Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTER (KKP)

SISTEM ADMINISTRASI PERADILAN PERDATA


PENGADILAN NEGERI SERANG

Disusun untuk memenuhi


Tugas Kuliah Kerja Praktek (KKP)
dan salah satu syarat kelulusan penyelesaian studi pada
Program Studi Ilmu Hukum (S1) Fakultas Hukum

Oleh

INAU-LLUTHFAH
12011700043

JURUSAN : ILMU HUKUM


KONSENTRASI : HUKUM TATA NEGARA
PROGRAM : SARJANA (S1)

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS BINA BANGSA


SERANG
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah Swt, Yang Senantiasa Melimpahkan Rahmat, Taufik
Serta Hidayah-Nya, Sehingga Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) Yang
Berjudul “Sistem Aministrasi Peradilan Perdata Di Pengadilan Negeri Serang”,
Dapat Terselesaikan Dengan Baik Dan Penulis Menyadari Bahwa Dalam
Menyelesaikan Laporan KKP Ini Tidak Lepas Dari Dukungan Dan Bantuan Dari
Berbagai Pihak, Oleh Karena Itu Penulis Berterima Kasih Kepada Semua Pihak
Yang Secara Langsung Maupun Tidak Langsung Memberikan Kontribusi
Dalam Penyelesaian Laporan Ini. Secara Khusus Pada Kesempatan Ini, Penulis
Menyampaikan Terima Kasih Yang Tak Terhingga Kepada:

1. Bapak Dr.H. Furtasan Ali Yusuf, S.E, S.Kom, Mm Selaku Rektor Universitas
Bina Bangsa Yang Telah Memberikan Kesempatan Dalam Melaksanakan
Kuliah Kerja Praktek (KKP).
2. Bapak Ir. Naufal Affandi, Mm Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Yang Telah Memberikan Arahan Dan Masukan Dalam Melaksanakan Kuliah
Kerja Praktek (KKP).
3. Bapak Drs. Gatot Hartoko, M.Si Selaku Wakil Rektor II Bidang Umum Dan
Keuangan Yang Telah Memberikan Arahan Dan Masukan Dalam
Melaksanakan Kuliah Kerja Praktek (KKP).
4. Bapak Dr. Budi Ilham Maliki,S.Pd.,Mm Selaku Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan, Alumni Dan Kerjasama Universitas Bina Bangsa, Yang
Memberikan Motivasi Dan Dukungan Hingga Menyelesaikan Kuliah Kerja
Praktek (KKP).
5. Bapak Drs. Ar Chaerudin,Mm SebagaiKepala LP2M Universitas Bina
Bangsa, Yang Telah Membimbing, Memberikan Motivasi Dan Dukungan
Kepada Mahasiswa Hingga Menyelsaikan Kuliah Kerja Praktek (KKP).
6. Bapak Yayan Mulyanto, S.Pd Sebagai Kepala Bagian Kuliah Kerja Praktek
(KKP) LP2M Universitas Bina Bangsa Yang Telah Banyak Memberikan

v
Saran Dan Masukan Serta Mengurus Administrasi Surat Menyurat Sehingga
Penulis Menyelsaikan Kuliah Kerja Praktek (KKP).
7. Ibu Sulkiah Hendrawati,SH.,MH Sebagai Dekan Fakultas Hukum Universita
Bina Bangsa Banten.
8. Bapak Iron Fajrul Aslami, SH.,MH Sebagai Kaprodi sekaligus Dosen
Pembimbing Kuliah Kerja Praktek (KKP) Yang Telah Meluangkan Waktu,
Tenaga Dan Pikiran Dalam Membimbing Dan Memberikan Masukan Dalam
Penyusunan Laporan Ini.
9. Bapak Barita Sinaga, SH., MH Selaku Ketua Pengadilan Negeri Serang yang
telah memerikan Izin untuk penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek
(KKP)
10. Bapa Gempa Andrey Setio,ST.Sebagai Sekertaris Pengadilan Negeri Serang
Prov.Banten yang telah memberikan Izin penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Praktek (KKP).
11. Ibu Nina Maylina,ST.,MH Sebagai Kepala Sub Bagian Kepegawaian
Pengadilan Negeri Serang Prov. Banten Yang Telah Memberikan Izin Untuk
Penulis Melaksanakan Kuliah Kerja Praktek (KKP).
12. Ibu Nunyati,SH.,MH. SelakuPanmud Bagian Keperdataan Pengadian Negeri
Serang Prov. Banten yang telah membantu dalam pelaksanaan Kuliah Kerja
Praktek (KKP).
13. Kepada Kawan-Kawan Seperjuangan Yang Saling Memberikan Semangat
Dan Motivasi Kepada Penulis Untuk Menyelesaikan Kuliah Kerja Praktek
(KKP).
14. Kepada Seluruh Dosen Dan Staf Administrasi, Yang Telah Menaruh Simpati
Dan Bantuan Kepada Penulis Selama Menempuh Studi Di Universitas Bina
Bangsa.
15. Kepada Seluruh Karyawan Dan Staf Pengadilan Negeri Serang, Yang Telah
Mengizinkan Penulis Untuk Magang Dalam Rangka Menyelsaikan Kuliah
Kerja Praktek (KKP).
16. Kepada Orang Tua Tercinta dan Seluruh Keluarga Yang Senantiasa
Memberikan Do’a Serta Dukungannya Dan Tidak Pernah Berhenti.

vi
17. Semua Pihak Yang Tidak Dapat Penulis Sebutkan Satu Persatu Yang Telah
Membantu Dalam Menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) Ini.
Segala Bantuan, Perhatian Dan Pemberian Motivasi Yang Sangat Berguna Dalam
Penyelesaian Laporan Hasil KKP Ini, Dan Semoga Laporan Ini Dapat Bermanfaat
Bagi Penulis Khususnya Dan Bagi Para Pembaca Pada Umumnya.

Serang, 15 Maret 2021

Penulis

INAU-LLUTHFAH

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Praktek 1
1.2 Identifikasi masalah 4
1.3 Maksud dan Tujuan 4
1.3.1 Tujuan umum 4
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4Kegunaan dan Manfaat 5
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................6
2.1 Tinjauan Umum6
2.1.1 Pengertian Sistem administrasi peradilan 6
2.1.2Administrasi Pendaftaran Dan register Perkara 6
2.1.3 Keuangan Perkara. 12
2.1.4 Laporan Perkara 13
2.1.5 Arsip Perkara 15
2.2 Tinjauan Peradilan Perdata 17
2.2.1 Pengertian Hukum Acara Perdata17
2.2.2 Sifat Hukum Acara Perdata 18
2.2.3 Sumber-Sumber Hukum Acara Perdata 19
2.2.4 Asas-Asas Hukum Acara Perdata 22
2.2.5 Sejarah Singkat terbentukny H.I.R 26
BAB III METODOLOGI PENULISAN................................................................31
3.1 Tempat dan waktu KKP 31

viii
3.2 Metode Penulisan 32
3.3 Sumber Data 32
3.4 Teknik Pengumpulan Data 32
3.5 Teknik Pengolahan Data 33
3.6 Pelaksanaan Kegiatan KKP 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................40
4.1 Gambaran Umum Tempat Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek 40
4.1.1 Profil Pengadilan Negeri Serang Provinsi Banten 40
4.1.1.1 Sejarah Pengadilan Negeri Serang 40
4.2.2 Pembahasan Masalah 49
BAB V PENUTUP.................................................................................................54
5.1Kesimpulan 54
5.2 Saran 55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................58
Lampiran-A :Surat Memenuhi Syarat KKP/Permohonan Kuliah Kerja
Praktek/ Magang dari Universitas Bina Bangsa.
Lampiran-B :Surat Persetujuan Kuliah Kerja praktek/ Magang dari
Instansi/Perusahaan tampat Magang.
Lampiran-C :Surat Keterangan KKP dari Peruahaan/Instansi dan Lampiran
Lembar Penilaian KKP/Magang Mahasiswa yang telah di nilai
oleh Pimpinan dan ditanda tangani oleh Direktur/Kepala.
Lampiran-D : Lembar Nilai Pembimbing Materi.
Lampiran-E : Lembar Nilai Rekapitulasi Nilai Akhir dari Pembimbing
Materi.
Lampiran-F : Lembar Bimbingan KKP dengan Pembimbing Materi.
Lampiran-G : Lembar Kegiatan/ Absensi Kuliah Kerja Praktek.
Lampiran-H : Daftar Riwayat Hidup.
Dokumentai-dokumentasi

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Praktek

Dalam system peradilan di Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasal 1 ayat


(3) menyatakan “bahwa indonesia adalah negara hukum” sebagai negara yang
menyatakan negara hukum proses peradilan khususnya peradilan perdata dan
Lembaga di Indonesia memiliki makna yang teramat penting.proses
penyelesaian perkara di peradilan umum sebagaimana di linkungan peradilan
lainnya tertuang dalam surat keputusan Mahkamah Agung RI no 3 tahun
2018 tentang administrasi peradilan perkara secara elektronik.
Setiap perkara yang diajukan ke pengadilan diproses dengan mengikuti
tahapan-tahapan yang seharusnya, pada setiap tahapan tersebut diperlukan
adanya pembinaan dan pengendalian administrasi secara tertib dan teratur.
Administrasi yang tertib dan teratur dicerminkan oleh pola
pengadministrasian yang benar dan berurut sesuai dengan tahapan-tahapan
yang seharusnya.

Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian administrasi perkara secara tertib


dan teratur sangat penting dilakukan agar setiap pengadilan di Indonesia
mempunyai kesamaan pola tindak dan pola fikir (legal frame work and
unified legal opinion) dalam penangan administrasi perkara. Ketua
Mahkamah Agung RI berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung
RI Nomor KMA/001/SK/I/1991, telah menetapkan pola pembinaan dan
pengendalian administrasi kepaniteraan, khususnya di lingkungan Peradilan
Umum, yakni untuk Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Negeri. Pola
tersebut meliputi lima bidang, yaitu:1

1
Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan
Pengendalian Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan Negeri, Cet. ke-3 (Jakarta:
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, t.t.), hal. 15- 16.

1
2

1. Pola prosedur penyelenggaraan administrasi perkara pada tingkat


pertama, banding, kasasi, dan Peninjaauan Kembali(PK);
2. Pola tentang registerperkara;
3. Pola tentang keuanganperkara;
4. Pola tentang laporanperkar.
Pola tentang kearsipanperkara. Kelima pola tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dan jika tidak dilaksanakan secara tertib dan teratur, maka
tertib administrasi yang diharapkan tidak akan terlaksana.Tertib administrasi
perkara merupakan bagian dari Court of Law yang mutlak harus dilaksanakan
oleh semua aparat peradilan dalam rangka mewujudkan peradilan yang
mandiri sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Administrasi perkara merupakan proses2 penyelengggaraan administrasi oleh


seorang administratur (aparatur peradilan), melingkupi perencanaan,
pelaksanaan, dan dan pengawasan guna mencapai tujuan pokok yang telah
ditetapkan semula, yakni pembinaan dan pengawasan administrasi perkara
secara tertib dan teratur.2

Di dalam Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI, sebagaimana


disebutkan di atas, penjelasan tentang Pola Pembinaan dan Pengawasan
Administrasi Perkara di lingkungan Peradilan umum, juga ditulis oleh
perorangan di lingkungan Peradilan Umum,Pada tahun 2007, Ketua
Mahkamah Agung RI menerbitkan Surat Keputusan Nomor
KMA/032/SK/IV/2007 Tentang Pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Pengadilan. Buku tersebutterbagi menjadi dua
bagian, bagian satu menjelaskan tentang teknis administrasi dan bagian dua
tentang teknisperadilan.

Sesuai dengan visi Mahkamah Agung RI, terwujudnya Badan Peradilan


Indonesia yang agung, maka kebijakan yang dilakukan oleh Mahkamah
Agung RI mengarah kepada usaha untuk meningkatkan kepercayaan

2
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI,Pedoman Pelaksanaan Tugas
dan Administrasi Peradilan Umum (Buku II),Revisi 2013 (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, 2013),hal. 9.
3

masyarakat terhadap badan peradilan di Indonesia. Di antara upaya tersebut


adalah mewujudkan pelayanan di pengadilan secara modern berbasis
teknologi informasi, agar pengadilan dapat memberikan pelayanan yang cepat
kepada para pencari keadilan ataupun pihak lain yang membutuhkan
informasi daripengadilan.

Peradilan yang modern pertama kali di-launching sebagai tema besar


sidang istimewa laporan tahunan Mahkamah Agung RI tahun 2018 yang
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 Februari 2019 di Jakarta Convention
Center. Dalam acara tersebut diusung tema besar, yakni Era Baru Peradilan
Modern Berbasis Teknologi. Pada kegiatan tersebut, Mahkamah Agung RI
secara resmi meluncurkan aplikasi E-Court di bidang perkara perdata yang
dinaungi oleh Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.

Pola pembinaan dan pengawasan administrasi perkara di Pengadilan Negeri,


sebagai salah satu pengadilan yang berada di bawah Mahkamah Agung RI.
Pola Bindalmin yang diatur dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah
Agung RI Nomor KMA/001/SK/I/1991 dan Surat Keputusan Nomor
KMA/032/SK/IV/2007, tentunya selama ini, secara praktis lebih banyak
diterjemahkan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi administrasi secara
manual.3

Administrasi sebagai sebuah proses tidak terikat dengan batasan- batasan,


termasuk pertentangan antara sistem manual dengan modern. Sebagai sebuah
pola prosedur penangan administrasi perkara di Pengadilan Negeri, Pola
Bindalmin perlu diselaraskan dengan ide besar Mahkamah Agung RI dalam
mewujudkan peradilan modern. Oleh karena penulis merasa tema tersebut
menarik untuk dibahas, maka penulis merumuskannya dalam sebuah tulisan

3
Lihat: Mahkamah Agung RI, “Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
032/KMA/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pengaduan di Lingkungan
Lembaga Peradilan”
4

ilmiah yang berjudul, Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi


Perkara di Tengah Era Peradilan Modern.
Maka batasan pembahasan dalam tulisan ini disesuaikan dengan batasan
cakupan Pola Bindalmin selama ini. Tulisan ini membahas tentang pola
prosedur penyelenggaraan administrasi perkara, pola register perkara, pola
keuangan perkara, pola laporan perkara, dan pola kearsipan perkara di era
peradilanmodern.Dalam laporan ini, penulis akan membahas permasalahan
yang berjudul “ Sistem Administrasi Peradilan Perdata”. Penjelasan ini
mengacu pada sistem administrasi yang digunakan, buku teori, buku
pedoman,serta Internet dan wawancara yang dilakukan penulis, serta data
yang dapat membantu dalam melengkapi laporan KKP ini.
1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan identifikasi masalah yaitu:


1. Sistem pelayanan belum sepenuhnya digital
2. Masih ada kendala server
3. Sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang IT pada bagian
administrasi perdata belum memadai
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud

Maksud dari penulisan laporan KKP ini yaitu penulis ingin


mengambarkan secara detail tentang sistem peradilan di pengadilan
negeri serang

1.3.2 Tujuan umum

Memberikan pengalaman bagi mahasiswa tentang bagaimana dunia


kerja itu sendiri. Untuk menerapkan dan memperluas wawasan
penerapan teori dan pengetahuan yang telah diterimanya didalam kelas
pada kegiatan nyata di bidang studinya masing-masing.
5

1.3.3 Tujuan Khusus

Adapun tujuan pembuatan laporan hasil Kuliah Kerja Praktek (KKP)


adalah sebagai berikut :

1. Agar mahasiswa-mahasiswimampu memahami, memanfaatkan


dan mengembangkan pelajaran yang ada di Universitas Bina
Bangsa dalam pencapaiannya di dunia kerja.
2. Membentuk mental para mahasiswa-mahasiswi agar memiliki
jiwa pekerja keras dan mampu konsisten.
3. Memberikangambaran pada para mahasiswa-mahasiswi
mengenai dunia kerja.
1.4 Kegunaan dan Manfaat

Kegunaan dan manfaat pada KKP ini adalah :


1. Bagi Mahasiswa
Manfaat dari Kuliah Kerja Praktek ini adalah sebagai sarana latihan dan
penerapan ilmu pengetahuan perkuliahan, meningkatkan kemampuan dan
sosialisasi lingkungan kerja, serta menambah pengetahuan, pengalaman,
dan wawasan di lapangan kerja mengenai dunia kerja khususnya dalam
bidang keperdataan.

2. Bagi Perguruan Tinggi


Sedangkan manfaat bagi Perguruan Tinggi adalah sebagai sarana untuk
memperoleh informasi mengenai bidang Administrasi Peradilan pada
instansi tersebut melalui penerimaan laporan kegiatan. Serta terciptanya
hubungan kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua belah
pihak, yaitu dapat menempatkan mahasiswa yang potensial untuk
mendapatkan pengalaman di bidang yang bersangkutan.

3. Bagi Perusahaan
Merupakan sarana untuk menjembatani antara perusahaan/Intansi
dengan lembaga pendidikan untuk bekerjasama lebih lanjut baik bersifat
6

akademis maupun non akademis. Perusahaan/Instansi dapat melihat tenaga


kerja yang potensial dikalangan mahasiswa sehingga apabila suatu saat
perusahaan/Instansi membutuhkan karyawan bisa merekrut mahasiswa
tersebut.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Pengertian Sistem administrasi peradilan

Secara definisi terdapat 2 macam pengertian adminitrasi,yaitu court


Administration,yang dalam hal ini keadminitrasian atau tertib yang
harus di laksanakan berkaitan dengan jalan nya kasus tindak pidana
atau kasus keperdataan dari taha penyelidikan hingga tahap putusan
dalam system peradilan dan administration of justice, yang dalam hal
ini dapat berarti mencakup tertib hukum pidana atau hukum perdata
formil dan materil yang harus di patuhi dalam proses penanganan
perkara dan tata cara praktek litigasi.4
Setiap administrasi dalam prakteknya, maka dapatlah kitaa
menemukan beberapa dekrepansi, dalam studi lapangan, beberapa
deskrepansi dalam proses administrasi peradilan pidana terdapat pada
tahan penyelidikan, penyidikan,tahap penuntutan,tahap pemeriksaan
pengadilan,sampai ke tahap pelaksanaan putusan. Pada peradilan
perdata contientieus, (ada sengketa dari para pihak).dikepansi terjadi
pada tahap pendaftaran perkara, tahap penentuan majlis
hakim,persidangan,tahap putusan. Sedangkan proses beracara di
perdata, diskrepansi terjadi pada tahap pendaftaran,tahap pemeriksaan,
tahapan penetapan, dan tahapan pelaksanaan penetapan.5

4
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman
Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Umum (Buku II), hal. 32.

5
Ibid.,Hal. 32

7
8

2.1.2 Administrasi Pendaftaran Dan register Perkara


Sebagai pelaksana administrasi perkara, panitera menerima perkara
yang diajukan ke pengadilan untuk diproses lebih lanjut. Prosedur
penerimaan perkara di Pengadilan Negeri melalui beberapa meja, yaitu
meja I, meja II, dan meja III. Meja dalam hal ini merupakan kelompok
pelaksana teknis yang harus dilalui oleh suatu perkara di Pengadilan
Negeri, mulai dari penerimaan sampai perkara tersebut diselesaikan.6
Petugas meja I pada pokoknya bertugas menerima gugatan,
permohonan, verzet, permohonan eksekusi, dan perlawanan pihak
ketiga (derden verzet). Petugas meja I menerima dan memeriksa
kelengkapan berkas yang diserahkan oleh para pihak dengan
menggunakan daftar kelengkapan berkas perkara (check list). Setelah
memeriksa kelengkapan berkas perkara, petugas meja I menaksir panjar
biaya perkara dengan berpedoman kepada surat keputusan ketua
Pengadilan Negeri tentang panjar biaya perkara, taksiran biaya tersebut
dibubuhkan di dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) untuk
dilakukan pembayaran ke bank, sebelum diproses lebih lanjut di kasir.
Setelah pihak melakukan pembayaran di bank, pihak berperkara
mendatangi kasir, berdasarkan bukti slip setoran yang telah divalidasi
oleh pihak bank yang ditunjuk, kasir membubuhkan nomor perkara dan
tanda lunas pada SKUM yang telah disediakan sebelumnya. Setelah
tahapan tersebut selesai, maka kasir menyerahkan satu rangkap salinan
gugatan yang telah diberi nomor perkara beserta SKUM asli kepada
pihak yang mendaftarkan perkara untuk didaftarkan pada meja II.
Hingga tahapan ini, proses administrasi perkara pada meja I telah
selesai.7
6
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Negeri Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Peradilan Umum (Buku II), Revis 2013 (Jakarta: Direktorat Jenderal
Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, 2013), hal. 14-16

7
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Peradilan Umum (Buku II),hal. 9-11.
9

Petugas meja II mencatat perkara yang baru didaftar pada register


induk perkara, gugatan atau permohonan, sesuai dengan nomor perkara
yang tercantum pada SKUM. Petugas meja II memasukkan surat
gugatan/permohonan yang dilengkapi dengan formulir PMH,
Penunjukan Panitera Pengganti, Penunjukan Jurusita Pengganti, PHS,
dan instrumen lainnya. Berkas perkara tersebut diserahkan kepada
panitera untuk diteruskan kepada ketua pengadilan. Petugas meja II
menerima kembali berkas perkara yang telah dilengkpi dengan PMH,
Penunjukan Panitera Pengganti serta Jurusita Pengganti yang telah
ditandatangani untukdicatat di dalam register perkara. Selanjutnya
petugas meja II menyerahkan berkas perkara kepada Majelis Hakim
untuk penerbitan PHS. Petugas meja II bertugas mencatat seluruh
kegiatan penyelesaian perkara, termasuk mencatat putusan pengadilan
dalam register yang bersangkutan.8

Petugas meja III bertugas menyerahkan salinan putusan/penetapan


pengadilan kepada pihak yang berkepentingan, menerima
memori/kontra memori banding dan kasasi, serta jawaban/tanggapan
peninjauan kembali, dan lain-lain, menyusun, menjahit, serta
mempersiapkan berkas banding, kasasi, dan PK, menerima berkas
perkara yang telah diminutasi hari itu dan menyerahkan pada meja II
untuk dicatat di dalam register induk perkara, menyimpan arsip berkas
perkara berjalan, dan menyiapkan serta memproses
permohonaneksekusi.9

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan


UmumMahkamah Agung RI Nomor 1403.b/DjU/SK/OT.01.3/8/2018,
Tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Lingkungan

8
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Peradilan Umum (Buku II), hal. 11-12; Manan dan Kamil, Penerapan
dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Perkara di Lingkungan
Peradilan Negeri, hal. 22-23; Purwosusilo, “Pola Bindalmin,” hal. 3.
9
Manan dan Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi
Perkara di Lingkungan Peradilan Umum, hal. 28-29; Purwosusilo, “Pola Bindalmin,” hal. 4.
10

Peradilan Umum, konsep pelayanan di Peradilan dilakukan secara


terintegrasi, bukan hanya lingkup pelayanan keperkaraan secara khusus,
namun juga termasuk pelayanan informasi (SK KMA Nomor 1-
144/KMA/SK/I/2011) dan pengaduan (SK KMA Nomor
076/KMA/SK/VI/2009).10Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)di
Lingkungan Peradilan melayani secara terintegrasi 5 (lima) jenis
layanan, yakni:
1. Permohonaninformasi;
2. Pendaftaranperkara;
3. Pembayaranbiaya;
4. Penyerahan produk pengadilan;dan
5. Pengajuankeluhan/pengaduan.

PTSP di pengadilan diselenggarakan oleh tim PTSP yang terdiri dari,


pengarah PTSP yang dijabat oleh ketua Pengadilan Negeri, penanggung
jawab PTSP dijabat oleh panitera dan sekretaris, pelaksana PTSP
dijabat oleh para panitera muda dan kepada bagian/kepala sub bagian,
dan petugas PTSP dijabat oleh pegawai pengadilan yang dinilai cakap
dan mampu.11

Mekanisme pelayanan dengan sitem meja sudah beralih menjadi


sistem pelayanan yang terintegrasi melalui program PTSP. Penulis
melihat bahwa perubahan ini mesti disikapi dengan melakukan revisi
dan penyempurnaan Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Peradilan Umum (Buku II) yang sebelumnya
menggunakan sistem meja dalam menjalankan administrasiperkara.

10
Lihat: Mahkamah Agung RI, “Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
076/KMA/SK/VI/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pengaduan di Lingkungan
Lembaga Peradilan” (2009); Mahkamah Agung RI, “Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI
Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011 Tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan” (2011).
11
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, “Surat Keputusan Direktur
Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Nomor 1403.b/DjU/SK/OT.01.3/8/2018
Tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Lingkungan Peradilan Umum”(2018).
11

Sistem administrasi perkara elektronik dengan menggunakan


aplikasi E-Court sudah di-launching pada saat sidang istimewa laporan
tahunan Mahkamah Agung RI, sebagaimana telah disebutkan di atas.
Aplikasi tersebut terintegrasi dengan aplikasi Sistem Informasi
Penelusuran Perkara (SIPP) yang selama ini sudah digunakan untuk
mendukung proses administrasi perkara dan pelayanan kepada para
pencarikeadilan.12

Pelaksanaan administrasi perkara secara elektronik di lingkungan


Peradilan Negri mencakup seluruh jenis perkara yang menjadi
kewenangan Pengadilan Negeri. Layanan tersebut melingkupi layanan
pendaftaran perkara (e-filling), pembayaran biaya perkara (e-payment),
dan pemanggilan para pihak (e-summons) secara daring.

Jenis pelayanan administrasi perkara secara elektronik dirinci lebih


lanjut di dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan
UmumMahkamah Agung RI Nomor 1294/DjU/HK.00.6/SK/05/2018
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor
3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara
Elektronik, yaknimelingkupi:13
1. Pendaftaran;
2. Pembayaran, penambahan, dan pengembalian sisa panjar
Biaya perkara ;
3. Pemanggilan;
4. Jawaban;
5. Replik;
6. Duplik;
7. Kesimpulan;
8. Pemberitahuan;
12
Mahkamah Agung RI, “Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik,” Pub. L. No. BeritaNegara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 454 (2018).
13
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Surat Keputusan Direktur
Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 1294/DjU/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk
12

9. Pengiriman salinan putusan;dan


10. Tata kelola dan administrasi negara

Perkara yang didaftar oleh pengguna terdaftar, untuk saat ini masih
terbatas bagi advokad, melalui aplikasi E-Court dan telah dilakukan
pembayaran oleh pihak tersebut, selanjutnya diverifikasi olehPanitera
Muda Gugatan/Permohonan melalui SIPP. Apabila perkara tersebut
telah diverifikasi, maka secara otomatis perkara itu mendapat nomor
register perkara dari SIPP.

Data perkara, baik yang didaftar secara langsung maupun yang


didaftar melalui E-Court, tersimpan secara lengkap di dalam SIPP,
mulai dari data umum setiap perkara melingkupi data para pihak, kuasa
hukum, posita dan petitim gugatan/permohonan, serta data perkara
lainnya yang mengikuti proses penanganan perkara. Berdasarkan Surat
Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor
0424/DjU/HM.00/II/2019 Tentang Penerapan Administrasi Register
Perkara dan Keuangan Perkara Secara Elektronik Pada Peradilan
Umum, data perkara yang tersimpan secara elektronik pada SIPP
memiliki kekuatan yang sama dengan register perkara manual yang
ditentukan oleh peraturan perundang- undangan.14

Pada sistem E-Register memiliki kekuatan hukum yang sama dengan


register manual, maka sejak tahun 2019 Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Umum tidak lagi mengirim buku register perkara ke seluruh
Pengadilan Negeri di Indonesia. Berdasarkan ketentuan Buku II Revisi
Tahun 2013, terdapat 16 jenis register perkara, dimulai dari Register
Induk Perkara Gugatan/Permohonan (R1-PN1G/R1-PN1P) sampai
dengan Register Mediator (R1-PN16).15

14
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, “Surat Direktur Jenderal
Badan Peradilan Umum Nomor 0424/DjU/HM.00/II/2019 Tentang Penerapan Administrasi
Register Perkara dan Keuangan Perkara Secara Elektronik Pada Peradilan Umum.”
15
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Peradilan Umum (Buku II), hal. 32.
13

Ketua pengadilan bertanggung jawab penuh memonitoring dan


mengevaluasi data perkara dan keuangan perkara yang diinputpada
SIPP setiap hari, paling lambat 1 (satu) jam menjelang jam kerja
berakhir. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa data
perkara dan keuangan perkara yang diinput pada hari itu sudah diinput
secara lengkap dan benar. Aplikasi E-Register berfungsi sebagai salah
satu instrumen untuk memvalidasi data SIPP dan sarana untuk
mencetak buku register perkara yang sesuai dengan Pola Bindalmin.16
2.1.3 Keuangan Perkara.

Asas berperkara perdata pada pengadilan adalah, tidak ada biaya


tidak ada perkara, kecuali dalam perkara prodeo. Panitera bertanggung
jawab atas pengelolaan biaya perkara dan dalam melaksanakan tugas
tersebut, panitera dibantu oleh kasir, sebagai pemegang buku induk
keuangan perkara dan buku keuangan lainnya. Kasir bertugas untuk
mencatat penerimaan dan pengeluaran uang setiap hari dalam buku
jurnal yang bersangkutan dan juga mencatat di dalam buku kas bantu
yang dibuat dua rangkap, satu rangkap disimpan oleh kasir dan satu
rangkap lagi diserahkan kepada panitera sebagai laporan. Panitera atau
petugas yang ditunjuk mencatat penerimaan dan pengeluaran uang
perkara di dalam Buku Induk Keuangan Perkara.17

Administrasi keuangan secara elektronik, E-Keuangan, merupakan


salah satu cara mengelola administrasi keuangan perkara di pengadilan,
guna mempercepat terwujudnya administrasi peradilan secara efektif,
efisien, dan modern, sekaligus sebagai bentuk implementasi Peraturan
Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018. Aplikasi keuangan perkara
merupakan aplikasi pendukung SIPP, mencatat setiap penerimaan dan
pengeluaran uang perkara sebagaimana diatur di dalam Pedoman
16
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman Penerapan 9
Aplikasi Unggulan Ditjen Peradilan Umum (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum
Mahkamah Agung RI, t.t.), hal. 13.
17
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Peradilan Umum (Buku II), hal. 27-28.
14

Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan


Negeri (Buku II). Aplikasi E-Keuangan dapat difungsikan untuk
memvaliadasi data keuangan perkara, mencetak buku keuangan perkara
mulai dari KI-PN1/G dan KI-PN1/P sampai dengan KI-PN8a serta KI-
PN8b, dan sebagai sarana pelaporan keuangan perkara.18

Sebagaimana dengan penerapan E-Register, penerapan aplikasi E-


Keuangan juga mengakibatkan Direktorat Jenderal Badan Peradilan
Negeri mengambil kebijakan untuk tidak lagi mengirim buku keuangan
perkara kepada pengadilan di seluruh Indonesia sejak tahun 2019.
Dengan demikian, penginputan keuangan perkara pada SIPP harus
dilakukan secara tepat dan benar, tepat waktu dan data yang diinput
benar, sesuai dengan jumlah serta jenis transaksi yangterjadi.

2.1.4 Laporan Perkara

Pengawasan terhadap kinerja lembaga peradilan secara berjenjang


dapat dilakukan dengan cara memeriksa pekerjaan, meneliti proses
kerja, menilai dan meneliti hasil kerja, pembinaan dan pengawasan, dan
juga dengan meneliti laporan-laporan sebagaimana ditetapkan oleh Pola
Bindalmin. Laporan perkara memiliki fungsi sebagaiberikut:19
1. Alat pemantau segala tingkah laku dan perbuatan hakim dan
pejabat kepaniteraan oleh Mahkamah Agung RI dan
Pengadilan Tinggi sebagai kawal depan Mahkamah AgugRI;
2. Bahan untuk meneliti kebenaran dari evaluasi yang dibutuhkan
oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi;
3. Bahan dan dasar bagi Mahkamah Agung RI untuk
mengevaluasi hasil pengawasan yang dilakukan oleh
Pengadilan Tinggi dan bahan serta dasar bagi Pengadilan

18
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman Penerapan 9
Aplikasi Unggulan Ditjen, hal. 14.
19
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Peradilan Umum (Buku II), hal. 16-22;
15

Tinggi untuk mengevaluasi hasil pengawasan Pengadilan


Negeri;dan
4. Bahan untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai, sehingga dalam mengambil keputusan dalam
rangkapembinaan lebih lanjut dapat dilaksanakan sesuai
denganrencana.
5. Bahan untuk meneliti kebenaran dari evaluasi yang dibutuhkan
oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Negeri;
6. Bahan dan dasar bagi Mahkamah Agung RI untuk
mengevaluasi hasil pengawasan yang dilakukan oleh
Pengadilan Tinggi Negeridan bahan serta dasar bagi
Pengadilan Tinggi Negeri untuk mengevaluasi hasil
pengawasan Pengadilan Negeri;dan
7. Bahan untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai, sehingga dalam mengambil keputusan dalam rangka
pembinaan lebih lanjut dapat dilaksanakan sesuai
denganrencana.

Berdasarkan Buku II Revisi 2013 terdapat 13 jenis laporan perkara,


mulai dari LI-PN1 sampai dengan LI-PN13. Laporan keadaan perkara,
keuangan perkara, dan jenis perkara dibuat setiap akhir bulan. Laporan
perkara yang dimohonkan banding, kasasi, PK, dan eksekusi dibuat
setiap 4 (empat) bulan, yaitu pada akhir bulan April, Agustus, dan
Desember. Sedangkan laporan kegiatan hakim dibuat setiap 6 (enam)
bulan, yaitu pada akhir bulan Juni dan Desember. Asli laporan dikirim
kepada Pengadilan Tinggi Negeri dan lembaran kedua dikirim kepada
Mahkamah Agung Cq. Direktur Jenderal Badan Peradilan
Umum.20Terakhir, teknis pelaporan ini juga sudah mengalami
perubahan sesuai dengan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Badan PeradilanUmum.

20
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Peradilan (Buku II), hal. 48-49.
16

Sebagai salah satu wujud implementasi Peraturan Mahkamah Agung


RI Nomor 3 Tahun 2018, penulis berpandangan bahwa ke depan
penyampai laporan perkara sudah semestinya dilakukan secara
elektronik, tidak perlu lagi dicetak dan dikirim secara manual. Hal
demikian sangat dimungkinkan karena data perkara yang dilaporkan,
secara komprehensif sudah terekam di dalam aplikasi SIPP. Dengan
kajian yang matang oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum
didukung oleh tim teknologi informasi yang tersedia, maka mekanisme
pelaporan perkara ke depan mesti dilakukan secara elektronik dengan
mekanismepaperless.
2.1.5 Arsip Perkara

Tugas administrasi arsip perkara bukanlah tugas yang mudah, tugas


tersebut memelukan penanganan yang serius, meskipun selama ini
sering terkesan diabaikan. Arsip perkara memiliki nilai sebagai
berikut:21
a. Administratif value (nilaiadministrasi;
b. Legal value (nilai hukum);
c. Fiskal value (nilaikeuangan);
d. Research value (nilai penelitian;dan
e. Educational value (nilaidokumentasi/pendidikan).

Pada sistem arsip perkara diminutasi, petugas meja III menyimpan


berkas perkara untuk keperluan arsip. Secara umum arsip perkara dapat
dibedakan menjadi dua, yakni arsip perkara yang sudah tidak aktif,
dikelola oleh panitera muda hukum, dan arsip perkara yang masih aktif,
belum berkekuatan hukum atau sudah berkekuatan hukum namun
belum dieksekusi, termasuk perkara cerai talak yang belum ikrar talak,
dikelola oleh panitera muda gugatan/permohonan atau petugas yang
ditunjuk untuk menjalankan tugastersebut.

21
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Peradilan Umum (Buku II), hal. 51; Purwosusilo, “Pola Bindalmin,” hal.
39.
17

Arsip perkara digolongkan berdasarkan nomor perkara dan jenis


perkara, perkara gugatan dan permohonan. Arsip dimasukkan ke dalam
box dengan diberikan catatan, nomor urut box, tahun perkara, jenis
perkara, dan nomor urut perkara. Arsip perkara digolongkan
berdasarkan nomor perkara dan jenis perkara, perkara gugatan dan
permohonan. Arsip dimasukkan ke dalam box dengan diberikan
catatan, nomor urut box, tahun perkara, jenis perkara, dan nomor urut
perkara.

