Anda di halaman 1dari 4

Asa Arija Imaniyah / 17110020

Teori akuntansi

Manajemen Laba

Menurut Schipper (1989) dalam Rahmawati dkk (2006)

Yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan


tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh
beberapa keuntungan privat ( sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral
dari proses tersebut ).

Menurut Assih Dan Gudono (2000)

Manajemen laba ialah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam
batasan General Addopted Accounting Principles ( GAAP ) untuk mengarah pada
tingkatan laba yang dilaporkan.

Menurut Setiawati dan Na’im 2000 (dalam Rahmawati dkk, 2006)

Manajemen laba ialah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan


eksternal dengan memiliki tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. manajemen laba
ialah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat menggangu
pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut
sebagai angka laba tanpa rekayasa.

Alasan Dilakukan Manajemen Laba

Alasan dilakukan manajemen laba karena:

1. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap


manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba
atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat  keuntungan atau
laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang
akan diterima oleh manajer.
2. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
Perusahaan yang terancam  default  yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya
dengan membuat kebijakan  yang dapat meningkatkan pendapatan maupun
laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam
negoisasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan
perusahaan.
3. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga faktor-faktor yang mempengaruhi


manajemen laba ( Watt dan Zimmerman, 1986 ) yaitu :

1. Bonus Plan Hypothesis


Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya
yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar
berdasarkan laba lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang
meningkatkan laba yang dilaporkan.

2. Debt Covenant Hypothesis


Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung
memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba ( Sweeney
1994 dalam Rahmawati dkk, 2006 ). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka
dalam pandangan pihak eksternal.

3. Political Cost Hypothesis


Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan
tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil
tindakan misalnya ; mengenakan peraturan antitrust menaikkan pajak
pendapatan perusahaan dan lain-lain.

Tujuan & Motivasi Manajemen Laba

Setiap tindakan yang dilakukan tentu saja didasari oleh motif dan tujuan,
termasuk juga dengan manajemen laba. Berikut beberapa hal terkait motivasi dan
tujuan melakukan manajemen ini :

a. Tujuan Bonus, ini disebabkan karena biasanya manajer memperoleh bonus


diukur dari seberapa banyaknya laba. Manajer mempunyai informasi atas laba
bersih perusahaan, sehingga dia akan bertindak untuk melakukan manajemen
dengan cara memaksimalkan laba saat ini.
b. Motivasi Politik, ini tidak berarti selalu menaikan laba tetapi juga bisa
menurunkan laba yang terjadi pada periode berjalan. Jika untuk mendapatkan
bonus, manajer akan cenderung menaikan laba, maka untuk kepentingan
dengan pemerintah, laba akan cenderung dikurangi. Perusahaan akan
mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik sehingga
pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. Selain itu, dengan
mengurangi laba perusahaan juga dapat menghemat pajak.
c. Initial Public Offering  / IPO (Penawaran Saham Perdana), merupakan
penawaran saham perdana ke publik, perusahaan yang belum pernah memiliki
nilai pasar dan akan go public akan melakukan manajemen laba. Hal tersebut
bertujuan agar harga saham perusahaan naik.
d. Informasi Kepada Investor, ini merupakan tujuan dan motivasi umum dalam
mengelola laba bisnis. Perusahaan harus menyampaikan laporan kepada
investor pada akhir periode atau akhir bulan. Agar perusahaan dinilai memiliki
kinerja yang baik, maka perusahaan melakukan pengelolaan sehingga laba
meningkat.

Pola Manajemen Laba

Terdapat 4 pola manajemen laba yang sering digunakan oleh manajer, empat pola
tersebut yaitu :

a. Income Smoothing, merupakan salah satu pola manajemen yang sering


digunakan oleh manajer. Cara yang dilakukan adalah dengan meratakan laba
yang dilaporkan. Tujuannya adalah agar laba yang diperoleh stabil, sehingga
investor akan menyukai kinerja perusahaan.
b. Income Maximization, kegiatan ini dilakukan pada saat laba sedang turun. Cara
ini dapat digunakan untuk melindungi perusahaan saat berurusan dengan
kegiatan utang. Selain itu, agar mendapatkan laba yang lebih besar, Anda dapat
melakukan pola ini dengan memanipulasi data akuntansi pada laporan
keuangan.
c. Income Minimization, manajemen ini dapat digunakan untuk mengurangi beban
pajak dan agar perusahaan tidak mendapatkan perhatian oleh pemerintah. Pola
income minimization ini dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Caranya, Anda
dapat menghapus biaya-biaya yang tidak terlalu diperhatikan oleh pembaca
laporan keuangan seperti biaya iklan, biaya R&D; atau Anda dapat menghapus
aktiva tidak berwujud dan barang modal.
d. Taking A Bath, Pola ini dilakukan dengan cara membebankan biaya yang akan
datang dan menghapus beberapa aktiva. Selain itu, Anda juga dapat
melakukan clear the desk, sehingga laba yang dilaporkan dapat meningkat.

Bentuk Strategi Manajemen Laba

Strategi untuk membuat manajemen laba antara lain :


1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen untuk mempengaruhi laba melalui judgement terhadap
estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tidak tertagih
(Rahmawati 2006, 2007), estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau
amortisasi aktiva tak berwujud, dan estimasi biaya garansi.
2. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi,
contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka
tahun ke metode depresiasi garis lurus. Strategi manajemen laba dengan
pemilihan metoda akuntansi dan pengaturan waktu transaksi mempengaruhi
manajemen laba dengan proksi akrual kelolaan (Rahmawati dkk., 2009).
Semakin besar manajemen laba dengan menggunakan strategi pemilihan
metoda dan pengaturan waktu transaksi semakin besar pula manajemen laba
(yang diproksikan dengan akrual kelolaan).
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Beberapa orang menyebut rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan
operasional (Fischer dan Rosenzweig, 1995; Bruns dan Merchant, 1990). Contoh
rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau
menunda pengeluaran untuk penelitian sampai periode akuntansi berikutnya
(Daley dan Vigeland, 1993), mempercepat atau menunda pengeluaran promosi
sampai periode akuntansi berikutnya, kerja sama dengan vendor untuk
mempercepat atau menunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi
berikutnya.
Mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual
investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan
aktiva tetap yang sudah tidak dipakai (Bartov, 1993; Black, Dellers, dan Manly,
1998). Perusahaan yang mencatat persediaan menggunakan asumsi LIFO, juga
dapat merekayasa peningkatan laba melalui pengaturan saldo persediaan
(Frankel dan Trezervant, 1994).

Anda mungkin juga menyukai