Anda di halaman 1dari 22

Definisi, Klasifikasi dan

Pengakuan Aset dan Aset


Tetap

Kelompok 4 SAP Kelas 8A :


1. A'thfi Rijal Mufied (05)
2. Hendrayani (12)
3. Nini Dewi Handayani (18)
4. Nuni Tejo Sari (20)
5.Tirta Purnama (27)

Diploma IV Reguler
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2013

[Pick the date]


a. DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI ASET PADA SEKTOR PUBLIK............................................................... 2


A. PP No. 71 Tahun 2010............................................................................................ 2
B. PSC Study No. 5 .................................................................................................... 3
C. IPSAS No. 1 ........................................................................................................... 3

BAB II KLASIFIKASI ASET................................................................................................... 4

A. Klasifikasi umum.................................................................................................... 4
B. Klasifikasi aset lancar dan non-lancar.................................................................... 4

BAB III DEFINISI DAN KLASIFIKASI ASET TETAP.......................................................... 7

A. Definisi aset tetap.................................................................................................... 7


B. Klasifikasi aset tetap menurut SAP......................................................................... 7
C. Klasifikasi aset tetap menurut IPSAS

BAB IV PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PELAPORAN ASET TETAP....................


...................................................................................................................................10
A. Pengakuan aset tetap...............................................................................................
.............................................................................................................................10
B. Pengukuran aset tetap.............................................................................................
.............................................................................................................................11
C. Pengungkapan.........................................................................................................
.............................................................................................................................17

BAB V RENOVASI DAN PEMELIHARAAN ASET TETAP................................................


...................................................................................................................................21

1
b.
c. BAB I
d. DEFINISI ASET PADA SEKTOR PUBLIK

A. PP No 71 Tahun 2010

Dalam PSAP 01 PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


disebutkan bahwa pengertian aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaatekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta
dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.

Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi aset tersebut
untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional
pemerintah, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.

Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu aset diklasifikasikan
sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai
atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat
dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.

Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan.
Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang
digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang
digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang,
aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan dengan maksud untuk
mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi investasi nonpermanen dan permanen. Investasi
nonpermanen antara lain investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek
pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain penyertaan
modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.

Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan
jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan.

2
Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset
lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).

B. PSC Study No. 5

Entitas sektor publik menguasai berbagai klasifikasi asset dan entitas tersebut mempunyai
tugas penatausahaan aset di bawah kekuasaan entitas tersebut dan seberapa besar aset harus
dilaporkan di laporan keuangan. Tugas tersebut meliputi perolehan, penggunaan, pengamanan,
pemeiliharaan dan pelepasan aset sesuai dengan tujuan entitas.

Entitas sektor publik mungkin mengklasifikasika asetnya berdasarkan sifatnya (seperti tanah
dan bangunan) atau berdasarkan fungsinya (seperti aset yang digunakan oleh sebuah
departemen), atau berdasarkan likuiditasnya atau berdasarkan beberapa kombinasi (seperti semua
bangunan yang digunakan oleh departemen tertentu).

Menurut IASC, definisi dari aset adalah “an asset is a resource controlled by the enterprise
as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the
enterprise.” Entitas sektor publik mempunyai tugas penatausahaan aset. Pelaporan aset tersebut
akan tergantung pada aturan yang dibangun di wilayah hukum tersebut.

Study 2 menyatakan : “…the fundamental characteristics which assets will posses under
all bases of accounting” are
a) The existence of service potensial or future economic benefits,
b) The service potential or future economic benefits must arise from past transactions or events
(that is, ‘future’ assets cannot be recognized in the financial statements);
c) The service potential or future economic benefits must be controlled by the reporting entity as
at the reporting date.

C. IPSAS No. 1

Menurut IPSAS No. 1, definisi dari aset adalah “assets are resources controlled by an
entity as a result of past events and from which future economic benefits or service potential are
expected to flow to the entity.”

Manfaat ekonomi atau jasa potensial di masa yang akan datang

Assets provide a means for entities to achieve their objectives. Assets that are used to
deliver goods and services in accordance with an entity’s objectives, but which do not directly
generate net cash inflows, are often described as embodying service potential. Assets that are
used to generate net cash inflows are often described as embodying future economic benefits. To

3
encompass all the purposes to which assets may be put, this Standard uses the term “future
economic benefits or service potential” to describe the essential characteristic of assets.
BAB II
KLASIFIKASI ASET

A. Klasifikasi Umum

Pada format neraca yang terdapat pada lampiran PP 71 Tahun 2010, dapat dilihat bahwa
neraca menyajikan posisi aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Aset diklasifikasikan menjadi aset
lancar dan aset non-lancar. Aset lancar terdiri dari kas atau aset lainnya yang dapat diuangkan
atau dapat dipakai habis dalam waktu 6-12 bulan mendatang. Aset non-lancar terdiri dari
investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya. Dalam PP ini juga dijelaskan lebih lanjut
bahwa setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam asset lancar dan non-lancar
serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
dalam neraca.
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup
jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-
barang yang akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu adanya klasifikasi
terpisah antara aset lancar dan non-lancar dalam neraca untuk memberikan informasi mengenai
barang-barang yang akan digunakan dalam periode akuntansi berikutnya juga yang akan
digunakan untuk keperluan jangka panjang. Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa aset diklasifikasikan menjadi asset lancar dan aset non-lancar.

B. Klasifikasi Aset Lancar dan Non-lancar


1. Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika :
1. diharapkan segera dapat direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu
12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau
2. berupa kas dan setara kas.

Aset lancar sebagaimana dimaksud dalam pengertian di atas meliputi:

1. Kas dan setara kas.


Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Setara kas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi
jangka pendek harus dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada
resiko perubahan nilai yang signifikan.

4
2. Investasi jangka pendek.
Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua
belas) bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan.

3. Piutang.
Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan
ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan.

4. Persediaan.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan,
misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

2. Aset Non-Lancar
Aset non-lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud
yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang
digunakan masyarakat umum. Pengertian aset tak berwujud dalam definisi aset non-lancar
tersebut adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik
serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk
tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual.

Aset non-lancar diklasifikasikan lagi menjadi:


1. Investasi jangka panjang, yaitu investasi yang diadakan dengan maksud untuk
mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu
periode akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi:
a. Investasi non permanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi nonpermanen terdiri dari:
1) Investasi dalam Surat Utang Negara,
2) Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga, dan
3) Investasi non permanen lainnya.
b. Investasi permanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara berkelanjutan. Investasi permanen terdiri dari:

5
1) Penyertaan modal pemerintah pada perusahaan negara/ perusahaan daerah,
lembaga keuangan daerah, badan hukum milik negara, badan internasional, dan
badan hukum lainnya bukan milik negara, dan
2) Investasi permanen lainnya.
2. Aset tetap, yaitu aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Aset tetap terdiri dari:
a. Tanah
b. Peralatan dan mesin
c. Gedung dan bangunan
d. Jalan, irigasi, dan jaringan
e. Aset tetap lainnya, dan
f. Konstruksi dalam pengerjaan.
3. Dana Cadangan, adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya.
4. Aset non-lancar lainnya, diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam
aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo
lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan fihak ketiga (kemitraan), dan kas
yang dibatasi penggunaannya.

6
BAB III
DEFINISI DAN KLASIFIKASI ASET TETAP

A. Definisi Aset Tetap

Menurut PSAP 07 tentang Aset Tetap, Aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau
dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Termasuk dalam aset tetap pemerintah adalah aset tetap yang dimiliki oleh entitas
pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya,
universitas, dan kontraktor; dan hak atas tanah. Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah
aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan
perlengkapan (supplies).
Akuntansi Aset Tetap menurut IPSAS diatur dalam IPSAS 17 tentang Property, Plant,
and Equipment (PPE). Menurut IPSAS 17, PPE adalah barang berwujud yang:
1. diadakan untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
disewakan kepada orang lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode pelaporan.
IPSAS 17 ini berlaku untuk PPE termasuk peralatan militer khusus dan aset infrastruktur.
Namun, standar ini tidak berlaku untuk:
1. aset biologis yang terkait dengan kegiatan pertanian, dan
2. mineral dan cadangan mineral seperti minyak, gas alam dan non-regeneratif sumber daya
yang sejenis.

B. Klasifikasi Aset Tetap Menurut SAP


Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam
aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai. Termasuk dalam klasifikasi tanah ini adalah tanah yang digunakan untuk
gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.
2. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik,
inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya
lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Peralatan dan mesin
memiliki variasi terbanyak dalam kelompok aset tetap. Peralatan dan mesin ini dapat

7
berupa alat-alat berat, alat kantor, alat angkutan, alat kedokteran, alat komunikasi, dan
lain sebagainya.
3. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai. Termasuk dalam kelompok Gedung dan Bangunan adalah gedung
perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah, bangunan menara,
monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung museum, dan rambu-rambu. Gedung
dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan gedung dan
bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud
dimasukkan dalam kelompok Tanah.
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai. Jalan, irigasi, dan jaringan tersebut selain digunakan dalam kegiatan pemerintah
juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Termasuk dalam klasifikasi jalan, irigasi, dan
jaringan adalah jalan raya, jembatan, bangunan air, instalasi air bersih, instalasi
pembangkit listrik, jaringan air minum, jaringan listrik, dan jaringan telepon. Jalan,
irigasi, dan jaringan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan jalan,
irigasi dan jaringan. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud dimasukkan dalam
kelompok Tanah.
5. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Aset yang termasuk dalam kategori Aset
Tetap Lainnya adalah koleksi perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak
kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan tanaman. Termasuk dalam kategori
Aset Tetap Lainnya adalah Aset Tetap-Renovasi, yaitu biaya renovasi atas aset tetap yang
bukan miliknya, dan biaya partisi suatu ruangan kantor yang bukan miliknya.
6. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya. Standar
ini wajib diterapkan oleh entitas yang melaksanakan pembangunan aset tetap untuk
dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintahan dan/atau pelayanan
masyarakat, dalam jangka waktu tertentu, baik yang dilaksanakan secara swakelola
maupun oleh pihak ketiga. Suatu KDP ada yang dibangun tidak melebihi satu tahun
anggaran dan ada juga yang dibangun secara bertahap yang penyelesaiannya melewati
satu tahun anggaran. Apabila Pemerintah mengontrakkan pekerjaan tersebut kepada
pihak ketiga dengan perjanjian akan dilakukan penyelesaian lebih dari satu tahun
anggaran, maka penyelesaikan bagian tertentu (prosentase selesai) dari pekerjaan yang
disertai berita acara penyelesaian, pemerintah akan membayar sesuai dengan tahapan
8
pekerjaan yang diselesaikan dan selanjutnya dibukukan sebagai KDP. Permasalahan
utama akuntansi untuk KDP adalah identifikasi jumlah biaya yang diakui sebagai aset
yang harus dicatat sampai dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.

C. Klasifikasi Aset Tetap Menurut IPSAS


Pengelompokan/klasifikasiPPE adalah pengelompokan aset yang memiliki kesamaan
sifat atau fungsi dalam operasi suatu entitas. Berikut ini adalah contoh klasifikasi PPE (paragraph
52) :
a. Tanah;
b. Bangunan Operasional;
c. Jalan;
d. Mesin;
e. Jaringan transmisi listrik;
f. Kapal;
g. Pesawat;
h. Peralatan militer khusus;
i. Kendaraan Bermotor;
j. Furniture dan perlengkapan;
k. Perlengkapan kantor, dan
l. Alat Pengeboran Minyak

9
BAB IV
PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PELAPORAN ASET TETAP

Sejak diterapkannya kewajiban penyusunan neraca sebagai bagian dari laporn keuangan,
pengakuan/pencatatan, pengukuran/penilaian, dan penyajian serta pengungkapan asset tetap
menjadi focus utama, karena asset tetap memiliki nilai yang sangat signifikan dan memiliki
tingkat kompleksitas yang tinggi.
Penerapan Akuntansi Asset Tetap telah diatur dalam PP Nomor 71 Tahun 2010, tepatnya
PSAP 07 tentang Akuntansi Asset Tetap.