Aplikasi SIPP menyediakan menu yang berkaitan dengan arsip, baik


berupa menu penyimpanan arsip perkara secara digital maupun
penataan pencatatan arsip perkara. Penataan arsip perkara melalui SIPP
akan mengasilkan administrasi pengarsipan perkara yang tertib dan
teratur, sehingga posisi arsip perkara mudah untuk dilacak
keberadaannya, di samping itu, dengan tersedianya arsip digital pada
SIPP, seperti arsip putusan yang ditekankan melalui program prioritas
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum, one day minute one day
publish, juga mempermudah penanganan ketika arsip putusan hilang,
sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1952.22

Perubahan pola pembinaan dan pengawasan administrasi perkara


tersebut di atas, mulai dari adminitrasi penerimaan perkara, register
perkara, keuangan perkara, pelaporan, dan pengarsipan perkara, yang
dilakukan secara terintegrasi dengan pelibatan teknologi informasi,
perlu ditanggapi dengan menyusun Pedoman Tugas dan Administrasi
Perkara Pada Peradilan Umum (Pola Bindalmin) yang secara
komprehensif mengikuti perubahan dimaksud. Agar setiap aparatur
Peradilan Umum, dimanapun bertugas, dapat memberikan pelayanan
yang terukur dan terstandar.

22
Manan dan Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian
Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan Umum, hal. 87-88.
18

Mewujudkan badan peradilan Indonesia yang modern berbasis


teknologi informasi untuk melayani, sebagaimana tema Hari Ulang
Tahun (HUT) Mahkamah Agung RI yang ke-74 tahun 2019, tidak
menjadikan eksistensi Pola Bindalmin yang ada selama ini menjadi
tidak relevan lagi. Pada era digital saat ini yang dibutuhkan adalah
pelibatan teknologi informasi dalam mengelola administrasi perkara,
namun pengelolaan tersebut tetap harus dilakukan secara tertib dan
teratur sesuai dengan ketentuan PolaBindalmin.
2.2 Tinjauan Peradilan Perdata

2.2.1 Pengertian Hukum Acara Perdata

Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan oleh tuhan yang mana


pegasih untuk hidup bersama manusia lainnya (bermasyarakat). Dalam
hidup bermasyarakat ini mereka saling menjalin hubungan, yang
apabila di teliti jumlah dan sifatnya, tidak terhingga banyaknya.23

Pada kehidupan bermayarakat tiap-tiap individu atau orang


mempunyai kepentingan yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Adakalanya kepentingan mereka itu saling bertantangan,hal
mana dapat menimbulkan suatu sengketa. Untuk menghindarkan gejala
tersebut, mereka mencari jalan untuk mengadakan tata tertib,itu dengan
membuat ketentuan atau kaidah hukum,yang harus ditaati oleh setiap
anggota masyarakat,agar dapat mempertahankan hidup masyarakat.
Dalam kaidah hukum yang ditentukan itu, setiap orang diharuskan
untuk bertingkah laku sedemikian rupa,sehinggap kepentingan anggota
masyarakat lainnya terjaga dan dilindungi, dan apabila kaidah hukum
tersebut dilanggar, maka kepada yang bersangkutan akan dikarenakan
sanksi atau hukuman.

Perlu ditegaskan, bahwa yang dimaksud dengan kepentingan adalah


hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata, yang diatur dalam hukum

23
Ny.Retnowulan sutantio,SH dan Iskandar oeripkartawinata,SH dalam buku Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktek 2019 Hal 1
19

perdata materil. Sebagai lawan hukum perdata materil adalah perdata


formil.

Hukum acra perdata juga disebut juga hukum perdata formil, yaitu
kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan menga-tur cara
bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata
sebagaimana yang diatur dalam hukum perdata materil.
2.2.2 Sifat Hukum Acara Perdata

Dalam hukum acara perdata, orang yang merasa bahwa haknya itu
dilanggar disebut penggugat sedang bagi orang yang ditarik kemuka
pengadilan karena di anggap melanggar hak seseorang atau beberapa
orang itu, disebut tergugat. Apabila ada banyak penggugat dan
seterusnya. Demikian pula apabila ada banyak tergugat. Maka mereka
disebut tergugat I, tergugat II dan seterusnya.24 Menurut yurispundensi,
gugatan cukup ditunjukan kepada yang secara nyata menguasai barang
sengketa (lihat putusan Mahkamah Agung tertanggal 1 Agustus 1983
No. 1072 K/Sip/1982, termuat dalam yurispundensi Indonesia,
penerbitan 1982-I hal 191).Dalam praktek istilah turut tergugat di
pergunakan bagi orang-orang yang tidak menguasai barang sengketa
atau tidak berkewajibab untuk melakukan sesuatu, namun hanya demi
lengkapnya suatu gugatan harus disertakan (bandingkan dengan
putusan-putusan Mahkamah Agung tertanggal 6 Agustus 1973 No.663
K/Sip/1971 dan tertanggal 1 Agutus 1973 No. 1038 K/Sip/1972,
termuat dalam yusripundensi Indonesia, penerbitan I-II-II-IV/73, hal 58
dan 225). Pada petitium hanya sekedar dimohonkan agar tunduk dan
taat terhadap putusan hakim. Istilah turut penggugat tidak dikenal
dalam hukum acara perdata. Sehubungan dengan istilah-istilah yang
dipergunakan di atas. Mahkamah Agung Republik Indonesia
membenarkan pertimbangan dari Pengadilan Tinggi Bandung, yang

24
Ny.Retnowulan sutantio,SH dan Iskandar oeripkartawinata,SH dalam buku Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktek 2019 Hal 2
20

menyatakaan : “Dalam Hukum Acara Perdata tidak dikenal pengeritian


turut penggugat, yang dikenal adalah sebutan turut tergugat, yaitu
orang-orang bukan penggugat dan bukan pula tergugat, akan tetapi
demi lengkapnya pihak-pihak haru diikutsertakan untuk tunduk dan taat
terhadap putusan pengadilan”25
2.2.3 Sumber-Sumber Hukum Acara Perdata

Berbicara tentang sumber hukum, maka di dalam ilmu hukum


dikenal beberapa sumber hukum dalam arti formal yaitu :
 Undang – Undang
 Perjanjian (antar negara)

 Kebiasaan

 Doktrin

 Yurisprudensi

Berpijak dari sumber hukum diatas,maka dalam hukum acara perdata


dikenal sumber hukum yang menjadi bahan acuan,bukan saja yang
terbatas pada kategori sumber hukum diatas, tetapi dijumpai juga
sumber hukum yang tidak dikenal dalam sumber hukum diatas. Sumber
hukum acara perdata adalah tempat dimana ditemukan peraturan hukum
acara perdata yang berlaku di negera indonesia yaitu :26
1. Herziene Inlandsch Reglemen (HIR)
HIR adalah hukum acara perdata yang berlaku untuk daerah
pulau jawa dan madura. Hukum acara perdata dalam HIR
dituangkan pada Pasal 115 - 245 yang termuat dalam BAB IX,

25
lihat putusan Mahkamah Agung tertanggal 28 Januari 1976 No. 201 K/Sip/1974, termuat dalam
yurispundensi Hukum Acara Perdata Indonesia I, Chidir Ali SH., penerbit Cv.Nur Cahaya.
Yogyakarta, cetakan pertama, 1985,hal 218).

26
Ny.Retnowulan sutantio,SH dan Iskandar oeripkartawinata,SH dalam buku Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktek Hal 4
21

serta beberapa Pasal yang tersebar antara lain Pasal 372 - 394.
Pasal 115 s/d Pasal 117 HIR tidak berlaku lagu sehubungan
dihapusnya pengadilan kabupaten oleh UU No. 1 Darurat (Drt)
Tahun 1951, dan peraturan mengenai banding dalam Pasal 188
- 194 HIR juga tidak berlaku lagi dengan adanya Undang -
Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Pengadilan Ulangan
dijawa dan Madura.

2. Rechtsreglement Voor De Buitengewesten (RBg.)


Reglement Op De Burgelijke Rechtsvordering (Rv) adalah
hukum perdata eropa yang dibawa oleh belanda ke Indonesia.
Tapi ternyata tidak cocok dengan Indonesia, oleh karena itu
kemudian diadakan penyesuaian dan bentuklah HIR.
Kemudian setelah beberapa lama terjadi ketidaksesuaian
dengan daerah Luar Jawa dan Madura, maka dibentuklah
RBg . RBg adalah hukum acara perdata yang berlaku untuk
daerah - daerah luar pulau jawa dan madura. RBg terdiri dari
lima Bab dan Bab Tujuh ratus dua puluh tiga pasal yang
mengatur tentang pengadilan pada umumnya. Dan hukum
acara pidananya tidak berlaku lagi dengan adanya Undang -
Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951.27

3. Burgelijk Wetboek (BW)


Berdasarkan Pasal 5 Ayat 1 UU Darurat Nomor 1 Tahun 1951,
maka hukum acara perdata pada pengadilan negeri dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan UU Darurat tersebut. Yang
dimaksud oleh UU Nomor 1 Tahun 1951 tersebut adalah Het
Herziene Indoneisch Reglement (HIR) untuk daerah jawa dan
madura dan RBg untuk luar jawa dan madura. BW (Kitab
Undang - Undang hukum Perdata) meskipun sebagai
kodifikasi hukum perdata materiel, namun juga memuat

27
Ibid., Hal 4
22

hukum acara perdata,terutama dalam Buku IV tentang


pembuktian dan Kedaluwarsa (Pasal 1865 - 1993).28

4. Wetboek Van Koophandel (WvK)


Wetboek Van Koophandel (Kitab undang - Undang
Dagang),meskipun juga sebagai kodifikasi hukum perdata
materiel, namun di dalamnya ada beberapa pasal yang memuat
ketentuan Hukum Acara Perdata. Misalnya (Pasal
7,8,9,22,23,32,255,258,272,273,274 dan 275.)29

5. Undang - Undang Nomor 37 Tahun 2004


Undang - undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah undang -
undang tentang Kepailitan dan penundaan Kewajiban
pembayaran utang yang memuat ketentuan - ketentuan hukum
acara perdata khusus untuk kasus kepailitan.

6. Undang -  Undang Nomor 4 Tahun 2004


Undang - undang Nomor 4 Tahun 2004 adalah undang -
undang tentang kekuasaan kehakiman yang berlaku sejak
diundangkan tanggal 15 Januari 2004.

7. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1974


Undang - undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah undang -
undang tentang Perkawinan, memuat ketentuan - ketentuan
hukum acara perdata khusus untuk memeriksa, mengadili dan
memutuskan serta menyelesaikan perkara - perkara perdata
mengenai perkawinan, pencegahan perkawinan, pembatalan
perkawinan, dan perceraian yang terdapat dalam Undang -
undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.

28
Ny.Retnowulan sutantio,SH dan Iskandar oeripkartawinata,SH dalam buku Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktek Hal 6
29
Ibid., Hal 6
23

8. Undang - Undang Nomor 14 Tahun 1985


Undang - undang Nomor 14 Tahun 1985 adalah undang -
undang tentang Mahkamah Agung yang mulai berlaku sejak
diundangkan tanggal 30 Desember 1985, yang kemudian
mengalami perubahan pertama dengan Undang - Undang
Nomor 5 Tahun 2004, kemudian diubah lagi dengan
Perubahan kedua Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2009,
tetapi hukum acara perdata yang ada di dalam pasal tersebut
tidak mengalami perubahan.

9. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1986.


Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1986 adalah Undang -
Undang tentang Peradilan Umum, berlaku sejak diundangkan
tanggal 8 Maret 1986. Ketentuan dalam undang - undang
tersebut mengatur mengenai kedudukan, susunan dan
kekuasaan pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.

10. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2003.


Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2003 adalah undang -
undang tentang Advokat berlaku sejak dkundangkan tanggal 5
April 2003.

2.2.4 Asas-Asas Hukum Acara Perdata

1. Hakim Bersifat Menunggu


Hakim bersifat menunggu maksudnya adalah hakim bersifat
menunggu datangnya tuntutan hak diajukan kepadanya, kalau tidak ada
tuntutan hak atau penuntutan maka tidak ada hakim. Jadi apakah akan
ada proses atau tidak, apakah suatu perkara atau tuntutan hak itu akan
diajukan atau tidak, sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang
berkepentingan (Pasal 118 HIR, 142 RBg).  Jadi tuntutan hak yang
mengajukan adalah pihak yang berkepentingan, sedangkan hakim
menunggu datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya "Index Ne
Procedat Ex Officio". Hanya yang menyelenggarakan proses adalah
negara. Akan tetapi sekali perkara diajukan kepadanya, pengadilan
dilarang menolak untuk memeriksa,mengadili dan memutus suatu
24

perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas,melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya
(Pasal 10 Ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman).30

2. Hakim Bersikap Pasif


Hakim didalam memeriksa perkara perdata bersikap pasif dalam arti
bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan ke pada
hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentutkan oleh para pihak yang
berperkara dan bukan oleh hakim. Hakim hanya membantu para pencari
keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk
dapat tercapainya peradilan (Pasal 4 Ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman). Hakim terikat pada peristiwa yang
diajukan oleh para pihak (Secendum Allegata Iudicare). Hanya
peristiwa yang disengketakan sajalah yang harus dibuktikan. Hakim
terikat pada peristiwa yang menjadi sengketa yang diajukan oleh para
pihak. Para pihaklah yang diwajibkan untuk membuktikan dan bukan
hakim. Asas ini disebut "Verhandlungsmaxime". Jadi pengertian pasif
ini yaitu bahwa hakim tidak menentukan luas daripada pokok sengketa.

3. Bersifat Terbuka Dipersidangan.


Sidang pemeriksaan dipengadilan pada asasnya adalah terbuka untuk
umum, yang artinya bahwa setiap orang diperbolehkan hadir dan
mendengarkan pemeriksaan dipersidangan. Tujuannya adalah untuk
memberi perlindungan hak - hak asasi manusia dalam bidang peradilan
serta untuk menjamin objektivitas peradilan dengan
mempertanggungjawabkan pemeriksaan yang fair (Pasal 19 Ayat (1)
dan 20 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman). Apabila
tidak dibuka untuk umum maka putusan tidak sah dan batal demi
hukum.

30
Ny.Retnowulan sutantio,SH dan Iskandar oeripkartawinata,SH dalam buku Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktek Hal 7
25

4. Mendengar Kedua Belah Pihak (Penggugat dan Tergugat Melalui


Surat - Surat).
Dalam Pasal 5 Ayat 1 UU No. 4 Tahun 2004 mengandung arti
bahwa di dalam hukum acara perdata yang berperkara harus sama -
sama diperhatikan, berhak atas perlakuan yang sama dan adil serta
masing - masing harus diberi kesempatan untuk memberikan
pendapatnya. Di dalam hukum acara perdata kedua belah pihak
diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama - sama.
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membedakan
orang, seperti yang dimuat dalam Pasal 4 Ayat (1) UU No. 48 Tahun
2009 mengandung arti bahwa di dalam hukum acara perdata yang
berperkara harus sama - sama diperhatikan atas perlakuan yang sama
dan adil serta masing - masing harus diberi kesempatan untuk
memberikan pendapatnya. Asas kedua belah pihak harus didengar yang
mana lebih dikenal dengan asas "Audi et Alterampartem" atau "Eines
Mannes Redeist Keines Mannes Rede, Man Soll Sie Horen Alle Beide".
Bahwa hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak
sebagai benar, bila pihak lawan tidak didengar atau tidak diberi
kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.

5. Putusan Harus Disertai Alasan - Alasan.


Semua putusan pengadilan harus memuat alasan - alasan  putusan
yang dijadikan dasar untuk mengadili (Pasal 25 UU No. 4 Tahun 2004
jo. Pasal 184 Ayat (1), 319 HIR, 618 RBg.). Alasan - alasan atau
argumentasi itu dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban hakim
daripada putusannya terhadap masyarakat, para pihak, pengadilan yang
lebih tinggi dan ilmu hukum, sehingga oleh karenanya mempunyai nilai
objektif. Karena adanya alasan - alasan itulah, maka putusan yang
mempunyai wibawa dan bukan karena hakim tertentu yang
menjatuhkannya.
26

6. Beracara Dikenakan Biaya


Untuk berperkara pada asasnya dikenakan biaya (Pasal 2 Ayat (4)
UU. No. 48 Tahun 2009 dan Pasal 121 Ayat (4), 182,183 HIR, serta
Pasal 145 Ayat (4), 192 - 194 RBg).  Biaya perkara meliputi biaya
kepaniteraaan dan biaya panggilan, pemberitahuan para pihak serta
biaya materai. Biaya tersebut juga dikeluarkan untuk pengacara atas
bantuan yang dimintakan kepadanya. Namun bagi yang tidak mampu
untuk membayar biaya perkara, dapat mengajukan perkara cuma -
cuma (Pro deo) dengan mendapat izin untuk dibebaskan dari
pembayaran biaya perkara, dengan mengajukan surat keterangan tidak
mampu yang dibuat oleh kepala polisi (Pasal 23 HIR, 273 RBg).

7.  Tidak Ada Keharusan Mewakilkan


HIR tidak memwajibkan para pihak untuk mewakilkan perkaranya
kepada orang lain, sehingga pemeriksaan terjadi secara langsung
terhadap pihak yang langsung berkepentingan. Akan tetapi para pihak
dapat dibantu atau diwakili oleh kuasanya kalau dikehendakinya.
Dengan demikian  hakim tetap wajin memeriksa sengketa yang
diajukan kepadanya, meskipun para pihak tidak mewakilkan kepada
seorang kuasa.

8. Peradilan Dilakukan Dengan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan


(Pasal 2 Ayat (4) UU No. 48 Tahun 2009).
Sederhana, maksudnya acaranya jelas, mudah dipahami dan tidak
berbelit - belit. Makin sedikit dan sederhana formalitas dalam beracara
maka semakin baik. Sebaliknya terlalu banyak formalitas atau peraturan
akan sulit dipahami dan akan menimbulkan beraneka ragam penafsiran
sehingga kurang menjami adanya kepastian hukum. Cepat artinya
menunjuk jalannya peradilan yang cepat dan proses penyelesaiannya
tidal berlarut - larut yang terkadang harus diajukan oleh ahli waris.
Biaya ringan maksudnya adalah biaya serendah mungkin sehingga
27

dapat terjangkau  oleh masyarakat. Biaya perkara yang tinggi membuat


orang enggan beracara dipengadilan.

2.2.5 Sejarah Singkat terbentukny H.I.R

Perancangan H.I.R adalah ketua Mahkamah Agung dan Mahkamah


Agung tentara pada tahun 1846 di Batavia. Beliau adalah Jhr. Mr. H.L.
Wichers, seorang jurist bangsawan kenamaan pada waktu itu.31

pada tanggal 5 Desember 1846, beliau diberi tugas oleh Gubernur


Jendral (Gouvernour General) Jan Jacob Rochussen untuk
merencanakan sebuah Reglement tentang adminisrasi, Polisi, acara
perdata dan acara pidana bagi golongan Indonesia. Bagi mereka pada
waktu itu berlaku staatblad 1819 No.20 yang memuat 7 pasal perihal
hukum acara perdata.

Hanya dalam waktu 8 bulan, Jhr.Mr.H.L Wichers selesai dengan


rancangannya (tanggal 6 Agustus 1847) serta peraturan penjelasannya.
Kemudian pendapat para Hakim Agung didengar. Di antar mereka itu
ada yang setuju dengan rancangan Wichers tersebut, ada pula yang di
tambah dengan lembaga penggabungan, penjaminan,intervensi dan
rekes sipil seperti apa yang terdapat dalam R.V.

Jhr.Mr.H.L, Wichers tidak setuju atas penambahan dengan


memberikan alasan antara lain :

a. Kalau ditambah-tambah menjadi tidak terang, dan bukan


sederhana lagi;

b. R.V. saja yang diberlakukan kalua maksudnya ingin lengkap.

Akan tetapi sebagai seorang hakim yang berpengalaman luas, yang


mau mendengar pendapat orang lain, akhirnya beliau mendekati
kehendak para pengusul tadi, dan karenanya ditambahkan suatu

31
Ny.Retnowulan sutantio,SH dan Iskandar oeripkartawinata,SH dalam buku Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktek Hal 9
28

ketentuan penutup yang bersifat umum, yang setelah diubah ditambah


kini menjadi pasal terpenting dari H.I.R., ialah pasal 393 H.I.R.,
termuat dalam Bab kelima belas yang mengatur tentang berbagai-bagai
aturan. Pasal tersebut di atas merupakan pasal yang penting, oleh
karena didalamnya dinyatakan dengan tegas bahwa H.I.R. yang
berlaku, akan tetapi apabila benar-benar dirasakan perlu dalam perkara
perdata dapat dipergunakan peraturan lain yang lebih sesuai yaitu yang
mirip dengan peraturan yang terdapat dalam R.V.

Rancangan Wichers tersebut diatas diterima oleh Gubernur Jendral


dan diumumkan pada tanggal 5 April 1848 dengan Stbl. 1848 No. 16
dengan sebutan “Reglement op uitoefening van de politie de burgerlijke
rechtpleging en de strafvordering onder de Indonesia en de vreemde
Oosterlingen op Java en Madoera” atau lazim disebut “Het Inlands
Reglement”, disingkat I.R, dan mulai berlaku tanggal 1 Mei
184832.Pada tanggal 29 September 1849 I.R. Ini disahkan dan dikuatkan
dengan Firman Raja No. 93 dan diumumkan dalam Stbl. 1849 No. 63,
dan oleh karena pengesahan ini I.R, sifatnya menjadi Koninklijk
besluit.

Perubahan dan tambahan terjadi beberapa kali.suatu perubahan yang


mendalam terjadi dalam tahun 1941, dimana didirikan lembaga
kejaksaan sebagai Penuntut Umum, anggota-anggotanya bukan lagi
ditempatkan dibawah pamongpraja, melainkan langsung ada dibawah
Jaksa Tinggi dan Jaksa Agung. Penuntut umum ini disebut parket dan
merupakan kesatuan organisasi yang tidak terpecah-pecah (ondeelbaar).
Adanya perubahan yang mendalam ini,yang dalam Bahasa belanda
disebut “herzein”, maka I.R. selanjutnya disebut Het Herzeine
Indonesisch Reglement atau di singkat H.I.R. Dengan terjemahan yang
telah dilakukan setelah negara kita merdeka, maka H.I.R. disebut pula
R.I.B., ialah disingkat dari Reglemen Indonesia diperbaharui.

32
Ibid h.9
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

3.1 Tempat dan waktu KKP

Tempat kuliah kerja praktek KKP penulis yaitu di Pengadilan Negeri


Serang Provinsi Banten sebuah lembaga peradilan yang berada di provinsi
Banten, yang beralamat di Jl Raya Serang-Pandeglang KM 6 Serang-Banten.
Kuliah kerja praktek (KKP) dilaksanakan terhitung mulai tanggal 15 februari
2021 sampai dengan 15 maret 2021.

3.1.1 Tempat KKP

Penulis mengambil tempat kuliah kerja praktek (KKP), di


perusahaan/instansi sbb:

Nama Perusahaan :Pengadilan Negeri Serang


Desa : Tembong
Kecamatan : Cipocok Jaya
Kabupaten/Kota : Serang
Provinsi : Banten
Alamat : Jl. Raya Serang- Pandeglang Km.
6 Ds. TembongKec. Cipocok Jaya
Kota. Serang, Banten.

3.1.2 Waktu KKP

Kuliah kerja praktek (KKP) berlangsung selama satu bulan, terhitung


mulai tanggal 15 februari 2021 sampai dengan tanggal 15 maret 2021.

30
31

3.2 Metode Penulisan

Metode yang dipakai penulis adalah metode kualitatif. Metode kualitatif


adalah metode yang digunakan penulis untuk mendeskripsikan langsung
tentang proses kerja yang ada dilapangan. Selain itu Metode lainnya yang
digunakan yaitu dengan menggunakan metode survey. penulisan survey
antara lain bertujuan untuk :

1. Mencari informasi factual secara mendetail yang sedang menggenjala


2. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapat justifikasi
keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan .

3.3 Sumber Data

Penjelasan pada laporan KKP ini, menggunakan jenis dan sumber data
yang diperoleh secara langsung. Menurut Dr. Enny Radjab, M.AB dan Dr.
Andi Jam`an, SE., M.Si bahwa yang dimaksud sumber data dalam penelitian
adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian
menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.33Apabila peneliti
menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda,
gerak atau proses tertentu. Jenis data yang diambil menggunakan data
kuantitatif, sedangkan sumber data yang diperoleh dari Instansi adalah data
primer dan sekunder.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menurut Yuliangga Nanda Hanif dan Wasisi


Himawanto bahwa data dimaksudkan sebagai pencatatan peristiwa atau

33
Enny Radjab dan Andi Jam`an. Metodologi Penelitian Bisnis. Universitas Muhammadiyah
Makasar. 2017. Hlm 109
32

karakteristik dari sebagian atau seluruh elemen populasi. Pengumpulan data


dibedakan atas beberapa jenis berdasarkan karakteristiknya, yaitu:34

(1) berdasarkan jenis cara pengumpulannya; dan

(2) berdasarkan banyaknya data yang diambil. Data yang diperloleh


pada pelaksanaan KKP di Pengadilan Negeri Serang. dengan
menggunakan teknik pengumpulan data gabungan yang terdiri dari
wawancara dan observasi sebagai alat untuk pengumpulan data
laporan KKP ini.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Pengumpulan data pada laporan KKP ini dapat dihimpun sebagai nilai dari
setiap data yang dikumpulkan. Menurut Yuliangga Nanda Hanif dan Wasisi
Himawanto data yang telah dikumpulkan (raw score) kemudian diolah.
Pengolahan data dimaksudkan sebagai proses untuk memperoleh data
ringkasan dari data mentah dengan menggunakan cara atau rumus tertentu.
Metode pada pengolahan data bisa dimasukan dengan menggunakan statistik,
dengan model :

3.5.1 Data Primer


Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber data utama. Data primer disebut
juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date
menurut Dr. Enny Radjab, M.AB dan Dr. Andi Jam`an, SE., M.Si. data
yang berasal dari sumber yang langsung, seperti :
a. Wawancara, melakukan percakapan yang dituju dengan para
karyawan yang bersangkutan sesuai dengan bagiannya masing-
masing.

