Anda di halaman 1dari 25

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TRISAKTI

TEORI AKUNTANSI

The Balance Sheet


Assets
Liabilities and owner’s equity

Kelompok 1 :

Camelia Mayang Susanti (123011911013)


Intan Delvira (123011911030)
Johana Dela (123011911033)

Lecturer:

Hermiyati

JAKARTA
2020
A. Neraca

Neraca merupakan laporan keuangan yang umumnya dikeluarkan oleh perusahaan yang
melaporkan jumlah ;

(A) aset perusahaan

(B) kewajiban, dan

(C) ekuitas pemegang saham (atau pemilik) pada titik waktu tertentu.

Karena neraca mencerminkan titik waktu tertentu daripada periode waktu tertentu, untuk
merujuk pada neraca sebagai "potret" posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu.
Untukcontoh, jika neraca tanggal 31 Desember, jumlah yang ditunjukkan pada neraca adalah
saldo dalam akun setelah semua transaksi yang berkaitan dengan 31 Desember telah dicatat.

Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan
pada suatu saat tertentu. Elemen-elemen dalam neraca adalah sebagai berikut:

a. Aktiva, tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk
pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan
pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya.

o Aktiva lancar
o merupakan harta atau kekayaan yang segera dapat diuangkan (ditunailan) pada saat
dibutuhkan dan paling lama satu tahun. Aktiva lancar merupakan aktiva yang paling
likuid dibandingkan dengan aktiva lainnya.
o Aktiva tetap
o merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang lebih
dari saru tahun.

Secara garis besar, aktiva tetap dibagi dua macam, yaitu aktiva tetap yang berwujud seperti
tanah.Bangunan, mesin, kendaraan, danlaiinya, dan aktiva tetap tidak berwujud merupakan
hak yang dimiliki perusahaan contoh hak paten, merk dagang, goodwill, lisensi dan lainnya.

2
o Aktiva lainnya
o merupakan harta atau kekayaan yang tidak dapat digolongkan ke dalam aktiva lancar
meupun aktiva tetap.
b. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditor.

o Hutang jangka pendek (hutang lancar)


Kewajiban perusahaan yang harus dibayarkan atau dilunasi dalam jangka pendek (satu
tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang diperoleh oleh
perusahaan. Hutang lancar meliputi : hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, biaya
yang masih harus dibayar, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, penghasilan
yang diterima dimuka. Hutang jangka panjang
o Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannnya
(jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang
meliputi : hutang obligasi, hutang hipotik, pinjaman jangka panjang yang lain.

c. Modal adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan
nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.

Komponen modal yang terdiri dari modal setor, agio saham, laba yang ditahan, cadangan laba
dan lainnya.

o Modal setor merupakan setoran modal dari pemilik perusahaan dalam bentuk saham
dalam jumlah tertentu. Artinya, keseluruhan saham yang dimiliki oleh perusahaan yang
sudah dijual dan uangnya harus disetor sesuai dengan aturan yang berlaku.
o Laba ditahan merupakan laba atau keuntungan perusahaan yang belum dibagi untuk
periode tertentu. Artinya, ada keuntungan perusahaan yang belum dibagikan dividennya
dan masih sama waktu tertentu karena alasan tertentu pula.
o Cadangan laba merupakan bagian dari laba perusahaan yang tidak dibagi ke pemegang
saham pada periode ini, akan tetapi sengaja dicadangkan perusahaan untuk laba periode
berikutnya.

3
Contoh :

 Bentuk-bentuk Neraca

Bentuk atau susunan neraca tidak ada keseragaman diantara perusahaan-perusahaan


tergantung kepada tujuan-tujuan yang akan dicapai. Tetapi bentuk neraca yang umum
digunakan (traditional atau conventional) ;

1. “Bentuk skontro (acoount form) dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri debet dan
hutang serta modal tercantum sebelah kanan/kredit.

2. Bentuk Vertikal (stafet atau report form), adalah bentuk ini semua aktiva nampak
dibagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka
panjang serta modal.

3. Bentuk neraca disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan, bentuk
ini bertujuan agar kedudukan atau posisi keuangan yang dikehendaki.

4
B. Assets

Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi
keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset
merepresentasikan potensi jasa fisik dan nonfisik yang memampukan badan usaha untuk
menyediakan barang dan jasa.

Terdapat beberapa sumber dari definisi aset, diantaranya adalah menurut FASB. FASB
mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. 25) sebagai manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu
entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Hampir sama dengan itu IASC juga
mendefinisi aset sebagai suatu sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil
kejadian masa lalu yang mana manfaat ekonomis masa depan diharapakan didapatkan oleh
perusahaan. Sumber lain, yaitu AASB, mendefinisi aset sebagai potensial jasa atau manfaat
ekonomis yang dikendalikan oleh pelaporan entitas sebagai hasil transaksi masa lalu atau
kejadian masa lalu lainnya. APB No. 4 membedakan aset menjadi sumber ekonomik dan
nonsumber ekonomik. APB No. 4 merinci aset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik
yaitu: sumber produktif, produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha, uang Klaim untuk
menerima uang, hak kepemilikan atau investasi pada perusahaan lain.

Klasifikasi dari kompnen-komponen yang ada di laporan keuangan adalah hal yang paling
mendasar dalam akuntansi karena akan memengaruhi cara pengguna laporan keuangan
menginterpretasikan kondisi keuangan dan konsekuensi dari proses pengambilan keputusan.
Memengaruhinya melalui persepsi risiko dan solvabilitas perusahaan.

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus memiliki manfaat ekonomik di masa datang
yang cukup pasti. Manfaat ekonomik ini ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat
padanya sebagai yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha
dalam upayanya untuk mendapatkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik. Disamping manfaat
ekonomik, suatu objek bisa dikatakan sebagai aset, objek tersebut tidak harus dimiliki oleh
entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Artinya, untuk memiliki aset harus terdapat proses
yang disebut dengan transfer kepemilikan. FASB menyebutkan beberapa karakteristik

5
pendukung yaitu melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum.
Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi tiadanya
karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.

