Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah dalam penyelenggaraan tugas dan wewenangnya tidak lepas dari

penggunaan dan pemanfaatan Barang Milik Negara. Barang Milik Negara menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara merupakan

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah. Barang Milik Negara menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

2020 sebagai perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari

perolehan lainnya yang sah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014,

siklus pengelolaan Barang Milik Negara terdiri dari perencanaan kebutuhan dan

penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,

penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan,

dan pengendalian.

Salah satu lingkup dari siklus Pengelolaan Barang Milik Negara adalah

Penghapusan Barang Milik Negara yang merupakan siklus terakhir dalam

Pengelolaan Barang Milik Negara. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 2020, penghapusan merupakan suatu tindakan untuk menghapus Barang Milik

Negara/ Daerah dari daftar barang dengan melakukan penerbitan keputusan dari pejabat

yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/ atau

Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi fisik atas barang yang berada

dalam penguasaannya.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara, Penghapusan Barang


2

Milik Negara terdiri dari Penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang

Pengelola, Penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang Pengguna dan/atau

Daftar Barang Kuasa Pengguna serta Penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar

Barang Milik Negara.

Pelaksanaan penghapusan Barang Milik Negara tidak semudah yang dibayangkan.

Mengingat bahwa dalam pelaksanaan penghapusan Barang Milik Negara memiliki

konsekuensi yang tercantum pada PMK 83/PMK.06/2016 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara yaitu untuk

membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang

dari tanggung jawab administrasi dan fisik terhadap barang yang berada pada

penguasaannya. Oleh karena itu, penghapusan Barang Milik Negara harus memiliki

dasar pedoman yang kuat serta resmi yang diputuskan oleh pejabat yang berwenang.

Dengan adanya pedoman penghapusan Barang Milik Negara, maka diharapkan

Barang Milik Negara yang dihapus benar-benar sudah tidak dimanfaatkan lagi untuk

tugas pokok instansi pemerinrah sehingga instansi pemerintah dapat mengurangi biaya

pemeliharan dan mendukung efisiensi anggaran seperti contoh pada Pemerintah

Kabupaten Karang Asem yang melakukan lelang enam puluh empat (64) kendaraan

rusak berat (Juniasa, 2023, para. 1).

Penghapusan Barang Milik Negara dalam praktiknya sering mengalami kendala

seperti alur prosedur yang rumit karena terdapat banyak syarat serta peraturan agar

Barang Milik Negara tersebut dapat disetujui untuk dilakukannya proses penghapusan

serta membutuhkan waktu penyelesaian yang lama. Jika terdapat suatu Barang Milik

Negara yang tidak lagi berada pada penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa

Pengguna Barang tidak lagi digunakan untuk menunjang kegiatan operasional suatu

kantor, serta tidak dapat memberikan kontribusi penerimaan terhadap suatu negara,

maka Barang Milik Negara tersebut bisa segera diusulkan penghapusan agar tidak
3

menambah biaya anggaran yang keluar seperti biaya pemeliharaan Barang Milik Negara

tersebut.

Proses penghapusan Barang Milik Negara dimulai dari usulan pengguna barang

kepada pengelola barang disertai berbagai dokumen persyaratan. Dalam hal ini, Badan

Siber dan Sandi Negara selaku pengguna barang mengusulkan penghapusan Barang

Milik Negara kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Jakarta

V selaku pengelola barang. Kondisi yang melatar belakangi penghapusan Barang Milik

Negara pada Badan Siber dan Sandi Negara yaitu kondisi dalam rusak berat dan usia

Barang Milik Negara berupa kendaraan operasional yang sudah lebih dari 8 (delapan)

tahun semenjak tercatat.

