Pengertian Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan
oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dengan
cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.
Aset adalah suatu barang maupun sumber daya yang dimiliki oleh suatu entitas
tertentu yang memiliki potensi untuk mencapai tujuan organisasi. Aset memiliki berbagai
macam bentuk. Hariyono berpendapat bahwa dalam akuntansi, aset dibedakan atas aset
lancar (meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan) dan
aset nonlancar (mencakup investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset
lainnya). Aset tetap meliputi tanah, peralatandan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi,
jaringan, dan konstruksi dalam pengerjaan.
Dari gambar tersebut di atas maka dapat diuraikan bahwa aset terbagi dalam
beberapa jenis termasuk di dalamnya terdapat aset negara. Aset negara adalah bagian
dari kekayaan negara atau harta kekayaan negara (HKN) yang terdiri dari barang
bergerak atau barang tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai oleh instansi pemerintah
yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah, tidak termasuk kekayaan negara yang
dipisahkan (dikelola BUMN) dan kekayaan Pemerintah Daerah (Siregar, 2004). Menurut
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pengertian aset negara adalah sangat luas yang
meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu baik yang berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik Negara.
Menurut Hermanto (2009), Aset berdasarkan bentuknya dibagi atas 2 jenis, yaitu aset
berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible). Bentuk aset tangible (berwujud)
adalah aset yang keadaannya benar-benar ada dan dapat dilihat volume, bentuk, ukuran,
berat, dimana mempunyai masa manfaat lebih baik dari dua belas bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Bentuk aset berwujud yaitu bangunan, infrastruktur, mesin/peralatan dan fasilitas.
Aset intangible (tidak berwujud), adalah aset non keuangan yang dapat di
identifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas
kekayaan intelektual. Sedangkan untuk bentuk aset yang tidak berwujud adalah Sistem
Organisasi (Tujuan, Visi, dan Misi), Patent (Hak Cipta), Quality (Kualitas), Goodwill
(Nama Baik/Citra), Culture (Budaya), Capacity(Sikap, Hukum, Pengetahuan, Keahlian),
Contract (Perjanjian) dan Motivation (Motivasi).
Manajemen aset adalah kombinasi dari manajemen, keuangan, ekonomi, tehnik mesin
dan praktek kerja yang diterapkan pada aset fisik dengan tujuan agar mampu menyediakan
tingkat pelayanan prima dengan biaya yang paling efesien. Disamping untuk menyediakan
manfaat yang optimal maka tujuan manajemen aset adalah untuk menjaga agar nilai aset
tersebut tetap tinggi dan mempunyai usia hidup yang panjang dengan menyediakan biaya
operasi yang memadai sehingga mampu menghasilkan output yang tinggi secara efesien,
memberikan kepuasan kepada pelanggannya namun dengan tetap mengindahkan peraturan
perundangan dan aspek keselamatan kerja sehingga tidak mengganggu lingkungan dan
memberikan imej yang baik kepada publik.
DODY SIREGAR
Menurut Siregar (2004: 518-519) ada beberapa tahap manajemen aset yang dapat
dilakukan guna meningkatkan aset-aset yang dimiliki yaitu inventarisasi aset, legal audit,
penilaian aset, optimalisasi aset, serta pengawasan dan pengendalian aset di mana jika kelima
tahapan manajemen aset ini dijalankan dengan baik maka akan memberikan manfaat yang
besar bagi pemerintah dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai
tambah dalam mengelola aset yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan.
Inti dari manajemen aset yaitu bahwa pengelolaan aset berkaitan dengan menerapkan
penilaian teknis dan keuangan dan praktek manajemen yang baik untuk memutuskan apa
yang dibutuhkan aset untuk memenuhi tujuan bisnis, dan kemudian untuk memperoleh dan
mempertahankan aset selama umur hidup aset tersebut sampai ke pembuangan. Menurut
Siregar (2004), di dunia internasional manajemen aset telah berkembang cukup pesat.
Menurut Siregar (2004: 179) Aset Negara Adalah bagian dari kekayaan negara atau
harta kekayaan negara (HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang tidak bergerak
yang dimiliki, dikuasai oleh instansi Pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya dibeli beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah, tidak
termasuk kekayaan negara yang dipisahkan (dikelola BUMN) dan Kekayaan Pemerintah
Daerah. Atau secara singkat dapat disebut sebagai “barang milik negara/kekayaan negara”
sesuai dengan Keputusan Menteri KMK No. 225/1971, KMK No. 350/1994 dan KMK
No.470/1994 Aset negara adalah barang tidak bergerak (tanah dan/atau bangunan) dan barang
bergerak (inventaris) yang dibeli atas beban APBN dan perolehan lain yang sah,
dimiliki/dikuasai oleh instansi pemerintah lembaga pemerintah non departemen, badan-
badan, tidak termasuk kekayaan yang dipisahkan dan bukan kekayaan pemda. Bila aset
dikaitkan dengan properti maka dapat dijabarkan melalui beberapa aspek, antara lain.
1. Memiliki nilai ekonomis yang terkait dengan nilai pemanfaatan tertinggi dan terbaik
(highest and best use).
2. Menghasilkan pendapatan dari pengoperasian properti.
3. Memiliki fisik, fungsi dan hak penguasaan yang baik.
4. Economical life-time yang panjang.
Dikaitkan dengan properti sebagai suatu aset, maka tugas seorang manajemen properti
adalah bagaimana manajemen mampu mempertahankan, meningkatkan, dan menjamin
kontinuitas dari nilai yang ada pada properti. Penerapan sebuah konsep manajemen aset
dalam rangka pemberdayaan ekonomi daerah memiliki ruang lingkup yang lebih luas.
Menurut Siregar (2004: 518-519) tahapan manajemen aset daerah sebagai berikut.
1. Inventarisasi aset, yang terdiri atas dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal.
Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain.
Aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,
kodifikasi/labelling, pengelompokan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan
manajemen aset.
2. Legal Audit, merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi
status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi
dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset. Permasalahan
legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai
pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain.
3. Penilaian aset, merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang
dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari
nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun
informasi untuk penerapan harga bagi aset yang ingin dijual.
4. Optimalisasi aset, merupakan satu proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan
untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi
yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang dimiliki pemda
diidentifikasi dan dikelompokan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki
potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokan berdasarkan sektor-sektor
unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik
dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Tentunya kriteria untuk
menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Aset yang tidak dapat
dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal,
fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini
adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan
aset yang dikuasai.
5. Pengawasan dan pengendalian aset merupakan satu permasalahan yang sering menjadi
hujatan kepada Pemda saat ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja
aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA, transparansi kerja dalam
pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan
pengendalian yang lemah. Dalam SIMA ini keempat aspek itu diakomodasi dalam sistem
dengan menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian, sehingga setiap penanganan
terhadap satu aset, termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang
bertanggungjawab menanganinya. Hal ini yang diharapkan akan meminimalkan KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dalam tubuh Pemda. Secara Skema dapat digambarkan
sebagai berikut.
Setiap aset yang dimiliki haruslah dikelola dengan efektif dan efisien. Manajemen
asset dilakukan agar aset tersebut dapat memberikan manfaat tertinggi bagi perusahaan
maupun pemerintah karena aset merupakan bagian yang penting dalam pencapaian tujuan
dari pemilik aset, di mana aset terletak di dalam bagian dari proses yang membantu dalam
pencapaian tujuan sebelum nantinya menjadi output yang diharapkan. Menurut Tremaglio
(2009), secara umum terdapat beberapa alasan mengapa manajemen aset harus dilaksanakan,
yaitu meliputi:
Tujuan utama manajemen aset adalah membantu suatu entitas atau organisasi
dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara efektif dan efisien. Hal ini
mencakup panduan pengadaan, penggunaan dan penghapusan aset dan pengaturan risiko dan
biaya yang terkait selama siklus hidup aset (Hariyono, 2007). Menurut Siregar (2002:198),
ada 3 tujuan utama dari manajemen aset yaitu efisiensi pemanfaatan dan pemilikan, terjaga
nilai ekonomis dan objektivitas dalam pengawasan dan pengendalian peruntukkan,
penggunaan serta alih penguasaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini:
kontrol biaya
Land audit
Property review/survey
Strategis
Alur proses manajemen aset merupakan Seluruh proses manajemen aset dapat juga
disebut sebagai fungsi utama dalam manajemen aset / alur manajemen aset. Terdapat
tahapan-tahapan dalam manajemen aset yang merupakan sub-unit kegiatan yang sistematis
dan terintegrasi. Masing-masing tahapan saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Seluruh
kegiatan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar tidak terjadi kesalahan fatal.
1. Inventarisasi asset
Rangkaian kegiatan mengidentifikasi kualitas dan kuantitas aset secara fisik non fisik,
dan secara yuridis / legal. melakukan kodefikasi dan mendokumentasikannya untuk
kepentingan pengelolaan aset bersangkutan. Inventarisasi Aset merupakan kegiatan
yang terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik
terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/ jumlah, jenis, alamat, dan lain-lain.
Sedangkan aspek yuridis adalah suatu penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas
akhir penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/labeling,
pengelompokkan dan pembukuan/ administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.
4. Penilaian asset
Sebuah proses kerja untuk menentukan nilai aset yang dimiliki, sehingga dapat
diketahui secara jelas nilai kekayaan yang dimiliki, atau yang akan dialihkan maupun
yang akan dihapuskan. Kesatuan kerja lanjutan dari manajemen aset, yaitu berupa
kegiatan penilaian aset ssebagai upaya penilaian atas aset yang dikuasai pemerintah
daerah dan biasanya kegiatan ini dilakukan konsultan penilaian independent. Hasi dari
nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun
informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.
5. Optimalisasi asset
Selanjutnya optimalisasi aset merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan potensi
fisik, lokasi,nilai, jumlah/volume, legal ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam
kegiatan ini aset-aset yang dikuasai Pemda diidentifikasi dan dikelompokkan atas ast
yang memeiliki potensi dan yang tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi
dapat dikelompokkan berdasarkan sektor- sektor unggulamn yang dapat menjadi
tumpuandalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangkakn
pendek , menengah, maupun jangka panjang. Untuk menentukan hal tersebut harus
terukur dan transparan , sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari
factor penyebabnya, apakah factor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang
rendah ataupun factor lainnya, sehiingga setiap aset nantinya memberikan nilai
tersendiri. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran,
strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.
Dalam pelaksanaan asset management terdapat 8 tahapan yang harus dilakukan sehingga
siklus dapat terbentuk. Adapun beberapa tahapan manajemen aset adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Kebutuhan Aset: Ini adalah tahap awal proses asset management dimana
dilakukan perencanaan mengenai apa saja hal yang dibutuhkan dalam mengelola aset.
Misalnya kebutuhan untuk pengadaan, inventarisasi, perawatan, dan lain sebagainya.
2. Pengadaan Aset: Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengadaan aset, misalnya barang
atau jasa yang diperoleh dengan biaya sendiri atau pihak lain.
3. Inventarisasi Aset: Pada tahap ini terdapat rangkaian kegiatan berupa identifikasi
kualitas dan kuantitas aset, baik secara fisik/ non fisik maupun secara yuridis/ legal.
Masing-masing aset didokumentasikan dan diberi kode tertentu untuk keperluang
pengelolaan aset tersebut.
4. Legal Audit Aset: Pada tahap ini dilakukan audit mengenai status aset, sistem dan
prosedur pengadaan, sistem dan alur pengalihan. Selain itu, identifikasi kemungkinan
terjadinya masalah legalitas juga dilakukan pada tahap ini dan sekaligus
mempersiapkan solusinya
5. Pengoperasian dan Pemeliharaan Aset: Pada tahap ini setiap aset yang dimiliki
digunakan untuk melakukan tugas dan pekerjaan sesuai dengan fungsinya untuk
mencapai tujuan perusahaan.
6. Penilaian Aset: Pada tahap ini pihak asset management menentukan nilai aset yang
dimiliki sehingga perusahaan mengetahui dengan jelas nilai kekayaan yang dimiliki,
yang dialihkan maupun yang dihapuskan.
7. Penghapusan Aset: Pada tahap ini perusahaan akan menilai aset apa saja yang
dianggap tidak menguntungkan dan akan dihapuskan. Proses tersebut dibagi dalam
dua bagian, yaitu:
- Pengalihan Aset, yaitu pemindahan hak dan/atau tanggungjawab, wewenang, dan
pemanfaatan suatu unit kerja ke unit kerja yang lainnya dalam lingkungan sendiri.
