Anda di halaman 1dari 7

Asa Arija Imaniyah / 17110020

BAB 3 Akuntansi dan Nilai Budaya

Harrison dan McKinnon (1986, dalam Radebaugh dkk., 2016) mengusulkan


sebuah rerangka metodologi yang memasukan budaya untuk menganalisis perubahan
regulasi pelaporan keuangan pada tingkat nasional. Penggunakan kerangka ini telah
ditunjukan melalui sebuah analisis terhadap sistem akuntansi jepang. Budaya, yang
meliputi nilai – nilai dan sikap – sikap yang dipegang oleh sebuah masyarakat, dianggap
sebagai sebuah elemen penting untuk memahami bagaimana sebuah sistem sosial
berubah Karena budaya memengaruhi perilaku, dan perilaku akan mendasari sistem
hukum dan susunan institusional yang lain.
Pendekatan ini dilengkapi oleh Gray (1988, dalam Radebaugh dkk., 2006) yang
menyatakan bahwa kerangka teoritis yang memasukan budaya dalam digunakan untuk
menjelaskan dan memprediksi diversitas akuntansi international dan untuk
mengidentifikasi pola – pola perkembangan akuntansi secara international. Gray
menyatakan bahwa budaya pada tingkat nasional dapat menyebar ke subkultur
pekerjaan dan subkultur organisasi. Praktik dan sistem akuntansi dapat memengaruhi
dan memperkuat nilai – nilai sosial. Dengan pertimbangan ini, dapat diperoleh wawasan
yang lebih mendasar mengenai diversitas sistem akuntansi dan pelaporan nasional.

Dimensi Budaya Nasional

Tujuan penelitian rintisan Hofstede pada tahun 1970-an adalah untuk


mendeteksii elemen – elemen yang paling kuat memengaruhi perilaku dalam situasi
kerja organisasi atau institusi. Hofstede menunjukan bahwa empat dimensi budaya
nasional, yaitu individualisme, jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan
maskulinitas (Radebaugh dkk., 2006).

1. Individualisme versus Kolektifisme


Individualisme mengacu pada preferensi terhadap jalinan rerangka sosial yang longgar
dimana individu dianggap hanya memerhatikan diri sendiri dan keluarga dekatnya.
Sebaliknya, kolektivisme mengacu pada preferensi terhadap jalinan sosial yang ketat
dimana individu bergantung pada sanak – saudara, trah, atau kelompok – kelompok
lainya untuk memperhatikanya sebagai imbalan atas loyalitasnya. Isu penting yang
dibahas dalam dimensi ini adalah tingkat interdependensi antar individu yang dipelihara
oleh masyarakat.
2. Jarak kekusaan besar versus kecil
Jarak kekusaan adalah banteng dimana para anggota sebuah masrakat menerima ide
bahwa kekuasaan dalam institusi dan organisasi didisribusi secara tidak sama. Ini
memengarugi perilaku para anggota masyarakat yang kurang berkuasa maupun yang
lebih berkuasa. Orang – orang di dalam masyarakat yang jarak kekusaanya besar
menerima sebuah tatanan hierarkis di mana setiap orang mempunyai sebuah tempat
yang tidak perlu histifikasi lebih jauh. Orang – orang didalam jarak kekuasaan kecil
berjuang keras untuk memperoleh kesamaan kekuasaan dan menuntut justifikasi
ketidaksamaan kekuasaan. Isu penting yang dibahas dalam dimensi ini adalah
bagaimana masyarakat menangani ketidaksamaan antar orang ketika hal tersebut
terjadi. Ini mempunyai konsekuensi yang jelas terhadap cara orang – orang membangun
institusi dan organisasi mereka.
3. Penghindaran Ketidakpastian Lemah versus Kuat
Penghindaran ketidakpastian menunjukan tingkat dimana para anggota sebuah
masyarakat merasa tidak nyaman terhadap ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini
mendorong mereka untuk mempunyai sebuah keyakinan yang menjanjiakan kepastian
dan untuk mempertahankan institusi yang melindungi penyesuaian. Penghindaran
ketidakpatian kuat menunjukan bahwa masyarakt mempertahankan keyakinan dan
perilaku yang kaku serta tidak toleran terhadap ide – ide atau orang orang yang
menyimpang.
4. Maskulitas versus Femininitas Maskulinitas
Mengacu pada preferensi masyarakat terhadap pencapaian, kepahlawanan, ketegasan
dan kesuksesan material. Sebaliknya femininitas mengacu pada kekerabatan,
kerendahatian, perhatian terhadap yang lemah, dan kualitas hidup. Isi penting yang
dibahas oleh dimensi ini cara dimana sebuah masyarakat mengalokasi peran – peran
sosial antar pria dan wanita.
Dimensi ke-5, dinamisme confusian dibedakan antara orientasi jangka pendek
dan orientasi jangka panjang. Dimensi ini di deskripsi sebagai confusian karena nilai-nilai
yang terkait dapat di identifikasi dengan ajaran Confusius. Orientasi jangka pendek
menekankan respek terhadap tradisi respek, terhadap kewajiban sosial, dan kewajiban
status tanpa memperhatikan apapun yang harus dikorbankan, juga menekankan pada
tekanan sosial untuk menunjukkan status sosial walaupun dengan pengeluaran yang
berlebihan, tingkat tabungan yang rendah serta hanya dikit uang untuk investasi,
keinginan untuk memperoleh hasil dengan cepat, memperhatikan penampilan, dan lebih
memperhatikan kebenaran daripada kebajikan memperhatikan penampilan dan lebih
memperhatikan kebenaran daripada kebajikan. Sebaliknya, orientasi jangka panjang
menekankan pada adaptasi tradisi dalam memenuhi kebutuhan modern, respek
terhadap kewajiban status dan kewajiban sosial hanya sampai batas tertentu, hemat
dan tidak boros dalam pemakaian sumber daya, bersedia untuk menekan kepentingan
pribadi demi tercapainya tujuan, dan perhatian terhadap pendekatan hidup yang baik.

Nilai-nilai Akuntansi

Empat dimensi nilai akuntansi yang mempengaruhi praktik pelaporan keuangan suatu
Negara yang diusulkan oleh Gray berdasarkan hasil analisis Hofstede, yaitu:

1. Profesionalisme versus Ketetapan Wajib Pengendalian.

Preferensi terhadap pertimbangan professional individu dan regulasi sendiri kalangan


professional dibandingkan terhadap kepatuhan dengan kepatuhan hukum yang telah
ditentukan. Profesionalisme dalam akuntansi dianggap penting karena setiap akuntan
dituntut untuk mempertahankan independensinya dan akan selalu mempergunakan
pertimbangan profesinya. Namun, di beberapa Negara di Eropa, dimana peranan
akuntan dikaitkan dan diatur oleh pemerintah, sehingga tingkat independensinya
rendah (Sigit, 2015).
2. Keseragaman versus Fleksibilitas

Preferensi terhadap keseragaman dibandingkan fleksibilitas dalam bereaksi terhadap


suatu keadaan tertentu. Maksud dari keseragaman di sini adalah konsistensi. Bentuk
laporan keuangan yang seragam yang harus diikuti akan dapat mudah diperbandingkan,
namun menurut Gray keseragaman ini mungkin akan timbul perbedaan interpretasi.

3. Konservatisme versus Optimisme

Preferensi dalam memilih pendekatan yang lebih bijak untuk mengukur dan mengatasi
segala ketidakpastian di masa depan. Sifat hati-hati dalam prinsip konservatisme
ditunjukkan dengan memilih pendekatan yang “paling buruk” agar segera dapat diatasi
daripada memilih pendekatan yang baik tapi belum pasti sehingga menimbulkan resiko.

4. Kerahasiaan versus Transparansi

Sifat rahasia atau transparan disini merujuk kepada pengungkapan informasi kepada
publik apakah pengungkapannya terbatas ataupun tidak terbatas. Kerahasiaan dalam
akuntansi tampaknya berhubungan erat dengan konservatisme karena kedua nilai
menerapkan pendekatan hati-hati pada pelaporan keuangan perusahaan secara umum
(Ramadhan dan Syafrudin, 2012).

Klasifikasi Akuntansi

Klasifikasi akuntansi nilai-nilai akuntansi yang paling relevan dengan


profesionalisme atau otoritas statutori untuk sistem dan pelaksanaan akuntansi adalah
profesionalisme dan keseragaman. Keduanya berkenaan dengan regulasi dan tingkat
pelaksanaan atau kesesuaian (konformitas). Oleh karena itu, Keduanya dapat
digabungkan dan ditentukan klasifikasi bidang-bidang budaya dengan sebuah basis
pertimbangan (judgement basis). Pembuatan pertimbangan-pertimbangan tersebut
harus mengacu pada korelasi relevan antara dimensi-dimensi nilai dan kelompok negara
yang di identifikasi dari analisis statistik yang dilaksanakan oleh Hofstede. dari klasifikasi
ini nampak bahwa bidang-bidang budaya Nordik dan Anglo dapat dilawankan dengan
bidang-bidang budaya Jerman dan negara-negara latin yang relatif maju dan juga
dengan bidang-bidang budaya Jepang, Timur Dekat negara-negara Latin dan Asia yang
kurang berkembang, dan Afrika. Bekas negara-negara jajahan di Asia diklasifikasi
terpisah karena mewakili pengaruh gabungan (Radebaugh dkk.,2006).

Pendekatan dalam Klasifikasi Akuntansi

Klasifikasi system akuntansi bermanfaat bagi para pembuat kebijakan dalam


menaksir prospek dan problem konvergensi akuntansi internasional.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam klasifikasi ada 2, yaitu : pendekatan deduktif
dan induktif.
1. Pendekatan Induktif

Sementara Nair dan Frank dalam The Accounting Review (Juli 1980) membagi Negara-
negara ke dalam 4 kelompok besar yaitu (1) Inggris, (2) Amerika Latin, (3) Eropa
Kontinental, (4) Amerika Serikat, dengan satu Negara yang tidak dapat dimasukan
kedalam salah satu dari kelompok-kelompok tersebut, yaitu Chile. Setalah
mengidentifikasi kelompok-kelompok Negara, Nair dan Frank mencoba menghubungkan
kelompok tersebut dengan sejumlah variabel penjelas. Dan ternyata memang terdapat
perbedaan dalam kelompok-kelompok disklosur dan kelomok-kelompok pengukuran.

2. Pendekatan Deduktif
Ada tiga klasifikasi, yaitu klasifikasi berdasarkan pendekatan perkembangan akuntansi,
berdasarkan sistem hukum (hukum umum dan hokum undang-undang), dan
berdasarkan system praktik (penyajian wajib dan kepatuhan hukum).

Pendekatan Perkembangan Akuntansi


Ada 4 pendekatan terhadap perkembangan akuntansi. Klasifikasi awal yang
dilakukan adalah yang diusulkan oleh Mueller pada pertengahan tahun 1960-an, yang
mengidentifikasikan empat pendekatan terhadap perkembangan akuntansi.:

1. Berdasarkan pendekatan makroekonomi, praktek akuntansi didapatkan dari dan


dirancang untuk meningkatkan tujuan makroekonomi nasional. Menurut
Mueller, Swedia, Prancis dan Jerman merupakan contoh pendekatan ini.
2. Berdasarkan pendekatan mikroekonomi, akuntansi bekembang dari prinsip-
prinsip mikroekonomi. Tujuannya terletak pada perusahaan secara individu yang
memiliki tujuan untuk bertahan hidup. Sejumlah perusahaan Belanda dianggap
tepat untuk pendekatan ini; demikian juga penyusunan pelaporan segmen dan
disklosur kos karyawan, pension, komitmen jangka panjang, dan sebaginya.
3. Berdasarkan pendekatan independent, akuntansi berasal dari praktek bisnis dan
berkembang secara ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dan pertimbangan,
coba-coba, dan kesalahan. As dan Inggris merupakan contoh pendekatan ini.
4. Berdasarkan pendekatan yang seragam, akuntansi distandariasi dan digunakan
sebagai alat untuk kendali administrasi oleh pemerintah pusat. Prancis, Jerman,
Swedia, dan Swiss merupakan contoh-contoh dari pendekatan ini.

Hukum Undang-Undang dan Hukum Umum

Pembedaan antara penyajian wajar dan kesesuaian hukum menimbulkan


pengaruh yang besar terhadap banyak permasalahan akuntansi, seperti:

1. Depresiasi, di mana beban ditentukan berdasarkan penurunan kegunaan suatu aktiva


selama masa manfaat ekonomi (penyajian wajar) atau jumlah yang diperbolehkan untuk
tujuan pajak (kepatuhan hukum)
2. Leasing yang menurut substansi pembelian properti diperlakukan juga sebagai
pembelian (penyajian wajar) atau diperlakukan sebagai operating lease (kepatuhan
hukum)
3. Pension dengan biaya yang diakrual pada saat dihasilkan oleh karyawan (penyajian
wajar) atau dibebankan menurut dasar dibayar pada saat berhenti kerja (kepatuhan
hukum).

Akuntansi kepatuhan hukum drancang untuk memenuhi ketentuan yang dikenankan


pemerintah seperti perhitungan laba kena pajak atau memenuhi rencana
makroekonomi pemerintah nasional. Pengukuran yang konservatif mamastikan bahwa
jumlah yang hati-hati dibagikan. Akuntansi kepatuhan hukum akan terus digunakan
dalam laporan keuangan perusahaan secara individu yang ada di Negara-negara hukum
kode di mana laporan konsolidasi menerapkan pelaporan dengan penyajian wajar.
Dengan cara ini, laporan konsolidasi dapat memberikan informasi kepada investor
sedangkan laporan perusahaan individual untuk memenuhi ketentuan hukum.

Mumudarnya Diversitas Akuntansi

Diversitas akuntansi menjadi semakin kabur. Choi dan Meek (2008) menyatakan
bahwa hal tersebut disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini:
1. Semakin pentingnya arti pasar modal diseluruh dunia.
2. Semakin banyak dilakukan penyusunan 2 laporan keuangan: satu set laporan
keuangan yang sesuai dengan regulasi laporan keuangan domestik setempat
dan satu set yang lain disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi.
3. Sejumlah Negara hukum undang-undang terutama jerman dan jepang,
menggeser tanggung jawab dalam penentuan standard akuntansi dari
pemerintah kekelompok-kelompok sektor swasta professional independen.

Anda mungkin juga menyukai