Anda di halaman 1dari 6

MODUL

AKUNTANSI FORENSI K DAN FRAUD AUDITI NG





BAB 1
KONSEP DASAR AKUNTANSI FORENSIK


Mempelajari Akuntansi forensik adalah sebuah proses yang unik terutama dikarenakan
oleh sifat dasar ilmu akuntansi forensik itu sendiri. Berbagai literatur baik dari dalam maupun
luar negeri telah ditulis sebagai upaya untuk memberikan gambaran tantang apa dan bagaimana
akuntansi forensik itu sebenarnya. Namun demikian, muncul berbagai kebingungan terutama
terkait dengan perbedaaan dari pandangan para penulis literatur literatur tersebut dalam
menggambarkan proses proses yang ada dalam akuntansi forensik.

Adalah suatu hal yang umum apabila seseorang mempelajari ilmu akuntansi keuangan
atau audit atas laporan keuangan maka salah satu standar kompetensi yang digunakan untuk
mengukur penguasaan ilmu yang dipelajari adalah standar akuntansi dan standar audit yang
berlaku misalnya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan atau professional Akuntan Publik(
SPAP). Dengan kata lain akuntansi keuangan adalah ilmu yang rule based yang mekanisme
pelaksanaannya harus dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. Di sisi lain, ilmu akuntansi
forensik sendiri adalah ilmu yang didesain untuk dapat selalu menyesuaikan dengan
permasalahan yang ada atau dengan kata lain bersifat problem based. Sifat problem
based inilah yang menjadikan ilmu akuntansi forensik selalu berubah mengikuti ruang dan
waktu sejalan dengan perubahan permasalahan yang dihadapi.

Karakter inilah yang menjadi penyebab mengapa isi dari buku buku akuntansi forensik
seringkali berbeda satu sama lain. Tiap penulis sering mempersepsikan problem yang dihadapi
secara berbeda beda dan akan menyarankan mekanisme penyelesaian yang walaupun ada
kemiripan namun banyak juga perbedaannya. Bahkan dalam pemilihan nama dan istilahpun
sering berbeda seperti misalnya akuntansi forensik, akuntansi investigasi, pemeriksaan
kecurangan dan lain sebagainya.

Karakter problem based dari ilmu akuntansi forensik menjadikan ilmu ini lebih
fleksibel dalam mengikuti perkembangan jaman. Namun disisi lain ini juga menimbulkan
MODUL
AKUNTANSI FORENSI K DAN FRAUD AUDITI NG


tantangan dalam pelaksanaannya terutama terkait dengan evaluasi hasil kerja seorang akuntan
forensik. Jika seorang auditor eksternal biasa dinilai kinerjanya dari kesesuaian hasil kerjanya
dengan ketentuan/standar yang berlaku maka hal ini seringkali menjadi sulit bagi akuntan
forensik dikarenakan akuntansi forensik tidak memiliki standar universal how to yang setara
dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) ataupun Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP). Suatu audit forensik umunya dilakukan dengan guideline yang dikembangkan untuk
satu atau sekelompok permasalahan khusus dan untuk dipraktekan di lingkungan tertentu.
Intinya, prosedur akuntansi forensik dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan
dari para praktisinya. Di Indonesia, walaupun pemberitaan tentang kasus kecurangan sering
difokuskan pada kasus korupsi di lingkungan instansi pemerintah, kenyataannya masih banyak
kasus kasus kecurangan yang lain yang menuntut pendekatan yang berbeda ketika dilakukan
audit forensik.

Sifat problem based dari akuntansi forensik ini juga memunculkan tantangan dalam
pengembangan sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang ini melalui jalur
pendidikan. Dalam dunia pendidikan tinggi, sudah banyak perguruan tinggi yang
mengintegrasikan akuntansi forensik ke dalam kurikulumnya. Namun demikian ketiadaan acuan
how to adalah suatu tantangan tersendiri dalam proses pendidikan akuntansi forensik. Para
pengajar dituntut untuk dapat memberikan materi pengajaran yang up to date yang sesuai dengan
tuntutan kondisi saat ini. Konsekuensinya adalah bahwa kurikulum akuntansi forensik
hendaknya senantiasa direview dan direvisi mengikuti perubahan kondisi dan situasi.

Pada prinsipnya, proses audit forensik adalah suatu proses menemukan jawaban dari satu
atau sekelompok pertanyaan, mirip seperti proses penelitian. Audit forensik dianggap berhasil
jika telah dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang ditetapkan di awal proses. Pertanyaan
yang dimaksud seringkali terkait dengan aspek What, Who, Why, Where, When dan
How dari suatu tindak kecurangan.

Audit forensik adalah suatu proses yang sangat penting yang tidak dapat diawali secara
sembarangan. Proses awal audit forensik biasa disebut predication dimana pihak-pihak yang
MODUL
AKUNTANSI FORENSI K DAN FRAUD AUDITI NG


berkompeten mempunyai keyakinan bahwa berdasarkan informasi awal yang telah ada maka
akuntansi forensik layak untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, dasar memutuskan untuk
mengawali audit forensik bukanlah berdasar prasangka semata malainkan fakta fakta awal
yang didukung oleh bukti yang memadai.

Walaupun sering dikategorikan sebagai bagian dari ilmu akuntansi, dalam prakteknya akuntansi
forensik sering mengadopsi bagian dari berbagai ilmu yang lain seperti misalnya, hukum,
teknologi informasi, kriminologi dan psikologi. Sifat multidisiplin ilmu akuntansi forensik sangat
erat kaitannya dengan sifat problem based nya dimana banyak aspek permasalahan yang tidak
bisa diselesaikan dengan hanya menggunakan pengetahuan akuntansi saja, sehingga dibutuhkan
pengetahuan pengetahuan yang lain untuk mendukungnya. Oleh karena itu walaupun sering
dianggap sebuah spesialisasi bidang akuntansi, terkait beragamnya permasalahan yang dihadapi,
akuntansi forensik sebenarnya mempunyai sub- sub spesialisasi yang sangat banyak. Beberapa
sub-spesialisasi yang paling dikenal adalah: anti - corruption, anti money laundering, counter-
terrorist financing, dsb.

Proses pencarian jawaban dalam proses audit forensik tidak mengacu pada satu standar
teknis yang universal melainkan menggunakan prosedur - prosedur yang menyesuaikan dengan
kebutuhan di lapangan. Tiap - tiap lembaga yang berkompeten di bidang akuntansi forensik
umumnya mempunyai Standard Operating Procedure (SOP) masing - masing yang mengatur
tata cara pelaksanaan audit forensik di lingkungan profesinya masing - masing. Prosedur
prosedur audit forensik tersebut umumnya disusun berdasarkan praktek praktek baik (best
practice) yang pernah dilakukan sebelumnya. Buku ini akan membahas kaidah kaidah umum
akuntansi forensik berdasarkan best practice yang ada. Kaidah kaidah tersebut diharapkan
dapat dikembangkan dan digunakan baik di lingkungan pemerintah maupun swasta.

Satu hal yang menjadi kualifikasi utama seorang akuntan forensik adalah kemampuan
untuk menjelaskan hal hal yang rumit menjadi mudah untuk dipahami yang biasanya akan
terlihat dari proses penyusunan laporan investigasinya. Terkait dengan masalah kecurangan
(fraud), dalam prakteknya tujuan akuntansi forensik seringkali difokuskan pada pembuktian
MODUL
AKUNTANSI FORENSI K DAN FRAUD AUDITI NG


benar tidaknya sebuah tuduhan (prove or disprove of allegation). Untuk dapat melaksanakan
proses ini dengan sistematis maka akuntan forensik dapat menggunakan kerangka investigasi
atau investigation framework sebagai acuan (lihat contoh di bawah ini).


Sumber: Diadaptasi dari ACFE, 2011

Kerangka investigasi seperti ini sangat penting fungsinya dalam pelaksanaan audit
forensik terutama ketika seorang akuntan forensik harus menjelaskan proses investigasi yang
telah dia lakukan di pengadilan sebagai seorang saksi ahli. Dalam kerangka tersebut diatas,
proses investigasi diawali dengan identifikasi red flags atau tanda tanda kecurangan misalnya
dari laporan atau informasi baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Setelah semua red flags
diidentifikasi dan tahapan predication dilalui, maka audit forensik dapat dilaksanakan.
MODUL
AKUNTANSI FORENSI K DAN FRAUD AUDITI NG



Secara prinsip, proses pencarian jawaban dalam audit forensik dimulai dengan
menentukan terlebih dahulu pertanyaan apa yang perlu dijawab. Dari pertanyaan tersebut maka
akan dirumuskan hipotesis yang akan diuji terkait dengan pertanyaan tersebut. Hipotesis
umumnya dirumuskan dengan menggunakan pendekatan worst case scenario yaitu dengan
mengasumsikan kemungkinan terburuk seperti misalnya seseorang dalam organisasi telah
menerima suap. Kemudian dengan menggunakan pendekatan what if scenario akuntan forensik
akan mencari fakta untuk membuktikan atau menolak dugaan tersebut. Hasil investigasi
kemudian akan dituangkan dalam sebuah laporan yang akan dibaca oleh pihak pihak yang
berkepentingan seperti misalnya Board of Directors, shareholders, hakim, jaksa, masyarakat dan
media massa dan lain-lain.

Satu sisi penting dari akuntansi forensik adalah aspek pencegahan kecurangan dimana
seorang akuntan forensik dapat juga memberikan jasa assessment terhadap pengendalian internal
di suatu organisasi untuk mengidentifikasi dan meminimalisir resiko kecurangan yang ada.
Berdasarkan penelitian ACFE, setengah dari kasus kasus kecurangan di dunia kerugiannya
tidak bisa dikembalikan. Ini menunjukkan arti pentingnya aspek pencegahan kecurangan.
Dengan menganalogikan kecurangan sebagai sebuah penyakit maka mencegah lebih baik
daripada mengobati. Dalam prakteknya pencegahan kecurangan adalah tanggung jawab semua
komponen organisasi. Dalam sebuah negara, maka tanggung jawab pemberantasan kecurangan
seperti misalnya korupsi, penyuapan dan lain sebagainya adalah tanggung jawab seluruh lapisan
masyarakat.

Seperti yang akan dibahas lebih lanjut di buku ini, salah satu faktor penting penyebab
kecurangan adalah "rasionalisasi" yang merupakan suatu bentuk pembenaran terhadap tindak
kecurangan yang dilakukan oleh pelaku. Penelitian membuktikan bahwa proses terbentuknya
rasionalisasi kecurangan bukanlah proses yang instan. Rasionalisasi terbentuk sejak seorang
manusia masih kecil mulai dari lingkungan keluarga kemudian sekolah dan akhirnya perguruan
tinggi. Tiap - tiap lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap pola pikir para generasi muda
yang yang akan terbawa sampai ketika mereka menjadi para profesional di bidangnya.
MODUL
AKUNTANSI FORENSI K DAN FRAUD AUDITI NG



Aspek perilaku manusia sendiri menjadi komponen penting dalam proses audit forensik.
Seperti yang terlihat pada gambar kerangka investigasi diatas, akuntan/auditor forensik mulai
menganalisa perilaku pelaku kecurangan sejak sebelum akuntansi resmi laksanakan dengan
melihat pada red flags yang berupa behavioral symptoms. Contoh analisa perilaku yang biasa
dilakukan adalah analisa gaya hidup dan analisa kedekatan dengan vendor dan pelanggan. Dalam
proses pengumpulan bukti pun teknik analisa perilaku juga digunakan dalam wawancara
investigatif melalui pengamatan terhadap pernyataan verbal, bahasa tubuh dan juga ekspresi
wajah.

Diharapkan dengan berkembangnya ilmu akuntansi forensik di Indonesia maka akan
menjadi sebuah solusi bagi permasalahan kecurangan yang selama ini sering terjadi seperti
misalnya korupsi, penyuapan dan lain sebagainya. Akuntansi forensik diharapkan tidak hanya
berguna dalam proses penyelidikan namun juga dapat menjadi suatu sarana untuk pencegahan
kecurangan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai