Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

(ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN TBK)

Disusun Oleh :

Jentie Sartika Sinaga (11021900213)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BINA BANGSA


2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ...........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Perusahaan ........................................................................................3
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 5
1.3 Manfaat .......................................................................................................................5
BAB II ........................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 7
2.1 Laporan Posisi Keuangan ......................................................................................... 7
2.2 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif .............................................. 9
2.3 Hasil Pembahasan ....................................................................................................... 10
2.3.1 Ratio Likuiditas .................................................................................................10
2.3.2 Ratio Solvabilitas ............................................................................................ 13
2.3.3 Ratio Aktivitas ...................................................................................................16
2.3.4 Ratio Profitabilitas............................................................................................ 18
BAB III .......................................................................................................................................22
PENUTUP .............................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................22

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta bimbingan-Nya

penulis berhasil menyelesaikan makalah tentang “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT.


TEMBAGA MULIA SEMANAN TBK ”. Adapun makalah ini diajukan guna memenuhi

tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan. Makalah ini berisi kan tentang analisis laporan
keuangan perusahaan pada tahun 2017 Dan 2016 dan berisi tentang informasi mengenai

perusahaan publik yang terdaftar pada BEI yang sekaligus merupakan perusahaan lokal yang
menyandang sebagai perusahaan multi nasional, dimana yang kami pilih adalah PT. Tembaga Mulia
Semanan Tbk.
Semoga makalah “Analisis Laporan Keuangan (PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk.)

Periode tahun 2017 dan 2016" ini memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat serta

bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kitasemua.

Terimakasih kepada semua anggota kelompok yang telah berperan dalam


penyusunan makalah ini serta refrensi dan sumber-sumber informasi yang kami peroleh.

Serang, 25 Desember 2022

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perusahaan

Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) didirikan tanggal 3 Februari 1977 dan
memulai produksi komersial batangan dan kawat tembaga pada bulan Desember 1979
dan batangan aluminium pada bulan April 2001. Kantor dan pabrik TBMS berdomisili
dan berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 16, Semanan, Jakarta 11850 – Indonesia.

(Telp: (62-21) 619-0128 (Hunting), Fax: (62-21) 619-0135, 545-2567). Pemegang


saham yang memiliki 5% atau lebih saham Tembaga Mulia Semanan Tbk, antara lain:
Furukawa Electric Co.,Ltd. (pengendali) (42,42%), Supreme Cable Manufacturing
Corporation Tbk (SCCO) (33,81) dan Toyota Tsusho Corporation, Jepang (10,00%).
Induk usaha terakhir TBMS adalah The Furukawa Electric Co.,Ltd., Jepang.

Ruang lingkup kegiatan TBMS adalah menjalankan kegiatan dalam bidang


industri, yaitu mendirikan pabrik industri kawat tembaga, batangan tembaga dan
produk-produk tembaga dan campuran tembaga, serta memasukkan seluruh hasil
produksi tersebut untuk pasokan dalam dan luar negeri. Kegiatan utama Tembaga
Mulia Semanan Tbk adalah memproduksi batangan dan kawat tembaga, batangan
aluminium, serta produk-produk kawat.

Dunia bisnis dihadapkan pada era globalisasi yang didukung oleh tingkat
kemajuan teknologi. Perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang maupun jasa,

memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara maksimal. Sejalan


dengan pemenuhan kebutuhan untuk para konsumen, maka kemajuan di bidang bisnis
tersebut mendorong banyak perusahaan untuk memperluas pasar mereka. Perluasan
pasar akan pemenuhan kebutuhan konsumen secara maksimal perlu dilandasi dengan
adanya kualitas yang maksimal baik dalam sistem kegiatan produksi maupun
keuangan.

Mutu atau kualitas sering didengung-dengungkan oleh banyak usahawan


sebagai mutu, tetapi ternyata tidaklah mudah dalam pelaksanaannya. Mutu merupakan
sesuatu yang dinamis dan terus menerus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
Mutu telah menjadi prasyarat mutlak bagi suatu perusahaan agar tetap going concern.

3
Mutu pula yang membedakan antara perusahaan global yang berpredikat
worldclasscompany dengan perusahaan tradisional. Secara garis besar, kesesuaian
mutu dapat melekat pada sesuatu berupa barang atau produk jasa atau pelayanan
kepada pihak yang dituju, kecepatan dalam pemrosesan, serta moral yang melekat
pada individu yang terlibat dalam pembentukan mutu tersebut yang mencakup pada

teknis, pelayanan, kecepatan, harga dan moral. Secara langsung mutu terlibat menjadi
bagian pokok dalam pandangan proses yang merupakan suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, dimana konsumen mempunyai harapan yang dituangkan dalam
spesifikasi produk. Oleh karena itu, mutu dalam arti luas adalah suatu proses yang
terfokus pada konsumen. Mutu dalam arti luas tidak dapat lagi diyakini hanya dengan
cara-cara inspeksi, tetapi merupakan sesuatu yang sudah melekat pada produk.

Mutu biasa disebut sebagai mutu dalam arti yang sempit. Pandangan ini juga
membawa pengertian bahwa peningkatan mutu makin meningkatkan biaya
penyediaan produk tersebut. Mutu memiliki berbagai arti, mulai dari yang sekedar
menjelaskan suatu keadaan hingga yang berarti strategis. Dalam mutu digambarkan
adanya keadaan dimana suatu produk memiliki kesan yang baik untuk para konsumen.
Kualitas menjadi karakteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar tetap
survive. Salah satunya atas dasar inspeksi dengan penerimaan produk memenuhi
syarat dan penolakan yang tidak memenuhi syarat sehingga banyak bahan, tenaga dan
waktu yang terbuang. Dengan itu maka perusahaan membentuk adanya pemikiran
penciptaan sistem yang dapat mencegah timbulnya masalah.

Masalah tersebut, salah satunya adalah penolakan terhadap hasil produksi yang

tidak memenuhi syarat atau disebut juga dengan reject. PT Mulia Senaman Tbk
sebagai supplier penghasil tembaga perlu memperhatikan adanya proses produksi
sampai kualitas dari hasil produksi. Reject dalam hal ini merupakan hasil produksi
yang menyimpang dari batas kendali. Rejet dapat dinilai sebagai karakteristik atau
gambaran dari kinerja proses perusahaan. Untuk pengukuran reject atau produk cacat
perlu adanya penerapan teknik penyelesaian masalah sebagai pemonitor, pengendali,
penganalisis dan pengelola. Reject dari hasil produksi PT. Tembaga Mulia Semanan
Tbk. tetap dikendalikan dan dikuantifikasikan untuk menunjukkan kemampuan proses
pengurangan terhadap variasi atau kesalahan- kesalahan proses seperti produk cacat.

Reject yang berupa produk cacat dalam hal ini sangat berpengaruh pada kuantitas

4
produk yang akan disampaikan pada konsumen. Semakin tinggi jumlah produk cacat
maka semakin rendah pula daya produksi dan sebaliknya. Bagi para konsumen atau
pelanggan, kualitas terhadap produk menjadi acuan utama daya beli untuk
mengkonsumsi hasil produksi dari PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk.

1.2 Tujuan

Dari Analisa laporankeuanganini, bertujuan :

1. Mengukur kemampuan perusahaan pada tahun 2017 dan 2016 dalam memenuhi
kewajibannya dengan menggunakan 4 cara yaitu Current Ratio, Quick Ratio,
Cash Ratio, dan Inventory to Net Working Capital
2. Mengukur sejauh mana aktivasi perusahaan dibiayai oleh hutang pada tahun
2017 dan 2016, dengan menggunakan 4 cara yaitu Debt To Asset Ratio, Debt
To Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Time Interest Earned
3. Mengukur Efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki
pada tahun 2017 dengan tahun 2016, dengan 4 cara yaitu Receivable Turn Over,
Inventory Turn Over, Working Capital Turn Over, dan Total Asset Turn Over
4. Mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan pada tahun 2017
dengan tahun 2016 dengan 4 cara yaitu Profit Margin on Sale (Bruto), Profit
Margin on Sale (Neto), Rasio Return on Investation, dan Rasio Return on
Equity.

1.3 Manfaat

Analisis laporan keuangan ini bermanfaat antara lain :

1. Menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban aktiva lanca, aktiva


lancer tanpa menghitung persediaan, dan uang kas yang tersedia.
2. Menilai aktiva perusahaan dibiayai hutang diukur dari dana yang tersedia oleh
modal sendiri, dan yang disediakan kreditor dengan modal pemegang saham, dan
modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang.
3. Mengetahui efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya
dilihat dari persediaan yang berputar dalam satu periode, dalam periode tertentu,
dan perputaran jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap aktiva.

5
4. Menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dilihat dari laba kotor

atas penjualan, laba setelah bunga dan pajak, dan dari laba bersih setelah pajak
dengan modal sendiri.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Laporan Posisi Keuangan

7
8
2.2 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif

9
2.3 Hasil Pembahasan

2.3.1 Ratio Likuiditas


Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio inilah
yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa llikuidnya suatu perusahaan. Jika

perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut likuid,


sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya berarti
perusahaan tersebut ilikuid.

1. Current Ratio

Current ratio (rasio lancar) adalah rasio yang sangat berguna untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam hal melunasi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya, dimana bisa diketahui sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah
aktiva lancar perusahaan bisa menjamin utang lancarnya.
Current Assets
CR = Current Liabilities

99.240.489
2016 = = 0.99 kali
100.447.176

133.098.705
2017 = = 1,04 kali
127.980.652

Artinya:

- Pada tahun 2016 = Jumlah aktiva lancar sebanyak 0,99 kali hutang lancar,

atau Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Rp. 0,99 aktiva lancar
- Pada tahun 2017 = Jumlah aktiva lancar sebanyak 1,04 kali hutang lancar,
atau Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Rp.1,04 aktiva lancer

Maka pada tahun tahun 2017 dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada
tahun 2016, perusahaan mengalami kenaikan 0,05 kali

2. Quick Ratio

Rasio Cepat atau dalam bahasa Inggris sering disebut juga dengan Quick
Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset yang


paling likuid atau aset yang paling mendekati uang tunai (aset cepat). Yang

10
termasuk sebagai Aset Cepat (Quick Asset) adalah Aktiva Lancar atau Aset
lancar yang dapat dengan cepat dikonversi menjadi uang tunai dan mendekati
nilai bukunya.
Current Assets − Inventory
QR =
Current Liabilities

2016 = 99.240.489 − 15.891.281 = 0,83 Kali


100.447.176

133.098.705 − 31.840.775
2017 = = 0,79 Kali
127.980.652

Artinya:
- Pada tahun 2016 = Setiap Rp. 1 hutang lancar dapat dijamin 0,83 kali Rasio
Cepat
- Pada tahun 2017 = Setiap Rp. 1 hutang lancar dapat dijamin 0,79 kali Rasio
Cepat

Maka pada tahun tahun 2017 dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada
tahun 2016, perusahaan mengalami penurunan 0,04.

3. Cash Ratio
Rasio Kas (Cash Ratio) atau sering disebut juga dengan Rasio Aset Tunai
(Cash Asset Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan total
kas (tunai) dan setara kas perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Rasio Kas
ini pada dasarnya adalah penyempurnaan dari rasio cepat (quick ratio) yang
digunakan untuk mengidentifikasikan sejauh mana dana (kas dan setara kas)

yang tersedia untuk melunasi kewajiban lancar atau hutang jangka pendeknya.
Calon kreditur menggunakan rasio ini sebagai ukuran likuiditas perusahaan dan
seberapa mudahnya perusahaan dapat menutupi kewajiban hutang jangka
pendeknya.

Cash or Equivalent Cash


CASH R = x 100%
Current Liabilities

11.101.721
2016 = x 100% = 0.11 = 11%
100.447.176

9.356.331
2017 = x 100% = 0,073 = 7,3 %
127.980.652

11
Artinya:
- Pada tahun 2016 = Setiap Rp. 1 hutang lancar dapat dijamin oleh rasio kas
sebesar 11 %
- Pada tahun 2017 = Setiap Rp. 1 hutang lancar dapat dijamin oleh rasio kas
sebesar 7,3 %

Maka pada tahun tahun 2017 dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada
tahun 2016, perusahaan mengalami penurunan 3,7%. 5118048

4. Inventory to Net Working Capital

Inventory to working capital ratio dapat juga di definisikan sebagai suatu


metode yang digunakan untuk menunjukan bagian apa dari inventaris
perusahaan yang dibiayai dari kas yang tersedia. Itu penting untuk suatu bisnis
yang menyimpan inventaris dan bertahan hidup dengan persediaan uang tunai.
Secara umum, jika semakin rendah rasio, maka semakin tinggi likuiditas sebuah
perusahaan.

Inventory
Inventory to NNC = x 100%
Current Assets − Current Liabilities

15.891.281
2016 = x 100 % = 1.317 %
99.240.489 − 100.447.176

31.840.775
2017 = x 100 % = 622.13 %
133.098.705 − 127.980.657

Artinya:

- Pada tahun 2016 = Setiap Rp.1 Hutang lancar dan Aset lancar dapat dijamin
oleh Rasio Inventory to NNC sebesar 1.317 %
- Pada tahun 2017 = Setiap Rp.1 Hutang lancar dan Aset lancar dapat dijamin
oleh Rasio Inventory to NNC sebesar 622.13 %

Maka pada tahun tahun 2017 dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada
tahun 2016, perusahaan mengalami Penurunan 694.87 %.

12
2.3.2 Ratio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva sebuah

perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa besar beban utang

yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Rasio ini

merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

membayar seluruh kewajibannya. Baik kewajiban jangka pendek maupu jangka

panjang jika perusahaan dibubarkan, atau dilikuidasi.

1. Debt to Asset Ratio

Deb to Asset Ratio adalah sebuah rasio untuk mengukur jumlah aset yang

dibiayai oleh hutang. Rasio ini juga sangat penting untuk melihat solvabilitas

perusahaan. Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

segala kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi nilai DAR ini

mengindakasikan :

Semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh hutang.

Semakin kecil jumlah aset yang dibiayai oleh modal.

Semakin tinggi resiko perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban

Total Debt
DtAR = x 100%
Total Asset

100.865.003
2016 = x 100% = 0.78 = 78%
129.799.075

128.302.927
2017 = x 100% = 0.79 = 79%
164.820.670

Artinya:

- Pada tahun 2016 = Bahwa 78% pendanaan aktiva perusahaan adalah dengan
hutang dan 22% dibiayai oleh modal sendiri atau modal pemegang saham.

13
- Pada tahun 2017 = Bahwa 79% pendanaan aktiva perusahaan adalah dengan
hutang dan 21% dibiayai oleh modal sendiri atau modal pemegang saham.

Maka pada tahun tahun 2017 dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada
tahun 2016, perusahaan mengalami kenaikan 1% pendanaan aktiva perusahaan.

2. Debt to Equity Ratio

Equity Ratio (DER) adalah rasio yang membandingkan jumlah Hutang


terhadap ekuitas. Rasio ini sering digunakan para analis dan para investor untuk
melihat seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham. Semakin tinggi angka
DER maka diasumsika perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi
terhadap likuiditas perusahaannya.

Total Debt
DER = x 100%
Equity

100.865.003
2016 = x 100% = 3.49
28.934.072

128.302.927
2017 = x 100% = 3.51
36.517.743

Artinya:
- Pada tahun 2016 = Bahwa 349% atau 3.49 kali hutang perusahaan dijamin
oleh pemegang saham.
- Pada tahun 2017 = Bahwa 351% atau 3.51 kali hutang perusahaan dijamin

oleh pemegang saham.

Maka pada tahun tahun 2017 dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada
tahun 2016, perusahaan mengalami penurunan 0.02 atau 2% hutang yang
dijamin oleh pemegang saham.

3. Long Term Debt to Equity Ratio

Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa
bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka

14
panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan
modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Long Term Debt


LTDtER = x 100%
Equity

417.827
2016 = 28.934.072 x 100% = 0.014 = 1.44%

322.275
2017 = x 100% = 0.008 = 0.8%
36.517.743

Artinya:
- Pada tahun 2016 = Bahwa 1.44% hutang jangka panjang dapat dijamin oleh
modal sendiri
- Pada tahun 2017 = Bahwa 0.8% hutang jangka panjang dapat dijamin oleh
modal sendiri.

Maka pada tahun tahun 2017 dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada
tahun 2016, perusahaan mengalami penurunan 0.64%.

4. Time Interest Earned

Times Interest Earned Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan


perusahaan dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa depan. Rasio
ini sering digolongkan sebagai salah satu rasio keuangan dalam Rasio
Solvabilitas, Hal ini dikarenakan Times Interest Earned Ratio ini merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran

Bunga dan Hutang-hutangnya.


EBIT
TIE =
Biaya Bunga

13.882.945
2016 = = 3.25 kali = 3 kali
4.277.888

14.759.499
2017 = = 3.51 kali = 4 kali
4.202.293

Artinya:

15
- Pada tahun 2016 = Bahwa 3.25 atau 3 kali beban bunga tahunan dapat
dijamin oleh laba operasi perusahaan
- Pada tahun 2017 = Bahwa 3.51 atau 4 kali beban bunga tahunan dapat
dijamin oleh laba operasi perusahaan

Maka pada tahun tahun 2017 dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada
tahun 2016, perusahaan mengalami kenaikan 1 kali

2.3.3 Ratio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau
efektivitas perusahaan dalam pemanfaatan semua sumber daya atau asset
(aktiva) yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio aktivitas merupakan salah
satu macam macam rasio yang melakukan perbandingan antara tingkat
penjualan dan investasi pada semua aktiva yang dimiliki sehingga fungsi
akuntansi keuangan bisa berjalan dengan baik.

1. R eceivable Turn Over ( Perputaran Piutang )

Rasio perputaran piutang adalah rasio efisiensi atau rasio aktivitas yang
mengukur berapa kali bisnis dapat mengubah piutangnya menjadi kas selama
satu periode. Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam
mengumpulkan penjualan kreditnya dari pelanggan. Dalam beberapa hal rasio
perputaran piutang juga bisa dilihat sebagai rasio likuiditas. Perusahaan lebih
likuid semakin cepat mereka bisa menyisihkan piutang mereka menjadi uang
tunai.

Penjualan
RTO =
Kredit Piutang

446,334.138
2016 = = 6,64 = 7 Kali
70,140.255

620,635.053
2017 = = 7,13 = 8 Kali
87,009.568

Artinya: Analisis Receivable Turn Over dari tahun 2016 sampai dengan

2017 perusahaan mengalami peningkatan sebesar 1 kali, hal ini dapat

16
terlihat pada tahun 2016 mendapatkan presentase sebesar 7 kali sedangkan
pada tahun 2017 hanya mendapatkan 8 kali.

2. I nventory Turn Over ( Perputaran Persediaan )

Rasio perputaran persediaan adalah rasio efisiensi yang menunjukkan


seberapa efektif persediaan dikelola dengan membandingkan harga pokok
penjualan dengan persediaan rata-rata untuk satu periode.

Penjualan
ITO =
Persediaan

446,334.138
2016 = = 29,34 = 30 Kali
15,891.281

620,635.053
2017 = = 19,49 = 20 Kali
31,840.775

Artinya : Analisis Inventory Turn Over dari tahun 2016 sampai dengan 2017

perusahaan mengalami penurunan sebesar 10 kali, hal ini dapat terlihat pada

tahun 2016 mendapatkan presentase sebesar 30 kali sedangkan pada tahun

2017 hanya mendapatkan 20 kali.

3. Worki ng C apital Turn Over ( Perputaran Modal Kerja )

Working Capital Turn Over (Perputaran Modal Kerja) adalah rasio untuk
mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang
Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.

Penjualan Bersih
WCTO =
Modal Kerja

466,334.138
2016 = = 16,11 = 17 Kali
28,934.072

2017 = 620,635.053 = 16,99 = 17 Kali


36,517.743

17
Artinya: Analisis Working Capital Turn Over dari tahun 2016 sampai

dengan 2017 perusahaan mengalami dalam keadaan yang seimbang karena

pada tahun 2016 dan 2017 WCTO perusahaan sebanyak 17 kali.

4. Total Aset Turn Over ( Perputaran Aktiva )

Total Aset Turn Over (Perputaran Aktiva) adalah rasio untuk mengukur
tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.

Penjualan
TATO =
Toal Aktiva

466,334.138
2016 = = 3,59 = 4 Kali
129,799.075

620,635.053
2017 = = 3,76 = 4 Kali
164,820.670

Artinya: Analisis Total Aset Turn Over dari tahun 2016 sampai dengan 2017

perusahaan mengalami dalam keadaan yang seimbang karena pada tahun

2016 dan 2017 WCTO perusahaan sebanyak 4 kali

2.3.4 Ratio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas ( Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan


untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari
pendapatan (earning) terkait penjualan, aset dan ekuitas berdasarkan dasar

pengukuran tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk


memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari
kinerja suatu perusahaan yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan yang
harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) adalah rasio untuk menilai
persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan.
Semakin besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional

perusahaan yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada

18
penjualan (sales) yang berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka
perusahaan kurang baik dalam melakukan kegiatan operasional.

Laba Kotor
Gross Profit Margin = × 100%
Total Pendapatan

20.486.158
2016 = 466.334.138 × 100% = 0.0439 = 4,39%

22.949.289
2017 = × 100% = 0,0369 = 3,69%
620.635.053

Artinya :

Analisis Gross Profit Margin dari tahun 2016 sampai dengan 2017

perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,7%, hal ini dapat terlihat pada

tahun 2016 mendapatkan presentase sebesar 4,39% sedangkan pada tahun

2017 hanya mendapatkan 3,69%.

2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Net Profit Margin atau Marjin Laba Bersih merupakan rasio profitabilitas

untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak

terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Marjin Laba Bersih ini

disebut juga Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba). Rasio ini mengukur laba

bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit

margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Laba Bersih
Net Profit Margin = × 100%
Total Pendapatan

13.882.945
2016 = × 100% = 0,0297 = 2,97%
466.334.138

14.759.499
2017 = × 100% = 0,0237 = 2,37%
620.635.044

Artinya :

19
Analisis Net Profit Margin dari tahun 2016 sampai dengan 2017 perusahaan

mengalami penurunan sebesar 0,6%, hal ini dapat terlihat di tahun 2017

mendapatkan presentase sebesar 2.97% sedangkan di tahun 2017 hanya

mendapatkan sebesar 2,37%.

3. Ratio Return On Investation

Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba


bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on
investment berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva secara
keseluruhan yang tersedia pad perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin baik kondisi suatu perusahaan.

Earning After Interest and Tax


= Total Asset × 100%

7.227.005
2016 = × 100% = 0,0556 = 5,56%
129.799.075

7.583.671
2017 = × 100% = 0,0460 = 4,60%
164.820.670

Artinya :

Analisa ROI dari tahun 2016 sampai dengan 2017 mengalami penurunan

artinya perusaahaan dalam keadaan kurang baik di tahun 2017. Dalam hal

ini juga dapat diartikan efektifitas dan produktifitas manajemen dalam

mendapatkan laba dari investasinya menurun.

4. Ratio Return On Equity

ROE merupakan perhitungan rasio yang menunjukkan kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal

sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.

20
ℎ ℎ
= × 100%

7.227.005
2016 = × 100% = 0,249 = 24,9%
28.934.072

7.583.671
2017 = × 100% = 0,207 = 20,7%
36.517.743
Artinya :

Analisis ROE dari tahun 2016 sampai dengan 2017 mengalami penurunan

hampir sebesar 4%, yang artinya perusahaan pada tahun 2017 mengalami

penurunan dalam mengelolah modal yang tersedia untuk menghasilkan

pendapatan.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis Laporan Keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam

rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada
masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi
yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Rasio-rasio Analisis Laporan Keuangan PT Tembaga Mulia Semanan. Tbk

Tahun
Uraian Rata-rata
2016 2017
Current Ratio 0.99 1.04 1.02
Quick Ratio 0.83 0.79 0.81
Ratio Likuiditas
Cash Ratio 11% 7.30% 9.15%
Inventory to NWC 1317% 622.13% 969.57%
DtAR 78% 79% 78.50%
DtER 3.49% 3.51% 3.50%
Ratio Solvabilitas
LTDtER 1.44% 0.80% 1.12%
TIE 3 4 3.50
RTO 7 8 7.50
ITO 30 20 25.00
Ratio Aktivitas
WCTO 17 17 17.00
TATO 4 4 4.00
PMoS Bruto 4.39% 3.69% 4.04%
PMoS Netto 2.97% 2.37% 2.67%
Ratio Profitabilitas
ROI 5.56% 4.60% 5.08%
ROE 24.90% 20.70% 22.80%

Jadi menurut kami untuk tahun 2016 ke 2017 PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk
mengalamai penurunan meskipun adanya penurunan tersebut dapat dikatakan PT.
Tembaga Mulia Semanan Tbk ini tetap dalam kondisi atau keadaan yang baik, karena
setelah diteliti memang pada tahun 2017 banyak perusahaan yang terkena dampak
penurunan seperti halnya Freeport dan Newmont mengalami penurunan yang
signifikan.

22

Anda mungkin juga menyukai