Tiga karakter dalam definisi aset:

 Memberikan manfaat ekonomis di masa depan


 Dikendalikan oleh sebuah entitas
 Didapat dari kejadian masa lampau
 Dapat dipertukarkan  pendukung
 Manfaat ekonomi di masa depan (future economic benefit)
Manfaat ekonomis di masa depan di dalam aset adalah potensi yang dapat
dikontribusikan secara langsung maupun tidak langsung yang mengalir ke kas entitas.
Dapat juga disebut sebagai manfaat yang membantu entitas untuk mencapai tujuannya.
Dari berbagai pendapat, jika disimpulkan, maka aset adalah sesuatu yang ada saat ini, dan
memiliki kapabilitas memberikan jasa atau manfaat saat ini dan juga di masa yang akan
datang.
 Dikendalikan oleh sebuah entitas (controlled by an entity)
Mengontrol kadang tidak sama dengan memiliki. Misalnya, suatu perusahaan memiliki
aset, tapi ada peraturan pemerintah yang melarang penggunaanya, sehingga perusahaan
kehilangan kontrol atas aset yang sebenarnya dimilikinya itu.
Secara teknis, aset sebenarnya adalah hak untuk menggunakan aset, bukan secara fisik.
Perusahaan memiliki hak untuk menadapatkan manfaat dari aset tersebut dan bisa
mengontrolnya. Misalnya truk yang dibayar dengan kredit, meskipun selama mencicil
belum memiliki bukti sah kepemilikan, tapi sudah boleh mengambil manfaat dari truk
tersebut.
 Didapat dari kejadian masa lampau (past event)
Syarat ini untuk menegaskan bahwa aset yang baru direncanakan tidak dimasukkan
dalam pelaporan. Contohnya aset yang ada dalam anggaran. Perdebatan sering timbul
dalam hal seperti wholly executory contract.
 Dapat dipertukarkan (exchageability) pendukung
Beberapa peneliti berpendapat bahwa definisi dari aset harus mengikutsertakan kondisi
bahwa aset itu harus dapat dipertukarkan, artinya suatu item terpisah dari entitas dan nilai
penghapusan terpisah dari nilai entitas. Suatu barang yang tidak memiliki exchageability
pastilah tidak memiliki nilai ekonomi (MacNael).
Aset umumnya dibagi menjadi aset lancar dan aset tetap.
 Aset lancar biasanya terdaftar di neraca dalam urutan likuiditasnya dan dapat terdiri
dari item-item berikut:

6
o Setoran tunai Bank, mata uang, wesel atau media pertukaran apa pun yang akan
diterima bank dengan nilai nominal setoran;
o Surat berharga - Investasi sementara seperti surat berharga, surat berharga, masalah
Badan Federal atau investasi apa pun di sekuritas yang dapat dengan cepat
dikonversi menjadi uang tunai;
o Wesel tagih - wesel bayar harus dibayar dalam waktu satu tahun, biasanya
mewakili jenis aset yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi uang tunai;
o Piutang dagang - Klaim yang timbul dari penjualan barang dagangan pada akun;
o Persediaan - Barang tersedia untuk dijual (barang dagangan) dan bahan yang akan
digunakan dalam pembuatan barang dagangan;
o Biaya dibayar dimuka - Pembayaran dilakukan untuk layanan yang akan diterima
di masa depan, yaitu, asuransi, pajak, sewa.
 Aset tetap atau pabrik dan peralatan bersifat jangka panjang. Umumnya, mereka adalah
aset yang menghasilkan pendapatan secara tidak langsung- melalui penggunaannya
dalam operasi perusahaan. Dengan pengecualian tanah, kegunaan tanaman dan
peralatan secara bertahap akan menurun seiring waktu. Ini penurunan atau kedaluwarsa
disebut depresiasi. Pabrik dan peralatan umumnya dibawa dalam neraca sesuai nilai
bukunya, yang asli biaya dikurangi akumulasi penyusutan.
 Asset Recognition

Pengakuan melibatkan aturan pengakuan, ada yang formal maupun informal. Contoh
informal adalah pengakuan piutang ketika penjualan secara kredit terjadi. Contoh formal
adalah pengakuan financial leases sebagai aset.

Framework recognition criteria (kriteria-kriteria dalam pengakuan):

a. Peluang dari keuntungan ekonomis yagn akan datang


b. Aset harus dapat diukur dengan andal (reliably measured)

Past recognition criteria yang tidak harus semuanya dipenuhi dan tidak mutually
exclusive:

a. Kepercayaan pada hukum (reliance on the law)

Pengakuan aset bergantung pada konsept legal/sah aset tersebut. Contoh: pembelian
aset tetap

7
b. Penentuan substansi ekonomis pada transaksi atau kejadian
Substabsi ekonomis dari transaksi berhubungan dengan tujuan pelaporan informal
yang relevan dan dapat diandalkan.
c. Penggunaan konservatisme: antisipasi kerugian, tapi tidak pada keuntungan

Beberapa standar yang membatasi pengakuan aset: IAS 38.AASB 138 intangible
assets paragraf 48 melarang pengakuan goodwill yang dihasilkan secara internal.

 Asset Measurement
Pengukuran aset adalah merupakan penentuan jumlah satuan moneter yang harus
dinyatakan atau dilekatkan pada aset. Pengukuran merupakan syarat suatu aset dapat
diakui, artinya bahwa aset dapat diakui jika dapat diukur dengan handal (measurability).
Pengukuran dilakukan berdasarkan manfaat ekonomik masa datang.
o Tangible Asset
Terdapat dua jenis pengkuran yang dikenal, yaitu historical cost dan fair value.
Untuk historical cost, aset diukur pada saat akuisisi dan dikurangi akumulasi
depresiasi dan penurunan nilai. Pendukung model ini berpendapat bahwa biaya
pada saat akuisisi ini menyediakan tujuan dan bukti-bukti bahwa pengukuran
depresiasi dan penurunan nilai yang telah dihitung merefleksikan nilai yang
sesungguhnya dalam balance sheet. Nilai wajar adalah jumlah aset yang dapat
dipertukarkan atau pelunasan kewajiban, diantara dua pihak tanpa adanya batasan
apapun. Objek-objek seperti hak paten, hak cipta, merek dagang, dan goodwill
tetap dapat dimasukkan sebagai aset meskipun tidak berwujud fisik.
o Intangible Asset
Karena intangible asset tidak memiliki pasar, maka yang biasa yang digunakan
adalah cost (dikurangi oleh akumulasi amortisasi dan impairment). IAS 38
melarang pengakuan atas internally generated intangible asset karena hanya dapat
dimunculkan di balance sheet hanya atas capitalization of development cost nya
saja.
o Financial Instrument
Model pengukuran yang paling dominan adalah historical cost. Aset dicatat
sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar
dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar
dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
Financial instrument kemudian dibagi menjadi 4 tipe dengan pengukuran yang
berbeda-beda.