A. PENGAKUAN ASET TETAP

Menurut PSAP 07, aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh
dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi
kriteria:
(a) Berwujud;
(b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
(c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
(d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
(e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Penilaian manfaat ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) di masa depan, harus
dilakukan oleh setiap entitas, karena berkaitan dengan penentuan masa manfaat asset tersebut.
Manfaat tersebut dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.
Perolehan asset dapat diakui jika entitas tersebut akan mendapatkan manfaat dan risiko atas
kepemilikan asset terkait.
Tujuan utama dari perolehan asset tetap adalah untuk digunakan oleh pemerintah dalam
mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan dimaksudkan untuk dijual. Pengakuan aset tetap
akan andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat
penguasaannya berpindah. Saat pengakuan aset akan dapat diandalkan apabila terdapat bukti
bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya
sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor.

Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih
adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus
diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka
aset tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap
tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah
atas nama pemilik sebelumnya.

10
B. PENGUKURAN ASET TETAP

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh asset tetap tersebut hingga siap untuk digunakan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan
pada nilai wajar pada saat perolehan. Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila terdapat
transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya.
Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat
diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk
perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk
tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

PENILAIAN AWAL ASET TETAP


Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan
dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila
aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat
aset tersebut diperoleh.
Suatu aset tetap mungkin diterima pemerintah sebagai hadiah atau donasi. Sebagai contoh,
tanah mungkin dihadiahkan ke pemerintah daerah oleh pengembang (developer) dengan tanpa
nilai yang memungkinkan pemerintah daerah untuk membangun tempat parkir, jalan, ataupun
untuk tempat pejalan kaki. Suatu aset juga mungkin diperoleh tanpa nilai melalui
pengimplementasian wewenang yang dimiliki pemerintah. Sebagai contoh, dikarenakan
wewenang dan peraturan yang ada, pemerintah daerah melakukan penyitaan atas sebidang tanah
dan bangunan yang kemudian akan digunakan sebagai tempat operasi pemerintahan. Untuk
kedua hal di atas aset tetap yang diperoleh harus dinilai berdasarkan nilai wajar pada saat aset
tetap tersebut diperoleh. Penilaian yang dimaksud di sini bukanlah proses penilaian kembali
(revaluasi) tetapi merupakan biaya perolehan asset tetap tersebut. Untuk keperluan penyusunan
neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat
neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas
perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya perolehan atau harga wajar bila biaya
perolehan tidak ada.

Kapitalisasi Aset Tetap

a. Tanah
Untuk aset tetap berupa tanah, berapapun nilai perolehannya seluruhnya dikapitalisasi
sebagai nilai tanah.

11
b. Peralatan dan Mesin
Pengukuran Peralatan dan Mesin harus memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai
ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Kebijakan nilai satuan minimum ini dapat
berbeda-beda pada pemerintah daerah, sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing. Untuk
Pemerintah Pusat, ketentuan mengenai nilai satuan minimum mengacu kepada Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 01/KMK.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang
Milik/Kekayaan Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah, dimana nilai satuan minimum
perolehan peralatan dan mesin adalah Rp300.000.

c. Gedung dan Bangunan


Untuk Pemerintah Pusat, kebijakannya sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
01/KMK.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara dalam Sistem
Akuntansi Pemerintah, yang mengatur bahwa nilai satuan minimum perolehan gedung dan
bangunan adalah Rp10.000.000.

d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan


Untuk Jalan, Irigasi, dan Jaringan, tidak ada kebijakan Pemerintah mengenai nilai satuan
minimum kapitalisasi, sehingga berapa pun nilai perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan
dikapitalisasi.

e. Aset Tetap Lainnya


Pengukuran Aset Tetap Lainnya harus memperhatikan kebijakan pemerintah tentang
ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Sebagai contoh, pada pemerintah Pusat
kebijakan nilai satuan minimum kapitalisasi adalah: Aset Tetap Lainnya berupa koleksi
perpustakaan/buku dan barang bercorak kesenian/kebudayaan tidak ada nilai satuan minimum
sehingga berapa pun nilai perolehannya dikapitalisasi.