Misalnya penyertaan modal, hibah, dan lainnya.
- Pemusnahan Aset, yaitu tindakan memusnahkan atau menghancurkan aset untuk
mengurangi aset karena dianggap tidak dapat dimanfaatkan lagi.
8. Pembaharuan Aset: Pada banyak kasus aset yang dianggap tidak produktif bisa
diperbaharui sehingga dapat dimanfaatkan lagi sampai umur ekonomisnya berakhir.
Pembaharuan atau peremajaan tersebut dilakukan dalam bentuk perbaikan atau
penggantian suku cadang sehingga aset dapat bekerja seperti kondisi semula.
Hasil penelaahan atas usulan RKBMD Pengadaan yang disampaikan oleh Kuasa
Pengguna Barang sebagaimana dimaksud di atas digunakan oleh Pengguna Barang
dalam penyusunan RKBMD Pengadaan barang milik daerah pada tingkat Pengguna
Barang yang sekurang-kurangnya memuat informasi sebagai berikut:
d. Proses tender
Panitia Pengadaan menyelenggarakan tender/lelang dan mengambil keputusan dalam
suatu rapat yang dituangkan dalam Berita Acara Lelang mengenai calon pemenang
atas dasar harga terendah dikaitkan dengan harga perkiraan sendiri (owner estimate)
yang dapat dipertanggung jawabkan untuk kualitas barang yang dibutuhkan,
selanjutnya menyampaikan Berita Acara tersebut disertai saran kepada Kepala Daerah
dan/atau Sekretaris Daerah untuk menetapkan Pemenang Lelang. Dalam Berita Acara
Lelang dimaksud memuat antara lain: 1) hari, tanggal dan tempat pelaksanaan lelang;
2) anggota panitia yang hadir; 3) rekanan yang diundang, rekanan yang hadir, rekanan
yang memenuhi syarat; dan 4) surat-surat penawaran yang masuk
e. Pemeriksaan barang
f. Penerimaan dan penyimpanan barang harus sesuai
LEGAL AUDIT
Legal Audit merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh “legal auditor” untuk
tujuan atau kepentingan tertentu baik bagi kepentingan internal maupun eksternal (klien).
Legal audit aset adalah pemeriksaan (audit) untuk mendapat gambaran jelas dan menyeluruh
terutama mengenai status kepemilikan, sistem dan prosedur penguasaan (penggunaan &
pemanfaatan), pengalihan aset, mengidentifikasi kemungkinan terjadinya berbagai
permasalahan hukum, serta mencari solusi atas masalah hukum tersebut.
Legal Audit aset perlu dilakukan secara menyeluruh dan detil
Legal audit aset adalah salah satu tahap atau fungsi dalam manajemen aset
Legal audit aset dapat mengeliminasi atau meminimalisasi risiko hukum
Legal audit aset dapat menurunkan tensi permasalahan yang ditimbulkan oleh ketiadaan atau
kekurang lengkapan dokumen-dokumen tertulis
Meskipun legal audit penting, namun beberapa organisasi kurang memperhatikan aplikasi legal
audit aset dalam organisasinya
Legal auditor adalah pihak pemeriksa aset yang dapat berasal dari:
PENILAIAN ASET
The dictionary of Real Estate Appraisal mendefinisikan sebagai berikut “The act or
process of estimating value” yang diterjemahkan sebagai proses menghitung atau
mengestimasikan nilai suatu properti. Kamus Webster mendefinisikan bahwa penilaian itu
sebagai “an estimated value set upon properti”. Menurut USPAP “ the act or process of
estimating value; an estimate of value of, or pertaining to appraising and related function; e.q.
appraisal practice, appraisal service”. Sehingga penilaian (valuation/appraisal) pada dasarnya
hanya merupakan estimasi atau opini walaupun didukung oleh alas an atau analisa yang
rasional. Hasil penilaian dibatasi oleh ketersediaan data yang cukup, kemampuan dan
objectivitas dari penilai. Pada kenyataannya, penilai sulit untuk menghindari subjectivitas
sehingga untuk mengatasi hal tersebut, penilai harus memperhatikan tugas utamanya yaitu
mempertimbangkan seluruh fakta yang tersedia yang bersifat impersonal.