Berdasarkan dari paparan di atas, maka penulis ingin melakukan analisis serta

tinjauan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan penghapusan Barang Milik

Negara dengan tindak lanjut pemindah tanganan secara penjualan yang berada pada

satuan kerja Badan Siber dan Sandi Negara yang mengacu pada Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 165/PMK.06/2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 mengenai Tata Cara Pelaksanaan

Pemindahtanganan Barang Milik Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

83/PMK.06/2016 mengenai Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan

Barang Milik Negara, yang dimulai dari awal proses penghapusan hingga penjualan

serta menjelaskan terkait permasalahan atau kendala yang terjadi serta solusi yang dapat

ditawarkan. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan

judul “PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN TINDAK LANJUT

PEMINDAH TANGANAN SECARA PENJUALAN DI BADAN SIBER DAN

SANDI NEGARA.”

B. Rumusan Masalah
4

Rumusan masalah yang dibahas pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan dalam proses penghapusan Barang Milik Negara berupa

kendaraan operasional di Badan Siber dan Sandi Negara?

2. Bagaimana kesesuaian antara kegiatan pelaksanaan prosedur penghapusan

Barang Milik Negara dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

165/PMK.06/2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang

Milik Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016

mengenai Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik

Negara?

3. Apa sajakah kendala atau permasalahan yang terjadi dalam proses pelaksanaan

penghapusan Barang Milik Negara di Badan Siber dan Sandi Negara?

4. Bagaimanakah solusi yang dapat dilakukan dalam hal untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi saat dilakukannya penghapusan Barang Milik Negara di

Badan Siber dan Sandi Negara?

C. Tujuan Kajian

Tujuan Penulis yang ingin didapatkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah yaitu:

1. Mengetahui tahapan dalam proses penghapusan Barang Milik Negara berupa

kendaraan operasional di Badan Siber dan Sandi Negara.

2. Mengetahui kesesuaian antara kegiatan pelaksanaan prosedur penghapusan

Barang Milik Negara dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

165/PMK.06/2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang

Milik Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016

mengenai Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik

Negara.
5

3. Mengetahui kendala atau permasalahan terkait dengan dilakukannya pelaksanaan

kegiatan penghapusan Barang Milik Negara di lingkungan Badan Siber dan Sandi

Negara.

4. Menawarkan solusi yang dapat dilakukan dalam hal untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi saat dilakukannya penghapusan Barang Milik Negara di

Badan Siber dan Sandi Negara.

D. Ruang Lingkup Penulisan

Pada penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis membahas mengenai siklus Barang

Milik Negara yaitu Penghapusan Barang Milik Negara terhadap benda bergerak yang

merupakan kendaraan operasional. Adapun ruang lingkup dari penulisan karya tulis ini

berkaitan juga dengan bagaimana tinjauan atas pelaksanaan kegiatan serta mekanisme

dari penghapusan berupa kendaraan operasional yang dilakukan Badan Siber dan Sandi

Negara selaku pengguna barang dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL) Jakarta V selaku pengelola barang. Melalui penelitian ini, penulis akan

menganalisa apakah terdapat kesesuaian antara praktik yang ada di lapangan dengan

peraturan yang berlaku.

E. Manfaat Penulisan

Melalui penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada penulis serta pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi dalam hal sebagai

berikut:

1. Menambah wawasan dan pemahaman penulis serta pihak lain yang membutuhkan

baik secara teori maupun praktik tentang pelaksanaan penghapusan Barang

Milik Negara khususnya pada lingkup kendaraan di Badan Siber dan Sandi

Negara.
6

2. Mengetahui serta menambah wawasan terkait adanya kendala ataupun

permasalahan yang terjadi saat dilakukannya mekanisme penghapusan Barang

Milik Negara.

3. Memperdalam wawasan dan pengetahuan yang lebih spesifik dan detail terkait

dengan pelaksanaan kegiatan penghapusan Barang Milik Negara khususnya berupa

kendaraan operasional.

F. Kerangka Pikir

Permohona Penilaian KPKNL JKT V


Penghapusan (Pengelola Barang)
(Pengguna Barang)

Lelang offline/online

Proses Lelang
(Pengelola Barang)
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Dalam penelitian ini, penulis melakukan kajian melalui hasil penelitian sebelumnya

yang memiliki tema pembahasan yang sesuai serta literatur dan peraturan yang

berhubungan dengan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN).

A. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dengan tema penghapusan

BMN melalui pemindahtanganan dengan cara penjualan, yaitu:

1. Jayanti (2019:46) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa kondisi eksisting

BMN dan Analisa pada komponen kerusakan pada aset KDO (kendaraan Dinas

operasional) dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum diputuskan

untuk dilakukan usulan penghapusan.

2. Lasewa (2022:509) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pelaksanaan

penghapusan Barang Milik Negara pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan

Lelang (KPKNL) Manado sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara yang terlihat dari
8

Standar Operasional Prosedur Penghapusan BMN pada KPKNL Manado dengan

saran agar melakukan tindakan penghapusan BMN pada beberapa barang yang

telah memenuhi persyaratan penghapusan, agar tidak terjadi penumpukan barang

yang berlebih di gudang tempat penyimpanan barang. Selain itu, agar KPKNL

Mandao lebih teliti dalam menginput data serta mencegah kesalahan akibat human

error.

3. Dwikirana (2022:44-45) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa Sistem

yang digunakan Biro Logistik Polda Bengkulu dalam melaksanakan penghapusan

BMN berupa kendaraan dinas ialah menggunakan aplikasi SIMAK BMN.

Prosedur penghapusan BMN secara urutan dan ketepatan waktu sudah dilakukan

sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu PMK Nomor 83/PMK.06/2020. Namun,

secara administrasi masih ada yang belum sesuai yaitu tidak melakukan pencatatan

penghapusan barang pada DBKP Alat Angkutan. Selain itu, ditemukan beberapa

permasalahan yang menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan kegiatan

penghapusan pada satker tersebut. Adapun permasalahan yang paling berpengaruh

adalah keterbatasan kuantitas SDM yang berkompeten mengenai SIMAK BMN,

ketertiban administrasi yang masih kurang, dan pemenang lelang berulang dari

tahun ke tahun

4. Yustiana (2023:646) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa hasil

pemindahtanganan dalam bentuk penjualan lelang secara online didapat dampak

positif dan menunjukkan adanya perampingan belanja pemeliharaan di RKBMN

2023. Selain itu, penghapusan melalui aplikasi SAKTI sebagai sistem baru masih

perlu dilakukan adaptasi dalam penggunaannya dan juga diperlukan koordinasi

antar pihak agar dapat berjalan lancar.

5. Hasri (2023:160) dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pelaksanaan

pemindahtanganan di KPPN Meulaboh dalam rangka kegiatan penghapusan

BMN, telah mengikuti prosedur pemindahtanganan yang tertera dalam peraturan


9

yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan Nomor 165/PMK.06/2021 mengenai

prosedur pelaksanaan pemindahtanganan aset negara.

Kajian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya karena fokus kajian

ini adalah membahas tentang tahapan proses serta kesesuaian prosedur Penghapusan dan

pemindahtanganan BMN yang terjadi pada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)

dengan Peraturan terkait penghapusan dan pemindahtanganan BMN yang berlaku. Selain

itu, untuk mengetahui kendala serta solusi yang dapat diterapkan saat melakukan proses

penghapusan dan pemindahtanganan BMN pada BSSN.

B. Landasan Teori

1. Barang Milik Negara

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020, pengertian Barang Milik Negara

(BMN) yaitu semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan

lainnya yang sah meliputi:

1. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenisnya;

2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak;

3. Barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan;

atau

4. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

Berdasarkan dasar hukum mengenai standar akuntansi pemerintah (PSAP) Nomor

07, BMN dikelompokkan sebagai bagian dari aset tetap dan aset lancer. aset lancar dapat

digunakan dalam kegiatan pemerintahan yang memiliki masa manfaat selama 12 bulan.

Sedangkan aset tetap yaitu aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
10

(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum.

Terdapat beberapa klasifikasi dari aset tetap menurut Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) Nomor 234-PMK.05-2020 Bab VII sebagai berikut :

1. Tanah

2. Peralatan dan Mesin

3. Gedung dan Bangunan

4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

5. Aset Tetap Lainnya

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Siklus Pengelolaan BMN/D meliputi perencanaan kebutuhan, penganggaran,

pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, penilaian, pengamanan, pemeliharaan,

penatausahaan, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, serta pembinaan

pengawasan dan pengendalian.