34
Yuliangga Nanda Hanif dan Wasisi Himawanto. Statistik Pendidikan. CV Budi Utama. Maret
2017. Hlm 16
33

b. Observasi, melakukan pengamatan terhadap proses dan


pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan Pengadilan Negeri
Serang.
3.5.2 Data Sekunder
Data Sekunder menurut Dr. Enny Radjab, M.AB dan Dr. Andi
Jam`an, SE., M.Si adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan
kedua), seperti sumber-sumber referensi, baik dari buku, Jurnal, dan
sumber maupun dokumen-dokumen yang diperoleh saat KKP
dilaksanakan. data yang diperoleh, seperti profil Pengadilan Negeri
Serang, Visi dan Misi Pengadilan Negeri Serang, Struktur Organisasi
Pengadilan Negeri Serang Uraian jabatan bagian Pengadilan.

3.6 Pelaksanaan Kegiatan KKP

Sebelum melaksankan kegiatan KKP, ada beberapa langkah yang harus


ditempuh terlebih dahulu dan beberapa persyaratan yang harus dilengkapi.

3.6.1 Pelaksanaan Kegiatan KKP

Kegiatan KKP merupakan salah satu syarat kelulusan bagi setiap


mahasiswa. Awal pendafaran dilakukan pendaftaran terlebih dahulu,
bilamana tidak dapat mengisi KRS maka lakukanlah pembayaran KKP
terlebih dahulu di bagian keuangan untuk dapat mengisi KRS, setelah
melakukan pembayaran maka persyaratan awal yang harus dilengkapi
adalah mengisi KRS terlebih dahulu lalu mengambil mata kuliah KKP,
ketika sudah mengambil mata kuliah KKP dan sudah disetujui oleh
akademik maka mahasiswa tersebut melengkapi persyaratan pengajuan
KKP ke Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) sebagai pendaftaran tempat KKP yang dituju.
34

3.6.2 Pengajuan Tempat KKP

Setelah persyaratan yang dilengkapi di bagian administrasi maka


pengajuan tempat pun membutuhkan referensi agar tempat yang kita
tuju bisa memastikan apakah diperbolehkan magang atau tidak pada
tempat yang dituju untuk pelaksanaan KKP tersebut. Pelaksanaan KKP
yang penulis tuju adalah Pengadilan Negeri Serang, informasi ini
didapat dari beberapa referensi yang disampaikan oleh teman-teman
yang sudah bekerja. Disamping itu memang jarak cukup jauh dari
rumah dan kampus, namun ada beberapa kepribadian penulis yang
ingin merubah pola hidup agar bisa bangun pagi dan beraktifitas seperti
layaknya orang yang sudah bekerja. Setiap perubahan pada pola hidup
agar dibiasakan terlebih dahulu dan akan terbiasa dikemudian.

3.6.3 Pelaksanaan Kegiatan

Pada awal Februari 2021 setelah melengkapi persyaratan KKP


mahasiswa diberikan surat pengantar dari kampus untuk Instansi yang
dituju. Pertengahan Februari 2021surat pengantar tersebut di ajukan ke
Instansi. Instansi yang penulis tuju adalah Pengadilan Negeri Serang,
pengajuan tersebut menggunakan E-mail dan menunggu persetujuan
dari instansi. setelah dua hari lamanya datanglah surat balasan dari
perusahaan bahwa penulis diterima magang di Pengadilan Negeeri
Serang yang dimulai dari tanggal 22 Februari 2021 sampai dengan 15
Maret 2021. Pada pelaksanaan KKP di tempat perusahaan yang di tuju,
penulis diberikan pengarahan yang dilakukan oleh pihak instansi.
Dalam pelaksanaan yang dilakukan merupakan suatu pekerjaan yang
wajib di ikuti mulai dari masuk kerja Pegawai sampai pulang kerja
Pegawai. Bagi mahasiswa magang/KKP harus mengikuti peraturan
yang ada di instansi dan ikut serta melaksanakannya. Setiap mahasiswa
magang diberikan kesempatan untuk melaksanakan pekerjaan dan
membantu pekerjaan yang dibutuhkan seperlunya oleh
35

pegawai/karyawan. Mahasiswa magang harus membuat agenda harian


selama magang. Adapun agenda harian penulis, sebagai berikut :

Kegiatan Selama KKP di Pengadilan Negeri Serang Provinsi Banten


bidang Keperdataan.

No Hari/tanggal Waktu Kegiatan


kegiatan

1 Senin, 22-02- 08:00-17:00 Perkenalan Ruang lingkup


2021 WIB kerja di Pengadilan Negeri
Serang.
2 Selasa, 23-02- 08:00-17:00 a. Mengisi daftar hadir
2021 WIB b. Mencatat surat delegasi
keluar.
c. Paraf daftar hadir
3 Rabu, 24-02-2021 08:00-17:00 a. Mengisi daftar hadir
WIB b. Menerima serta
mencatat surat masuk
c. Paraf daftar hadir
4 Kamis, 25-02- 08:00-17:00 a. Mengisi Daftar hadir
2021 WIB b. Membantu pengecekan
berkas perkara.
c. Paraf daftar hadir
5 Jum’at, 26-02- 07:30-17:00 a. Mengisi daftar hadir
2021 WIB b. Menerima dan mencatat
surat masuk perdata
c. Paraf daftar hadir
6 Sabtu, 27-02- - LIBUR
2021
36

7 Minggu, 28-02- - LIBUR


2021

8 Senin, 01-03- 08:00-17:00 a. Mengisi daftar hadir


2021 WIB b. Menerima serta
mencatat surat masuk
Perdata.
c. Membantu membuat
laporan bulanan
d. Paraf daftar hadir
9 Selasa, 02-03- 08:00-17:00 a. Mengisi daftar hadir
2021 WIB b. Menerima serta
mencatat surat masuk
perdata
c. Membantu memeriksa
berkas
d. Paraf daftar hadir
10 Rabu, 03-03-2021 08:00-17:00 a. Mengisi daftar hadir
WIB b. Menerima serta
mencatat surat masuk
ke bidang Perdata
c. Membatu memeriksa
berkas perkara
d. Paraf daftar hadir

11 Kamis, 04-03- 08:00-17:00 a. Mengisi daftar hadir


2021 WIB b. Menerima serta
mencatat surat masuk
ke bidang Perdata
c. Melagalisir putusan
37

perkara
d. Paraf daftar hadir

12 Jumat, 05-03- 07:30-17:00 a. Mengisi daftar hadir


2021 WIB b. Menerima serta
mencatat surat masuk
ke bidang Panmud
Perdata
c. Membatu menginput
SIPP
d. Paraf daftar hadir

13 Sabtu, 06-03- - LIBUR


2021

14 Minggu, 07-03- - LIBUR


2021

15 Senin, 08-03- 08:00-15:00 a. Mengisi daftar hadir


2021 WIB b. Menerima serta
mencatat surat masuk di
bagian Perdata
c. Membantu melegalisir
berkas
d. Paraf daftar hadir

16 Selasa, 09-03- 08:00-15:00 a. Mengisi daftar hadir


2021 WIB b. Menerima serta
mencatat surat masuk
ke bidang Keperdaraan
38

c. Paraf daftar hadir

17 Rabu, 10-03-2021 a. Mengisi daftar hadir


b. Menerima serta
mencatat surat masuk
ke bidang Perdata
c. Membantu memeriksa
berkas
d. Paraf daftar hadir

18 Kamis, 11-03-
2021 LIBUR

19 Jum’at, 12-03- a. Mengisi daftar hadir


2021 b. Menerima serta
mencatat surat masuk
ke bidang Perdata
c. Melegalisir berkas
d. Paraf daftar hadir

20 Sabtu, 13-03- - LIBUR


2021

21 Minggu,14-03- - LIBUR
2021
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek

4.1.1 Profil Pengadilan Negeri Serang Provinsi Banten

4.1.1.1 Sejarah Pengadilan Negeri Serang

Pada awalnya Kota Serang merupakan bagian dari Wilayah


Jawa Barat, oleh karena itu Pengadilan Negeri Serang merupakan
bagian wilayah hukum Pengadilan Tinggi Bandung. Kemudian
dengan terbentuknya Propinsi Banten pada tahun 2000
Pengadilan Negeri Serang bukan lagi termasuk wilayah hukum
Pengadilan Tinggi Bandung namun menjadi wilayah hukum
Pengadilan Tinggi Banten yang diresmikan pada tahun 2005. Dari
Pengadilan Negeri Kelas 1B menjadi Pengadilan Negeri Kelas
1A, dan diresmikan oleh Prof. Dr. H. Bagir Manan, SH. MCL.
selaku Ketua Mahkamah Agung Rebublik Indonesia pada tanggal
24 Februari 2005 yang berada di Jl. Raya Serang Pandeglang
Km.6 Serang 4212.

Daftar Nama-nama Ketua Pengadilan Negeri Serang adalah


sebagai berikut :     

1.   Rasminto, SH., MH. 2013 – 2014


2.   Budi Santoso, SH., MH. 2014 - 2015
3.   Hari Mariyanto, SH., MH. 2015 - 2016
4.   Hj. Dedeh Suryanti, SH., MH. 2016 - 2017
5.   Sumantono,SH, MH. 2017 - 2018
6.   Sigid Triyono, SH, MH 2019 - 2020
7.   Barita Sinaga, S.H., M.H 2020 - Sekarang

39
40

4.1.1.2 Ruang Lingkup wewenang Pengadilan Negeri Serang


Pengadilan Negeri Serang berkedudukan di kota Serang
dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota.
Pengadilan Negeri Serang merupakan sebuah lembaga peradilan
di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di kota
Serang. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri
Serang berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya. Dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh
Pemerintah dan pengaruh luar lainnya. Kompetensi Pengadilan
atau bisa juga disebut dengan yuridiksi Pengadilan di Indonesia
secara umum dibagi menjadi dua, yakni kompetensi absolut dan
kompetensi relatif. Dalam Pengadilan Negeri Serang kompetensi
absolut tersebut merupakan wewenang mutlak yang tidak dapat
dilakukan oleh Pengadilan lain, baik dalam lingkungan badan
peradilan yang sama (Peradilan Umum) maupun dalam
lingkungan badan peradilan yang lain. Misalnya kasus pencurian
akta tanah, maka peradilan manakah yang berwenang? dalam hal
ini
4.1.1.3 Visi dan Misi PENGADILAN NEGERI SERANG
1. Visi
"Terwujudnya Peradilan Umum Yang Agung"

2. Misi
a. Mewujudkan Supremasi hukum yang mandiri, efektif dan
efisien

b. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada


pencari keadilan

c. Meningkatkan Kredibilitas dan transparansi peradilan umum

d. Meningkatkan kualitas hakim dan pegawai


41

e. Meningkatkan sarana dan prasarana

f. meningkatkan pengawasan.

4.1.2 Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Serang.

4.1.3 Mekanisme Kerja Pengadilan Negeri Serang

a. Ketua Pengadilan
Ketua Pengadilan memiliki beberapa wewenang yakni :
1) Menyelenggarakan administrasi keuangan perkara dan
mengawasi keuangan rutin/pembangunan.
2) Melakukan pengawasan secara rutin terhadap pelaksanaan
tugas dan memberi petunjuk serta bimbingan yang diperlukan
baik bagi para Hakim maupun seluruh karyawan.
3) Sebagai kawal depan Mahkamah Agung, yaitu dalam
melakukan pengawasan atas :
a) Penyelenggaraan peradilan dan pelaksanaan tugas, para
Hakim dan pejabat Kepaniteraan, Sekretaris, dan Jurusita
di daerah hukumnya.35

35
http://www.pn-Serang.go.id-tentangpengadilan-mekanismekerja di akses pada 25 Februari
2021 (10.20 WIB}
42

b) Masalah-masalah yang timbulMasalah tingkah laku/


perbuatan hakim, pejabat Kepaniteraan Sekretaris, dan
Jurusita di daerah hukumnya
c) Masalah eksekusi yang berada di wilayah hukumnya
untuk diselesaikan dan dilaporkan kepada Mahkamah
Agung Memberikan izin berdasarkan ketentuan Undang-
undang untuk membawa keluar dari ruang Kepaniteraan:
daftar, catatan, risalah, berita acara serta berkas perkara.
d) Menetapkan panjar biaya perkara; (dalam hal penggugat
atau tergugat tidak mampu, Ketua dapat mengizinkan
untuk beracara secara prodeo atau tanpa membayar biaya
perkara
b. Wakil Ketua
Pengadilan Wakil Ketua memiliki wewenang yakni:
1) Membantu Ketua dalam membuat program kerja jangka
pendek dan jangka panjang dalam pelaksanaannya serta
pengorganisasiannya.
2) Mewakili ketua bila berhalangan
3) Melaksanakan delegasi wewenang dari ketu
4)Melakukan pengawasan intern untuk mengamati apakah
pelaksanaan tugas telah dikerjakan sesuai dengan rencana
kerja dan ketentuan yang berlaku serta melaporkan hasil
pengawasan tersebut kepada ketua.36

c. Hakim
Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melaksanakan tugas
Kekuasaan Kehakiman. Wewenang hakim adalah:menerima,
memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan semua perkara
yang diajukan kepadanya Dalam perkara perdata, hakim harus
36
http://www.pn-Serang.go.id-tentangpengadilan-mekanismekerja di akses pada 25 Februari
2021 (10.26 WIB}
43

membantu para pencari keadilan dan berusaha keras untuk


mengatasi hambatan-hambatan dan rintangan agar terciptanya
peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan
d.Panitera
Kedudukan Panitera merupakan unsur pembantu pimpinan.
Panitera dengan dibantu oleh Wakil Panitera dan Panitera Muda
harus menyelenggarakan administrasi secara cerrnat. Administrasi
tersebut mengenai jalannya perkara perdata dan pidana maupun
situasi keuangan. Selanjutnya Panitera juga Bertanggungjawab
atas pengurusan berkas perkara, putusan, dokumen, akta, buku
daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga, surat-surat bukti
dan surat-surat lainnya yang disimpan di Kepaniteraan. Dan tugas
panitera juga Membuat salinan putusan, Menerima dan
mengirimkan berkas perkara, Melaksanakan eksekusi putusan
perkaraperdata yang diperintahkan oleh Ketua Pengadilan dalam
jangka waktu yang ditentukan.
e. Panitera Muda

Tugas panitera Muda yaitu :


1) Membantu pimpinan Pengadilan dalam membuat program
kerja jangka pendek dan jangka panjang dalam pelaksanaannya
serta pengorganisasiannya.
2) Membantu Panitera dalam menyelenggarakan administrasi
perkara dan pengolahan/penyusunan laporan sesuai dengan
bidangnya masing-masing.37
f.Panitera Pengganti
Panitera Pengganti memiliki tugas:
1) membantu Hakim dalam persidangan perkara perdata
danpidana

37
http://www.pn-Serang.go.id-tentangpengadilan-mekanismekerja-tugasdan fungsi di akses pada
25 Februari 2021 (11.13WIB}
44

2) melaporkan kegiatan persidangan tersebut kepada Panitera Muda


yang bersangkutan

g. Sekretaris

Sekretaris Pengadilan bertugas menyelenggarakan administrasi


Umum Pengadilan

h. Jurusita

Jurusita bertugas untuk:

1) melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Hakim


Ketua Majelis.
2) Jurusita bertugas menyampaikan pengumuman-pengumuman,
teguran-teguran, protes-protes dan pemberitahuan putusan
Pengadilan.
3) Jurusita melakukan penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan
Negeri.
4) Jurusita membuat berita acara penyitaan, yang salinannya
kemudian diberikan kepada pihak-pihak terkait.
4.1.4 Unit kerja kepaniteraan gugatan/permohonan
pada setiap Kepaniteraan Gugatan dan Kepaniteraan Permohonan
terdapat sekelompok Unit kerja yang menurut pola pembinaan dan
pengendalian administrasi peradilan (Pola Bindalmin) diberi nama Meja
Pertama dan Kasir, Meja Kedua dan Meja Ketiga.
a.      Meja Pertama Bertugas :
     menerima surat gugatan, permohonan, perlawanan (verzet),
pernyataan banding,kasasi, PK, eksekusi.
      memberi penjelasan dan penafsiran panjar biaya perkara dan
biaya eksekusi yang kemudian dituangkan dalam SKUM.
       membuat surat kuasa untuk membayar SKUM ranglap 3 dan
menyerahkan SKUM tersebut kepada calon penggugat atau
pemohon.
45

       menyerahkan kembali surtat gugatan/permohonan kepada


calon penggugat /pemohon
       memberi penjelasan yang dianggapo perlu berkenaan dengan
perkara yang diajukan.
b.Kasir (Pemegang Kas) adalah merupakan bagian dari Meja Pertama
yang meiliki tugas :
       Menerima pembayaran uang panjar biaya perkara
sebagaimana tersebut dalam SKUM
       Menerima Pembayaran Uang Panjar biaya eksekusi
sebagaimana tersebut dalam SKUM
       Membuktikan Uang Panjar biaya Perkara/eksekusi ke dalam
buku jurnal masing-masing perkara
       Mencatat seluruh kegiatan keuangan dalam buku induk
keuangan perkara
       Membri nomor urut pada SKUM sesuai dengan nomor jurnal
yang bersangkutan sebagai nomor perkara
       Menandatangani SKUM, memberikan cap dinas dan memberi
tanda LUNAS pada SKUM
       Menyerahkan asli serta tindasan pertama SKUM kepada calon
penggugat/pemohon
       Mengembalikan surat gugatan/permohonan kepada calon
penggugat/pemohon.

c.      Meja Kedua bertugas :


       Menerima surat gugatan/permhonan, perlawanan, pernyataan
banding, kasasi dan PK serta Permohonan eksekusi
       Mencatat semua itu dalam register masing-masing yang
tersedia untuk itu
       Memberikan nomor register pada surat gugatan/ permohonan
sesuai dengan nomor SKUM yang dibuat oleh kasir serta tanggal
46

registernya dan dan memberi paraf sebagai tanda telah terdaftar


dalam register yang bersangkutan.
       Mengembalikan satu rangkap salinan surat
gugatan/permohonan yang telah diregister tersebut kepada
Penggugat/Pemohon.
       Mengatur berkas perkara dalam Mapo berkas Perkata serta
melengkapinya dengan instrumen-instrumen yang diperlukan
untuk memproses perkara tersebut
       Menyerahkan berkas perkara tersebut kepada wakil panitera
untuk kemudian disampaikan kepada ketua pengadilan agama
melalui panitera
       Melaksanakan register semua kegiatan perrkara sesuai dengan
jenisnya masing-masing

d.       Meja ketiga bertugas :


       Menerima berkas perkara dari majelis hakim yang telah
diputus dan telah Diminutasi
       Menyusun dan menjahit berkas-berkas perkara sebagai Bendel
       Atas perintah majelis, melanjutkan perintah pemberitahuan isi
putusan kepada pihak-pihak yang tidak hadir dalam sidang
pembacaan putusan
       Membuat catatan padasurat putusan/penetapan dan salinannya
sesuai dengan perkembangan yang berkenaan dengan putusan/
penetapan tersebut.
       Menghitung dan menetapkan tanggal kekuatan hukum tetap
setiap putusan/penetapan pengadilan, serta tanggal terjadinya
perceraian
       Mempersiapkan pembuatan akta cerai, dan memberitahukan
kepada para pihak tentang telah terjadinya perceraian
47

       Menyerahkan salinan penetapan/putusan dan juga akta cerai


kepada pihak-pihak yang bersangkutan atas permintaan orang
tersebut
       Mengirimkan salinan penetapan/putusan kepada instansi
terkait yang bertalian dengan putusan/pnetapan tersebut
       Menyerahkan kembali berkas Bendel A yang dimintakan
perlawanan (verzet) kepada Majelis Hakim yang mengadilinya
       Menerima memori/kontra memori banding, kasasi dan
peninjauan kembali
       Memerintah kepada jurusita/jurusita pengganti untuk
memberitahukan kepada para pihak tentang pernyataan banding,
kasasi, peninjauan kembali, memori dan kontra memori, surat-
surat lain dari para pihak, kepada pihak lawan dalam perkara yang
bersangkutan
       Menyusun dan menjahit berkas bendel B untuk keperluan
banding,kasasi dan peninjauan kembali
       Mempersiapkan pengiriman berkas banding, kasasi dan
peninjauan kembali
       Memberitahukan kepada meja kedua segala hal yang perlu
dicatat dalam register
       Memberitahukan kepada kasir yang bertalian dengan biaya
perkara
       Menyerahkan berkas perkara yang telah dijahit dan telah
selesai, kepada Panitera Muda Hukum untuk diarsipkan, dibuat
data dan dilaporkan.

4.2 Hasil dan Pembahasaan

4.2.1 Hasil Penelitian

Selama KKP penulis di tempatkan di bagian Kepanitraan Perdata


dan secara rutin menulis buku register dan membantu memasukan SIPP
48

serta membantu memeriksa berkas perkara perdata yang akan


dikirimkan ke PN yang bersangkutan.

4.2.1.1Peran SIPP dan Ecourt dalam proses administrai perkara di PN


serang

Keberadaan SIPP dan Ecourt secara perlahan tapi pasti telah


dirasakan manfaatnya oleh elemenPN. Aplikasi ini sangat
membantu dalam proses administrasi perkara di PNSerang.
Sejauh ini aplikasi SIPP dan Ecourt telah memberikan kemudahan
bagi panitera dalam proses pengimputan data-data perkara, mulai
dari tahapan pendaftaran perkara hingga kearsipan perkara. Selain
itu juga kelebihan SIPP dan Ecourt juga bisa dirasakan
masyarakat pencari keadilan lewat sistem keterbukaan
informasinya. Tentunya informasi mengenai perkara-perkara yang
sedang terjadi bisa langsung diakses masyarakat tanpa harus ke
Pengadilan Negeri, dan dijamin akurat dan dapat dipercaya. Ini
merupakan solusi Pengadilan Negeri untuk masyarakat pencari
keadilan, karena dengan keterbukaan informasi yang akurat akan
membuat masyarakat lebih puas

Kesalahan dalam penyampaian informasi dalam SIPP dan

Ecourt tidak perlu diragukan lagi, karena keakuratannya sudah

terjamin. Hal ini menjadi jawaban betapa luar biasanya manfaat

yang dapat diberikan oleh aplikasi SIPP dan Ecort.

Aplikasi SIPP dan Eourt harus terus dimanfaatkan semaksimal

mungkin, selain membantu dalam penyampaian informasi,

keberadaan aplikasi tersebut benar-benar telah merubah sistem

kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Saking besarnya manfaat

dari aplikasi SIPP dan Ecourt,SIPP dan Ecourt sendiri sangat


49

dirasa memberi dampak positif bagi PN Serang, cepat dan efektif

adalah dua kata yang menggambarkan aplikasi ini.

Berdasrkan hasil wawancara dengan salaah satu pejabat PN


Ibu Nunyati,S.H.,MH mengungkapkan “aplikasi SIPP dan Ecourt
telah memberi dampak yang positif bagi dunia peradilan,
terkhusus di PNSerang. Dengan adanya aplikasi ini, proses
pengimputan data-data perkara mulai dari masuknya perkara
hingga putusan dapat dilakukan dengan lebih cepat
danefektif”.“sangat membantu Hakim dalam menyelesaikan
perkara termasuk Berita Acara Perkara (BAP), sebelum ada
aplikasi SIPP dan Ecourt, Dulu pembuatan BAP bisa sampai 1
atau 2 hari,tapi dengan adanya SIPP dan Ecourt sekarang paling
lambat 10 menit karena kita Cuma masukin data, tidak perlu tulis
manual. Dengan manual seperti dulu bila ada kesalahan maka kita
harus menulis ulang, kalau sekarang ya tinggal delete saja bila
terjadi kesalahan dalampengetikan”.38

Pernyataan kedua Stekholder PNSerang ini merupakan angin


segar bagi dunia peradilan Negeri, dengan aplikasi tersebut dapat
meningkatkan kinerjapelayanan terhadap masyarakat pencari
keadilan Begitupula yang dirasakan oleh pihak yang
berperkara.Semakin baiknya pelayanan tentu akan menjadikan
lembaga semakin profesional. Ditunjang pula dengan teknologi yang
memadai dan SDM yang mendukung. peranan SIPP dan Ecourt dinilai
sangat membantu pekerjaan Hakim, Panitera dan pegawai lingkup PN
Serang. Sebelum ada SIPP dan Ecourt pekerjaan butuh waktu relatif
lebih lama, kini dengan digunakannya SIPP dan Ecourt secara
komperhensif dan optimal waktu tersebut dapat dipangkas. Tentu hal ini
patut kita apresiasi dan mendukung penuh sebagai pihak external dalam
efektif dan efisiensikerja.

38
Hasil wawancara dengan Nunyati,SH.,MH sebagai Panmud Perdata, tanggal 01 maret 2021
50

4.2.2 Pembahasan Masalah

4.2.2.1 Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala dalam Proses Penerapan


Aplikasi SIPP dan Ecourt di PN Serang.

Kenyataanya PN Serang sudah cukup efektif dalam


penggunaan aplikasi ini,bahwa semua elemen PN Serang sudah
menguasai SIPP dan Ecourt.Namun, dalam proses penerapan
aplikasi ini tidak terlepas dari berbagai faktor penghambat,
Beragam faktor penghambat, di antranya :
1. Sumber Daya Manusia(SDM)
SDM merupakan hal yang penting dalam
memaksimalkan kerja aplikasi ini. Minimnya pengetahuan
dan kemampuan dalam memahami penggunaan SIPP dan
Ecourt, tentunya akan menghambat kinerja PN dalam
memberikan pelayanan yang optimal. Apalagi seluruh PN
dibawah MA diwajibkan menggunakan SIPP dan Ecouort
sebagai aplikasi penunjang proses berperkara. Di PN
Serang sendiri penggunaan SIPP dalam beracara sudah
100%, semua elemen PN Serang sudah menggunakanSIPP
dan Ecourt.
2. Wi-fi (jaringan Internet)
SIPP dan Ecourt pada dasarnya berkoneksi dengan
internet sebagai penghubung ke Badan Pengadilan Negeri
sebagai server nasional. Di PN Serang jaringan
SIPPdihubungkan dengan 2 cara yakni melalui kabel UTP
yang
beradahampirdisetiapruagankerjadanWLANyanghanyabebe
rapatempatsaja. SIPPdan Ecourt sangat bergantung pada
jaringan internet, jaringan yang labil akan mengakibatkan
kinerja SIPP dan Ecourt yang lambat kemudian berdampak
pada pekerjaan. Ketika koneksi jaringan terputus, maka
51

pekerjaan akan berulang dikarenakan SIPP dan Ecourt tidak


memiliki autosave akibatnya data yang tadinya di input
kemudian harus diinput ulang.
3. Server
Server merupakan sebuah sistem yang merespon
permintaan sebuah komputer penyedia jaringan atau
membantu penyediaan sebuah layanan jaringan. SIPP dan
Ecourt sangat bergantung pada server, ketika server
bermasalah maka SIPP dan Ecourt tidak berjalan maksimal.
Hambatan-hambatan yang dijabarkan tentu punya solusi
pemecahan agar PN memberikan pelayanan yang prima dan demi
wajah peradilan yang agung, maka solusinya adalah sangat
ditekankan kepada seluruh aparat PN Serang, pimpinan sampai
pada staf untuk tetap memanfaatkan fasilitas yang telah dimiliki
secara optimal dengan pengembangan kreatifitasnya masing-
masing sehingga data atau informasi yang ditampilkan tetap up to
date dan memberikan kepuasan terhadap masyarakat. Sedangkan
untuk pembinaan SDM terutama admin perlu diadakan
pembimbingan danpelatihan.Meski demikian kinerja aparatur PN
Serang sudah bagus, dan pelayanan kepada masyarakat pencari
keadilan sudah maksimal. Begitu pula dengan PN lain yang ada di
Indonesia, Dirjen Peradilan Umum pun mengapresiasi hal itu. Ini
terbukti dari berbagai penelitian yang dilakukan pihak luar
terhadappn.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang telah ditulis oleh penulis dalam melaksanakan


Kuliah Kerja Praktek (KKP) di Pengadilan Negeri Serang, berdasarkan
observasi dan wawancara yang dilakukan penulis tentang Sistem
Administrasi Peradilan Perdata di Pengadilan Negeri Serang, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. SIPP dan Ecourt merupakan salah satu instrument penunjang
dibidang administrasi perkara dinilai sangat efektif. Proses
pengimputan data-data terasa lebih cepat sehingga tidak
membuang-buang waktu. Karena sebelum menggunakan aplikasi
ini, proses pengimputan data-data mulai dari awal masuknya
perkara hingga putusan dilakukan secara manual sehingga membuat
waktu tidak efektif dan cenderung lambat. Tapi dengan adanya
aplikasi ini, proses itu semua bisa lebih cepat, tepat, danefektif.
2. SIPPdan Ecourt telah memberikan solusi yang tepat bagi panitera
dalam menjalankan tugasnya di bidang pengadministrasian.
Terkhusus di PNSerang, pejabat panitera PNSerang mengakui
sendiri bahwa aplikasi ini sangat membantu mereka dalam
menjalankan tugasnya. Namun yang menjadi kendala disini adalah
pengoperasian aplikasi ini. Karena tidak semua pejabat panitera
PNSerang menguasai cara penggunaan aplikasi ini. Belum lagi
dengan alat-alat penunjang yang membantu pengoperasian aplikasi
ini yang minim. Jadi sudah menjadi kewajiban pihak PNSerang
untuk lebih memaksimalkan aplikasi ini dengan menyediakan SDM
dan perlengkapan lain yang dibutuhkan agar mampu
mengoperasikan aplikasi ini dengan baik agar memberikan hasil
yang lebih memuaskan dalam pelayanan kepada masyarakat
pencarikeadilan.

54
55

5.2 Saran
Mengingat e-litigasi ini adalah persoalan baru bagi aparat peradilan
Umum, khususnya Pengadilan Negeri Serang, maka sangat diperlukan adanya
sosialisasi secara kofrehenshif terhadap user e court bagi petugas PTSP,
Ketua, Panitera, Jurusita, Panitera Pengganti dan Hakim mengenai
aktifitasnya masing-masing di dalam implementasi e court yang meliputi e
filing, e payment, e summons dan e litigation demi terpenuhinya asas
berperkara sederhana, cepat dan biaya murah. Bagian terpenting juga agar e
court PN Serang terus melaju maka sosialisasi kepada pengguna terdaftar
harus terus dilakukan dengan mengajak agar memanfaatkan e court sebagai
sarana untuk mendaftarkan perkaranya dan di ruang PTSP wajib disediakan
pusat layanan E Court agar pengguna lainnya juga jadi terbiasa mendaftarkan
perkaranya melalui e court.
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Bina Bangsa, 2019/2020, Buku Pedoman Kuliah Kerja Praktek


(KKP) Versi 0.2, Serang: Universitas Bina Bangsa,

himawanto, Y. n. (Maret 2017). Setatistika pendidikan hal 16. Cv. Budi Utama.

Jam'an, E. r. (2017). Metodelogi penelitian bisnis hal 109. Makassar: Universitas


Muhammadiyah .

kamil, m. d. (2013). Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan


Pengendalian Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan Negeri hal
28-29. Jakarta: Mahkamah Agung RI.

Kamil, M. d. (2013). Penerapan Pola Pembinaan dan Pengendalian administrasi


perkara di lingkungan peradilan hal 87-88. Jakarta: Mahkamah Agung.

manan, a. (n.d.). penerapan dan pelaksanaan pengadilan administrasi perkara di


lingkungan peradilan negeri, cet ke-3 hal 11-12. . jakarta: Direktorat
jendral badan peradilan Negeri Mahkmah Agung RI .

Negeri, D. J. (2013). Pedoman Pelaksanaan Tugas Admnistrasi Peradilan Negeri


hal 11-12. Jakarta: Mahkamah Agung.

Negeri, D. J. (2013). Pedoman pelaksanaan tugas dan administrasi Negeri .


Jakarta : Mahkamah Agung RI ( Buku II).

Negeri, D. J. (2013). Pedoman pelaksanaan tugas dan administrasi Negeri hal 9-


11. jakarta : Mahkamah Agung RI.

Negeri, D. J. (2013). Tugas dan administrasi Peradilan Negeri hal 9-11. Jakarta:
Mahkamah Agung RI.

Negeri, D. J. (2016). Pedoaman Penerapan 9 Aplikasi unggulan hal 13. Jakarta:


Mahkamah Agung RI.

Negeri, D. J. (2018). Surat Keputusan tentang pelaksanaan peraturan Mahkamah


Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi perkara Secara
Elektronik . Jakarta: Mahkamah Agung RI.

Ny Retno wulan Sutiantio, S. d. (2019). Hukum Acara Perdata dalam teori dan
praktek . Bandung: CV. Mandar Maju.

56
57

Ny. Retno wulan sutiantio, S. d. (2019). Hukum Acara Perdata dalam teori dan
praktek hal 2. Bnadung : CV. Mandar Maju.

NY. Retno wulan sutiantio, S. d. (2019). Hukum Acara Perdata dalam teori dan
praktek hal 4. Bandung: CV. Mandar Maju.

Ny. Retno wulan sutiantio, S. d. (2019). Hukum Acara Perdata dalam teori dan
praktek hal 7. Bandung: CV. Mandar Maju.

Ny. Retno wulan sutiantio, S. d. (2019). Hukum Acara Perdata dalam teori dan
praktek hal 9. Bandung: CV. Mandar Maju.

Peradilan, D. J. (2013). Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan.


Jakarta: Mahkamah Agung.

Peradilan, D. J. (2013). Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan


hal 48-49. Jakarta: Mahkamah Agung RI.

Peradilan, D. J. (2013). Pelaksanaan Tugas dan Adminitrasi Peradilan . Jakarta:


Mahkamah Agung RI.

Peradilan, D. J. (2013). Pelaksanaan Tugas dan Adminitrasi Peradilan hal 27-28.


Jakarta: Mahkamah Agung RI.

Peradilan, D. J. (2016). Pedoman 9 Aplikasi Unggulan hal 14. Jakarta: Mahkamah


Agung RI.

RI, M. A. (2009). Surat Keputusan Keta MA RI Nomor : 076/KMA/SK/VI/2009


tentang pedoman pelaksanaan penanganan pengolahan di lingkungan
lembaga peradilan. jakarta: Mahkamah Agung RI.

RI, M. A. (2018). Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 tahun 2018 tentag


administrasi perkara di pengadilan secara elektronik . Jakarta: Mahkamah
Agung.

RI, M. A. (2018). Surat Keputusan tentang pedoman Pelayanan terpadu satu


pintu di lembaga peradilan . Jakarta: Mahkamah Agung.

RI, M. A. (2019). Surat Keputusan Badan Peradilan Negeri tentang Administrasi


register Perkara dan keuangan perkara secara elektronik pada
peengadilan negeri. Jakarta: Mahkamah Agung RI .

http://www.pn-Serang.go.id-tentangpengadilan-mekanismekerja-tugasdan fungsi
di akses pada 25 Februari 2021 (11.13WIB}
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Inau-Lluthfah, Serang, lahir pada tanggal 23 September 1998. Putri ke-2


dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Hamdani,SH dan Ibu Tuti
Alawiyah. Agama Islam, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl.Empat
Lima Cikulur Man 1 RT/RW 003/004 Kel. Serang Kec. Serang. Dengan
menempuh pendidikan di YWKA Kota Serang lulus pada tahun 2004,
melanjutkan pendidikan di SDN 2 Kota Serang lulus pada tahun 2010,
melanjutkan pendidikan di SMPN 15 Kota Serang lulus pada tahun 2013,
melanjutkan pendidikan di SMAN 5 Kota Serang lulus pada tahun 2016,
melanjutkan pendidikan tinggi (S-1) di Universitas Bina Bangsa Banten
jurusan Ilmu Hukum sampai dengan sekarang. Pengalaman organissasi OSIS
tahun 2015 jabatan sebagai anggota, dan PMR jabatan sebagai anggota.
Dokumentasi-dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai