Anda di halaman 1dari 5

Asa Arija Imaniyah / 17110020

TEORI AKUNTANSI POSITIF

Teori akuntansi positif adalah teori akuntansi yang berupaya menjelaskan suatu proses
dengan menggunakan kemampuan pemahaman serta pengetahuan akuntansi saat
menentukan kebijakan akuntansi yang sesuai dalam menghadapi kondisi di masa yang
akan datang.

Perkembangan akuntansi juga mengarah pada teori akuntansi Positif atau deskriptif
yang investigasinya sudah lebih terstruktur dengan menggunakan Pendekatan induktif
(didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan berdasarkan hasil observasi dan
pengukuran yang terinci (Anis dan Imam,2003). Berbagai teori positif atau deskriptif
berkembang dengan pesat dalam akuntansi. Perkembangan teori mengarah pada teori
positif (deskriptif) ini dibarengi dengan perubahan fokus teori akuntansi yang digunakan
oleh lembaga akuntansi, misalnya FASB yang menekankan pada kegunaan dalam
pengambilan keputusan dan tidak lagi terfokus pada postulate seperti terlihat pada
kerangka konseptual yang diterbitkan oleh FASB mulai tahun 1979 yang dimulai dengan
perumusan tujuan pelaporan keuangan (SFAC 1,1979 dalam Anis dan Imam,2003)

Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori
normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran
untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatifterlalu sederhana dan
tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya
pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris,


karena didasarkan 'pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat
diuji keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara
individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi
sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa
dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar,
informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam
mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.

Selanjutnya Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa
teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan
dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif,
Watt & Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada
penelitian empirik dan menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang
sekarang digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi
dikemudian hari. Apabila teori normatif menunjukkan cara terbaik untuk melakukan
sesuatu berdasar premis, norma atau standar, teori positifberusaha menjelaskan atau
memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara empirik (Godfrey et.a1,1997
dalam Anis dan Imam,2003). Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut kesesuaiannya
dengan observasi dengan dunia nyata.

Teori akuntansi positif mempunyai suatu kepercayaan bahwa realita sosial berada
secara independen dari manusia yang memiliki sifat atau esensi tersendiri. Hal ini
mengakibatkan fenomena empiris terpisah dari penelitian. Dengan demikian validitas
ilmiah dari dunia empiric diuji melalui observasi. 

Prinsip teori akuntansi positif

Prinsip dari teori akuntansi positif beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi
bermaksud untuk memprediksi dan menjelaskan praktik akuntansi. Teori akuntansi
positif merupakan studi lanjutan dari teori akuntansi normatif karena kegagalan dari
teori normatif dalam menjabarkan fenomena praktik yang terjadi secara real  (nyata).

Teori normatif merupakan pendapat subyektif (pribadi) sehingga tidak dapat diterima


secara mentah, harus dapat diuji secara empiris supaya memiliki dasar teori yang kuat.
Terdapat tiga hipotesis oleh Watts dan Zimmerman, 1990 yang menjadi asumsi pada
teori akuntansi positif diantaranya adalah:

1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)

Manajer perusahaan cenderung lebih menyukai metode yang dapat meningkatkan laba
periode berjalan dengan bonus tertentu. Pilihan diharapkan dapat meningkatkan nilai
bonus yang akan diterima tidak dapat menyesuaikan dengan metode yang dipilih.

2. Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)

Semakin tinggi rasio ekuitas atau hutang perusahaan maka makin besar para manajer
untuk memilih metode akuntansi yang data efektif untuk menaikkan laba. Semakin
tinggi rasio hutang dan ekuitas akan mendekatkan perusahaan dengan batas perjanjian
atau peraturan kredit dan makin besar kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit
dan pengeluaran biaya.

3. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)

Hipotesis ini didasari asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi individu untuk
menentukan kondisi laba akuntansi apakah betul-betul menunjukkan monopoli laba.

Selain itu, mahalnya bagi individu untuk melaksanakan kontrak dengan berbagai pihak 
dalam proses politik untuk menegakkan regulasi dan aturan hukum, yang dapat
meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pada umumnya individu yang rasional tidak mengetahui informasi yang lengkap tentang
proses politik dan proses pasar. Dengan dasar cost  informasi dan cost
monitoring,  manajer mempunyai insentif untuk memiliki laba pada periode akuntansi
dalam proses politik tersebut.

Teori Normatif

Teori normatif didasarkan atas upaya pembenaran tentang apa yang seharusnya


dipraktekkan. Teori normatif disebut juga Teori Apriori (bersifat deduktif) karena bukan
hasil dari penelitian empiris.
Hal ini disebabkan oleh pengalaman praktek langsung yang telah dilakukan misalnya
pernyataan tentang laporan keuangan yang seharusnya didasarkan pada metode
pengukuran tertentu atau dihasilkan melalui kegiatan “semi – research”.

Teori normatif diketahui lebih berkonsentrasi pada  :

1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income)

Teori ini lebih berkonsentrasi pada pengukuran tunggal yang benar untuk aktiva dan
laba.

2. Pengambilan keputusan (decision usefulness)

Teori ini menganggap bahwa tujuan dasar akuntansi adalah untuk membantu proses


pengambilan keputusan dengan menyediakan data akuntansi yang relevan dan
bermanfaat.

Di beberapa kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi tentang laba dan
kemakmuran atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Konsep tersebut
didasarkan pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau dari nilai pasar dari
aktiva.

Teori normatif ini didasarkan pada anggapan bahwa:

 Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran.

 Laba dan nilai dapat diukur secara tepat.

 Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi.

 Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi).

 Ada beberapa pengukur laba yang unik.

Pada praktiknya teori normatif adalah pendapat subyektif (pribadi) maka sulit untuk
diterima begitu saja karena harus dapat diuji secara empiris supaya dapat dikatakan
sistem akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal.
Para ahli bidang akuntansi telah menyatakan bahwa teori akuntansi positif lebih
diterapkan dibandingkan teori akuntansi normatif.

Anda mungkin juga menyukai