Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TINJAUAN ATAS PSP YANG TERKAIT DENGAN AKUNTANSI ASET TETAP DAN
INVESTASI

DOSEN : WA ODE SUWARNI, S.E., M.SC


MATA KULIAH : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

DISUSUN OLEH:

RIZKI AMALIA ( 19320029 )

PROGRAM STUDI AKUTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “tinjauan atas PSP yang terkait dengan
akuntansi aset tetap dan investasi” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini saya susun untuk
memenuhi tugas“Akuntansi Sektor Publik”.Dalam makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari
berbagai referensi buku dan website.

saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kelemahan dan kekurangan, maka
saran dan kritik yang membangun sangat saya butuhkan dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah
ini. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantudalam
proses penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai acuan
pembelajaran dikemudian hari.

Baubau, 15 Juli 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................... 2

Daftar Isi............................................................................................................................. 3

Bab I Pendahuluan............................................................................................................. 4

A. Latar Belakang......................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan............................................................................................................ 5

A. Akuntansi Aset Tetap............................................................................................... 5

B. Tinjauan Akuntansi Aset Tetap................................................................................ 9

C. Akuntansi Investasi.................................................................................................. 11

D. Tinjauan Akuntansi Investasi................................................................................... 14

Bab III Penutup.................................................................................................................. 17

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 17

Daftar Pustaka.................................................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah pengelolaan aset juga berkaitan dengan investasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Dikatakan dalam PSAP bahwa investasi adalah aset yang dimaksud untuk memperoleh manfaat baik
ekonomi maupun sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat. Investasi yang juga merupakan langkah awal kegiatan produksi yang pada
hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal
memengaruhi tinggi rendahnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya, dalam upaya
menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat
menggairahkan investasi. Maka investasipun perlu mendapatkan perhatian yang serius terkait dengan
kinerja dan kebermanfaatannya. Perbandingan hasil audit BPK tahun 2004 dan 2008 terlihat jelas LKPD
yang mendapatkan opini disclaimer meningkat hampir 600%.

Sepuluh pemda ditahun 2004 menjadi 59 pemda di tahun 2008. Sebaliknya, jumlah LKPD dengan
opini terbaik terus merosot. Opini wajar tanpa pengecualian (WTP) menurun dari 21 pemda menjadi
hanya 8 pemda (Harian Kompas, Rabu, 12 Agustus 2009). Pemerintah pusat menyusun LKPP yang
merupakan konsolidasian LKKL dan laporan keuangan bendahan umum negara (LK BUN). Berdasarkan
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30. BPK bertugas memeriksa LKPP yang
paling tidak terdiri atas Neraca, Laporan Relisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, laporan keuangan tersebut ditambah dengan Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. BPK tidak
memberikan pendapat (disclaimer opinion) atas LKPP selama lima tahun berturut-turut (2004-2008)
karena terdapat beberapa permasalahan yang mengganggu kewajaran LKPP.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Akuntansi aset tetap
2. Tinjauan akuntansi aset tetap
3. Akuntansi investasi
4. Tinjauan akuntansi investasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI ASET TETAP


Aset tetap, dalam perusahaan, merupakan aset yang menjadi hak milik organisasi/perusahaan yang
dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan organisasi perusahaan
(Hendriksen dan Breda, 1992). Peran aset tetap sangat besar dalam organisasi atau perusahaan ditinjau
dari segi fungsinya, jumlah dana yang diinvestasikan pengelolaannya, maupun pengawasannya. Aset
tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana
cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai
yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya. Pengertian aset tetap dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.

Pemerintah mengakui suatu aset tetap apabila aset tetap tersebut telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya, dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Oleh karena itu, apabila belum ada bukti
bahwa suatu aset dimiliki atau dikuasai oleh suatu entitas maka aset tetap tersebut belum dapat
dicantumkan di neraca. Prinsip pengakuan aset tetap pada saat aset tetap ini dimiliki atau dikuasai berlaku
untuk seluruh jenis aset tetap, baik yang diperoleh secara individual atau gabungan, maupun yang
diperoleh melalui pembelian, pembangunan swakelola, pertukaran, rampasan, atau dari hibah. Menurut
SAP, aset tetap yang diperoleh atau dibangun secara swakelola dinilai dengan biaya perolehan. Secara
umum, yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Hal ini
dapat diimplementasikan pada aset tetap yang dibeli atau dibangun secara swakelola. Aset tetap yang
tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan nilai wajar. Nilai Wajar adalah nilai tukar aset tetap
dengan kondisi yang sejenis di pasaran pada saat penilaian.

Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas:
1. harga beli;
2. bea impor;
3. biaya persiapan tempat;
4. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat cost);
5. biaya pemasangan ( instalation cost);

5
6. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; serta
7. biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan
semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut).

Sedangkan yang tidak termasuk komponen biaya aset tetap adalah sebagai berikut.
1. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan
secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya.
2. Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa kecuali biaya tersebut perlu untuk
membawa aset ke kondisi kerjanya.

Dalam penggunaan aset, menurut Belkaoui (1993) sedikitnya ada tiga persoalan pokok, meliputi:
 expenditures yaitu pengeluaran untuk aset itu sendiri;
 depreciation yaitu harga pokok dari aset tetap itu sebagai akibat penggunaannya dalam kegiatan
produksi;
 revaluation atau penilaian kembali atau revisi taksiran umur.

Mathews dan Perera (1996) mengelompokkan aset tetap menjadi beberapa jenis, adalah sebagai berikut.
1. Aset tetap dilihat dari sudut substansinya yang dapat dibagi menjadi aset tak berwujud.
2. Aset tetap yang disusutkan atau tidak disusutkan.
3. Aset tetap berdasarkan jenisnya, meliputi: lahan (tanah), gedung dan bangunan, mesin,
kendaraan, perabot, inventaris atau peralatan, prasarana, dan aset tetap lainnya.

Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan
(depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing
periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam
laporan operasional. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan,seluruh aset tetap dapat disusutkan
sesuai dengan sifat dan karekteristik aset tersebut.

Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomis atau
kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Metode penyusutan yang dapat
diterapkan sesuai dengan PSAP 07 adalah:
1. metode garis lurus (straight line method); atau

6
2. metode saldo menurun ganda (double declining method); atau
3. metode unit produksi (unit of production method).

Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK). Pengungkapan ini sangat penting sebagai penjelasan tentang hal-hal penting
yang tercantum dalam neraca. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk meminimalisasi kesalahan persepsi
bagi pembaca laporan keuangan. Dalam CaLK harus diungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap,
sebagai berikut.
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat.
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan,
pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai jika ada, dan mutasi aset tetap lainnya.
3. Informasi penyusutan, meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa
manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi
penyusutan pada awal dan akhir periode.

Selain itu, dalam CaLK juga harus diungkapkan:


1. eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
2. kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
3. jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi;
4. jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

Klasifikasi Aset Tetap


Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi
entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut:
1. Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk
dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
2. Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
3. Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, inventaris
kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua
belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
4. Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah
serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

7
5. Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset
tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.
6. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan
namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
7. Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak memenuhi definisi
aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

Pengukuran Aset Tetap


Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya
perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset
tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri,
suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan
entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses
konstruksi. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung
untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,
perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan
pembangunan aset tetap tersebut.

Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
1. Penambahan;
2. Pelepasan;
3. Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
4. Mutasi aset tetap lainnya.
3. Informasi penyusutan, meliputi:
1. Nilai penyusutan;
2. Metode penyusutan yang digunakan;
3. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
4. Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal-hal berikut harus diungkapkan:

8
1. Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;
2. Tanggal efektif penilaian kembali;
3. Jika ada, nama penilai independen;
4. Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;
5. Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.
Aset bersejarah diungkapkan secara rinci, antara lain nama, jenis, kondisi dan lokasi aset dimaksud.

B. TINJAUAN AKUNTANSI ASET TETAP


PP Nomor 24 Tahun 2005 khususnya PSAP Nomor 7, memuat akuntansi aset tetap. Secara umum,
PSAP Nomor 7 ini belum secara terperinci mengatur masalah-masalah yang sering terjadi di masyarakat
umumnya baik perolehan, penggunaan maupun penghapusan/ pelepasan aset tetap. Standar untuk
menyelesaikan beberapa permasalahan khusus, terutama kaitannya dengan aset tetap masih belum ada
seperti, pembelian secara kredit jangka panjang, perolehan dengan temuan, perlakuan akuntansi atas aset
yang dilimpahkan, perlakuan aset atas pulau-pulau dan daerah wisata, perlakuan akuntansi atas aset dalam
sengketa, dan lain-lain. Sama halnya dengan perubahan SAP yang ada pada PP Nomor 71 Tahun 2010,
perubahan yang signifikan hanya terjadi pada paragraf 48, yaitu perolehan suatu aset tetap yang
memenuhi kriteria perolehan aset donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan operasional.

Terdapat pembahasan yang tidak konsisten dengan pembahasan pada PSAP sebelumnya seperti
pembahasan tentang aset tetap takberwujud dan aset tetap lain-lain. Dalam PSAI Nomor 1 tentang
"Penyajian Laporan Keuangan”, kedua aset tersebut termasuk dari jenis-jenis aset tetap sehingga harusnya
dibahas dalam PSAP Nomor 7. Di samping itu, "Konstruksi dalam Pengerjaan" juga termasuk dalam jenis
aset tetap tetapi pembahasannya dilakukan dalam PSAP Nomor 8 tentang Akuntansi Konstruksi dalam
Pengerjaan. Pembahasan aset tetap sebaiknya digabung dengan pembahasan akuntansi konstruksi dalam
penyelesaian karena saling keterkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga kedua pembahasan itu menjadi
lebih berkesinambungan dan komprehensif.

Jika kita coba untuk menilik paragraf per paragraf dari PSAP Nomor 7 ini, yang tertuju pada
paragraf yang menjelaskan terkait dengan tujuan, yaitu pada paragraf ke-1, paragraph ini belum
menyebutkan masalah penarikan dari peredaran (penghapusan atau pelepasan) aset tetap. Paragraf ini
hanya menjelaskan beberapa permasalahan terhadap aset tetap meliputi saat pengakuan, penentuan nilai
tercatat serta perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat. Oleh karena itu,
masalah penarikan dan pelepasan aktiva tetap perlu ditambahkan dalam paragraf ini. Di samping itu, frase

9
yang berbunyi “Standar Akuntansi Pemerintah Lainnya” tidak jelas karena tidak menunjukkan secara
eksplisit standar akuntansi pemerintah lain yang dimaksud, sehingga perlu ada penjelasan lebih lanjut.

Pada klasifikasi aset, PSAP Nomor 7 pada paragraf ke-7. Paragraf ini belum menjelaskan terkait
dengan perlakuan akuntansi aset tetap tak berwujud, baik secara klasifikasi (paragraph ke-7) dan
pengakuannya (paragraf ke-15). Hal ini penting, karena jika dilihat dari sudut substansi maka secara
teoritis dan praktis tentunya pemerintah memiliki aset tidak berwujud, sebagaimana halnya pada sektor
privat. Kalimat "diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan” pada paragraph ke-15, perlu
ditambah penjelasannya sehingga maknanya lebih sesuai dengan penjelasan pada paragraf ke-17. Hal ini
perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran, karena apabila sebuah aset diperoleh pemerintah
namun belum dimanfaatkan sepenuhnya atau tidak untuk digunakan/dijual dalam jangka waktu bahkan
untuk jangka panjang apakah tidak termasuk kriteria aset tetap pemerintah.

Pengukuran aset pada paragraf ke-20, dijelaskan bahwa aset tetap dinilai dengan biaya perolehan
dan bila tidak dimungkinkan menggunakan biaya perolehan, maka penilaian dapat didasarkan pada nilai
wajar pada saat perolehan. Sebaiknya pada paragraf ini dijelaskan mengapa kedua kebijakan (harga
perolehan dan nilai wajar pada saat perolehan) tersebut diambil. Seandainya ada alasan khusus hendaknya
dikemukakan pada bagian ini. Pengukuran berikutnya (subsequent measurement) terhadap pengakuan
awal pada paragraph ke-52, kata “memungkinkan penilaian kembali” perlu dijelaskan lebih lanjut karena
dapat menimbulkan salah pengertian. Konsep penilaian kembali (revaluasi ) bertentangan dengan konsep
awal standar akuntansi perolehan aset tetap yang menganut prinsip biaya perolehan atau harga pertukaran.
Untuk itu perlu penjelasan yang cukup terhadap kata "memungkinkan penilaian kembali” pada paragraf
tersebut sehingga tidak menimbulkan kebingungan.

Penilaian kembali aset tetap (revaluasi) pada paragraf ke-58, terdapat kalimat "ketentuan
pemerintah yang berlaku secara nasional”. Pada kalimat ini tidak ditunjukkan secara jelas ketentuan
pemerintah yang mana yang dimaksud. Untuk itu perlu penjelasan lebih lanjut. Selanjutnya jika ada
peraturan khusus pemerintah untuk membolehkan melakukan revaluasi, laporan keuangan harus
menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aset tetap serta
pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan suatu entitas pemerintahan. Selanjutnya,
selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aset tetap dibukukan dalam perkiraan modal dengan nama
“selisih penilaian kembali aset tetap".

10
Terkait dengan heritage asset, kata “tidak mengharuskan pada paragraf ke-65, dapat mengandung
pengertian boleh disajikan dan tidak disajikan, apabila mengandung dua pengertian tersebut, sebaiknya
dijelaskan akibat yang timbul jika disajikan dan jika tidak disajikan di neraca. Di samping itu, jika
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan perlu dijelaskan pula mekanisme pengungkapannya
seperti nama posnya, nilainya, serta ketentuan lainnya. Paragraf ke-71 juga dapat menyebabkan terjadinya
salah pemahaman di kalangan masyarakat umum, karena jika hanya sebagian bangunan yang dipakai
untuk perkantoran tersebut yang dikenai aturan yang sama seperti aset lainnya, ataukah semua
bangunannya. Untuk itu perlu ditambah penjelasan lagi. Kata “secara permanen” pada paragraf ke-76 dan
ke-77 seolah-olah mengandung pengertian masih ada kondisi lain, misalnya “sementara”, “tidak
permanen” atau “semi permanen”, yang tidak dijelaskan secara eksplisit. Oleh karena itu, apabila ada
kondisi lainya tersebut perlu ada penjelasan lebih lanjut.

C. AKUNTANSI INVESTASI
Pernyataan ini, PSAP Nomor 6, mendefinisikan investasi sebagai aset yang dimaksud untuk
memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Maksud dari manfaat
sosial adalah manfaat yang tidak dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada
peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun golongan masyarakat tertentu. Investasi
yang dilakukan pemerintah dapat berupa pemanfaatan surplus anggaran untuk mendapatkan pendapatan
dalam jangka panjang dan pemanfaatan dana menganggur untuk investasi jangka pendek dalam rangka
manajemen kas. Investasi dapat dilakukan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Investasi jangka
pendek dilakukan pada pasar uang, sedangkan investasi jangka panjang dilakukan pada pasar modal.

Investasi pemerintah biasanya dilakukan dalam bentuk deposito, Sertifikat Bank Indonesia, surat
utang, dan obligasi BUMN/BUMD, penyertaan pada BUMN/BUMD, atau penyertaan pada badan usaha
lainnya. Menurut sifat kepemilikannya investasi jangka panjang dibedakan menjadi investasi
nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang tidak
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang
yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan atau tidak direncanakan untuk dijual kembali.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi jangka panjang adalah investasi yang
dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka pendek harus memenuhi
karekteristik sebagai berikut.
1. Dapat segera diperjualbelikan atau dicairkan.

11
2. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat menjual
investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas.
3. Berisiko rendah.

Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok investasi jangka pendek, antara lain adalah
surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha dan surat berharga
yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan kelembagaan yang baik dengan pihak lain.
investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas)
bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanamannya, yaitu permanen dan nonpermanen.
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan, sedangkan investasi nonpermanent adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Maksud dari berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara terus-menerus, tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
Sedangkan, pengertian tidak berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih
dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus-menerus atau ada niat untuk
memperjual belikan atau menarik kembali. Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah antara
lain dapat berupa:
1. pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki oleh
pemerintah sampai dengan tanggal jatuh tempo;
2. penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga;
3. dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal
kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
4. investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki pemerintah
secara berkelanjuran, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk penyehatan atau
penyelamatan perekonomian.

Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode, yaitu sebagai berikut.
1. Metode biaya
Metode biaya adalah suatu metode penilaian yang mencatat nilai investasi berdasarkan harga
perolehan. Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan.
Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak
memengaruhi besarnya nilai investasi pada badan usaha atau badan hukum yang terkait.
2. Metode ekuitas

12
Metode ekuitas adalah suatu metode penilaian yang mengakui penurunan atau kenaikan nilai
investasi sehubungan dengan adanya rugi/laba badan usaha yang menerima investasi (investee),
proporsional terhadap besarnya saham atau pengendalian yang dimiliki pemerintah. Dengan
menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan
ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan.
Bagian laba yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah. Sedangkan
dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, tidak memengaruhi nilai investasi pemerintah
karena pengakuan kenaikan nilai investasinya sudah dilakukan pada saat laba dilaporkan.
Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan
investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing
serta revaluasi aset tetap.
3. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan
yang akan dilepas atau dijual dalam jangka waktu dekat.

Klasifikasi Investasi
Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi
jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka
panjang merupakan kelompok aset nonlancar.

Dengan memperhatikan kriteria tersebut pada paragraf 10, maka pembelian surat-surat berharga yang
berisiko tinggi bagi pemerintah, karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga, tidak
termasuk dalam investasi jangka pendek. Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok investasi
jangka pendek antara lain adalah:
1. Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya
pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha;
2. Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan kelembagaan yang baik
dengan pihak lain, misalnya pembelian surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik
dalam negeri maupun luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau
3. Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka
pendek.

Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain terdiri atas:

13
1. Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara
otomatis (revolving deposits);
2. Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh pemerintah pusat maupun
daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk
diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka
panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen dapat berupa:
1. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan internasional dan badan
usaha lainnya yang bukan milik negara;
2. Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan pendapatan atau
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Pengakuan Investasi
Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk
investasi dan perubahan piutang menjadi investasi memenuhi kriteria pengakuan investasi yang pertama,
entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa
potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang
pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa
potensial yang akan diperoleh memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat
dari aset tersebut dan akan menanggung risiko yang mungkin timbul. Kriteria pengakuan investasi
sebagaimana dinyatakan pada paragraf 20 butir b, biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi
pertukaran atau pembelian yang didukung dengan bukti yang menyatakan/mengidentifikasikan biaya
perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya
perolehannya, atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan. Dalam kasus yang demikian,
penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.

D. TINJAUAN AKUNTANSI INVESTASI


Pada sisi ruang lingkup, antara paragraf ke-2 dan paragraf ke-5 isinya saling bertentangan. Pada paragraf
ke-2 berbunyi:
"Pernyataan standar ini harus diterapkan dalam penyajian seluruh investasi pemerintah....."

sedangkan dalam paragraf ke-5, berbunyi:


"Pernyataan standar ini tidak mengatur: ....."

14
Di satu sisi standar ini harus diterapkan untuk seluruh investasi sementara di sisi lain standar ini
tidak mengatur untuk penempatan uang yang termasuk dalam lingkup setara kas, investasi dalam
perusahaan asosiasi, kerja sama operasi dan investasi dalam properti. Hal ini tentunya membingungkan,
selain itu dalam standar ini tidak dijelaskan lebih lanjut mengapa untuk ketiga jenis investasi ini tidak
diatur. Oleh karenanya, kedua hal ini perlu penjelasan lebih lanjut. Paragraf ke-6 baris ke-24, penjelasan
definisi metode biaya masih kurang lengkap. Belum ada penjelasan terkait dengan bagaimana nilai
investasi ketika ada perubahan atas kekayaan bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi
(investee) yang terjadi sesudah perolehan hal investasi. Seharusnya dalam definisi metode biaya tersebut
ditambah penjelasan bagaimana metode akuntansinya jika ada pencatatan perubahan atas kekayaan
neto/ekuitas dari badan usaha penerima (investee) yang terjadi sesudah perolehan awal investasi.

Terkait dengan klasifikasi investasi, pengelompokan investasi jangka panjang ke dalam permanen
dan nonpermanen agak membingungkn terutama pada penjelasan ada niat atau tidak ada niat untuk
diperjual belikan atau menarik kembali. Karena pemerintah dalam melakukan investasi jangka panjang,
misalnya pada perusahaan negara atau daerah pastikan mempertimbangkan aspek bisnis karena memang
perusahaan negara atau daerah adalah sebagai profit center walaupun tetap mempertimbangkan juga
aspek pelayanan publik. Sehingga, pada saat ingin berinvestasi pasti sudah ada niat bahwa suatu saat
perusahaan tersebut sudah tidak menguntungkan lagi dari aspek ekonomi ataupun aspek sosial pasti
modalnya akan ditarik kembali atau perusahaan tersebut dilikuidasi sehingga pengelompokan investasi
jangka panjang ke dalam permanen dan nonpermanen menjadi rancu dan dapat membingungkan
pemerintah di daerah.

Terkait dengan pengakuan investasi, paragraf ke-20, kata dan pada kalimat “manfaat ekonomi dan
manfaat sosial” menimbulkan penafsiran bahwa suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai
investasi jika memiliki kedua kemungkinan manfaat di masa yang akan datang, yaitu manfaat ekonomi
dan manfaat sosial. Padahal pada paragraf ke-6 menyebutkan bahwa investasi adalah aset yang
dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen, dan royalti atau manfaat sosial,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Berarti bahwa investasi bisa memperoleh salah satu manfaat, yaitu manfaat ekonomi atau manfaat sosial.
Oleh karenanya, agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka pernyataan tersebut perlu
disempurnakan.

15
Metode penilaian investasi, pada paragraf ke-37, antara poin (b) kepemilikan antara 20% sampai
dengan 50% dan poin (c) kepemilikan lebih besar dari 50% menggunakan metode yang sama, yaitu
menggunakan metode ekuitas. Hal yang menjadi pertanyaan adalah apa tujuan pemisahan
pengelompokan tersebut kalau metode yang digunakan adalah sama? Seharusnya pada poin (c)
menggunakan metode ekuitas dengan melakukan konsolidasi atas laporan keuangan perusahaan investee
karena kepemilikannya yang mayoritas (> 50%). Oleh karena itu, perlu disempurnakan pada paragraf ke-
37 poin (c) dengan tambahan klausal dikonsolidasikan dengan laporan keuangan induk (laporan keuangan
pemerintah).

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi tujuan penggunaannya untuk
dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam pengertian aset tetap karena tidak memenuhi
definisi aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli pemerintah untuk diserahkan kepada
masyarakat. Secara umum, yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk
digunakan.

Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas:
1. harga beli;
2. bea impor;
3. biaya persiapan tempat;
4. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat cost);
5. biaya pemasangan ( instalation cost);
6. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; serta
7. biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan
semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut).

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset
tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai. Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok investasi jangka pendek, antara lain
adalah surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha dan surat
berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan kelembagaan yang baik dengan pihak
lain. Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah antara lain dapat berupa:
1. Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki oleh
pemerintah sampai dengan tanggal jatuh tempo;
2. penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga;
3. dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja
secara bergulir kepada kelompok masyarakat;

17
4. investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki pemerintah secara
berkelanjuran, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk penyehatan atau penyelamatan
perekonomian.

Adapun hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah berkaitan dengan
investasi, antara lain:
1. kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
2. jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen
3. perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang;
4. penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
5. investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
6. perubahan pos investasi.

Pengakuan Investasi Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan
hibah dalam bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi memenuhi kriteria pengakuan
investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan
manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada
saat pengakuan yang pertama kali.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.wikiapbn.org/pernyataan-standar-akuntansi-pemerintahan-nomor-06/
https://www.wikiapbn.org/pernyataan-standar-akuntansi-pemerintahan-nomor-
07/#Pengukuran_Aset_Tetap
Abdul Halim dan Syam Kusufi. 2012. akuntansi sektor publik. salemba empat. jakarta selatan.

19

Anda mungkin juga menyukai