8
Tipe aset finansial Metode pengukuran
Original (pinjaman dan piutang) Amortized cost
Originated loans and receivables Aset tidak dipengaruhi oleh niat untuk
menjual atau hold to maturity.
Hold-to-maturity investment Amortized cost, subject to review for
impairment in value.
Perusahaan tidak diperbolehkan
menggunakan klasifikasi HTM apabila aset
dijual atau ditransfer lebih dari sebagian kecil
Available for sale securities Fair value.
Gain atau loss dari remeasurement diakui di
ekuitas.
Financial asset held for trading, or Fair value.
classified as fair value through Dengan profit atau loss atas remeasurement
profit and loss, and derivatives diakui sebagai profit dan loss.
Semua financial intstrument yang
berdasarkan amoritzed cost dan AFS harus
dinilai impairment nya setiap tanggal
pelaporan.
 Klasifikasi pengukuran Aset Financial

Jenis Aset Keuangan Metode Pengukuran

Utang dan Piutang Amortised Cost

Investasi Jangka Panjang (Held to Amortised Cost

Maturity)

Investasi Jangka Pendek (Available for Nilai Wajar, pengakuan gain & losses pada

sale securities) ekuitas

Financial Aset yang diperdagangkan Nilai Wajar, pengakuan gain & losses pada

(Held for trading) laporan laba rugi

 PENGUKURAN NILAI WAJAR

FASB’s SFAS 157 → Fair Value Measurements, menyediakan beberapa contoh teknik

valuasi yang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar (fair value), yaitu:

a. The Market Approach

9
Penggunaan informasi dan harga yang dapat diobservasi dari transaksi aktual

untuk asset atau kewajiban (liabilities) yang identik, mirip atau yang dapat

diperbandingkan.

b. Income Approach

Konversi atas jumlah di masa yang akan datang (seperti aliran kas atau earnings)

menjadi jumlah tunggal yang didiskontokan pada masa sekarang.

c. Cost Approach

Jumlah yang saat ini akan diperlukan untuk menggantikan kapasitas jasa asset

tersebut (kos penggantian saat ini/ current replacement cost) FASB telah

mengusulkan, terlepas mana pendekatan yang digunakan, valuasi/penilaian

tersebut harus memperhatikan input pasar, yaitu asumsi dan data yang digunakan

partisipan pasar untuk mengestimasi nilai wajar.

D. Kewajiban & Ekuitas Pemilik

 Liabilitas

Kewajiban adalah hutang entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, dimana
penyelesaiannya menyebabkan adanya arus keluar sumber daya ekonomi entitas tersebut.

Umumnya dipisahkan untuk tujuan neraca menjadi lancar dan jangka panjang. Liabilitas
lancar umumnya adalah utang yang akan dibayar dalam satu tahun, mis. hutang dagang
atau hutang pajak. Liabilitas jangka panjang adalah utang yang jatuh tempo lebih dari satu
tahun sejak tanggal neraca keuangan.

Dua komponen utama di dalamnya, yaitu:


 Adanya kewajiban masa kini yang memerlukan penyelesaian di masa mendatang
 Hasil dari transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu yang lain

 Present Obligation

10
Definisi dari IASB Framework menyatakan bahwa liabilities diharapkan dapat menyebabkan
terjadinya outflow dari manfaat ekonomi. Definisi ini berfokus pada future event, dalam
artian, pengorbanan sebenarnya belum dilakukan. Pertimbangan yang mendasari hal ini
adalah bahwa obligasi telah ada dalam hubungannya pengorbanan di masa depan. Sebagai
contoh, utang dagang adalah current obligation, yang muncul dari provisi jasa pihak lain.

Dalam paragraph 62 di IASB Framework, diakui bahwa settlement dari obligasi bisa


dilakukan dengan berbagai cara seperti pembayaran kas, transfer aset selain kas, provisi jasa,
penggantian obligasi dengan obligasi lain, konversi obligasi menjadi ekuitas, atau kreditor
melepaskan obligasi yang bersangkutan. Dalam berbagai metode penyelesaian obligasi,
hanya dua cara yang disebutkan di awal yang tentunya terlibat terhadap outflow aset. Sebagai
contoh, utang dagang akan diselesaikan oleh pembayaran kas (outflow aset), sedangkan
kewajiban untuk unearned revenue (pendapatan dibayar di awal) akan diselesaikan dengan
provisi barang atau  jasa.

 Past Transaction

Hanya peristiwa masa lalu sajalah yang dapat membuat suatu item dikategorikan sebagai
kewajiban, peristiwa masa depan tidak termasuk. Hal ini harus diterapkan secara kontekstual,
termasuk dalam hal semisal perusahaan memesan barang yang mengandung ketentuan yang
menyatakan bahwa tidak ada hutang selama barang belum diterima; maka persitiwa masa
lalu yang dimaksud tentu bukanlah saat pemesanan barang, namun saat penerimaan barang.
Sebuah contoh lain dapat dipakai untuk mengilustrasikan pentingnya pemahaman yang benar
tentang kewajiban kini dan peristiwa masa lalu. Ketika sebuah perusahaan pertambangan
mengumumkan penambangan, apakah saat itu juga perusahaan dapat dikatakan memiliki
kewajiban kini untuk memulihkan situs tambang? Jawabannya adalah ya, kewajiban kini
tersebut muncul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu yaitu penandatanganan kontrak.

 Liability Recognition
Akuntan membutuhkan suatu peraturan untuk menentukan pengakuan kewajiban. Jenis
peraturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan dalam pengakuan
aset, yaitu :
1. Berdasarkan pada hukum
2. Adanya penentuan substansi ekonomi
3. Dapat diukur nilainya
4. Penggunaan prinsip konservatisme
Kriteria pertama, jika ada klaim yang memiliki kekuatan secara hukum, ada sedikit keraguan
bahwa suatu  kewajiban terjadi. Meskipun kewajiban adil atau konstruktif dianut dalam
definisi kewajiban, sebagian besar kewajiban ditentukan atas dasar apakah ada kewajiban
klaim hukum terhadap entitas untuk memenuhinya. Kewajiban untuk pemulihan operasi

11
penambangan adalah kewajiban hukum jika hukum mensyaratkan pemulihan tetapi juga bisa
dianggap sebagai suatu yang adil.
Kriteria kedua mengharuskan kita mempertimbangkan substansi ekonomi dari sebuah
transaksi. Apakah beberapa kewajiban benar-benar terjadi? Seberapa penting pencatatan dan
penampilan akhir dari kewajiban bagi pengguna dalam neraca? Pemegang saham dan
investor khawatir tentang besarnya aliran manfaat ekonomi sehubungan dengan penyelesaian
klaim ganti rugi, sedangkan karyawan khawatir terkait keberlangsungan perusahaan untuk
memenuhi klaim masa depan mereka.
Kriteria ketiga berkaitan dengan menentukan nilai kewajiban. Untuk beberapa kewajiban,
nilai diwakili oleh harga kontrak, seperti jumlah uang yang harus dibayar untuk barang dan
jasa yang diterima. Nilai kewajiban mungkin berbeda dengan jumlah nominalnya. misalnya,
jika kewajiban melibatkan jangka waktu lebih dari 12 bulan harus dipertimbangkan nilai
waktu dari uang. Sehingga perhitungan nilai kewajiban akan didasarkan pada nilai sekarang
dari arus kas masa depan yang diharapkan, bukan jumlah nominalnya.
Kriteria keempat terkait prinsip konservatisme, bahwa lebih baik mencatat kewajiban terlebih
dini dibanding aset, sehingga timbul kesan bahwa lebih aman memiliki keadaan assets
understated daripada liabilities understated. Masalah yang kemudian muncul adalah sampai
sejauh mana perusahaan akan bersikap konservatis? Konservatisme yang berlebihan akan
mengakibatkan laporan keuangan menjadi bias, sementara pengambil keputusan tentu
memerlukan informasi yang netral dalam mengambil keputusan.

Kewajiban diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber
daya yang memiliki manfaat ekonomi merupakan hasil dari penyelesaian kewajiban saat ini
dan jumlah di mana penyelesaian akan berlangsung serta dapat diukur dengan andal.
 LIABILITY MEASUREMENT

Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk kewajiban
adalah biaya historis. Pengukuran fair value digunakan pada pengukuran awal transaksi yang
melibatkan kewajiban dalam hubungannya dengan IAS 17 sewa/lease, IAS 39 pengakuan
dan pengukuran instrumen keuangan, IFRS 2 setoran saham berbasis, IFRS 3 penggabungan
usaha. Kewajiban yang timbul dalam finance lease diakui pada awal berdasarkan nilai wajar
sewa atau nilai kini dari present value pembayaran sewa minimum jika lebih rendah. Di
tahun-tahun berikutnya, kewajiban diukur berdasarkan metode biaya diamortisasi yaitu biaya
dari kewajiban pada awal disesuaikan secara tahunan untuk mencerminkan estimasi nilai saat
ini. Saldo kewajiban adalah berdasarkan metode tingkat bunga efektif amortisasi. Dalam hal
sewa pembiayaan, standar yang memberikan panduan yang jelas untuk menentukan nilai
kewajiban sewa guna usaha. Namun, dalam kasus lain, pengukuran nilai wajar kewajiban
hadir beberapa tantangan. Sebagai contoh, bagaimana kita memperkirakan nilai wajar suatu
kewajiban yang tidak ada nilai pasar.

12
 Employee Benefit – Pension (superannuation) Plans
Pada beberapa negara, iuran pensiun ditetapkan oleh atasan untuk memberikan manfaat
pensiun kepada karyawan. Pengusaha melakukan pembayaran kepada dana pensiun yang
memiliki aktiva, kepercayaan, untuk mendanai pembayaran ketika karyawan pensiun. Dana
pensiun adalah suatu badan hukum, terpisah dari perusahaan pemberi kerja. Dana pensiun
mungkin iuran atau non-iuran. Untuk dana imbalan pasti, jumlah yang akan dibayarkan
kepada karyawan setidaknya sebagian fungsi dari gaji karyawan akhir atau rata-rata,
sebaliknya, suatu iuran pasti dana membayar jumlah yang adalah fungsi dari kontribusi
dibuat untuk dana tersebut.  
Masalah lainnya berkaitan dengan kapan harus mengakui kewajiban untuk pensiun
dibayarkan, yaitu:
 Sebagai jasa karyawan yang membuat? gagasannya bahwa pembayaran adalah bentuk
kompensasi yang diterima oleh karyawan pada saat pemberian jasa. Namun,
dibayarkan di  masa depan, setelah pensiun.
 Ketika karyawan pensiun?
 Bila dana yang dibutuhkan untuk membuat pembayaran berdasarkan program
pensiun?
Dana pensiun dapat dianggap sebagai janji entitas untuk memberikan pensiun kepada
karyawan sebagai imbalan jasa masa lalu dan saat ini. Manfaat pensiun adalah bentuk
kompensasi ditangguhkan ditawarkan oleh perusahaan dalam pertukaran untuk pelayanan
oleh karyawan yang telah memilih, baik implisit maupun eksplisit, untuk menerima
kompensasi yang lebih rendah saat pembayaran pensiun di masa depan. Manfaat pensiun
yang diterima oleh karyawan, dan biaya dicatat selama bertahun-tahun merupakan sebagai
bentuk imbalan jasa yang telah diberikan.

 Provisions and contingencies


Provisi dan kontinjensi terjadi dimana ada batas kabur antara kewajiban sekarang dan masa
depan. PSAK 37 mengenai provisi , kewajiban kontinjensi dan aset kontinjensi mengakui
tumpang tindih definisi dalam ayat 12, ketika menyatakan bahwa semua ketentuan yang
kontingen karena mereka tidak yakin dalam waktu atau jumlah. Mencoba untuk membedakan
antara sekarang, masa depan dan potensi (atau kontinjen) kewajiban tidak sesederhana
mungkin yang terlihat. Perbedaan ini tergantung tingkat besar pada sifat bahkan kejadian
masa lalu. IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai :

13
a) kewajiban kemungkinan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya
akan dikonfirmasi hanya oleh terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa
masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas
b) kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:
- ketidakmungkinan tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya dan manfaat
ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut
- jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.

Kewajiban dan ketentuan diakui hanya jika ada kewajiban kini, adanya kemungkinan bahwa
suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan kewajiban, dan jumlah kewajiban tersebut dapat diukur secara andal.
Kewajiban kontinjensi tidak memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena itu, dinyatakan bahwa
kewajiban kontinjensi yang tidak diakui dalam laporan keuangan. PSAK 37 dikaji oleh IASB
sebagai bagian dari proyek kewajiban. Salah satu proposal adalah untuk menghilangkan
'ketentuan' syarat dan 'kewajiban kontinjensi', menggantinya dengan 'kewajiban non-
finansial'.
 Ekuitas pemilik

Ekuitas pemilik tercermin dalam neraca terdiri dari:

 Modal di setor

 Tambahan modal disetor

 Laba ditahan

Ekuitas Pemilik merupakan aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) dari entitas. Dengan
demikian, pemilik ekuitas sebagai pemilik klaim terhadap aktiva bersih entitas. Ekuitas
pemilik mewakili kepentingan pemilik atau modal dalam perusahaan.

Ekuitas pemilik dapat dinyatakan dalam beberapa cara tergantung pada bentuk hukum bisnis.
Misalnya, jika bentuk hukum adalah kemitraan, ekuitas pemilik adalah ekuitas gabungan dari
dua orang atau lebih yang membentuk kemitraan. Jika bentuk hukumnya adalah korporasi,
ekuitas pemegang saham akan dinyatakan sebagai modal lain, kelebihan modal, dan
kelebihan yang diterima.

Kepemilikan orang (proprietorship) atas perusahaan merupakan jumlah aset perusahaan


dikurangi dengan utang perusahaan kepada kreditor. Utang merupakan kewajiban perusahaan
yang dapat diklaim oleh pemberi utang, maka besar kepemilikan atas sebuah perusahaan
merupakan aset yang telah terbebas dari kewajiban terhadap kreditor. Dapat dituliskan di
dalam persamaan sebagai berikut:

14
P= A−L

Kepemilikan (owner equity) sama dengan aset dIkurangi liabilitas.

Nilai P merupakan representasi dari kekayaan dari pemilik perusahaan. Seperti yang
dikatakan oleh Sprague:

Balance sheet merupakan penjumlahan dari elemen-elemen yang membentuk kekayaan


pemilik di dalam suatu rentang waktu tertentu. Dengan fokus untuk mengumpulkan kekayaan
dalam berbisnis yang juga merupkan peningkatan atas kepemilikan.

Akuntansi berdasarkan teori ini diperuntukkan untuk menunjukkan kekayaan dari pemilik
bisnis. Aset melambangkan jumlah yang dimiliki oleh pemilik, sedangkan liabilitas
merupakan kewajiban dari pemilik terhadap kreditor. Konsep income dari berbisnis
merupakan peningkatan dari kekayaan pemilik yang juga dapat diartikan sebagai return bagi
pelaku bisnis. Pemilik atau perwakilan dari pemilik di dalam bisnis melakukan keputusan di
dalam  bisnis yang menghasilkan pendapatan dan pengeluaran.

Pendapatan dan pengeluaran di dalam berbisnis merupakan bagian dari akun P. Kedua akun
ini sengaja untuk dipisahkan agar dapat melihat keuntungan yang diterima di dalam proses
berbinis. Pendapatan meningkatkan kepemilikan, sebaliknya pengeluaran menurunkan
kepemilikan. Seperti yang dikatakan oleh Vatter:

Pencatatan double entry didasarkan pada ide bahwa pendapatan dan  pengeluaran merupakan
satu bagian dari kekayaan bersih. Akun yang meningkatkan kekayaan bersih meningkat
berdasarkan kredit, sebaliknya akun yang menurunkan kekayaan  bersih berdasarkan debit.

Pendapatan bersih berasal dari kegiatan menghasilkan pendapatan serta perubahan nilai aset.
Secara umum, praktik akuntansi saat ini didasarkan pada teori kepemilikan. Dividen
dianggap sebagai pembagian keuntungan daripada beban karena dividen dibayarkan kepada
pemilik. Di sisi lain, bunga atas utang dan pajak penghasilan dianggap beban karena mereka
mengurangi kekayaan pemilik.

Modal finansial lebih wajar bila menyangkut teori kepemilikan, dibandingkan dengan modal
fisik. Modal finansial menekankan investasi keuangan pemilik, sedangkan modal fisik
berfokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasi fisik tanpa
mempedulikan klaim kepemilikan.

Ada dua fitur penting yang dapat membantu kita untuk membedakan antara kewajiban dan
ekuitas pemilik, yaitu:
 Hak para pihak
 Pengaturan substansi ekonomi

15
Hak hukum adalah pertimbangan yang sangat penting. Namun, mereka tidak boleh menjadi
dasar satu-satunya perbedaan antara kreditur dan pemilik.

 Right of The Parties


Hak-hak yang dimiliki oleh kreditor dan pemilik, didapatkan karena hukum atau peraturan
perusahaan terkait. Secara sah, kreditor memiliki klaim terhadap pemilik dalam kepemilikan
tunggal atau persekutuan, sedangkan dalam perusahaan, kreditor memiliki klaim terhadap
perusahaan. Bagaimanapun, dalam teori akuntansi, tidak peduli bagaimana bentuk hukum
sebuah organisasi, entitas diakui sebagai unit akuntabilitas. Oleh karena itu, kreditor
memiliki klaim terhadap entitas dan juga asetnya. Berikut ini merupakan hak-hak yang
dimiliki oleh kreditor:
- Penyelesaian atas klaim kreditor dengan jangka waktu yang telah ditentukan, melalui
transfer aset (barang atau jasa).
- Penyelesaian klaim kreditor merupakan prioritas utama dibandingkan hak-hak
pemilik, jika terjadi likuidasi.
Aspek lain yang membedakan hak antara kreditor dan pemilik adalah hak atas penggunaan
aset atau pengoperasian perusahaan. Kreditor tidak memiliki hak atas penggunaan aset
perusahaan selain yang ditentukan dalam kontrak. Selain itu kreditor juga tidak memiliki hak
dalam proses pengambilan keputusan bisnis, kecuali dengan secara tidak langsung dalam
beberapa kasus. Contohnya kreditor dapat mempengaruhi perusahaan dengan membatasi
retained earnings, atau sejumlah aset tertentu tidak dapat dijual sebelum mendapatkan
persetujuan dari kreditor. Di sisi lain, pemilik mempunyai hak atau otoritas untuk
menjalankan perusahaan.

 Economic Substances
Liabilities dan owner’s equity melambangkan klaim terhadap entitas. Semua klaim terhadap
entitas memiliki resiko kerugian, namun resiko kerugian kreditor sedikit lebih rendah
dibandingkan resiko kerugian pemilik. Pemilik harus menanggung kerugian yang berasal dari
kegiatan perusahaan. Perbedaan utama antara kreditor dan pemilik ialah, kreditor memiliki
hak atas settlement, sedangkan pemilik memiliki hak atas pembagian profit. Perbedaan
tersebut mencerminkan resiko ekonomi dan timbal balik dari kedua jenis klaim: kreditor
menanggung resiko yang lebih rendah dan mendapatkan timbal balik dengan pengembalian
yang relatif tetap (fixed return), sedangkan pemilik menanggung resiko yang lebih tinggi dan
dengan demikian mendapatkan timbale balik dengan pengembalian (lebih sering meningkat)
melalui partisipasi mereka dalam pembagian keuntungan.

 Concept of Capital
Terpenting adalah kebutuhan pemeliharaan modal yang menuntut bahwa perusahaan
mempertahankan utuh awal mereka (dan berikutnya) basis modal. Kerangka mengakui

16
bahwa baik atau tidak perusahaan mempertahankan modal yang utuh merupakan fungsi tidak
hanya dari definisi ekuitas sebagai suatu kepentingan sisa dalam suatu entitas, tetapi juga
konsep modal. Modal dapat dikonseptualisasikan sebagai uang ditemukan atau ditemukan
daya beli (modal keuangan) atau sebagai kapasitas produktif dari entitas (modal fisik).

 Classifications Within Owner’s Equity


Contributed capital merupakan modal yang diserahkan secara langsung oleh pemilik untuk
keberlangsungan perusahaan (invested), sedangkan earned capital adalah modal yang
berasal dari profit, didapatkan oleh perusahaan seiring dengan aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan (reinvested). Logikanya adalah memisahkan modal yang telah diinventasikan
secara langsung dengan modal yang diinvestasikan kembali. Contributed capital itu untuk
financing transactions. Retained earnings, atau unnappropriated profit meningkatkan
earned capital. Namun, demarkasi antara contributed dan earned capital tidak bisa
dipisahkan secara tegas dikarenakan tidak ada transaksi yang benar-benar sesuai atas dua
kategori tersebut. Sebagai contoh, dividen (yang telah dibayarkan) mencerminkan bahwa
ada perubahan klasifikasi dari earned menjadi contributed capital.
 Penilaian Akun

Aset mungkin belum tentu dinilai dengan apa yang akan direalisasikan secara tunai atas
penjualan. Metode yang diterima untuk penilaian aset adalah sebagai berikut:

o Nilai uang tunai.


o Surat berharga-Biaya atau nilai pasar, mana yang lebih rendah.
o Piutang & Catatan Piutang - Jumlah bersih untuk direalisasikan.
o Persediaan- biaya atau pasar, mana yang lebih rendah.
o Pembayaran di muka-Biaya.
o Aset Pabrik - Biaya dikurangi akumulasi penyusutan.

Penilaian kewajiban dapat dinyatakan sebagai jumlah yang pasti berutang kepada kreditor
sesuai dengan perjanjian kontraktual.

E. Pembahasan Jurnal

 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, dan Profitabilitas pada Nilai


Perusahaan dengan Struktur Modal sebagai Mediator: Studi pada Pertanian
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

17
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah tingkat pertumbuhan
penjualan, stabilitas penjualan, karakteristik industri, struktur aset, sikap manajamen, dan
sikap pemberi pinjaman (Weston & Copeland, 1996). Weston dan Brigham (1997)
menambahkan leverage operasi, profitabilitas, kontrol pajak, sikap pemberi pinjaman,
kredibilitas penilai, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan
perusahaan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan.

Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan di sektor
pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014 dan memiliki laporan
keuangan lengkap, Fokus penelitian berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian
ini adalah hubungan antar variable (ukuran, pertumbuhan, dan profitabilitas), yang
mengindikasikan hubungan kausal yang kompleks dan berjenjang (struktur modal, dan nilai
perusahaan).

o Pengujian Hipotesis tentang Pengaruh Struktur Modal Perusahaan


o Pengaruh Ukuran Struktur Modal Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa perusahaan. Ketiadaan besar suatu
perusahaan dapat didasarkan pada nilai total dari total aset, penjualan, kapitalisasi pasar,
jumlah tenaga kerja dan sebagainya.

H1: Semakin besar aset perusahaan akan semakin besar modal yang ditanam, semakin
besar total penjualan perusahaan, akan semakin banyak pula omset dan semakin besar
kapitalisasi pasar maka semakin besar perusahaan yang diketahui public.

o Pengaruh Ukuran terhadap Nilai Perusahaan

Investor cenderung lebih tertarik pada perusahaan dengan skala besar karena perusahaan
besar cenderung memiliki kondisi yang lebih stabil. Dapat dikatakan bahwa ukuran
memiliki pengaruh terhadap nilai-nilai perusahaan.

H2: Ukuran memiliki pengaruh terhadap nilai-nilai perusahaan.

o Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal

18
Menurut Halim (2005) pertumbuhan perusahaan adalah perubahan (laju pertumbuhan)
dari total aset tahunan. Total aset akan berubah pada setiap periode tergantung pada
kondisi ekonomi baik internal maupun eksternal perusahaan. Penyebabnya adalah karena
semakin tinggi pertumbuhan perusahaan, maka semakin rendah perusahaan
menggunakan tingkat utangnya.

H3: Pertumbuhan perusahaan juga berpengaruh pada struktur modal.

o Pengaruh Pertumbuhan terhadap Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan yang dibentuk oleh indikator nilai pasar saham dipengaruhi oleh
peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang
pertumbuhan perusahaan di masa depan, sehingga dapat meningkatkan nilai pemegang
saham.

H4: Pertumbuhan memiliki pengaruh terhadap nilai-nilai perusahaan.

o Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang baik dari
penjualan investasi perusahaan atau dengan memanfaatkan sumber dana mereka baik dari
internal maupun eksternal. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), profitabilitas
perusahaan adalah kemampuan untuk mendapatkan laba dalam kaitannya dengan total
penjualan aset serta modal sendiri.

H5: Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka tingkat hutang perusahaan
juga akan semakin kecil.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor memiliki


saham lain untuk mendapatkan pengembalian.
H6: Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, semakin besar
pengembalian yang diharapkan dari investor, membuat nilai perusahaan lebih baik.

19
o Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan

Teori Tradeoff menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik
optimal, maka setiap hutang tambahan akan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya,
jika posisi masing-masing struktur modal berada di atas titik optimal, maka setiap hutang
tambahan akan menurunkan nilai perusahaan.

H7: Struktur modal memiliki pengaruh terhadap nilai-nilai perusahaan.

o Hasil Pengujian H1

Ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh terhadap struktur modal (rasio hutang).
Menurut Pontoh dan Ventje (2013) adalah perusahaan besar akan mengutamakan
pendanaan internal. Ini bertujuan untuk menciptakan arus kas yang lebih stabil. Selain itu,
untuk mengatasi risiko bisnis, perusahaan besar akan mempertahankan struktur modalnya
dan tidak menggunakan utang. Jadi ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada struktur
modal.

o Hasil Pengujian H2
Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada struktur modal. Dengan demikian,
perusahaan tidak perlu banyak dana untuk memenuhi pertumbuhan investasi. Selain itu,
karena perusahaan di Indonesia cenderung memilih menggunakan utang daripada
investasi.
o Hasil Pengujian H3

Berdasarkan hasil pengujian terbukti bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel
profitabilitas (ROE) terhadap struktur modal (rasio utang), Jadi semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka tingkat hutang perusahaan juga akan semakin kecil.

 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ukuran


perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas secara bersama-sama
berpengaruh terhadap struktur modal (rasio utang) perusahaan sektor pertanian yang
listing di bursa efek Indonesia (idx) pada periode penelitian 2011- 2014 Secara parsial

20
hasil penelitian diuraikan sebagai berikut: ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada
struktur modal (rasio utang), pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada struktur
modal (rasio utang), efek negatif terhadap profitabilitas modal struktur sektor pertanian
perusahaan pada periode pencatatan bursa Indonesia periode 2011-2014.

 Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas


terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ 45
 Jenis-jenis Rasio

Menurut Harahap (1998), jenis-jenis rasio keuangan yang sering digunakan dalam bisnis
yaitu:

o Rasio likuiditas
 Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber
informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang
lancar.
 Rasio Lancar atau Current Ratio adalah rasio yang mengukur kinerja
keuangan necara likuiditas perusahaan.
H1 = Current ratio yang tinggi mempengaruhi harga saham karena menunjukkan
adanya uang kas yang berlebihan, menjamin akan dapat dibayarnya hutang
perusahaan
o Rasio Solvabilitas
 Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan
dilikuidasi. Rasio-rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya
jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang.
 Debt Equity Ratio merupakan salah satu rasio solvabilitas. Debt equity
ratio menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang.
Rasio ini juga dapat dibaca sebagai perbandingan antara dana pihak luar
dengan dana pemilik perusahaan yang dimasukkan ke perusahaan.
H2 = Semakin tinggi rasio ini mempengaruhi harga saham, dapat berarti
modal sendiri semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya
o Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
 Menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.
 Return On Assets adalah salah satu rasio profitabilitas. Rasio ini sering
disebut sebagai rentabilitas ekonomis, yaitu merupakan ukuran

21
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Sutrisno, 2003:254).
H3 = Semakin tinggi nilai ROA mempengaruhi harga saham, berarti
perusahaan telah efisien dalam menciptakan laba dengan cara mengolah
dan mengelola semua aset yang dimilikinya
o Harga Saham
 Dalam aktivitas di pasar modal, harga saham merupakan faktor yang
sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melaksanakan
investasi, karena harga saham menunjukkan nilai suatu perusahaan.
o Indeks LQ-45
 Saham LQ-45 ini menununjukkan saham yang paling aktif
diperdagangkan dibandingkan saham yang lainnya.
 Objek & Variabel Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan emiten yang tergabung dalam
LQ45 yang telah diaudit dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2006-2009, variabel berupa Current Ratio, Debt Equity Ratio, Return On
Assets, dan Harga Saham.

a. Likuiditas = Current Ratio (X1)


Current Assets
Current Ratio= Current Liabilities

b. Solvabilitas= Debt Equity Ratio (X2)


Debt Equity Ratio = Total debt
Total Equityc.

c. Profitabilitas= Return On Assets (X3)

EBIT-Income tax

Return On Assets = Total Asset

d. Terhadap harga saham penutupan akhir tahun

 Hasil Analisis Data


o Analisis Pengaruh Likuditas terhadap Harga Saham
Tidak ada pengaruh signifikan likuiditas dengan indikator current ratio
terhadap harga saham.
o Analisis Pengaruh Solvabilitas terhadap Harga Saham
Ada pengaruh signifikan solvabilitas dengan indikator debt
equityratioterhadap harga saham.

22
o Analisis Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham
Ada pengaruh signifikan profitabilitas dengan indikator return on
assetterhadap harga saham
 Kesimpulan
- Variabel yang paling berpengaruh terhadap harga saham LQ 45 adalah profitabilitas
dengan indikator ROA (Return on Asset) sebesar 40,2%.
- Variabel penelitian solvabilitas menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham LQ 45 hanya pengaruhnya kecil hanya sebesar 7,5%.
- Variabel penelitian likiditas tidak menunjukkan pengaruh terhadap harga saham LQ
45.

F. Kasus Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia Tahun buku 2018


Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar
USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Angka ini
melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta. Laba tersebut ditopang
salah satunya oleh kerja sama antara Garuda dan PT Mahata Aero Terknologi. Kerja sama itu
nilainya mencapai US$ 239,94 juta atau sekitar Rp 2,98 triliun.
Namun laporan keuangan tersebut menimbulkan polemik, lantaran dua komisaris Garuda
Indonesia yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap
laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Pencatatan yang tidak sesuai dengan peryataan standar akuntansi keuangan
tersebut yaitu Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang
memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut. PT Mahata Aero Teknologi sendiri
memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum dibayarkan.
Dasar pencatatan ini yaitu kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018, dimana ini
mencatatkan pendapatan yang masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata.
Dari jumlah itu, USD28 juta di antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan
Mahata.
Mengapa pencatatan pendapatan tersebut ditolak ?
1. Menurut IAA Perlakuan akuntansi atas transaksi GIAA dengan Mahata sebesar US$ 239 juta
sebagai pendapatan 2018 terlalu dini, tidak tepat karena kontrak GIAA dengan Mahata untuk
jangka waktu 15 tahun, dan 10 tahun dengan Sriwijaya, IAPI juga menyatakan ini terlalu dini
[disebut pendapatan] karena saat teken, namanya teken kontrak itu kan orang baru komitmen.
Kalau masih kontrak itu kan belum diakui transaksinya

23
2. Tarko menjelaskan transaksi yang disebut Garuda dan Mahata dalam laporan keuangan
sebenarnya boleh saja dilakukan. Asalkan, sudah fix dan mencetak prestasi kerja. Saat ini
prestasi kerja dari transaksi baru satu.
3. Menurut Chairal dan Dony, tidak dapat diakuinya pendapatan tersebut karena hal ini
bertentangan dengan PSAK 23 paragraf 28 dan 29. Menurut paragraf 28, pendapatan yang
timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan
dividen diakui dengan dasar yang dijelaskan di paragraf 29, jika kemungkinan besar manfaat
ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas dan jumlah
pendapatan dapat diukur secara andal. Sedangkan paragraf 29 sendiri menegaskan royalti
diakui dengan dasar sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan. Dalam lampiran PSAK
23 paragaraf 20, dielaborasi dalam ilustrasi makna dari PSAK 23 paragraf 28 tersebut bahwa
royalti akan diterima atau tidak diterima bergantung kepada kejadian suatu peristiwa masa
depan. Dalam hal ini, pendapatan hanya diakui jika terdapat kemungkinan besar bahwa
royalti akan diterima. Untuk memperkuat argumennya, Chairal dan Dony merujuk Perjanjian
Mahata:
a. Perjanjian Mahata ditandatangani 31 Oktober 2018, namun hingga tahun buku 2018
berakhir, tidak ada satu pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak Mahata meskipun
telah terpasang satu unit alat di Citilink.
b. Dalam perjanjian Mahata tidak tercantum term of payment yang jelas bahkan pada saat
ini masih dinegosiasikan cara pembayarannya.
c. Sampai saat ini tidak ada jaminan pembayaran yang tidak dapat ditarik kembali, seperti
bank garansi atau instrumen keuangan yang setara dari pihak Mahata kepada perusahaan.
Padahal, bank garansi atau instrumen keuangan yang setara merupakan instrumen yang
menunjukkan kapasitas Mahata sebagai perusahaan yang bankable.
d. Mahata hanya memberikan surat pernyataan komitmen pembayaran kompensasi sesuai
dengan paragraf terakhir halaman satu dari surat Mahata 20 Maret 2019: "Skema dan
ketentuan pembayaran ini tetap akan tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam perjanjian. Ketentuan dan skema pembayaran sebagaimana yang disampaikan
dalam surat ini dan perjanjian dapat berubah dengan mengacu kepada kemampuan
finansial Mahata.

24
Dari keberatan yang disampaikan oleh komisaris, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
Komisaris setuju bahwa penghasilan yang diperoleh/akan diperoleh Garuda dari perjanjiannya
dengan Mahata adalah penghasilan royalti sehingga tunduk dalam PSAK 23. Komisaris hanya
keberatan kepada saat pengakuan penghasilan tersebut yang menurut mereka Garuda belum
saatnya mengakui penghasilan sama sekali.

Akhirnya hari ini manajemen Garuda Indonesia kembali menyajikan Laporan Keuangan
2018, Garuda Indonesia mencatatkan net loss atau rugi bersih sebesar US$ 175,028 juta atau
sekitar Rp 2,4 triliun (kurs Rp 14.000). Laporan ini berbeda dari sajian sebelumnya, di mana
dicatatkan laba sebesar US$ 5,018 juta. Dalam laporan keuangan Garuda 2018 yang disajikan
kembali, pendapatan usaha tercatat sebesar US$ 4,37 miliar, tidak mengalami perubahan dari
laporan pendapatan sebelumnya. Sementara itu, pendapatan usaha lainnya (pendapatan lain-lain)
terkoreksi menjadi US$ 38,8 juta dari sebelumnya US$ 278,8 juta. Selain itu laporan restatement
Garuda Indonesia tercatat mengalami sejumlah penyesuaian pada indikator aset menjadi sebesar
US$ 4,328 juta dari sebelumnya US$ 4,532 juta. Adapun perubahan total indikator aset tersebut
diakibatkan oleh penyesuaian pada pencatatan piutang lain-Lain menjadi sebesar US$ 19,7 juta
dari sebelumnya sebesar US$ 283,8 juta. Aset pajak tangguhan juga mengalami penyesuaian
menjadi US$ 105,5 juta dari sebelumnya US$ 45,3 juta.

25

Anda mungkin juga menyukai