Penggunaan BMN mengikuti prinsip umum pengelolaan BMN yaitu Penggunaan

BMN dibatasi hanya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga.

Subjek pengelolaan BMN ada 2 yaitu Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Pengguna

Barang meliput KPB, PPB-W, PPB-E1, Pengguna Barang. Adapun Pengelola Barang

meliputi KPKNL, Kanwil DJKN, DJKN. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor

50/PMK.06/.2014 pengertian Pengelola Barang yaitu pejabat yang berwenang dan

bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan

BMN. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 pengertian

Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang (KPB) yaitu pejabat pemegang

kewenangan penggunaan BMN/D. Adapun KPB yaitu kepala satuan kerja atau pejabat

yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam

penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Pendelegasian Pengguna Barang kepada KPB

diberikan dalam bentuk mandat. Objek Penggunaan BMN adalah seluruh barang yang
11

dibeli atas beban APBN dan atas perolehan lainnya yang sah. Sehingga apabila suatu

satker akan menggunakan BMN baik yang diperoleh dari pembelian maupun dari cara

lain, maka harus dilakukan penetapan status penggunaan terlebih dahulu oleh pihak yang

berwenang.

PP 28 tahun 2020, tentang perubahan PP 27 tahun 2014, pasal 4 disebutkan bahwa

Pengelola Barang dapat melimpahkan kewenangan dan tanggung jawab tertentu kepada

Pengguna Barang/KPB. Pada pasal 6 juga disebutkan bahwa Pengguna Barang Milik

Negara dapat melimpahkan kewenangan dan tanggung jawab tertentu kepada KPB.

Objek pengelolaan BMN yang dilimpahkan dari Pengelola Barang kepada Pengguna

Barang adalah BMN berupa:

1. Alat utama sistem persenjataan;

2. BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen

kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus

juta rupiah) per unit/satuan.

Dari peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk BMN yang berupa

kendaraan operasional maupun fungsional yang memiliki wewenang untuk menetapkan

penetapan status penggunaannya berada pada pengelola barang meskipun nilainya di

bawah Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan karena kendaraan memiliki

dokumen kepemilikina berupa BPKB dan STNK.

2. Pemindahtanganan Barang Milik Negara Melalui Penjualan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2020 atas pembaharuan PP Nomor 27

Tahun 2014 pengertian pemindahtanganan adalah pengalilhan kepemilikan barang milik

negara sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan,

dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah.

Prinsip umum BMN yang dapat dipindahtangankan:

1. Jika tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan;


12

2. setelah dilakukan penetapan status penggunaan, kecuali untuk BMN yang tidak

memerlukan penetapan status penggunaan sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN;

3. BMN yang akan dipindahtangankan dinilai terlebih dulu untuk mendapatkan nilai

Wajarnya, kecuali yang akan dipindahtangankan dalam bentuk Hibah;

4. Jika penilaian dilakukan oleh Pengguna Barang tanpa melibatkan Penilai, maka

hasil Penilaian BMN hanya merupakan nilai taksiran.

Penjualan BMN adalah pengalihan kepemilikan BMN kepada pihak lain dengan

menerima penggantian dalam bentuk uang. Pertimbangan dilakukannya penjualan BMN

adalah untuk optimalisasi BMN yang berlebih atau idle, secara ekonomis lebih

menguntungkan bagi negara, dan sebagai pelaksanaan atas ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

Penjualan BMN memiliki ketentuan yaitu tidak mengganggu tupoksi

penyelenggaraan pemerintahan dan diilaksanakan dengan lelang, kecuali BMN yang

bersifat khusus yaitu:

1. Rumah negara gol. III yang dijual kepada penghuninya

2. Kendaraan dinas pejabat negara yang dijual kepada pejabat negara.

3. BMN lainnya ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang berdasarkan

pertimbangan Pengguna Barang & instansi teknis terkait, yaitu tanah/bangunan

yg akan digunakan untuk kepentingan umum yang jika dilelang akan merusak

tata niaga atau tanah kavling yg dari awal pengadaan digunakan utk

pembangunan perumahan pegawai negeri.

Berlandaskan PMK mengenai hal pelaksanaan lelang nomor 213 yang ditetapkan

pada tahun 2020, Lelang adalah tindakan perdagangan publik secara terbuka untuk umum

dengan diterbitkan pengumuman lelang terlebih dahulu serta mencakup kegiatan

penawaran tertulis maupun lisan yang mengalami naik turun untuk menggapai nilai

tertinggi.
13

Apabila tidak laku dilelang, maka dilakukan pemindahtanganan bentuk lain. Apabila

tidak dapat dipindahtangankan dalam bentuk lain, maka dimusnahkan setelah

mendapatkan persetujuan Pengelola Barang. Adapun penjualan kendaraan dinas

operasional dilakukan jika elah berusia 10 tahun atau rusak berat akibat kecelakaan atau

force majeure dengan kondisi paling tinggi 30%.

Prosedur Penjualan Barang Milik Negara dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Prosedur Penjualan Barang Milik Negara

Sumber: Bahan Ajar PJJ Persiapan Ujikon JF PLB 2023 Pemindahtanganan BMN

3. Konsep Dasar Penghapusan Barang Milik Negara

Penghapusan pada siklus pengelolaan BMN berada pada urutan terakhir.

Berdasarkan pengertian yang tercantum dalam PMK No. 83/PMK 06/2016 tentang tata
14

cara pelaksanaan pemusnahan dan penghapusan Barang Milik Negara, Penghapusan

merupakan tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan

dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang,

dan/ atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang

yang berada dalam penguasaannya.

Keputusan yang dimaksudkan diatas merupakan Keputusan penghapusan BMN yang

dikeluarkan oleh :

1. Menteri Keuangan sebagai Pengelola Barang negara dimana Status

penggunaannya terdapat di pengelola barang. Menteri keuangan memiliki

wewenang dalam menetapkan ketentuan-ketentuan serta panduan dalam

mengelola BMN. Pengelola barang dapat mendelegasikan tanggung jawabnya

pada Pengguna Barang di lingkungan Direktorat Jenderal.

2. Pimpinan lembaga atau Menteri sebagai pengguna barang negara dimana status

penggunaannya terdapat di pengguna barang sesudah memperoleh keputusan dari

Menteri Keuangan. Pengguna barang mempunyai tanggung jawab dalam

pemanfaatan aset negara. Tidak hanya Menteri Keuangan yang dapat

mendelegasikan tanggung jawabnya, pimpinan lembaga atau Menteri sebagai

pengguna barang pun bisa mendelegasikan tanggung jawabnya kepada Kuasa

Pengguna Barang (KPB)

Berikut beberapa pihak dalam proses pelaksanaan penghapusan BMN diantaranya:

1. Pengelola Barang, atas aset negara yang terdapat dalam penguasaan pengelola

barang seperti tanah atau gedung, dan selain tanah atau gedung.

2. Pengguna Barang dan / Kuasa Pengguna Barang (PB/KPB), terhadap aset negara

yang terdapat di pengguna barang sesudah adanya tindakan keputusan dari

pengelola barang seperti tanah atau gedung, dan selain tanah atau gedung. Aset

negara seperti gedung atau tanah, maupun selain gedung atau tanah yang terdapat

dalam pengawasan pengelola barang diakibatkan oleh adanya tindakan berupa


15

penyerahan aset ke pengelola barang, adanya pengalihan status penggunaan aset

ke pihak pengguna barang lain, pelaksanaan pemindahtanganan terhadap aset,

keputusan Majelis hokum yang sudah menerima kekuatan hukum dan tidak ada

cara hukum lainnya, syarat perundangan, pemusnahan dan beberapa sebab

lainnya.

Pada pasal 14 (empat belas), dijelaskan bahwa Penghapusan BMN meliputi :

Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengelola, Penghapusan BMN dari Daftar Barang

Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna, dan, Penghapusan BMN dari Daftar

Barang Milik Negara. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengelola dilakukan untuk

BMN yang sudah tidak berada dalam penguasaan Pengelola Barang karena adanya

penyerahan BMN kepada Pengguna Barang, pemindahtanganan, adanya putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya

hukum lainnya, menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan, pemusnahan,

atau sebab-sebab lain. Sementara itu, penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna

dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) dilakukan untuk BMN yang sudah

tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang

disebabkan adanya penyerahan BMN kepada Pengelola Barang, pengalihan status

penggunaan BMN kepada Pengguna Barang lain, pemindahtanganan, dan adanya putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya

hukum lainnya, menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan, pemusnahan,

atau sebab-sebab lain. Lalu jika terdapat BMN yang dihapuskan dari Daftar Barang

Pengelola atau dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna,

makadilakukan BMN dari Daftar Barang Milik Negara juga turut dihapuskan.

Pada pasal 16 (enam belas), bagian kesatu, Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 83/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan

Penghapusan Barang Milik Negara, prosedur penghapusan BMN dari Daftar Barang

Pengguna Barang dibedakan menurut berbagai kegiatan berikut:


16

1. Adanya penyerahan kepada Pengelola Barang;

2. Pengalihan status penggunaan BMN kepada Pengguna Barang lain;

3. Pemindahtanganan;

4. Adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan

sudah tidak ada upaya hukum lainnya;

5. Menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. Pemusnahan; atau

7. Sebab-sebab lain (hilang; kecurian; terbakar; susut; menguap; mencair; mati

untuk hewan, ikan, dan tanaman; harus dihapuskan untuk BMN berupa bangunan

yang berdiri di atas tanah Pihak Lain atau Pemerintah Daerah karena tidak dapat

dilakukan Pemindahtanganan; harus dihapuskan untuk Aset Tetap Renovasi pada

BMN milik Pihak Lain karena tidak dapat dilakukan Pemindahtanganan; harus

dihapuskan untuk bangunan dalam kondisi rusak berat dan/atau membahayakan

lingkungan sekitar; harus dihapuskan untuk bangunan yang berdiri di atas tanah

yang menjadi objek pemanfaatan dalam bentuk Kerjasama Pemanfaatan, Bangun

Guna Serah/Bangun Serah Guna atau Kerjasama Penyediaan Infrastruktur,

setelah bangunan tersebut diperhitungkan sebagai investasi pemerintah; harus

dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam

dokumen penganggaran; keadaan kahar/force majeure).

Menurut Febriani dkk, (2016) terdapat beberapa macam masalah terkait dengan

penghapusan antara lain: ketidakmengertian beberapa pihak pegawai terhadap peraturan

tentang penghapusan menyebabkan salah urus, pengelolaan yang tidak tertib,

penyalahgunaan terhadap BMN, tanggung jawab dari pengelola BMN dirasakan kurang

sehingga proses pemuthakiran data dan kondisi BMN terabaikan, selain itu panitia

penghapusan masih dirasakan kurang adanya rasa tanggung jawab penuh dalam

pelaksanaannya dan kurang koordinasi secara berkala dengan KPKNL.Penghapusan

BMN dianggap penting karena merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk
17

mengeluarkan atau meniadakan barang – barang dari daftar inventaris karena barang

tersebut sudah dianggap tidak mempunyai nilai guna atau sudah tidak berfungsi

sebagaimana yang diharapkan. Penghapusan tersebut bermakna:

1. Mencegah kerugian pemborosan buaya untuk keperluan pemeliharaan atau

perbaikan;

2. Meringankan beban kerja dan tanggung jawab pelaksanaan inventaris;

3. Membebaskan ruangan dari penumpukan barang yang tidak berguna

4. Penghapusan BMN Berupa Kendaraan Bermotor Dinas

Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Penerbitan Surat

Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Dinas dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Dinas

Kepolisian Negara Republik Indonesia, kendaraan bermotor dinas didefinisikan sebagai

kendaraan yang melibatkan peralatan mekanik seperti mesin dan/atau baterai dalam

menggerakannya, kendaraan yang tidak digunakan di atas rel, terdeteksi dalam Sistem

Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN), dan berfungsi

membantu pekerjaan Pegawai Negeri Polri.

Kendaraan bermotor dinas digunakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas


atau keperluan operasional pegawai agar dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
Kendaraan bermotor yang digolongkan sebagai barang rusak berat tidak dapat
mendukung pelaksanaan tugas bahkan beberapa tidak dapat digunakan lagi
(Dwikirana, 2022:10)

“Penghapusan BMN terhadap kendaraan bermotor dinas sangat diperlukan

mengingat jumlahnya yang banyak dan nantinya dikhawatirkan dapat menyebabkan

kerugian terhadap negara” (Dwikirana, 2022:11). Persiapan penghapusan dengan

tindaklanjut pemindahtanganan Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

165/PMK.06/2021 mengenai prosedur pemindahtanganan aset negara:

1. Pembentukan panitia penghapusan internal

2. Melakukan penelitian terhadap Barang Milik Negara dan dituangkan ke

dalam berita acara penelitian


18

3. Melaksanakan kegiatan penilaian dan dituangkan ke dalam laporan penilaian

4. Pengguna barang mengajukan permohonan penjualan BMN kepada

pengelola barang

5. Berdasarkan surat persetujuan yang diterbitkan pengelola barang, pengguna

barang melakukan permohonan penjualan BMN kepada instansi ruang lingkup

tugas dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan lelang.

Prosedur penghapusan yang dilakukan Pengguna Barang berdasarkan Peraturan


Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara melalui
pemindahtanganan, sebagai berikut:
1. Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pemindahtanganan BMN, Pengelola
Barang menerbitkan keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan
sejak tanggal Berita Acara Serah Terima.
2. Berdasarkan keputusan Penghapusan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengelola.
3. Berdasarkan Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengelola, Pengelola Barang
melakukan Penghapusan BMN dari Daftar Barang Milik Negara.
4. Perubahan Daftar Barang Pengelola sebagai akibat dari Penghapusan BMN karena
Pemindahtanganan, harus dicantumkan dalam Laporan Barang Pengelola
Semesteran dan Tahunan.
5. Perubahan Daftar Barang Milik Negara sebagai akibat dari Penghapusan BMN
karena Pemindahtanganan, harus dicantumkan dalam Laporan Barang Milik
Negara Semesteran dan Tahunan
19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Kajian

Agar suatu kajian dapat berjalan dengan baik maka perlu menggunakan suatu metode

kajian yang baik dan tepat. Berdasarkan hal tersebut, penyusun dalam kajian ini

menggunakan metode kajian hukum Empiris, jenis kajian yang digunakan pada kajian

ini adalah kajian lapangan (field search). Penelitian Lapangan adalah suatu kajian yang

dilaksanakan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu obyek tertentu

yang membutuhkan suatu analisa komperhensif dan menyeluruh. Selain menggunakan

kajian lapangan, penyusun juga melakukan kajian yang didukung oleh kajian pustaka.

Dalam Kajian ini bersifat deskriftif analitis yaitu kajian dengan cara menekankan

cara untuk menggambarkan, menguraikan dan menganalisis obyek kajian, dimaksud

untuk memberikan data yang berkaitan dengan judul kajian secara jelas dan rinci

kemudian di analisis guna menjawab permasalahan yang ada. Dan kajian ini juga
20

menguraikan ataupun mendesripsikan data yang diperoleh secara empiris lalu diuaraikan

untuk melakukan suatu telaah terhadap data tersebut secara sistematik.

Dalam kajian ini, dimaksud untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai

proses Pengelolaan BMN lebih khusus terkait Penghapusan Barang Milik Negara

Dengan Tindaklanjut Pemindahtanganan Secara Penjualan Di Badan Siber Dan Sandi

Negara. Kemudian Pendekatan kajian yang digunakan dalam kajian ini adalah

pendekatan yuridis empiris, yaitu ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang

berlaku dikaitkan dengan teori hukum serta melihat realita atau fakta yang terjadi di

dalam obyek kajian. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan secara sosiologis

yang dilakukan secara langsung ke lapangan. Dan untuk lokasi Kajian dilakukan di

Badan Siber Dan Sandi Negara Jakarta.

B. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk menelaah terhadap dokumen dan wawancara

yang ditemukan peneliti di lapangan adalah :

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui kajian di lapangan, bersifat

autoriatif artinya mempunyai otoritas, berupa sejumlah informasi keterangan serta hal

yang berhubungan dengan obyek kajian. Pengambilan data primer ini diperoleh

dengancara melalukan wawancara langsung dengan para pihak yang terkait dengan

kajian ini yaitu pegawai yang bertugas dalam proses pemindahtangan berupa penjualan di

Badan Siber Dan Sandi Negara.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dan dibedakan kedalam bahan

primer, bahan sekunder dan bahan hukum tersier.


21

a. Bahan hukum primer yang digunakan adalah norma atau kaidah dasar

hukum, peraturan yang berlaku di Indonesia seperti Undang-Undang no.17

Tahun 2003 mengenai Keuangan Negara, Undang-undang nomor 1 tahun

2004 mengenai Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan

Pemerintah Nomor 28 tahun 2020 (Pengganti PP Nomor 27 Tahun 2014)

mengenai Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan Menteri

Keungan Republik Indonesia Nomor 111/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara

dan Pemindahtangan Barang Milik Negara Kemudian dirubah ke Peraturan

Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 165/PMK.06/2021 Tentang

Tata Cara dan Pemindahtangan Barang Milik Negara.

b. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang mendukung data

sekunder dari bahan hukum primer terdiri dari buku-buku, hasil kajian

hukum, artikel, jurnal dan bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan.

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yakni Kamus

Hukum, Kamus Besar Indonesia dan sebagainya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi

atau fakta-fakta dilapangan. Adapun Teknik atau metode yang digunakan dalam kajian

ini sebagai berikut :

1. Studi Lapangan

Pengumpulan data dengan cara terjun langsung pada obyek kajian untuk

mengadakan kajian secara langsung.Hal ini dimaksud untuk mendapatkan data yang

valid dengan pengamatan langsung dan wawancara. Dalam kajian hukum yang

dilakukan ini, penyusun menggunakan metode observasi, wawancara, dan

dokumentasi
22

2. Observasi

Metode observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh

gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan social, yang sukar diperoleh dengan

metode lain. sebagai metode ilmiah, observasi sering diartikan sebagai pengamatan

dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek kajian.

3. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang

bertujuan memperoleh suatu infromasi.Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewed) yang memberikan jawaban atas pernyataan

itu.Wawancara dilakukan terhadap terhadap salah satu bagian staf yang menangani

Pemindahtangan berupa penjualan Barang Milik Negara di Badan Siber Dan Sandi

Negara.

4. Dokumentasi

Studi Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data atau variable berupa catatan dan

telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan

dengan permasalahn yang akan diteliti baik berupa literature, laporan tahunan,

majalah, jurnal, table, karya tulis ilmiah dokumen peraturan pemerintah dan undang-

undang yang telah tersedia pada lembaga terkait dipelajari, dikaji dan disusun atau

dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna memberikan

informasi berkenaan dengan kajian yang akan dilakukan.

D. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul secara lengkap, maka tahap selanjutnya adalah analisis data.

Analisis data adalah proses mengolah dengan cara mengorganisakan data ditemukan

tema dan tafsiran tertentu dari susunan itu. Tujuan utama dari analisis data adalah untuk
23

meringkas data dalam bentuk yang mudah difahami dan mudah ditafsirkan, sehingga

hubungan antara problem kajian dapat dipelajari dan diuji.

Dalam kajian ini, penyusun menggunakan analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu

analisis yang sifatnya menjelaskan atau menggambarkan tentang peraturan-peraturan

yang berlaku dan analisis data yang didasarkan pada pemahaman dan pengolahan data

secara sistematis yang diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan

hasil studi kepustakaan.

Proses analisis data dengan menggunakan metode tersebut dapat digambarkan dalam

gambar 1 berikut ini (Miles dan Hubermen dalam Rijali, 2018:81)

Koleksi Data Display Data/Penyajian


Data

Reduksi Data
Kesimpulan/Verifikasi

Gambar 3.1 Proses Analisis data

Anda mungkin juga menyukai