinggi secara keseluruhan


Penilaian asset oleh Pemerintah dilakukan oleh KPKNL Departemen
Keuangan

3.

Optimalisasi Aset
a. Adalah proses kerja dalam manajemen asset yang bertujuan untuk
mengoptimalkan:
- Potensi fisik
- Lokasi
- Nilai
- Jumlah / volume
- Legal
- Ekonomi
Yang dimiliki asset tersebut. Dalam tahapan ini, asset yang dikuasai
pemerintah diidentifikasi dan dikelompokkan atas asset yang memiliki
b.

potensi dan tidak memiliki potensi.


Pemanfaatan asset tetap adalah
- pendayagunaan asset yang dimiliki perguruan tinggi yang sedang atau
tidak digunakan untuk tugas pokok dan fungsi
- dapat memberikan nilai tambah atas pengusahaan / pemanfaatan dari asset
yang bersangkutan (asset tetap tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal

c.

oleh pihak ketiga dengan tidak mengubah status kepemilikan)


Bentuk :
- Penyewaan Aset

Penyerahan hak penggunaan / pemakaian atas asset kepada pihak ketiga


dalam hubungan sewa menyewa dimana pihak penyewa diharuskan
membayar imbalan / uang sewa untuk jangka waktu tertentu yang dibayar
secara bulanan atau tahunan untuk masa jangka waktu tertentu
- Pinjam pakai atau peminjaman
Penyerahan penggunaan asset tetap kepada suatu instansi pemerintah atau
pihak lain yang ditetapkan dengan peraturan Perundang-undangan untuk
jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan / sewa
- Kerjasama pemanfaatan asset tetap
1. Dimana pihak ketiga menanamkan modal yang dimilikinya.
2. Kedua pihak secara bersama-sama atau sendiri-sendiri ataupun
bergantian mengelola manajemen dan proses operasinya untuk jangka
waktu tertentu.
3. Keuntungan dibagi sesuai dengan besarnya sharing masing-masing atau
berdasar yang telah disepakati kedua belah pihak sebelumnya.
- Bangun guna serah (BGS) dan bangun serah guna (BSG)
Bentuk kerjasama dimana mitra swasta bertanggungjawab :
1. Membangun termasuk membiayainya
2. Dilanjutkan dengan pengoperasian dan pemeliharaan untuk suatu
jangka tertentu
Merupakan bentuk kerjasama dimana mitra swasta bertanggungjawab
membangun bangunan beserta fasilitasnya termasuk membiayainya.
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA), dalam
Pengawasan dan Pengendalian Aset. Pengawasan dan pengendalian
terhadap pemanfaatan dan pengalihan asset diperlukan agar :
- Setiap penanganan terhadap satu asset dapat termonitor jelas
(mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggungjawab
mengelola asset tersebut).
D. KEUNTUNGAN MANAJEMEN ASET
Keuntungan dari manajemen aset berhubungan dengan akuntabilitas, manajemen
layanan, manajemen resiko dan efisiensi keuangan.
Meningkatkan pengurusan dan akuntabilitas dengan
Menunjukkan ke pemilik, pengguna dan pihak yang terkait bahwa layanan yang
dihasilkan adalah layanan yang efektif dan efisien.
Menyediakan dasar untuk evaluasi dan penyeimbangan layanan, harga dan kualitas.

Peningkatan akuntabilitas untuk penggunaan sumber daya dengan penghitungan


kinerja dan keuangan.
Meningkatkan komunikasi dan hubungan dengan pengguna layanan dengan :
Meningkatkan pengertian pada kebutuhan layanan dan pilihan-pilhannya.
Konsultasi formal atau persetujuan dengan pengguna tentang level layanan.
Pendekatan yang menyeluruh dari manajemen aset di dalam organisasi dengan team
yang berasal dari multidisiplin manajemen.
Meningkatkan kenyamanan pelanggan dan citra perusahaan.
Meningkatkan manajemen resiko dengan
Menganalisa kemungkinan dan konsekuensi dari kegagalan aset
Mengusahakan layanan yang kontinyu.
Mengusahakan hubungan antara satu jaringan dengan jaringan yang lain (kekuatan
sebuah rantai hanya sama kuat dengan sambungan yang terlemah) dan strategi
manajemen resiko.
Mempengaruhi keputusan pada keputusan non-aset melalui kebutuhan manajemen.
Meningkatkan efisiensi keuangan dengan
Meningkatkan keahlian pengambilan keputusan berdasar pada biaya dan keuntungan
dari beberapa alternatif
Justifikasi untuk program kerja ke depan dan kebutuhan pendanaannya.
Pengenalan semua biaya dari kepemilikan atau pengoperasian aset melalui masa
pakai aset tersebut.
Katalis dalam Pelaksanaan Aset Manajemen
Uraian diatas menggamabarkan betapa pentingnya infrastrukur bagi masyarakat, hal ini
seharusnya memberikan alasan yang cukup untuk menerapkan aset manajemen. Pada
kenyataan di lapangan, sebuah kegagalan kinerja aset dapat menjadi fokus tentang apa
yang harus dilakukan. Di indonesia, beberapa kejadian berikut ini merupakan contoh
bagaimana kita harus menyediakan standar yang lebih bagus pada manajemen
infrastruktur :
Untuk penyediaan air bersih di Jakarta, perlatan untuk produksi dan jaringan distribusi
sudah mendekati masa ekonomis yang habis.
Analisa yang sistematis telah dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
dan kinerja dari aset infrastruktur untuk mendukung perawatan dan keputusan
pembaruan.
Regulator lingkungan menerapkan kriteria yang lebih ketat,
Kebingungan dalam menentukan kerugian aset yang diderita jika ada bencana alam
yang merusakkan infrastruktur.

Kegagalan dalam memberikan layanan umum untuk layanan kepada umum karena
kurangnya antisipasi terhadap kinerja dan kelayakan dari kinerja aset.
Harapan pelanggan yang bertambah sebagai akibat dari kesadaran yang bertambah dari
kebijkan, hak-hak konsumen dan alasan untuk kegagalan pelayanan sebelumnya.
Jika dilihat lebih mendalam, sebenarnya manajemen aset ini berbeda dengan
manajemen material atau manajemen barang inventaris milik daerah, atau boleh
dikatakan merupakan lanjutan dari manajemen barang/inventaris, khusus terhadap barang
yang merupakan aset (barang modal) yang dapat dikembangkan.
Adapun beberapa ciri atau kriteria yang bisa dijadikan acuan untuk mengukur
keberhasilan manajemen aset adalah:
1.
2.
3.
4.

Pengelola mengetahui barang atau aset apa saja yang dimiliki/dikuasainya.


Pengelola mengetahui bagaimana kondisi aset yang dimilikinya/dikuasainya.
Pengelola mengetahui berada di mana saja barang atau aset tersebut.
Pengelola mengetahui siapa yang bertanggung jawab dan memanfaatkan suatu

5.

aset tertentu.
Pengelola mengetahui

aset

yang

6.
7.

dimiliki/dikuasainya.
Pengelola mengetahui berapa nilai dari aset yang dimiliki/dikuasainya.
Pengelola melakukan evaluasi secara regular atas semua aset

yang

bagaimana

pemanfaatan

dari

setiap

dimiliki/dikuasainya apakah masih sesuai dengan kebutuhan organisasi.

KESIMPULAN
1.

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan

2.

sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.


Siklus manajemen aset secara umum meliputi aktivitas: perencanaan (planning),
perolehan (acquisition), pemanfaatan (utilization), dan penghapusan (disposal).

Secara khusus sesuai PP 6 Tahun 2006 adalah kegiatan: perencanaan kebutuhan dan
penganggaran;

pengadaan;

pemeliharaan;

penilaian;

penggunaan;

pemanfaatan;

pemindahtanganan;

pengamanan

pemusnahan;

penatausahaan; dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

dan

penghapusan;

DAFTAR PUSTAKA
Doli D. Siregar. (2004). Manajemen Aset. Strategi Penataan Konsep Pembangunan
Berkelanjutan Secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah Sebagai CEOs pada Era
Globalisasi dan Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Era Baru Kebijakan Fiskal, Pemikiran, Konsep dan Implementasi (Strategic Asset
Management: Kontribusi Pengelolaan Aset Negara dalam Mewujudkan APBN yang Efektif dan
Optimal Hadiyanto) (2009). Jakarta : Kompas.
Arik Haryono. (2007). Modul Prinsip dan Teknik Manajemen Kekayaan Negara. Tangerang :
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Pusdiklat Keuangan Umum.
Departemen Dalam Negeri dan Lembaga Administrasi Negara. (2007). Dasar-Dasar Manajemen
Aset/Barang Milik Daerah, Diklat Teknis Manajemen Aset Daerah.
Nafan Widiarso Rafid. (2010). State Asset Management dengan Pendekatan Asset
Performance : Tinjauan Terhadap Existing Asset-Future Asset dan Akuntansi Akrual. (Juara
Lomba Menulis DJKN Tahun 2010, belum dipublikasikan)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Google : http://www.slideshare.net/mazheroe/konsep-manajemen-aset-dan-akuntansi-aset-tetapdalam
https://assetmanagement.wordpress.com/2007/06/14/defintions/
https://assetmanagement.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai