Anda di halaman 1dari 26

KONSEP

ASET PEMERINTAH

PENDAHULUAN
Salah satu manifestasi pelaksanaan prinsip tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance) yang menjadi tuntutan masyarakat adalah
terwujudnya suatu sistem pengelolaan kekayaan negara/daerah yang
memadai, informatif, transparan dan akuntabel (Suwanda, 2014).

* DEFINISI ASET *
PSAP 07
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan
dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat
umum dan sumber-sumber daya yang diperlihara
karena alasan sejarah dan budaya.
3

* DEFINISI ASET *
Siregar (2004), aset adalah barang
(thing) atau sesuatu barang (anything)
yang mempunyai:
nilai ekonomi (economic value),
nilai komersial (commercial value) atau
nilai tukar (exchange value)
yang dimiliki oleh badan usaha, instansi
atau individu (perorangan).
4

* DEFINISI ASET *
Undang-Undang Nomor 51 Prp Tahun 1960
hanya mengatur aset negara dalam arti
sempit, yaitu tanah milik negara yang
dialihkan kepada pihak ketiga, sehingga tidak
menyangkut aset negara dalam bentuk lain.
Dalam
konsep
teori,
sebagaimana
dikemukakan J. Prodhoun, aset negara
adalah aset yang berada pada lingkup ranah
publik (public prive), sehingga pengelolaan dan
pertanggungjawabannya
tunduk
pada
ketentuan peraturan perundang-undangan
secara publik
5

* DEFINISI ASET *
UU Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 51,
Aset adalah sumber daya yang antara
lain meliputi uang, tagihan, investasi
dan barang, yang dapat diukur dalam
satuan uang, serta dikuasai dan/atau
dimiliki
oleh
pemerintah
dan
diharapakan
memberi
manfaat
ekonomi/sosial di masa depan.
6

* DEFINISI ASET *
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2014, yang menggunakan
istilah barang negara untuk aset
negara
mendefinisikan
barang
milik negara/daerah, yaitu semua
barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBN/D atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah.

KARAKTERISTRIK UMUM ASET


1. Adanya manfaat yang diperoleh di
masa mendatang.
2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk
memperoleh aset.
3. Berkaitan dengan entitas tertentu.
4. Menunjukkan proses akuntansi.
5. Berkaitan dengan dimensi waktu.
6. Berkaitan dengan karakteristik
keterukuran.
8

KLASIFIKASI ASET
Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Aset
diklasifikasikan dalam :
1. Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera
untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual
dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
Meliputi Kas dan Setara Kas, Investasi Jangka Pendek, Piutang, dan
Persediaan

2. Aset Nonlancar
Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria Aset Lancar,
mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud
yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Diklasifikasikan
lagi menjadi Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, Dana Cadangan, dan
Aset Lainnya
9

PENGAKUAN ASET
Sesuatu dapat diakui sebagai aset bila :
1. Mempunyai masa manfaat/potensi
manfaat ekonomis
2. Memiliki nilai/biaya perolehan yang dapat
diukur
3. Hak kepemilikan/ penguasaannya telah
berpindah
4. Karakteristik khusus dalam masingmasing klasifikasi aset

10

Nilai dari suatu aset harus diukur


dan dinyatakan dalam satuan
moneter (yakni rupiah), sehingga
aset tersebut dapat diakui
(recognized) dalam laporan
keuangan

11

Menurut Pasal 2 PP Nomor 27 Tahun 2014, aset negara


terdiri atas dua jenis, yaitu :
1.barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN/APBD
2.barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah,
yang meliputi:
a.barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau
yang sejenis;
b.barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak;
c.barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan
undang-undang, atau;
d.barang yang diperoleh berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
12

Pejabat Pengelolaan Barang Milik


Negara/Daerah
Pengelola Barang
Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara adalah
Pengelola Barang Milik Negara.
Gubernur/Bupati/Walikota adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan Barang Milik Daerah
Sekretaris Daerah adalah Pengelola Barang Milik Daerah.

Pengguna Barang
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pimpinan
Kementerian/Lembaga adalah Pengguna Barang MilikNegara.
Pengguna Barang Milik Negara dapat mendelegasikan kewenangan
dan tanggung jawab tertentu kepada Kuasa Pengguna Barang.
Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Barang
Milik Daerah.
13

Siklus pengelolaan barang

14

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah


berdasarkan PP Nomor 27 Tahun 2014 meliputi:
a. Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. Penggunaan;
d. Pemanfaatan;
e. pengamanan dan pemeliharaan;
f. Penilaian;
g. Pemindahtanganan;
h. Pemusnahan;
i. Penghapusan;
j. Penatausahaan; dan
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
15

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran


Tahap pertama dalam siklus manajemen aset adalah perencanaan
kebutuhan, dimana diartikan sebagai kegiatan merumuskan rincian
kebutuhan BMN untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu
dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan
tindakan yang akan datang. Perencanaan Kebutuhan merupakan salah satu
dasar bagi Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah
dalampengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru (new
initiative) dan angka dasar (baseline) serta penyusunan rencana kerja
dan anggaran

2. Pengadaan
Setelah kebutuhan aset ditentukan, maka terdapat tiga pilihan
dasar untuk mengadakan BMN yaitu membeli, membangun, atau
menyewa. Membeli dan membangun dapat menggunakan payung
hukum Peraturan Presiden (Perpres) nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, sedangkan
untuk pengadaan dengan cara menyewa (sewa beli atau leasing)
belum ada ketentuan khusus yang mengatur tentang hal ini.
Namun demikian, wacana untuk mengadakan aset dengan
leasing kiranya sudah harus dipikirkan embrionya karena
leasing
16
dapat menjadi alternatif pengadaan aset yanglebih murah.

3. Penggunaan
Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna
barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN/D
yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi yang
bersangkutan.
Status penggunaan barang ditetapkan dengan ketentuan :
a. barang milik negara oleh pengelola barang;
b.barang milik daerah oleh Gubernur/Bupati/Walikota.
4. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMN/D yang tidak
dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah
(SKPD), dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama
pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah
dengan tidak mengubah status kepemilikan
17

5. Pengamanan dan pemeliharaan


Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa
pengguna barang wajib melakukan pengamanan
BMN/D yang berada dalam penguasaannya.
Pengamanan BMN/D meliputi:
a. pengamanan administrasi;
b. pengamanan fisik; dan
b. pengamanan hukum
6. Penilaian
Penilaian BMN/D dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah,
pemanfaatan, dan pemindahtanganan BMN/D.
Penetapan nilai BMN/D dalam rangka penyusunan
neraca pemerintah pusat/daerah dilakukan dengan
berpedoman pada SAP.
18

7. Pemindahtanganan
Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan
BMN/D sebagai tindak lanjut dari penghapusan
dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau
disertakan
sebagai
modal
pemerintah
pusat/daerah.
8. Pemusnahan
Pemusnahan Barang Milik Negara/Daerah
dilakukan dalam hal:
a. Barang Milik Negara/Daerah tidak dapat
digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau
tidak dapat dipindahtangankan; atau
b. terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
19

9. Penghapusan
Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN/D dari daftar
barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang
berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa
pengguna barang dan/atau pengelola barang dari tanggung
jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya
10. Penatausahaan
Penatausahaan BMN/D adalah rangkaian kegiatan yang
meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. BMN yang telah diperoleh
tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan asas-asas
pengelolaan BMN, yaitu
fungsional,
kepastian
hukum,
transparansi, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai.
Penatausahaan BMN/D bertujuan untuk mewujudkan tertib
administrasi dan mendukung tertib pengelolaan BMN/D
20

11. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian


Pembinaan :
Menteri Keuangan melakukan pembinaan pengelolaan
Barang Milik Negara dan menetapkan kebijakan pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah. Kebijakan itu terdiri atas
kebijakan umum Barang Milik Negara/Daerah dan/atau
kebijakan teknis Barang Milik Negara.
Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan pengelolaan
Barang Milik Daerah dan menetapkan kebijakan sesuai
dengan kebijakan umum Barang Milik Daerah atau kebijakan
teknis barang milik daerah.
Pengawasan adalah usaha atau kegiatan untuk mengetahui
yang sebenarnya mengenai pengelolaan BMN/D sesuai
ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pengendalian
adalah
usaha
atau
kegiatan
untuk
mengarahkan agar pelaksanaan pengelolaan BMN/D berjalan
sesuai dengan rencana dan sasaran yang telah ditetapkan
peraturan perundang-undangan.
21

Permasalahan Issue

Permasalahan pengelolaan aset mencakup belum


dilakukannya inventarisasi secara lengkap, belum
semua daftar aset yang tercatat diketahui fisik dan
keberadaannya, belum dilakukan penilaian, belum
semua
pelaporan
aset
memadai.
Hal
ini
mengakibatkan penyajian nilai aset tetap sebagai
komponen aset terbesar dalam neraca belum
diyakini kewajarannya. Oleh karena itu diperlukan
adanya upaya inventarisasi, penilaian, sertifikasi
dan pelaporan serta pengamanan aset yang berada
dalam penguasaan pemerintah melalui kegiatan
penertiban aset.

22

Penertiban BMN
Tim Penertiban BMN mempunyai tugas
merumuskan
kebijakan
dan
strategi
percepatan inventarisasi; mengkoordinasikan
pelaksanaan inventarisasi, penilaian dan
sertifikasi
BMN
di
K/L;
melakukan
monitoring
terhadap
pelaksanaan
inventarisasi, penilaian dan sertifikasi BMN
yang dilakukan oleh K/L; dan menetapkan
langkah-langkah penyelesaian permasalahan
dalam rangka pengamanan BMN yang berada
penguasaan K/L.
23

Penertiban BMD

Penertiban BMD dilakukan melalui proses rekonsiliasi tiap semester, tiap


tahun dan sensus barang milik daerah tiap 5 tahun sekali.
Tahapan dalam sensus barang milik daerah adalah sebagai berikut :
Tahap Persiapan
Pembentukan Panitia Sensus Barang Daerah, Penyusunan Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Sensus Barang Milik Daerah ditetapkan oleh Kepala
Daerah, Penataran Petugas Pelaksanaan Sensus Barang, Penyediaan
kartu, formulir, buku petunjuk pelaksanaan serta peralatan yang
diperlukan, Penyiapan biaya persiapan dan pelaksanaan Sensus Barang.
Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan sensus Barang Milik Daerah masing-masing
pengguna/ kuasa pengguna barang harus melaksanakan pengisian
formulir buku inventaris. Penyampaian formulir dan bahan sampai unit
kerja terendah. Melaksanakan sensus barang daerah di masing-masing
SKPD dengan mengisi KIB dan KIR. Penyelesaian hasil sensus Barang
Milik Daerah dengan menyampaikan buku inventaris oleh unit kerja
terendah kepada atasan. Pembuatan Daftar Rekapitulasi oleh Unit /
SKPD. Mengawasi dan mengevaluasi hasil sensus barang dalam SKPD di
wilayah
masing-masing.
Membuat
Buku
induk
inventaris
Provinsi/Kab/Kota.
Melaporkan
hasil
sensus
barang
kepada
24
Kementerian Dalam Negeri.

PENUTUP

Visi
pengelolaan
aset
negara/daerah
kedepan diharapkan tidak sekedar bersifat
teknis administratif semata, melainkan
sudah bergeser ke arah bagaimana berpikir
layaknya seorang manajer aset yang harus
mampu merumuskan kebutuhan barang
milik negara secara nasional dengan akurat
dan pasti, serta meningkatkan faedah dan
nilai dari aset negara tersebut.
Diawali dengan tertib fisik dan tertib
dokumen menjadi BMN / BMD yang
menjadi revenue pagi pemerintah.
25

Anda mungkin juga menyukai