KOMPONEN BIAYA
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk
bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset
tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
(a) biaya persiapan tempat;
(b) biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling
cost);
(c) biaya pemasangan (installation cost);
(d) biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan
(e) biaya konstruksi.
Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga
pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak,
12
biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan maupun yang
masih harus dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai
bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut
dimaksudkan untuk dimusnahkan. Jika perolehan tanah dilakukan oleh panitia pengadaan, maka
honor panitia pengadaan/pembebasan, belanja barang, belanja perjalanan dinas disertakan dalam
biaya perolehan tanah.
Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dan
yang masih harus dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai.
Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya
langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut
siap digunakan.
Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan dan
yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya
ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasukbiaya pengurusan IMB,
notaris, dan pajak.
Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan
dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap
pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang
dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan dan
yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.
Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan suatu komponen biaya aset
tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan
aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya. Demikian pula biaya permulaan (start-up cost) dan
pra-produksi serupa tidak merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu untuk
membawa aset ke kondisi kerjanya.
Biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola ditentukan menggunakan
prinsip yang sama seperti aset yang dibeli. Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari
harga pembelian.
• PEROLEHAN GABUNGAN
Jika asset tetap diperoleh secara gabungan, maka penentuan biaya perolehannya berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing asset yang bersangkutan.
• KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan atau melewati satu periode tahun
anggaran, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai
konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap dipakai. Konstruksi
Dalam Pengerjaan yang sudah selesai dibuat atau dibangun dan telah siap dipakai harus segera
direklasifikasikan ke salah satu akun yang sesuai dalam pos aset tetap. Mengenai Konstruksi
Dalam Pengerjaan dirinci lebih lanjut dalam PSAP 08.
• PERTUKARAN ASET (EXCHANGES OF ASSETS)

13
Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagian aset tetap yang
tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos semacam itu diukur berdasarkan nilai wajar aset
yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan
dengan jumlah setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang ditransfer/diserahkan.
Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu aset yang serupa yang
memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa. Suatu aset tetap juga dapat
dilepas dalam pertukaran dengan kepemilikan aset yang serupa. Dalam keadaan tersebut tidak
ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini. Biaya aset yang baru diperoleh
dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas aset yang dilepas.
Nilai wajar atas aset yang diterima tersebut dapat memberikan bukti adanya suatu
pengurangan (impairment) nilai atas aset yang dilepas. Dalam kondisi seperti ini, aset yang
dilepas harus diturun-nilai-bukukan (written down) dan nilai setelah diturun-nilai-bukukan
(written down) tersebut merupakan nilai
aset yang diterima. Contoh dari pertukaran atas aset yang serupa termasuk pertukaran
bangunan, mesin, peralatan khusus, dan kapal terbang. Apabila terdapat aset lainnya dalam
pertukaran,misalnya kas atau kewajiban lainnya, maka hal ini mengindikasikan bahwa pos yang
dipertukarkan tidak mempunyai nilai yang sama.

ASET DONASI
Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada
saat perolehan. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa persyaratan suatu aset
tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan non-pemerintah memberikan bangunan yang
dimilikinya untuk digunakan oleh satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan
aset tetap tersebut akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya
secara hukum, seperti adanya akta hibah.
Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset tetap tersebut dihubungkan
dengan kewajiban entitas lain kepada pemerintah. Sebagai contoh, satu perusahaan swasta
membangun aset tetap untuk pemerintah dengan persyaratan kewajibannya kepada pemerintah
telah dianggap selesai. Perolehan aset tetap tersebut harus diperlakukan seperti perolehan aset
tetap dengan pertukaran. Apabila perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan aset donasi,
maka perolehan tersebut diakuisebagai pendapatan operasional.

PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN (SUBSEQUENT EXPENDITURES)


Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat
atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam
bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan.
Kapitalisasi biaya harus ditetapkan dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa kriteria
dan/atau suatu batasan jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu untuk dapat digunakan
dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak.

14
Dikarenakan organisasi pemerintah sangatlah beragam dalam jumlah dan penggunan aset
tetap, maka suatu batasan jumlah biaya kapitalisasi (capitalization thresholds) tidak dapat
diseragamkan untuk seluruh entitas yang ada. Masing-masing entitas harus menetapkan batasan
jumlah tersebut dengan mempertimbangkan kondisi keuangan dan operasionalnya. Bila telah
terbentuk maka batasan jumlah biaya kapitalisasi (capitalization thresholds) harus diterapkan
secara konsisten dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

PENGUKURAN BERIKUTNYA (SUBSEQUENT MEASUREMENT) TERHADAP


PENGAKUAN AWAL
Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi
penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap
akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun ekuitas.

PENYUSUTAN
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan
(depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk
masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban
penyusutan dalam laporan operasional.
Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai
dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat
ekonomi atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah.
Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik dan jika
terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan periode sekarang dan yang akan
datang harus dilakukan penyesuaian.
Metode penyusutan yang dapatdipergunakan antara lain:
(a) Metode garis lurus (straight line method); atau
(b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
(c) Metode unit produksi (unit of production method)
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan
sifat dan karakteristik aset tersebut.

PENILAIAN KEMBALI ASET TETAP (REVALUATION)


Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena
Standar Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau
harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah yang berlaku secara nasional.
Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep
biaya perolehan didalam penyajian aset tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap
gambaran keuangan suatu entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap
dibukukan dalam akun ekuitas.

15
Penghentian dan Pelepasan (Retirement and Disposal)
Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen
dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan datang. Aset tetap
dimana telah tidak lagi digunakan maka harus dihentikan dan dilepaskan dengan dihapuskan agar
tidak membebani biaya-biaya perawatan lainnya. Ada beberapa sebab suatu aset harus
dieliminasi ini yaitu:
a. Untuk aset berupa tanah dan bangunan
• secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak, dan tidak ekonomis apabila
diperbaiki;
• secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi;
• telah melampaui batas waktu kegunaannya/kadaluarsa;
• mengalami perubahan dalam spesifikasi karena penggunaan, seperti terkikis, aus, dan
lain-lain sejenisnya; atau
• berkurangnya aset dalam timbangan/ukuran disebabkan penggunaan/ susut dalam
penyimpanan/pengangkutan.
• aset hilang

b. Untuk aset tetap selain tanah dan bangunan


• dalam kondisi rusak berat karena bencana alam atau karena sebab lain di luar
kemampuan manusia (force majeure);
• lokasi menjadi tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang karena adanya perubahan
tata ruang kota;
• sudah tidak memenuhi kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas;
• penyatuan lokasi dalam rangka efisiensi;
• pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategis pertahanan.

Aset tetap yang dihentikan atau dilepas ini ada dua macam yaitu:
a. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas, aset ini harus dieliminasi dari
Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
b. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah, aset ini tidak lagi
memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya.

C. PENGUNGKAPAN

Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai
berikut:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
16
(1) Penambahan;
(2) Pelepasan;
(3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
(4) Mutasi aset tetap lainnya.
c. Informasi penyusutan, meliputi:
(1) Nilai penyusutan;
(2) Metode penyusutan yang digunakan;
(3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
(4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;

Selain tiga poin diatas, berdasarkan PP 71 ini terkait akuntansi aset tetap sebuah Laporan
keuangan juga harus mengungkapkan:
a. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
b. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
c. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
d. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
Adapun pengungkapan terakhir yang diatur dalam PP 71 adalah terkait apabila aset tetap
dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka kiranya hal-hal berikut harus diungkapkan:
a. Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;
b. Tanggal efektif penilaian kembali;
c. Jika ada, nama penilai independen;
d. Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;
e. Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.

Untuk aset bersejarah sendiri harus diungkapkan secara rinci sebagaimana sudah disebutkan
yaitu antara lain harus mengungkap hal-hal berupa nama, jenis, kondisi dan lokasi aset
dimaksud.

AKUNTANSI TANAH

Tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai pemerintah tidak diperlakukan secara khusus, dan
pada prinsipnya mengikuti ketentuan seperti yang diatur pada pernyataan tentang akuntansi aset
tetap. Tidak seperti institusi non-pemerintah, pemerintah tidak dibatasi satu periode tertentu
untuk kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang dapat berbentuk hak pakai, hak
pengelolaan,dan hak atas tanah lainnya yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Oleh karena itu, setelah perolehan awal tanah, pemerintah tidak memerlukan biaya
untuk mempertahankan hak atas tanah tersebut.
Pengakuan tanah di luar negeri sebagai aset tetap hanya dimungkinkan apabila perjanjian
penguasaan dan hukum serta perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan
Republik Indonesia berada mengindikasikan adanya penguasaan yang bersifat permanen.

17
Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah di luar negeri, misalnya tanah
yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, harus memperhatikan isi
perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang-undangan yang berlaku di negara tempat
Perwakilan Republik Indonesia berada. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah penguasaan
atas tanah tersebut bersifat permanen atau sementara. Penguasaan atas tanah dianggap permanen
apabila hak atas tanah tersebut merupakan hak yang kuat diantara hak-hak atas tanah yang ada di
negara tersebut dengan tanpa batas waktu.
Permasalahan kepemilikan ini biasanya terkait dengan tanah. Secara fisik, asset tetap
tersebut dikuasai, namun tidak memiliki bukti kepemilikan. Atau sebaliknya, memiliki bukti
kepemilikan yang sah, namundikuasai oleh pihak lain, oleh warga misalnya. Kondisi-kondisi di
atas di atur lebih lanjut dalam Buletin Teknis no 09, yaitu:
a. Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun dikuasai dan/atau
digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset
tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
b. Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak
lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca
pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan, bahwa
tanah tersebut dikuasai atau digunakan oleh pihak lain.
c. Dalam hal tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun dikuasai dan/atau
digunakan oleh entitas pemerintah yang lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan pada
neraca entitas pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan secara
memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau
menggunakan tanah cukup mengungkapkan tanah tersebut secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
d. Perlakuan tanah yang masih dalam sengketa atau proses pengadilan:
i) Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau
digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset
tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
ii) Dalam hal pemerintah belum mempunyai bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah
tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan
sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
iii)Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau
digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset
tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
iv)Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau
digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai asset

18
tetap tanah pada neraca pemerintah, namun adanya sertifikat ganda harus diungkapkan secara
memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS)

Pernyataan ini tidak mengharuskan pemerintah untuk menyajikan aset bersejarah (heritage
assets) di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya,
lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen,
tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art).
Beberapa karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagaiciri khas suatu aset bersejarah:
(a) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh
dilambangkan dengan nilai keuanganberdasarkan harga pasar;
(b) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya
untuk dijual;
(c) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan
walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;
(d) Sulit untuk mengestimasikan masamanfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat mencapai
ratusan tahun.
Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas.
Aset bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah mungkin mempunyaibanyak aset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-
tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi, warisan, rampasan,
ataupun sitaan. Aset ini jarang dikuasai dikarenakan alasan kemampuannya untukmenghasilkan
aliran kas masuk, dan akan mempunyai masalah sosial dan hukumbila memanfaatkannya untuk
tujuan tersebut.
Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi yang
dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai.
Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan dalam
laporan operasionalsebagai beban tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beban tersebut
termasuk seluruh beban yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebutdalam
kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.
Beberapa aset bersejarah jugamemberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain
nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk
kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.
Untuk aset bersejarah lainnya,potensi manfaatnya terbatas pada karakteristik sejarahnya
sebagai contoh monumen dan reruntuhan (ruins).

ASET INFRASTRUKTUR (INFRASTRUCTURE ASSETS)

19
Beberapa aset biasanya dianggap sebagai aset infrastruktur. Walaupun tidak ada definisi
yang universal digunakan, aset ini biasanya mempunyai karakteristik sebagai berikut:
(a) Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan;
(b) Sifatnya khusus dan tidak ada alternatif lain penggunaannya;
(c) Tidak dapat dipindah-pindahkan; dan
(d) Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya.
Walaupun kepemilikan dari aset infrastruktur tidak hanya oleh pemerintah, aset infrastruktur
secara signifikan sering dijumpai sebagai aset pemerintah. Aset infrastruktur memenuhi definisi
aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan ini.
Contoh dari aset infrastruktur adalah jaringan, jalan dan jembatan, sistem pembuangan, dan
jaringan komunikasi.

ASET MILITER (MILITARY ASSETS)

Peralatan militer, baik yang umum maupun khusus, memenuhi definisi aset tetap dan harus
diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan ini.

BAB V
RENOVASI DAN PEMELIHARAAN ASET TETAP

Setelah aset diperoleh, Pemerintah masih melakukan pengeluaran-pengeluaran yang


berhubungan dengan aset tersebut. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat berupa biaya
pemeliharaan ataupun biaya rehabilitasi atau renovasi. Pengeluaran yang dapat memberikan
manfaat lebih dari satu tahun (memperpanjang manfaat aset tersebut dari yang direncanakan
semula atau peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja) disebut dengan
pengeluaran modal (capital expenditure) sedangkan pengeluaran yang memberikan manfaat
20
kurang dari satu tahun (termasuk pengeluaran untuk mempertahankan kondisi aset tetap) disebut
dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).
Pengeluaran yang merupakan pengeluaran modal akan dikapitalisasi sehingga nilai aset
yang bersangkutan akan mengalami kenaikan. Pengeluaran-pengeluaran yang dikapitalisasi
diukur sebesar jumlah biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperpanjang masa manfaat atau
yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja aset yang bersangkutan.
Pengeluaran yang dikapitalisasi dapat berupa pengembangan dan penggantian utama.
Pengembangan disini maksudnya adalah peningkatan aset tetap karena meningkatnya manfaat
aset tetap tersebut. Biaya pengembangan ini akan menambah harga perolehan aset tetap yang
bersangkutan. Sedangkan penggantian utama adalah memperbaharui bagian aset tetap, dimana
biaya penggantian utama ini akan dikapitalisasi dengan cara mengurangi nilai bagian yang
diganti dari harga aset tetap yang semula dan menambahkan biaya penggantian.
SAP paragraf 49 menyatakan “Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa
yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja,
harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.”
Pembedaan antara capital atau revenue expenditure selain dari menambah manfaat atau tidak
juga dapat dilihat dari besarnya jumlah pengeluaran. Sebuah pembelian inventaris berupa jam
dinding seharga Rp20.000,00 misalnya harus dicatat sebagai pengeluaran untuk aset tetap karena
jam dinding tersebut dapat digunakan lebih dari satu tahun. Akan tetapi karena nilainya yang
kecil tidak mungkin mencatat dan memperlakukan biaya tersebut seperti biaya perolehan aset
yang besar. Untuk Itu pemerintah harus menentukan batasan pengeluaran untuk memperoleh aset
yang dapat dimanfaatkan lebih dari satu tahun yang dapat diklasifikasi sebagai aset tetap.
Batasan Ini disebut juga dengan capitalization threshold (nilai satuan minimum kapitalisasi aset).
SAP tidak menentukan besarnya capitalization threshold ini tetapi memberikan kebebasan
kepada masing-masing entitas untuk menentukan sendiri.
Untuk biaya pemeliharaan yang tidak memperpanjang masa manfaat dan tidak
meningkatkan kapasitas produksi, mutu produksi atau peningkatan kinerja akan digolongkan
sebagai pengeluaran pendapatan sehingga tidak dikapitalisasi dan akan langsung dijadikan
sebagai beban tahun berjalan.

21

Anda mungkin juga menyukai