Kerangka Penyusun
Fahmi (2011:28), tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi
keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan yang ditujukan
kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap
perusahaan disamping pihak manajemen perusahaan. Para pemakai laporan akan
menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan
yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak
keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan,
membandingkan dan menilai keuangan.
2. Asumsi dasar
Dalam laporan keuangan, ada yang disebut dengan asumsi dasar. Asumsi dalam laporan
keuangan adalah dasar dalam penyusunan sebuah laporan akuntansi.
Asumsi dasar terdiri atas 4 jenis, yaitu asumsi entitas ekonomi, asumsi kelangsungan
hidup, asumsi unit moneter, dan asumsi periodisitas. Berikut penjelasan singkatnya:
1. Relevan
Laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalamnya dapat
memengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu atau masa kini, memprediksi masa depan, dan menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka. Selain itu informasi dapat dikatakan relevan jika disajikan tepat
waktu dan lengkap.
2. Andal
Andal berarti Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi. Peggunaan informasi yang relevan, tetapi hakikat atau penyajiannya tidak
dapat diandalkan, maka informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal
dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara
eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama.
4. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna. Sehubungan dengan hal ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan
yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya
kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
Dalam laporan keuangan terdapat beberapa unsur yang harus di gunakan, berikut ini
adalah unsur unsur laporan keuangan :
Neraca
Neraca adalah laporan yang ada kaitannya langsung yang akan di gunakan untuk
pengukuran posisi dari keuangan yang ada di perusahaan. Neraca juga memiliki
beberapa unsur-unsur penyusunan yang harus digunakan, unsur – unsur dari neraca
adalah sebagai berikut :
Aktiva atau aset adalah sumber dari daya ekonomi yang di miliki oleh perusahaan, yang
timbul dari suatu peristiwa masa lampau dan akan mmemeberikan manfaat di waktu
yang akan datang. Di dalam neraca ini sebagian besar dari aktiva perusahaan akan
disusun secara urut dan berdasarkan tingkat kelancarannya (likuiditas), tetapi untuk
aktiva tetap akan disusun secara berurutan dengan berdasarkan tingkat kekekalannya.
Kelancaran (likuiditas) adalah kecepatan dari putaran aktiva yang habis di gunakan atau
dirubah menjadi kas, sehingga semakin cepat perubahan menjadi kas atau sudah habis
dipakai maka aktiva ini akan dikatakan semakin lancar. Berdasarkan penjelasan di atas
maka dapat diklasifikasik unsur – unsur aktiva :
Aktiva Lancar : adalah sebuah aset yang akan habis jika di gunakan dan akan
mendapatkan manfaat atau berubah bentuk dari aktiva menjadi kas yang dalam
waktu kurang dari satu tahun.
Investasi Jangka Panjang: adalah sumber yang ekonomis dari aktiva yang di
miliki perusahaan dan bertujuan tidak untuk digunakan pada kegiatan
operasioinal perusahaan tetapi akan memiliki tujuan yang lain yaitu untuk
membeli sebuah saham dan untuk membeli perusahaan lain.
Aktiva Tetap : adalah aktiva yang hampir sama dengan aktiva lancar akan tetapi
aktiva tetap memiliki periode yang lebih panjang (lebih dari satu tahun). Ciri –
ciri aktiva yang bisa dikategorikan menjadi aktiva tetap yaitu :
Aktiva tersebut sudah dibeli dan memiliki tujuan untuk digunakan dalam
kegiatan operasi di perusahaan.Memiliki waktu periode lebih dari satu tahun,
misalnya kendaraan, mesin – mesin produksi, dan lain – lain.
Aktiva tidak Berujud : adalah aktiva yang sudah melekat di perusahaan secara
keseluruhan dan tidak bisa di identifikasi secara fisik tetapi perusahaan bisa
merasakan manfaatnya. Contoh dari aktiva tidak berujud ini adalah merek dari
perusahaan, hak cipta, goodwill, dan lain – lain. Merek tidak akan bisa di
identifikasi secara fisik akan tetapi perusahaan bisa merasakan manfaat dari
merek tersebut. Misalnya konsumen akan menggunakan suatu produk maka
mereka cenderung memilih produk dengan mengutamakan merek. Aktiva tetap
ini tidak berujud dan merupakan aset perusahaan sehingga aktiva tetap ini harus
dilindungi keberadaannya agar tidak ada pihak yang ingin meniru.
Aktiva Lain – lain : adalah aktiva perusahaan yang tidak memenuhi klasifikasi di
atas. Contoh dari aktiva ini adalah peralatan mesin – mesin kantor yang masih
mempunyai umur ekonomis tetapi kondisinya sudah tidak layak atau rusak,
dana jaminan, dan lain – lain.
2. Kewajiban
Kewajiban adalah sebuah hutang yang di miliki oleh perusahaan pada saat ini dan timbul
dari peristiwa lampau perusahaan dan hutang akan di bayar oleh perusahaan di masa
yang akan datang dengan menggunakan sumber daya ekonomi yang tersedia. Kewajiban
ini sering disebut hutang oleh perusahaan. Penyajian kewajiban di dalam neraca ini juga
akan diatur secara berurutan dari yang paling dekat dengan jatuh tempo atau tanggal
bayar. Kewajiban dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
Kewajiban Jangka Panjang: merupakan kewajiban yang dibayar dalam periode yang lebih
lama dan bersifat periodik. Periode yang berlaku dalam kewajiban jangka panjang
tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak, dan bisa mencapai periode lebih dari
sepuluh tahun. Yang termasuk kewajiban jangka panjang adalah hutang hipotek dan
hutang obligasi yang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun.\
Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atau sisa dari aktiva perusahaan setelah dikurangi oleh
semua kewajiban yang ada. Sehingga bisa dirumuskan sebagai berikut.
Dalam neraca perusahaan, ekuitas ini akan di sajikan secara urut dengan berdasarkan
tingkat kekalnya. Sehingga semakin kekal maka akan di tempatkan pada urutan yang
pertama, dan selanjutnya. Ekuitas sering di sebut dengan modal. Elemen – elemen untuk
penyusunan ekuitas:
Laporan Laba/Rugi
Pengakuan unsur laporan keuangan adalah proses pembentukan pos yang memenuhi
defnisi dan kriteria laporan keuangan. Proses ini adalah proses menetapkan dan
mengakui sejumlah nominal dan memasukkannya ke dalam pos untuk disajikan dalam
laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba rugi.
Hal lain yang penting dalam unsur laporan keuangan adalah pengukuran. Pengukuran
unsur laporan keuangan memiliki tiga jenis pengukuran, yaitu:
Biaya Historis.
Pengukuran biaya historis mencatat aset sebesar dengan kas yang dikeluarkan
atau dibayar, atau sebesar nilai yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut.
Sedangkan kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima, atau setara dengan
kas yang dibayarkan untuk memenuhi kewajiban.
Biaya Kini (Current Cost)
Pengukuran biaya kini mencatat aset sejumlah kas yang seharusnya, atau sesuai
dengan nilai aset jika diperoleh sekarang. Sedangkan pernyataan kewajiban
dicatat sebesar kas yang mungkin akan diperlukan untuk menyelsaikan
kewajiban sekarang.
Nilai Realisasi
Dalam pengukuran ini, pencatatan aset dinyatakan sejumlah kas yang dapat
diperoleh sekarang jika aset tersebut dijual secara normal. Sedangkan
pencatatan kewajiban dinyatakan sebesar jumlah kas yang diharapkan untuk
dibayar dalam pelaksanaan operasional normal.
Menurut konsep modal keuangan, seperti uang atau daya beli yang diinventasikan,
modal adalah sinonim dengan nilai aset bersih atau ekuitas entitas. Pemeliharaan modal
keuangan menganggap laba hanya diperoleh kalau nilai uang (nilai finansial) dari aset
bersih pada akhir suatu periode usaha melebihi awal periode, setelah memperhitungkan
kembali penyetoran dan atau penarikan modal oleh pemilik. Pengukuran dapat
dilakukan berdasarkan satuan moneter nominal atau dalam satuan daya beli yang
konstan. Konsep modal keuangan ini seharusnya dianut kalau pemakai laporan
keuangan terutama berkepentingan dengan pemeliharaan modal nominal atau daya beli
dari modal yang diinvestasikan. Pemilihan jenis modal keuangan yang ingin dipelihara
akan menentukan dasar pengukuran biaya yang harus digunakan.
Menurut konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang sebagai
kapasitas produktif entitas yang didasarkan pada, misalnya, unit output per hari.
Pemeliharaan modal fisik menganggap laba hanya diperoleh kalau kapasitas produktif
fisik (atau kemampuan usaha) pada akhir suatu periode usaha melebihi awal periode,
setelah memperhitungkan kembali penyetoran atau penarikan modal oleh pemilik.
Konsep ini menggunakan dasar pengukuran biaya kini (current cost) dan digunakan
pemakai informasi bila berkepentingan dengan kemampuan usaha entitas.
Konsep pemeliharaan modal berkaitan dengan konsep laba dan memberikan dasar
rujukan dalam perhitungan laba rugi. Pemahaman konsep ini penting untuk
membedakan pengertian imbalan modal entitas (return on capital) dan pengembalian
moda (return of capital). Imbalan modal entitas adalah laba atau keuntungan yang
dihasilkan atas modal yang diinvestasikan pada entitas, sedangkan pengembalian modal
merupakan penarikan kembali modal oleh pemilik.
Laba adalah jumlah residual atau selisih penghasilan dikurangkan semua beban
(termasuk semua penyesuaian pemeliharaan modal kalau ada). Bila beban melebihi
penghasilan, berarti telah terjadi kerugian. Jadi konsep pemeliharaan modal apa yang
akan dianut, atau dengan kata lain, apa dan bagaimana beban diperhitungkan, sangat
menentukan perhitungan laba rugi.
Bila modal keuangan diukur dalam satuan daya beli konstan, maka laba adalah kenaikan
daya beli yang diinventasikan selama suatu periode usaha. Dengan perkataan lain laba
adalah bagian dari kenaikan harga aset yang melebihi kenaikan tingkat harga umum.
Sedangkan kenaikan yang lainnya diperlakukan sebagai penyesuaian pemeliharaan
modal, dan karena itu langsung dilaporkan sebagai unsur neraca yaitu bagian dari
ekuitas.
Sedangkan konsep pemeliharaan modal fisik mengartikan laba sebagai adanya kenaikan
modal dalam kapasitas produktif fisik selama suatu periode usaha. Semua perubahan
harga yang mempengaruhi aset dan liabilitas entitas dipandang sebagai perubahan
dalam engukuran kapasitas produktif fisik entitas; karena itu jumlahnya diperlakukan
sebagai penyesuaian pemeliharaan modal yang merupakan bagian ekuitas dan bukan
merupakan laba.
Pemilihan dasar pengukuran dan konsep pemeliharaan modal akan menentukan model
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Pemilihan alternatif
tekanan dan menjaga keseimbangan antar karakteristik kualitatif keandalan dan
relevansi merupakan pertimbangan yang harus dilakukan secara seksama dan bijak
untuk menentukan model akuntansi yang berlaku.
Konsep dasar dari IAS/IFRS menjelaskan kedua konsep pemeliharaan modal dan tidak
dengan jelas memilih konsep mana yang harus dipilih atau diumumkan. Selama proses
konvergensi IFRS masih berlangsung dan standar akuntansi nasional di mancanegara
masih mencari keseimbangan antara karakteristik keandalan dan relevan informasi
laporan keuangan, dualisme tersebut kiranya memang sulit dihindarkan.