Prinsip kata Penilaian berasal dari terjemahan kata Appraisal (Amerika) atau
Valuation (Inggris), Sedangkan orang yang melakukan penilaian disebut Appraiser/Valuer.
Penilaian diartikan sebagai proses penilaian seorang penilai dalam memberikan suatu opini
nilai suatu harta baik berwujud, tidak berwujud, surat berharga dan hak kepemilikan financial
berdasarkan hasil analisa terhadap fakta-fakta yang obyektif dan relevan dengan
menggunakan metode dan prinsip-prinsip penilaian yang berlaku pada saat tertentu.
Menurut SPI 2002 Penilai adalah seseorang yang memiliki kualifikasi, kemampuan
dan pengalaman yang sehari-hari melakukan kegiatan praktik penilaian sesuai dengan
keahlian dan profesionalisme yang dimiliki, serta mengacu kepada Standard Penilaian
Indonesia (SPI) , Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan standar keahlian lain yang terkait
dengan kegiatan penilaian, serta menjadi anggota asosiasi penilai.
Laporan penilaian adalah suatu dokumen yang berisikan perkiraan atau estimasi atas
nilai suatu properti dengan berpedoman pada suatu tanggal tertentu yang mengandung hasil
analisa perhitungan dan opini penilai dari sebanyak mungkin data pendukung yang relevan
yang dibutuhkan dalam kegiatan suatu penilaian, dapat berupa : laporan singkat (short form
report) dan laporan lengkap (narrative report).
Optimalisasi aset merupakan suatu proses kerja manajemen aset dalalm rangka
penggunaan dan pemanfaatan aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan aset tersebut.
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan dan pemanfaatan suatu aset, harus dicari faktor
penyebab ketidakoptimalan penggunaan dan pemanfaatan aset tersebut. Fakto-faktor
penyebab ini dapat meliputi berbagai aspek diantaranya legal, fisik, nilai ekonomi dan faktor
lainnya. Optimalisasi aset ini diharapkan dalam waktu singkat akan menghasilkan
penggunaan dan pemanfaatan aset yang efektif dan efisien. Tujuannya:
Prosedurnya:
Pengelompokan kedalam aset berpotensi dan aset tidak berpotensi. Aset berpotensi
disusun menurut keunggulan bagi pengembangan ekonomi daerah, berdasarkan kriteria yang
transparan. Aset tidak berpotensi ( karena status, lokasi, kondisi dsb . Dirumuskan strategi
dan saran optimalisasi.
Pengelola barang, pengguna barang dan/ atau kuasa pengguna barang wajib melakukan
pengamanan barang milik negara/ daerah yang berada dalam penguasaannya. Tujuan dari
pengamanan ini adalah menghindari klaim/ penyerobotan aset/ barang milik daerah oleh
pihak lain. Pemeliharaan barang yaitu upaya mencegah kerusakan yang diyakini lebih baik
daripada memperbaikinya. Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang sedang
dalam unit pemakaian, tanpa merubah, menambah atau mengurangi bentuk maupun kontruksi
asal, sehingga dapat dicapai pendayagunaan barang yang memenuhi persyaratan baik dari
segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan.
b. Peningkatan PAD
Pemanfaatan aset daerah dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kota
Denpasar, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pemanfaatan aset daerah
dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) harus optimal. Pemanfaatan
aset daerah Kota Denpasar karena masih kurangnya pelaporan terhadap aset yang tidak
dimanfaatkan dan kurangnya pencatatan atau inventarisasi terhadap aset yang
dimanfaatkan, dan kurangnya tertib administrasi dalam inventarisasi aset, sehingga
pengelola aset sendiri terkadang tidak mengetahui keberadaan asetnya dan kesulitan
dalam menilai aset daerah yang akan dimanfaatkan. Dimana pemanfaatanya melalui
sewa tanah, bangunan, peralatan dan mesin yang belum memberikan kontribusi yang
optimal kepada PAD, selain itu pemerintah Kota Denpasar belum memiliki peraturan
daerah yang mengatur tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah dimana mengatur
tentang tarif retribusi sewa aset yang dimanfaatkan oleh pihak ketiga sehingga
pemungutan terhadap retribusi daerah dapat di maksimalkan.
c. Azas manfaat
Azas fungsional
istilah fungsional aset memiliki arti bahwa aset tersebut memiliki kegunaan dan kemanfaatan
yang sesuai dengan rencana. Umpama pengadaan tanah yang dimaksudkan untuk memenuhi
fungsinya sebagaimana direncanakan.
Kepastian Hukum
istilah kepastian hukum dalam pengelolaan aset dapat diartikan bahwa,pengelolaan aset
memiliki kepastian secara hukum. Umpama pengelolaan aset milik sebuah pemda harus
mengacu pada serangkaian aturan yang berlaku untuk mengatur aset tersebut. Demikian pula
berkenaan dengan objek yang dikelola harus memenuhi kepastian hukum antara lain
kepemillikan atas objek dimaksud. Umpama sebidang tanah ditujukan oleh kepastian hukum
secara yuridis akan terasa dalam Sertifikat Hak Milik (SHM) yang menunjukkan kepastian
secara hukum atas kepemilikan tanah tersebut.
Azas transparansi dan keterbukaan mengandung arti bahwa,seluruh pengelolaan aset yang
dilakukan harus secara terbuka baik terhadap data maupun informasi tentang aset tersebut.
Sebagai contoh pengelolaan BMN/D yang dilakukan secara terbukan untuk dilaporkan
kepada pihak atasannya.
Efisiensi
efisien artinya mengeluarkan atau memakai sumber daya serendah mungkin. Efisiensi dalam
pengelolaan aset berarti kualitas upaya yang dilakukan baik untuk mengunakan aset maupaun
sumber daya untuk penggunaan aset serendah mungkin. Umpama untuk memenuhi tenaga
listrik akan lebih efisien biayanya jika menggunakan tenaga surya dari pada memakai bahan
bakar minyak (BBM),karena harga BBM tinggi,sedangkan sinar matahari diperoleh secara
cuma-cuma.
Akuntabilitas
Akuntabilitas dalam pengelolaan aset berarti adanya kewajiban bagi pengelola untuk
menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk serta kegiatannya.
Kepastian nilai
Setiap aset perlu dinilai secara akurat melalui proses penilaian aset. Penilaian aset adalah
suatu proses pekerjaan yang dilakukan seorang penilai dalam memberikan suatu perhitungan
estimasi dan pendapat (opini) tentang nilai ekonomis sebuah properti,baik aset berwujud
maupun tidak berwujud berdasarkan anaalisis terhadap fakta-fakta yang objektif dan relevan
dengan menggunakan metode tertentu,serta mengacu pada prinsip-prinsip penilaian yang
berlaku.
ASPEK HUKUM
Otonomi Daerah
Adalah kewenangan yang dimiliki oleh daerah tertentu untuk mengatur dan mengurus
sendiri terkait pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
dan undang-undang. Menurut UU No. 32 tahun 2004, pengertian otonomi daerah adalah hak,
wewenang, serta kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri berbagai
hal terkait pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya, regional autonomy dilakukan berdasarkan dasar hukum yang kuat.
Berikut ini adalah beberapa dasar hukum pelaksanaan otonomi daerah:
1. Asas Desentralisasi
Ini merupakan pemberian wewenang untuk menjalankan pemerintahan kepada daerah
otonom berdasarkan struktur NKRI dan dasar hukum yang berlaku.
2. Asas Dekosentrasi
Ini merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur yang
bertugas sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.
3. Asas Tugas Pembantuan
Ini merupakan pemberian tugas dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk melaksanakan tugas tertentu dengan biaya, sarana dan prasarana, serta sumber
daya manusia. Tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada
yang berwenang.
Salah satu kunci dari keberhasilan pengelolaan ekonomi daerah adalah manajemen
aset. Pentingnya manajemen aset secara tepat dan berdayaguna, dengan didasari prinsip
pengelolaan yang efisien dan efektif, diharapkan akan memberi kekuatan terhadap
kemampuan pemerintah dalam membiayai pembangunan daerahnya yang tercermin dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah daerah dapat menciptakan sumber pendapatan
dengan cara melakukan langkah strategis untuk mengoptimalkan aset milik pemerintah
daerah yang saat ini dikategorikan masih belum optimal serta mengevaluasi ketidakefisienan
yang idle milik pemerintah daerah yang membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan
yang besar.