Anda di halaman 1dari 28

PAPER SISTEM AKUNTASI PEMERINTAHAN

AKUNTANSI AKTIVA/ASET TETAP

OLEH :
MEINAR ELISABET MARBUN
RAHMA DINI
RAHMI MARDHIYAH

KELAS AP III STAR BPKP


MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Sejak ditetapkannya kewajiban penyusunan neraca sebagai bagian


dari

laporan

keuangan

pemerintah,

pengakuan/pencatatan,

pengukuran/penilaian, dan penyajian serta pengungkapan aset tetap


menjadi fokus utama, karena aset tetap memiliki nilai yang sangat
signifikan dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi.
Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset
lancar, investasi jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset
tetap mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai
yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca
lainnya.
Akuntansi aset tetap telah diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 (PSAP 07) dari Lampiran PP 24 Tahun
2005, maupun PSAP 07 dari Lampiran I PP 71 Tahun 2010. PSAP 07
tersebut memberikan pedoman bagi pemerintah dalam melakukan
pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset tetap
berdasarkan peristiwa (events) yang terjadi, seperti perolehan aset tetap
pertama kali, pemeliharaan aset tetap, pertukaran aset tetap, perolehan
aset dari hibah/donasi, dan penyusutan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Aset Tetap


Pengertian

Aset

Tetap

dalam

Pernyataan

Standar

Akuntansi

Pemerintahan (PSAP) 07 adalah aset berwujud yang mempunyai masa


manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan
pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap
yang dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain.
Pemerintah juga harus mencatat

hak atas tanah sebagai aset tetap.

Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi tujuan
penggunaannya untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak
termasuk dalam pengertian aset tetap karena tidak memenuhi definisi
aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli pemerintah untuk
diserahkan kepada masyarakat.
Dari definisi diatas, jelas terlihat bahwa kriteria yang harus dipenuhi
agar suatu aset dapat diakui sebagai aset tetap, yaitu :
Berwujud.
Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Biaya perolehan dapat diukur secara andal.
Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas.
Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Berdasarkan hal tersebut, apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi maka
aset

tetap

tersebut

tidak

dapat

diakui

sebagai

aset

tetap

milik

pemerintah.
B. Klasifikasi Aset Tetap
Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun
sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini :
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap dalam PSAP 07 Paragraf
08 adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
3

masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam


klasifikasi tanah ini adalah tanah yang digunakan untuk gedung,
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin berdasarkan PSAP 07 Paragraf 10 mencakup
mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh
inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan
masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi
siap pakai. Peralatan dan mesin ini dapat berupa alat-alat berat, alat
kantor, alat angkutan, alat kedokteran, alat komunikasi dan lain
sebagainya.
c. Gedung dan Bangunan
PSAP 07 Paragraf 9 menyatakan Gedung dan bangunan mencakup
seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk
dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai. Termasuk dalam kelompok gedung dan bangunan adalah
gedung perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah,
bangunan menara, monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung
museum, dan rambu-rambu.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan dalam PSAP 07 Paragraf 12 mencakup jalan,
irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki
dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
Jalan, irigasi dan jaringan tersebut selain digunakan dalam kegiatan
pemerintah juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Termasuk
dalam klasifikasi jalan, irigasi, dan jaringan adalah jalan raya,
jembatan, bangunan air, instalasi air bersih, instalasi pembangkit
listrik, jaringan air minum, jaringan listrik dan jaringan telepon.
e. Aset Tetap Lainnya
PSAP 07 Paragraf 12 menyatakan Aset tetap lainnya mencakup aset
tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap
di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Aset yang termasuk
dalam kategori Aset Tetap Lainnya adalah koleksi perpustakaan/buku
dan non buku, barang bercorak kesenian/kebudayaan/ olahraga,
hewan, ikan, dan tanaman.
f.

Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP)


4

Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan atau


melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum
selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam
pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap dipakai.
Sesuai dengan PSAP 08 Paragraf 5, Konstruksi dalam pengerjaan
adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan. Konstruksi
dalam pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya, yang
proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu
periode waktu tertentu dan belum selesai.
C. AKUNTANSI ASET TETAP
1. PENGAKUAN ASET TETAP
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Dalam menentukan
apakah suatu aset tetap mempunyai manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomi masa depan yang
dapat diberikan oleh aset tetap tersebut. Tujuan utama dari perolehan
aset tetap adalah untuk digunakan oleh pemerintah dalam mendukung
kegiatan operasionalnya dan bukan dimaksudkan untuk dijual.
Pengakuan aset tetap akan sangat andal apabila aset tetap diterima
atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya
berpindah serta telah siap dipakai. Saat pengakuan aset tetap akan lebih
dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan
hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum.
Aset tetap dapat diperoleh melalui pembelian, pembangunan,
pertukaran aset, hibah/donasi, dan lainnya. Aset tetap yang diperoleh
melalui pembelian dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan (belanja),
sehingga nilai perolehan aset tetap diakui berdasarkan nilai belanja yang
dikeluarkan. Pada umumnya, pembelian aset tetap dianggarkan dalam
belanja modal, sehingga pengakuan aset tetap didahului dengan
pengakuan belanja modal yang akan mengurangi Kas Umum
Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk merekam pembayaran ini adalah
Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung
(SP2D LS).
Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah :
Pemerintah Pusat:
Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga (K/L)
Tanggal
Uraian
Debet
Belanja Modal
XXX
Piutang dari Kas Umum
Negara

Kredit
XXX
5

(Untuk mencatat realisasi belanja


modal perolehan aset tetap)
Bendahara Umum Negara (BUN)
Tanggal
Uraian
Belanja Modal
Kas Umum Negara
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal perolehan aset tetap)

Pemerintah Daerah:
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Tanggal
Uraian
Belanja Modal
RK - PPKD
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal aset tetap)
Bendahara Umum Daerah (BUD)
Tanggal
Uraian
RK PPKD
Kas Umum Daerah
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal aset tetap)

Debet
XXX

Kredit
XXX

Debet
XXX

Kredit
XXX

Debet
XXX

Kredit
XXX

Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD mengakui aset tetap yang harus
disajikan di neraca melalui jurnal korolari (jurnal pendamping). Jurnal
korolari merupakan jurnal ikutan untuk setiap transaksi pendapatan,
belanja atau pembiayaan yang mempengaruhi pos-pos neraca. Jurnal
korolari untuk pengakuan perolehan aset tetap adalah sebagai berikut :
K/L/SKPD
Tanggal
Uraian
Tanah
Peralatan dan mesin
Gedung dan bangunan
Jalan, irigasi, dan jaringan
Aset tetap lainnya
Konstruksi dalam pengerjaan
Diinvestasikan dalam Aset
Tetap
(Untuk mencatat perolehan semua
jenis aset tetap)

Debet
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

Kredit

XXX

Jurnal ini merupakan jurnal korolari atau ikutan pada saat mengakui
belanja modal untuk mengakui penambahan aset tetap yang
bersangkutan.
6

2. PENGUKURAN DAN PENILAIAN ASET TETAP


Aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah harus dinilai
atau diukur untuk dapat dilaporkan dalam neraca. PSAP 07 Paragraf 20
menyatakan bahwa aset tetap diukur/dinilai dengan biaya perolehan. Aset
tetap yang diperoleh atau dibangun secara swakelola dinilai dengan biaya
perolehan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang telah
dan yang masih wajib dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang telah
dan yang masih wajib diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dipergunakan.
Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan
tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar
pada saat perolehan. Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian
kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan untuk
melakukan transaksi wajar. Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila
terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang
mengidentifikasikan biaya.
Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan
suatu aset tetap terdiri dari :
Harga pembelian
Biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan
biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,
perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dll)
Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar
muat (handling cost)
Biaya pemasangan (instalation cost)
Biaya profesional seperti aristek dan insiyur
Biaya persiapan tempat.
Yang tidak termasuk dalam komponen biaya aset tetap adalah :
Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya tersebut
tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset
atu membawa aset ke kondisi kerjanya.
Biaya permulaan (start up cost) dan pra produksi kecuali biaya tersebut
perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
Untuk pemerintah yang baru pertama kali akan menyusun neraca,
nilai aset tetap di neraca menggunakan nilai wajar aset tetap pada saat
neraca tersebut disusun. perlu ada pendekatan yang sedikit berbeda
untuk mencantumkan nilai aset tetapnya di neraca. Pendekatan tersebut
adalah menggunakan nilai wajar aset tetap pada saat neraca tersebut
7

disusun. Misalnya nilai tanah pada saat perolehannya tahun 1985 adalah
Rp200.000.000,00. Pada waktu akan menyusun neraca awal tahun 2010,
tanah tersebut dinilai dengan nilai wajarnya, misalkan dengan NJOP (Nilai
Jual Obyek Pajak), ternyata nilainya adalah Rp350.000.000,00. Dengan
demikian nilai tanah yang akan dicantumkan di neraca adalah
Rp350.000.000,00. Penilaian dengan menggunakan nilai wajar ini dapat
dibatasi untuk nilai perolehan aset tetap yang secara material berbeda
dengan nilai wajarnya atau yang diperoleh lebih dari satu tahun sebelum
tanggal penyusunan neraca awal.
Cara-cara perolehan aktiva tetap :
Pembelian (pembayaran sekaligus atau lumpsum, pembayaran
termin/berkala)
Yang dimaksud dengan harga lumpsum yaitu membeli beberapa aktiva
tetap sekaligus dalam satu harga. Pengakuan dan pencatatan tiap
aktiva harus dilakukan dengan harga masing-masing.
Pertukaran aset, donasi, swakelola, dan lain sebagainya.

Ilustrasi 1: Perolehan aset tetap dengan pembayaran sekaligus


Pada tanggal 2 April 2014 Dinas Pendidikan membeli 10 printer dengan
bukti Berita Acara Serah Terima Barang atas pembelian 10 unit printer
seharga Rp700.000,00/unit. Berdasarkan dokumen tersebut fungsi
akuntansi mencatat pengakuan aset tetap dengan jurnal sebagai
berikut :
Tanggal
02 Apr
14

Uraian
Printer
Utang Belanja Modal-Peralatan
dan Mesin

Debet
7.000.00
0

Kredit
7.000.00
0

Tanggal 10 April 2014, PPKD menerbitkan SP2D LS untuk pembayaran


pembelian tersebut terbit. Berdasarkan hal tersebut dicatat pelunasan
hutang dan pengakuan belanja modal dengan jurnal :
Tanggal
10 Apr
14

Uraian
Utang Belanja Modal -Peralatan dan
Mesin
RK PPKD
Belanja modal pengadaan printer
Estimasi Perubahan SAL

Debet
7.000.00
0
7.000.00
0

Kredit
7.000.00
0
7.000.00
0

Ilustrasi 2 : Perolehan Aset tetap melalui pembelian tunai


Contoh 1. Perolehan Tanah Melalui Pembebasan Lahan
8

Pada tanggal 15 Juni 2011, SKPD XX pada Pemda Kabupaten XYZ


melakukan pembelian sebidang tanah dari seorang warga yang
dipergunakan untuk bangunan kantor. Dalam perolehan tanah tersebut
terdapat pengeluaran untuk nilai tanah Rp.1,2M, pajak Rp.72juta, biaya
notaris dan balik nama Rp.30juta, honorarium panitia pengadaan sebesar
Rp.6juta dan panitia pemeriksa barang sebesar Rp.5juta. pengeluaran
tersebut dianggarkan dalam belanja modal. Pembelian dilakukan secara
tunai.
Pencatatan atas transaksi diatas adalah :
Biaya perolehan tanah adalah sebesar:
Biaya perolehan
Jumlah (Rp)
Harga beli tanah
1.200.000.000
Biaya notaris dan balik nama
30.000.000
Pajak
72.000.000
Honorarium Panitia Pengadaan
6.000.000
Honorarium Panitia Pemeriksa
5.000.000
Jumlah
1.313.000.000
Jurnal yang dibuat oleh SKPD XX untuk pengakuan belanja modal
adalah :
Tanggal
15 Juni
2011

Uraian
Belanja Modal
RK-PPKD
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal perolehan tanah)

Debet
1.313.000.0
00

Jurnal korolari untuk mengakui tanah adalah :


Tanggal
Uraian
Debet
15 Juni 2011 Tanah
1.313.000.0
Diinvestasikan dalam aset
00
tetap
(Untuk
mencatat
perolehan
tanah)

Jurnal yang dibuat oleh BUD adalah :


Tanggal
Uraian
15 Juni
RK-SKPD
2011
Kas umum daerah
(Untuk
mencatat
realisasi
pengeluaran kas untuk belanja
modal tanah)

Debet
1.313.000.0
00

Kredit
1.313.000.0
00

Kredit
1.313.000.0
00

Kredit
1.313.000.0
00

Contoh 2. Perolehan gedung dan bangunan melalui pembelian


tunai
9

Pada tanggal 20 April 2009, Satker ABC melakukan pembelian sebuah


kompleks gedung perkantoran dengan rincian : harga beli tanah
Rp.8miliar, dan harga beli gedung kantor Rp.12miliar, biaya notaris dan
balik nama Rp.60juta, dan pajak Rp.2miliar. pembelian tersebut dilakukan
secara tunai melalui SPM/SP2D LS.
Biaya perolehan gedung perkantoran, termasuk nilai tanahnya adalah
sebesar :
Harga perolehan
Jumlah (Rp)
Harga beli tanah
8.000.000.000,Harga beli gedung
12.000.000.000,Biaya notaris dan balik nama
60.000.000,Pajak
2.000.000.000,Total
22.060.000.000,Untuk mengalokasikan biaya notaris, balik nama, dan pajak dapat
dilakukan dengan rata-rata tertimbang, sehingga nilai masing-masing
tanah serta gedung dan bangunan adalah :
Tanah
= Rp.8miliar + (Rp.2.060.000.000 x 8/20)
=
Rp.8.824.000.000,Bangunan
= Rp.
Rp.13.236.000.000,-

12miliar

(Rp.2.060.000.000

12/20)

Jurnal yang dibuat oleh Satker ABC adalah :


Tanggal

Uraian
Belanja modal
Piutang dari Kas Umum Negara
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal
perolehan
gedung
perkantoran termasuk tanah)

Debet
22.060.000.0
00

Kredit
22.060.000.0
00

Jurnal korolari untuk mengakui tanah dan gedung dan bangunan :


Tanggal

Uraian
Tanah
Gedung dan bangunan
Diinvestasikan dalam aset
tetap
(Untuk mencatat perolehan tanah
dan gedung perkantoran)

Debet
8.824.000.0
00
13.236.000.0
00

Kredit
22.060.000.0
00

Jurnal yang dibuat oleh BUN adalah :


Tanggal

Uraian
Belanja modal
Kas Umum Negara
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal
perolehan
gedung
perkantoran termasuk tanah)

Debet
22.060.000.0
00

Kredit
22.060.000.0
00

10

Ilustrasi 3 : Perolehan Tanah melalui Hibah/Donasi


Pemda Kabupaten ABC menerima hibah aset tanah dari warga yang
diperuntukkan bagi gedung sekolah dasar. Berdasarkan berita acara serah
terima dan berita acara hibah, SKPD yang menerima tanah tersebut
adalah SKPD YX. Tanah tersebut diketahui merupakan tanah warisan
keluarga dan nilai wajar untuk tanah tersebut pada tanggal penyerahan
adalah Rp500.000.000.
Berdasarkan Kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh Pemda
bersangkutan aset hibah tersebut hanya boleh diterima oleh Bupati selaku
pimpinan tertinggi entitas pelaporan. Selanjutnya, bupati akan
menyerahkan penguasaan dan pengelolan aset dimaksud kepada satker
SKPD YX yang secara struktural diberi tugas dan kewenangan untuk
mengelola aset dimaksud.
Dengan demikian, transaksi penerimaan hibah dimaksud akan dicatat
dalam Jurnal SKPKD, selaku pusat pembukuan entitas pelaporan, dan
SKPD YX, selaku entitas akuntansi, sebagai diilustrasikan berikut ini:
Pada saat aset tetap hibah diterima oleh Bupati, maka SKPKD akan
membuat jurnal:
Tanggal

Uraian
RK-PPKD
Pendapatan Hibah
(Untuk
mencatat
penerimaan
pendapatan karena adanya hibah)

Debet
500.000.00
0

Kredit
500.000.00
0

Penyerahan pengelolaan aset hibah oleh Bupati kepada Satker, maka


SKPKD akan mencatat jurnal :
Tanggal

Uraian
Belanja Modal
RK-PPKD
(Untuk
mencatat
penyerahan
pengelolaan aset hibah kepada
SKPD YX)

Debet
500.000.00
0

Kredit
500.000.00
0

SKPD YX yang menerima penyerahan pengelolaan aset hibah dari Bupati


akan mencatat aset dengan jurnal :
Tanggal

Uraian
Tanah
Diinvestasikan dalam aset tetap
(Untuk mencatat penerimaan tanah
hibah dari SKPKD)

Debet
500.000.0
00

Kredit
500.000.0
00

Ilustrasi 4 : Perolehan Gedung dan Bangunan melalui Pembelian


Angsuran
Pembelian Gedung dan Bangunan secara mengangsur pada umumnya
berjangka waktu lebih dari satu tahun. Perolehan dengan cara demikian
11

akan menimbulkan utang. Pada tingkat pemerintah pusat, pembelian


gedung dan bangunan secara mengangsur harus melalui persetujuan
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
Contoh:
SKPD A Pemda Kabupaten B melakukan perjanjian pembelian gedung
perkantoran dengan total nilai sebesar Rp6.500.000.000. Pembelian
tersebut dilakukan secara mengangsur setiap 3 bulanan selama 2 tahun
dengan uang muka sebesar Rp2.500.000.000. Gedung tersebut dapat
langsung dipakai. Pada kasus ini penyerahan kepemilikan (transfer of title)
dapat dilakukan pada saat perjanjian jual beli ditandatangani atau pada
saat pembayaran terakhir. Terhadap kasus ini, pengakuan gedung dan
bangunan dan sekaligus utang, dilakukan pada saat penandatanganan
perjanjian yang disertai dengan penyerahan hak pemakaian dan
pembayaran uang muka, karena gedung tersebut langsung dapat dipakai
untuk operasional perkantoran.
Jurnal yang dibuat oleh SKPD A pada saat penyerahan hak pemakaian
adalah:
Tanggal

Uraian
Gedung dan Bangunan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
(Untuk mencatat perolehan tanah
dan gedung dan bangunan)

Debet
6.500.000.0
00

Kredit
6.500.000.0
00

Jurnal yang dibuat oleh SKPD A pada saat pembayaran uang muka adalah:
Tanggal

Uraian
Belanja modal
RK-PPKD
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal
perolehan
gedung
perkantoran)

Debet
2.500.000.0
00

Kredit
2.500.000.0
00

Jurnal pengakuan utang adalah:


Tanggal

Uraian
Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran utang jangka panjang
Utang jangka panjang lainnya
(Untuk
mencatat
utang
atas
pembelian gedung perkantoran)

Debet
4.000.000.0
00

Uraian
RK - SKPD
Kas Umum Daerah
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal
perolehan
gedung
perkantoran)

Debet
2.500.000.0
00

Kredit
4.000.000.0
00

BUD :
Tanggal

Kredit
2.500.000.0
00

12

PEROLEHAN SECARA GABUNGAN


Ada kalanya aset tetap diperoleh secara gabungan. Yang dimaksud
dengan gabungan di sini adalah perolehan beberapa aset tetap namun
harga yang tercantum dalam faktur adalah harga total seluruh aset tetap
tersebut. Cara penilaian masing-masing aset tetap yang diperoleh secara
gabungan ini adalah dengan menghitung berapa alokasi nilai total
tersebut untuk masing-masing aset tetap dengan membandingkannya
sesuai dengan nilai wajar masing-masing aset tetap tersebut di pasaran.
Ilustrasi 5 : Perolehan Aset Tetap Secara Gabungan
Dinas Pendidikan membeli secara gabungan sebidang tanas seluas 500
m2 beserta gedung dua tingkat yang berada di atas tanah tersebut
dengan biaya perolehan sebesar Rp3.200.000.000,00. Berita Acara Serah
Terima ditandatangani pada tanggal 7 September 2014. Nilai wajar (harga
pasar) tanah di daerah tersebut adalah Rp1.800.000,00/m2. Sementara
itu gedung setipe itu memiliki nilai wajar sebesar Rp2.700.000.000,00.
Berdasarkan informasi tersebut, dapat dihitung biaya perolehan dari
masing-masing aset, yaitu :
Tanah =
(500 m2 x Rp. 1.800.000,00)
x Rp.
3.200.000.000,00
(500 m2 x Rp. 1.800.000,00) + Rp.2.700.000.000,00
= Rp. 800.000.000,00
Gedung =
Rp. 2.700.000.000,00
3.200.000.000,00
(500 m2 x Rp. 1.800.000,00) + Rp.2.700.000.000,00
= Rp. 2.400.000.000,00

x Rp.

Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pembelian gabungan


tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal
07 Sep 14

Uraian
Tanah untuk bangunan
tempatkerja/jasa
Bangunan Gedung Kantor
Utang Belanja Modal Tanah
Utang Belanja Modal
Gedung&Bangunan

Debet
800.000.0
00
2.400.000.0
00

Kredit
800.000.00
0
2.400.000.0
00

Pada tanggal 15 September 2015, diterbitkan SP2D LS untuk pembayaran


pembelian gedung dan tanah tersebut. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
terbitnya SP2D LS ini adalah sebagai berikut:
Tanggal
15 Sep
14

Uraian
Utang Belanja Modal Tanah
Utang Belanja Modal

Debet
800.000.0
00

Kredit

13

Gedung&Bangunan
RK PPKD
(jurnal LO/Neraca untuk mencatat
pelunasan hutang)
Belanja modal pengadaan Tanah untuk
bangunan tempat kerja/jasa
Belanja modal pengadaan Bangunan
Gedung Kantor
Estimasi Perubahan SAL
(jurnal LRA untuk mencatat realisasi
anggaran)

2.400.000.0
00

3.200.000.0
00

800.000.0
00
2.400.000.0
00

3.200.000.0
00

PERTUKARAN ASET TETAP


Pemerintah dimungkinkan untuk saling bertukar aset tetap baik
yang serupa maupun yang tidak. Permasalahan utama apabila suatu aset
dipertukarkan adalah bagaimana cara penilaiannya.
Apabila aset tetap ditukar dengan aset tetap yang yang tidak
serupa atau aset lainnya, maka aset tetap yang baru diperoleh tersebut
dinilai berdasarkan nilai wajarnya, yang terdiri atas nilai aset tetap yang
lama ditambah jumlah uang yang harus diserahkan untuk mendapatkan
aset tetap baru tersebut.
Apabila suatu aset tetap ditukar dengan aset yang serupa, yang
memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa, atau
kepemilikan aset yang serupa, maka tidak ada keuntungan dan kerugian
yang diakui dalam transaksi ini. Biaya aset yang baru diperoleh dicatat
sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas aset yang dilepas.
Ilustrasi 6 : Perolehan Aset Tetap dengan Pertukaran Aset
Pada tanggal 4 Maret 2014 Pemda menukarkan gedung kantor dengan
tanah milik Pemdes. Gedung tersebut harga perolehannya adalah
Rp1.000.000.000,00 dengan akumulasi depresiasi Rp600.000.000,00. Nilai
wajar gedung yang diserahkan Rp500.000.000. Nilai tanah milik Pemdes
adalah Rp500.000.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah :
Tanggal
04 Mar
14

Uraian
Tanah
Akumulasi Penyusutan
Gedung Kantor
Surplus Penjualan aset dan
bangunan

Debet
500.000.
000
600.000.0
00

Kredit
1.000.000.0
00
100.000.00
0

ASET DONASI
Donasi merupakan sumbangan kepada pemerintah tanpa
persyaratan. Aset Tetap yang diperoleh dari donasi (sumbangan) harus
dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Donasi/hibah baik dalam
14

bentuk uang maupun barang dicatat sebagai pendapatan hibah dan harus
dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran. Jika donasi/hibah ini dalam
bentuk uang tidak akan terjadi permasalahan. Lain halnya dengan hibah
dalam bentuk barang. Perlakuan untuk hibah dalam bentuk barang ini
adalah dengan menganggap seolah-olah ada uang kas masuk sebagai
pendapatan hibah, kemudian uang tersebut dibelanjakan aset tetap yang
bersangkutan. Untuk keperluan administrasi anggaran akan diterbitkan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) pengesahan sebesar nilai barang
yang diterima. Dengan demikian, jurnal yang harus dibuat meliputi 3
jurnal yaitu pengakuan pendapatan, belanja modal, dan jurnal pengakuan
aset tetap. Jurnal pengakuan pendapatan dan belanja modal akan
mempengaruhi laporan realisasi anggaran, sedangkan jurnal pengakuan
aset mempengaruhi neraca.
ASET BERSEJARAH
Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau dikuasai
oleh pemerintah yang karena umur dan kondisinya aset tetap tersebut
harus dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala macam tindakan
yang dapat merusak aset tetap tersebut. Lazimnya, suatu aset tetap
dikategorikan sebagai aset bersejarah jika mempunyai bukti tertulis
sebagai barang/bangunan bersejarah.
Barang/bangunan peninggalan sejarah tersebut sulit ditaksir nilai
wajarnya. Oleh karena itu dalam SAP diatur bahwa aset bersejarah tidak
disajikan di neraca tetapi cukup diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK). Pengungkapan ini pun hanya mencantumkan kuantitas
fisiknya saja tanpa nilai perolehannya.
Apabila aset bersejarah tersebut masih dimanfaatkan untuk
operasional pemerintah, misalnya untuk ruang perkantoran, maka
perlakuannya sama seperti aset tetap lainnya, yaitu dicantumkan di
neraca dengan nilai wajarnya.

3. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN ASET TETAP


A. Penyajian
Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca adalah sebagai berikut:
Aset
Aset Tetap
Tanah
xxx
Peralatan dan Mesin
xxx
Gedung dan Bangunan
xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan
xxx
Aset Tetap Lainnya
xxx
15

Konstruksi dalam Pengerjaan xxx


Akumulasi Penyusutan
(xxx)
Total Aset Tetap
xxx
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Total Ekuitas Dana Investasi

xxx
xxx

Akumulasi Penyusutan disajikan dalam angka negatif untuk mengurangi


total nilai aset tetap. Jumlah total aset tetap harus sama dengan nilai akun
Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

B. Pengungkapan
Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus
diungkapkan
dalam
Catatan
atas
Laporan
Keuangan
(CaLK).
Pengungkapan ini sangat penting sebagai penjelasan tentang hal-hal
penting yang tercantum dalam neraca. Tujuan pengungkapan ini adalah
untuk meminimalisasi kesalahan persepsi bagi pembaca laporan
keuangan.
Dalam CaLK harus diungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap
sbb:

Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai


tercatat

Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan


aset tetap

Rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode yang


menunjukkan :
- Penambahan
(pembelian,
hibah/donasi,
pertukaran
aset,
reklasifikasi, dan lainnya)
- Perolehan yang berasal dari pembelian/pembangunan direkonsiliasi
dengan total belanja modal
- Pengurangan (penjualan, penghapusan dan penilaian)

Informasi penyusutan yang meliputi: nilai penyusutan, metode


penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang
digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada
awal dan akhir periode.
Selain itu, untuk Konstruksi dalam pengerjaan dalam CaLK juga harus
diungkapkan:

Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat


penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya pada tanggal neraca
16

Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaannya


Jumlah biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal

neraca

Uang muka kerja yang diberikan sampai dengan tanggal

neraca

Jumlah retensi. Retensi adalah prosentase dari nilai


penyelesaian yang akan digunakan sebagai jaminan akan dilaksanakan
pemeliharaan oleh kontraktor pada masa yang telah ditentukan dalam
kontrak.

Contoh Pengakuan Peninggian Tanggul Lumpur Sidoarjo


Satker Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) membangun
tanggul untuk mengatasi dampak semburan lumpur Lapindo. Diperkirakan
fenomena semburan Lumpur akan berlangsung selama 20 tahun. Akibat
fenomena semburan Lumpur tersebut terjadi deformasi geologi, yaitu
amblesnya (subsidence) permukaan tanah pada beberapa areal. Dampak
dari peristiwa tersebut (subsidence) adalah amblesnya beberapa bagian
tanggul sehingga perlu peninggian kembali tanggul untuk memenuhi
elevansi/ketinggian tertentu. Amblesnya tanggul seringkali terjadi pada
masa pelaksanaan proyek peninggian tanggul, sehingga diperlukan
akuntansi yang tepat atas transaksi peninggian tersebut.
Atas kegiatan peninggian tanggul dapat dijelaskan secara akuntansi
sebagai berikut:
a. Kegiatan yang dilakukan adalah peninggian tanggul dan bukan
pembangunan tanggul awal. Penggunaan istilah peninggian tanggul
mengindikasikan telah adanya aset tanggul awal yang telah dibangun
sebelumnya. Dengan demikian, pengeluaran peninggian tanggul lebih
tepat jika diklasifikasikan sebagai pengeluaran setelah perolehan asset.
b. Adanya fenomena deformasi geologi yang diperkirakan akan terjadi
dalam jangka panjang (20 tahun) menimbulkan adanya risiko
ketidakpastian perolehan manfaat ekonomi di masa yang akan datang
dari peninggian tanggul tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan mengacu pada PSAP 08
Paragraf 13 yang menyebutkan:
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam
Pengerjaan jika:
(a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang
akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan
diperoleh;
(b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
(c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
maka peninggian tanggul tidak dapat diakui sebagai KDP. Pengeluaran
tersebut lebih tepat jika diklasifikasikan sebagai belanja operasional
17

karena potensi ekonomis masa depan dari peninggian tanggul tidak dapat
ditentukan dengan andal.

4. PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN AWAL ASET TETAP


A. Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap
Aset tetap diperoleh pemerintah dengan maksud untuk digunakan
dalam kegiatan operasional pemerintahan. Aset tetap bagi pemerintah, di
satu sisi merupakan sumberdaya ekonomi, di sisi lain merupakan suatu
komitmen, artinya di kemudian hari pemerintah wajib memelihara atau
merehabilitasi aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran yang dapat
memberikan manfaat lebih dari satu tahun (memperpanjang manfaat aset
tersebut dari yang direncanakan semula atau peningkatan kapasitas,
mutu produksi, atau peningkatan kinerja) disebut dengan pengeluaran
modal (Capital expenditure). Sedangkan pengeluaran yang memberikan
manfaat kurang dari satu tahun (termasuk pengeluaran untuk
mempertahankan kondisi aset tetap) disebut dengan pengeluaran
pendapatan (Revenue expenditure).
Misalnya Pemda A mempunyai sebuah komputer yang dibeli tahun
2004 dengan nilai perolehan Rp5.000.000,00. Setiap tahun dikeluarkan
biaya pemeliharaan sebesar Rp200.000,00. Setelah biaya pemeliharaan
tersebut dikeluarkan, nilai komputer tetap Rp5.000.000,00. Pada tahun
2005 komputer tersebut di upgrade dengan biaya Rp500.000,00. Atas
biaya upgrade yang dapat meningkatkan kapasitas komputer tersebut,
maka nilai komputer menjadi Rp5.500.000,00.
B. Pengakuan Pengeluaran Setelah Perolehan Awal
Pengeluaran setelah perolehan awal dapat diakui sebagai
pengeluaran modal (capital expenditure) atau sebagai pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure).
Kapitalisasi setelah perolehan awal aset tetap dilakukan terhadap biayabiaya lain yang
dikeluarkan setelah pengadaan awal yang dapat
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi
manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja. Sebaliknya,
pengeluaran-pengeluaran yang tidak memperpanjang masa manfaat atau
yang kemungkinan besar tidak memberi manfaat ekonomik di masa yang
akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan kinerja diperlakukan sebagai biaya (expense).
C. Pengukuran Berikutnya Terhadap Pengakuan Awal
Pengeluaran-pengeluaran yang dikapitalisasi diukur sebesar jumlah
biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperpanjang masa manfaat atau
yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan
datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan kinerja aset yang bersangkutan. Pengeluaran yang
dikaitalisasi dapat berupa pengembangan dan penggantian utama.
Pengembangan disini maksudnya adalah peningkatan aset tetap karena
meningkatnya manfaat aset tetap tersebut. Biaya pengembangan ini akan
18

menambah harga perolehan aset tetap yang bersangkutan. Sedangkan


penggantian utama adalah memperbaharui bagian aset tetap, dimana
biaya penggantian utama ini akan dikapitalisasi dengan cara mengurangi
nilai bagian yang diganti dari harga aset tetap yang semula dan
menambahkan biaya penggantian.
Contoh Kasus
Pada tahun 2009, Kementerian S melakukan pemeliharaan gedung dan
bangunan sebagai berikut:
Tanggal 10 Agustus 2009 dilakukan kegiatan pemasangan keramik
yang semula hanya berupa lantai tanah sejumlah Rp600.000.000
dengan pembebanan pada akun belanja modal gedung dan
bangunan.
Tanggal 10 September 2009 dilakukan pengecatan taman gedung
sejumlah Rp300.000.000 dengan pembebanan pada akun belanja
pemeliharaan.
Atas transaksi tersebut biaya pemeliharaan yang dapat dikapitalisasi
hanyalah biaya pemasangan keramik. Biaya pengecatan taman diakui
sebagai beban tahun berjalan dan tidak perlu dikapitalisasi karena
merupakan kegiatan pemeliharaan rutin yang tidak menunjukkan adanya
suatu peningkatan mutu/kualitas/kapasitas atas aset yang bersangkutan.
Jurnal yang dibuat oleh Kementerian S adalah sebagai berikut.
Tanggal
10/8/2009

10/9/2009

Uraian
Belanja Modal Gedung dan bangunan
Piutang dari KUN
(mencatat biaya pemasagan keramik
gedung dan bangunan)
Gedung dan Bangunan
Diinvestasikan dalam aset tetap
(jurnal korolari mencatat kapitalisasi
biaya pemeliharaan)
Belanja Pemeliharaan
Piutang dari KUN
(mencatat biaya pengecatan taman)

Debet
600.000.0
00

600.000.0
00
300.000.0
00

Kredit
600.000.0
00

600.000.0
00
300.000.0
00

Pencatatan di BUN :
Tanggal
10/8/2009
10/9/2009

Uraian
Belanja Modal
Kas Umum Negara
(mencatat pemasangan keramik)
Belanja Pemeliharaan
Kas Umum Negara
(mencatat biaya pengecatan taman)

Debet
600.000.0
00
300.000.0
00

Kredit
600.000.0
00
300.000.0
00

5. PENYUSUTAN
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan
penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan
19

konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai


dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
Adapun faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan
jumlah beban penyusutan (beban depresiasi) aset tetap, yaitu :
1. Harga perolehan aset tetap
Harga perolehan yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan dalam
memperoleh aktiva tetap hingga siap digunakan.
2. Masa manfaat yang diharapkan:
1) Periode

suatu

aset

diharapkan

digunakan

untuk

aktivitas

pemerintahan dan/atau pelayanan publik; atau


2) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari
aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik.
3. Perkiraan nilai aset tetap pada akhir masa manfaat (nilai residu/nilai
sisa)
Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah yang diperkirakan dapat
direalisasikan pada saat aktiva tidak digunakan lagi.
Penyusutan ini bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan
di sektor komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat
disajikan secara wajar. Pengertian ini berdampak pada jurnal yang harus
dibuat pada saat mengakui penyusutan, dimana tidak ada pengakuan
beban penyusutan melainkan hanya penurunan nilai aset. Nilai
penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan cara
mengurangi nilai tercatat aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset
Tetap.
Jurnal standar untuk penyusutan adalah sebagai berikut:
K/L/SKPD
Tangga
Uraian
l
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan
(Untuk mencatat penyusutan)

Ref

Debet

Kredit

XXX
XXX

PSAP 07 paragraf 53 menyatakan bahwa penyusutan adalah alokasi


yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang disusutkan (depreciable
assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Metode
penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat
ekonomik atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir
ke pemerintah.
20

Metode Penyusutan yang dapat diterapkan sesuai dengan PSAP 07


paragraf 57 adalah:
a.
Metode garis lurus (straight line method); atau
Metode penyusutan ini merupakan metode penyusutan yang paling
sederhana karena beban penyusutan dibagi rata selama masa umur
manfaat.
Rumus Penyusutan =
b.

Nilai Perolehan Nilai Residu


Umur Manfaat

Metode saldo menurun ganda (double declining method);


Metode penyusutan ini dihitung berdasarkan buku dengan tarif dua kali
tarif penyusutan garis lurus.
(Nilai yang dapat disusutkan - akumulasi
penyusutan periode sebelumnya) X Tarif
Penyusutan*
1
*Tarif Penyusutan =
X 100% X 2
Masa manfaat

Penyusutan per
periode =

Metode penyusutan ini lebih cocok diterapkan pada aset tetap yang
memiliki manfaat ekonomis yang semakin menurun dari tahun ketahun
dan peralatan berteknologi tinggi seperti komputer yang setiap saat
muncul produk yang lebih canggih.
c.

Metode unit produksi (unit of production method)


Metode penyusutan ini didasarkan pada jurnal produksi per periode
dibagi dengan jumlah produksi keseluruhan yang diestimasi.
Penyusutan per periode Produksi Periode berjalan X Tarif
=
Penyusutan**
**Tarif Penyusutan
=

Nilai yang dapat disusutkan


Masa manfaat

Metode penyusutan ini lebih cocok diterapkan pada aset tetap yang
dapat dihitung produktivitasnya seperti alat-alat dan mesin-mesin
produksi.
Penerapan dari masing-masing metode ini dapat digambarkan
melalui contoh berikut:
Sebuah mesin fotocopy yang dibeli dengan harga Rp10.000.000,00 dan
diperkirakan mempunyai masa manfaat selama 4 tahun dan kapasitasnya
mampu memfotocopy sebanyak 100.000 lembar. Penyusutan yang dapat
dihitung setiap tahun dari mesin ini adalah sebagai berikut:
a.

Metode garis lurus


Tahun I : Rp10.000.000,00 : 4 = Rp2.500.000,00
21

Jurnal:
SKPD
Tangga
Uraian
l
DiinvestasikandalamAsetTetap

Ref

Debet

Kredit

2.500.0
00

Akumulasi Penyusutan

2.500.00
0

(Untuk mencatat penyusutan)


Penghitungan dan jurnal yang sama harus dilakukan untuk 3 tahun
berikutnya sehingga nilai dari mesin tersebut pada akhir tahun ke 4
adalah Rp1,00

b. Metode saldo menurun ganda


Persentase penyusutan per tahun = 2 x (100/4) = 50%
Tahun I : Rp10.000.000,00 x 50% = Rp5.000.000,00
SKPD
Tangga
Uraian
Ref Debet
Kredit
l
DiinvestasikandalamAsetTetap
5.000.0
00
Akumulasi Penyusutan
5.000.00
0
(Untuk mencatat penyusutan)
Tahun II : (Rp10.000.000,00 - 5.000.000,00) x 50% = Rp2.500.000,00
Jurnal:
SKPD
Tangga
Uraian
l
DiinvestasikandalamAsetTetap

Ref

Debet

Kredit

2.500.0
00

Akumulasi Penyusutan

2.500.00
0

(Untuk mencatat penyusutan)


Tahun III : (Rp5.000.000,00 2.500.000,00) x 50% = Rp1.250.000,00
Jurnal:
SKPD
Tangga
Uraian
l
DiinvestasikandalamAsetTetap

Ref

Debet

Kredit

1.250.0
00
22

Akumulasi Penyusutan

1.250.00
0

(Untuk mencatat penyusutan)


Tahun IV : (Rp2.500.000,00
(pembulatan)
Jurnal:

1.250.000,00)

SKPD
Tangga
Uraian
l
DiinvestasikandalamAsetTetap

Ref

= Rp1.250.000,00

Debet

Kredit

1.250.0
00

Akumulasi Penyusutan

1.250.00
0

(Untuk mencatat penyusutan)

c. Metode unit produksi


Persentase penyusutan per tahun tergantung dari jumlah produksi
pada tahun tersebut
Tahun I : Produksi 30.000 lembar
Penyusutan = (30.000/100.000) x Rp10.000.000,00
= Rp3.000.000,00
Jurnal:
SKPD
Tangga
Uraian
l
DiinvestasikandalamAsetTetap
Akumulasi Penyusutan

Ref

Debet

Kredit

3.000.0
00
3.000.00
0

(Untuk mencatat penyusutan)

Tahun II dan seterusnya penyusutan dihitung berdasarkan produksi


pada tahun tersebut, dan penyusutan tersebut harus terus dilakukan
meskipun telah melewati umur teknisnya.
6. PENILAIAN KEMBALI (REVALUATION)
Dalam hal terjadi perubahan harga secara signifikan, pemerintah
dapat melakukan penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki. Hal ini
23

diperlukan agar nilai aset tetap pemerintah yang ada saat ini
mencerminkan nilai wajar sekarang. SAP mengatur bahwa pemerintah
dapat melakukan penilaian kembali (revaluasi) sepanjang revaluasi
tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku
secara nasional misalkan undang-undang, peraturan pemerintah, atau
peraturan presiden.
Apabila revaluasi telah dilakukan maka nilai aset tetap yang ada di
neraca harus disesuaikan dengan cara menambah/mengurangi nilai
tercatat dari setiap aset tetap yang bersangkutan dan akun Diinvestasikan
dalam Aset Tetap sesuai dengan selisih antara nilai hasil revaluasi dengan
nilai tercatat.
Jurnal standar untuk mencatat hasil revaluasi adalah:
a. Bila nilai revaluasi lebih kecil daripada nilai tercatat, misalnya untuk
tanah
SKPD
Tangga
Uraian
l
DiinvestasikandalamAsetTetap
Tanah
(Untuk mencatat revaluasi)

Ref

Debet

Kredit

XXX
XXX

b. Bila nilai revaluasi lebih besar daripada nilai tercatat, misalnya:


SKPD
Tangga
Uraian
l
Tanah
DiinvestasikandalamAsetTetap
(Untuk mencatat revaluasi)

Ref

Debet

Kredit

XXX
XXX

7. PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET TETAP


Aset tetap diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam
mendukung kegiatan operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Namun demikian, pada saatnya suatu aset tetap
harus dihentikan dari penggunaannya. Beberapa keadaan dan alaasan
penghentian aset tetap antara lain adalah penjualan aset tetap,
pertukaran dengan aset tetap lainnya, atau berakhirnya masa manfaat
aset tetap sehingga perlu diganti dengan aset tetap yang baru. Secara
umum, penghentian aset tetap dilakukan pada saat dilepaskan atau aset
tetap tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan
dari penggunaan atau pelepasannya.
24

Apabila suatu aset tetap tidak dapat digunakan karena aus,


ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang
berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang
(RUTR) atau masa kegunaannya telah berakhir, maka penggunaannya
arus dihentikan.
PSAP 07 paragraf 76 dan 77 menyatakan bahwa suatu aset tetap
dieliminasikan dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara
permanen dihentikan penggunaanya dan tidak ada manfaat ekonomik
masa yang akan datang. Aset tetap yang secara permanen dihentikan
atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Apabila suatu aset tetap dihentikan dari penggunaanya, baik karena
dipindahtangankan maupun karena berakhirnya masa manfaat/tidak lagi
memiliki manfaat ekonomi, maka pencatatan akun aset tetap yang
bersangkutan harus ditutup.
Dalam hal penghentian aset tetap merupakan akibat dari
pemindahtanganan dengan cara dijual atau dipertukarkan sehingga pada
saat terjadinya transaksi belum seluruh nilai buku aset tetap yang
bersangkutan, habis disusutkan, maka selisih antara harga jual atau harga
pertukarannya dengan nilai buku aset tetap terkait diperlakukan sebagai
penambah atau pengurang ekuitas dana. Penerimaan kas akibat
penjualan dibukukan sebagai pendapatan dan dilaporkan pada Laporan
Realisasi Anggaran.
Contoh :
Sebuah mobil yang dibeli pada tanggal 1 Maret 2006 dengan harga
Rp.180juta terkena bencana alam gempa bumi pada tahun 2009 dan
dijual kembali pada tanggal 1 Nopember 2009 dengan harga Rp.300juta.
Sebelumnya mobil ditaksir akan dapat digunakan selama 5 tahun tanpa
nilai residu. Pemerintah melakukan penyusutan aset tetapnya menurut
umur setiap unit aset tetap secara individual atas dasar metode garis
lurus, dengan menggunakan tahun kalender sebagai tahun bukunya.
Perhitungan penjualan mobil tersebut adalah sebagai berikut :
Harga jual mobil
Rp.30.000.000,Nilai buku mobil :
Harga perolehan
Rp.180.000.000,Akumulasi Penyusutan :
2006 = 9 bulan
Rp.27.000.000,2007 = 12 bulan
Rp.36.000.000,2008 = 12 bulan
Rp.36.000.000,2009 = 10 bulan
Rp.30.000.000,Jumlah akumulasi penyusutan
(Rp.129.000.000,-)
Nilai buku mobil
Rp.51.000.000,25

Rugi penjualan mobil

(Rp.21.000.000,-)

Jurnal yang dibuat untuk mengeliminasi akun mobil adalah sebagai berikut
:
Untuk mencatat pengurangan mobil akibat penjualan :
Akumulasi penyusutan
Rp.129.000.000,Diinvestasikan dalam aset tetap Rp. 51.000.000,Peralatan dan mesin
Rp.180.000.000, Untuk mencatat penerimaan kas dari penjualan mobil :
Kas
Rp.30.000.000,Pendapatan.....
Rp.30.000.000,Apabila
penghentian
suatu
aset
tetap
akibat
dari
proses
pemindahtanganan berupa hibah atau penyertaan modal negara/daerah,
maka akun aset tetap dan ekuitas dana akan dikurangkan dari pembukuan
sebesar nilai buku dan tidak menimbulkan pendapatan.
Dari contoh diatas, apabila mobil tersebut dihibahkan atau dijadikan
penyertaan modal negara/daerah maka jurnal untuk mengeliminiasi akun
mobil adalah sebagai berikut :
Apabila diterapkan penyusutan :
Akumulasi penyusutan
Rp.129.000.000,Diinvestasikan dalam aset tetap Rp. 51.000.000,Peralatan dan mesin
Rp.180.000.000, Apabila tidak diterapkan penyusutan :
Diinvestasikan dalam aset teap
Peralatan dan mesin

Rp.180.000.000,Rp.180.000.000,-

26

BAB. III
PENUTUP

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat


lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk
digunakan

dalam

kegiatan

pemerintah

atau

dimanfaatkan

oleh

masyarakat umum.
Klasifikasi aset tetap adalah tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan
konstruksi dalam pengerjaan.
Pengakuan aktiva tetap ditandai dengan telah diterimanya atau
diserahkannya hak kepemilikan atas aset tetap, dan atau pada saat
penguasaannya berpindah.
Aset

tetap

dinilai

dengan

biaya

perolehan.

Apabila

tidak

memungkinkan menggunakan harga perolehan, maka digunakan nilai


wajar pada saat perolehan.
Nilai aset tetap yang ada dalam neraca merupakan gabungan dari
seluruh aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh suatu pemerintah.
Apabila pembaca laporan keuangan ingin mengetahui rincian aset tetap
tersebut, maka laporan keuangan perlu lampiran tentang Daftar Aset
yang terdiri dari nomor kode aset tetap, nama aset tetap, kuantitas aset
tetap, dan nilai aset tetap.

27

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor
-07 tentang Akuntansi Aktiva Tetap
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Buletin Teknis Standar Akuntansi
Pemerintah No. 09 tentang Akuntansi Aset Tetap
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah
Modul Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual Akuntansi Aset Tetap
Kementerian Dalam Negeri Dirjen Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan
Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat
Keputusan Menkeu RI Nomor 145/KM.06/2014 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menkeu Nomor 94/KM.06/2013 tentang Modul Penyusutan
Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
http://keuda.kemendagri.go.id/asset/dataupload/paparan/paparan-modulsap-akrual/AKUNTANSI-ASET-TETAP.pdf
http://akuntansi-unsika.blogspot.com/2012/06/aktiva-tetap-menurut-standarakuntansi.html#.VFDhgme6rdg
http://www.informasi-pendidikan.com/2014/03/akuntansi-aktiva-tetap.html
http://www.bpkp.go.id/%20jateng/konten/1908/Penyusutan-Aset-TetapPemerintah-dan-Permasalahannya.bpkp

28

Anda mungkin juga menyukai