Anda di halaman 1dari 8

RESUME ETIKA & KOMUNIKASI BISNIS

BUKU FILSAFAT ETIKA : GHAZALI & KANT

ETIKA BISNIS DALAM ISLAM DAN ETIKA BISNIS

Disusun Oleh:

ADHIYA FAUZAN DHAIFULAH

Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 11011800355

Kelas : 6B - MSDM

Serang, 2021

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Bina Bangsa

1
Judul buku : Antara Al-Ghazali dan Kant (Filsafat Etika Islam)

Penulis : M. Amin Abdullah

Penerbit : IRCiSoD

Tahun terbit : 2020 (Cetakan Pertama)

Etika, bersama politik dan ekonomi, dalam khazanah pemikiran islam, biasa
dimasukkan dalam filsafat praktis. Etika pada umumnya di identikkan dengan moral.
Namun, meskipun sama terkait dengan baik buruk tindakan manusia, etika dan
moral memiliki perbedaan pengertian. Secara singkat, jika moral lebih condong
kepada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu sendiri.
Maka etika berarti “ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi, bisa
dikatakan, etika berfungsi sebagai teori dari perbuatan baik dan buruk. di bawah ini
diungkapkan secara ringkas pandangan beberapa filsuf barat tentang etika yaitu
Teori etika yang bersifat fitri, Teori etika empirik klasik, Teori etika modernisme,
Teori etika Immanuel Kant, Teori Bertrand Russel, Teori etika posmodernisme,
Filsafat etika islam, Islam berpihak pada teori tentang etika yang bersifat fitri. artinya,
semua manusia pada hakikatnya baik itu muslim ataupun bukan memiliki
pengetahuan fitri tentang baik dan buruk.

Subjek penyelidikan dalam penelitian kita adalah etika. Tujuannya adalah


menjelaskan konsep etika sebagaimana yang dirumuskan dalam filsafat Al-Ghazali
dam Immanuel Kant, untuk menunjukkan persamaan, perbedaan dan
konsekuensinya. Kajian serius tentang pemikiran Al-Ghazali dan Kant, meskipun
dari latar belakang historis yang berbeda, menyingkapkan sisi menarik menyangkut
persamaan dan perbedaan yang jelas. Sebetulnya, sulit mengesahkan dan berlaku
adil terhadap setiap kajian filsafat, jika tidak dapat membedakan antara kajian yang
bercorak filosofis dan kajian lain. Namun, dalam kajian ini penulis semata-mata
mencoba menjelaskan ide fundamental mengenai pemikiran etika kedua pemikir,
yang melampaui batas historis,kedaerahan, atau bahkan keagamaan. Berlandaskan
pendekatan terhadap sistem pemikiran filsafat Al-Ghazali dan Kant seperti yang
dikemukakan sebelumnya, kita akan menemukan sejumlah titik persamaan dan
perbedaan di antara kedua filsuf. Melalui metode penelitian ini, kita akan

2
memperoleh pemahaman lebih jauh, yang menjelaskan alasan mengapa mereka
memiliki konsepsi yang berbeda. Di muka kita telah memperlihatkan sisi persamaan
yang paling menonjol di antara Kant dan Al-Ghazali, yaitu penolakan mereka
terhadap metafisika-dogmatik. Jelas sekali bahwa mereka sampai kepada cara yang
hampir sama dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan penolakan terhadap
metafisika-dogmatik-spekulatif, Al-Ghazali dan Kant sepakat untuk merekonstruksi
persoalan fundamental dalam metafisika, bukan dari sudut pandang dogmatik-
spekulatif, melainkan dari perspektif filsafat praktis. Jelas, kedua pemikir sepakat
bahwa metafisika-dogmatik-spekulatif tidak dapat membawa manusia kepada
pengetahuan tentang wujud dan kebaikan tertinggi. Al-Ghazali dan Kant memiliki
konsepsi yang sangat berbeda mengenai fungsi rasio. Meskipun mereka sepakat
bahwa rasio hanya dapat meraih pengetahuan tentang pengalaman yang mungkin,
mereka berbeda dalam memposisikan bagaimana rasio digunakan dan meraih
kapasitas optimalnya. Ide fundamental yang terdapat dalam kritik adalah posisi Kant
secara epistemologis. Realitas hanya dapat diketahui sejauh kita dapat masuk
melalui kontak intuitif langsung dengan realitas, dan memahami secara rasional dan
menginterpretasikan apa yang terungkap oleh intuisi tersebut. Melalui analisis
tentang proses mengetahui inilah, Kant membangun konklusi revolusioner tertentu
yang sangat penting bagi teorinya tentang etika dan pandangan filsafatnya tentang
agama. Terkesan mendalam ketergantungan total kita kepada keterbatasan fakultas
indra dan rasio dalam proses pengetahuan, yang boleh jadi tidak memadai untuk
memberikan apa yang boleh disebut sebagai pemahaman kosmis tentang hakikat
terdalam dari benda. Kita telah menjelaskan bahwa persoalan metafisika-dogmatik-
spekulatif, persoalan kausalitas dalam alam dan moralitas dan fungsi rasio dalam
pembentukan sikap adalah persoalan yang meliputi konsep etika yang dirumuskan
oleh Kant dan Al-Ghazali.

Gambaran ringkas tentang prosedur penelitian adalah sebagai berikut.


Penulis mulai dengan pembahasan tentang kritik terhadap metafisika-dogmatik-
spekulatif untuk melihat kemungkinan mengkonstruksi teori etika mereka. Kemudian
ketika teori etika mereka dikonstruksikan berdasarkan basis kesadaran religius yang
sama, maka muncul lah persoalan baru yang menuntut persoalan lain.

3
Judul buku : Etika Bisnis Dalam Islam

Penulis : Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc, M.E.I

Penerbit : Kencana

Tahun terbit : 2018 (Cetakan Keempat)

Bisnis adalah pertukaran barang,jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Bisnis berlangsung karena adanya kebergantungan
antarindividu, adanya peluang internasional, usaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan standar hidup, dan lain sebagainya. Seseorang yang melakukan
bisnis dapat menghasilkan suatu keuntungan jika ia mengambil risiko, dengan
memasuki suatu pasar baru dan siap menghadapi persaingan dengan bisnis lainnya.
Pemasaran dapat didefinisikan sebagai hasil aktivitas bisnis yang
mengarahakan arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen dan mencakup
pembelian, penjualan, transportasi, pergudangan, standardisasi, tingkatan,
financing, dan risiko. Konsep pemasaran yang muncul sekitar tahun 1960,
mengalihkan fokus pemasaran dari produk ke pelanggan. Tujuannya adalah laba,
tetapi caranya menjadi lebih luas termasuk seluruh bauran pemasaran. Kemudian
pada tahun 1990, konsep pemaran tersebut sudah ketinggalan zaman dan menuntut
adanya konsep yang lebih strategis tentang pemasaran. Konsep strategis
pemasaran, merupakan suatu perkembangan yang besar dalam sejarah pemikiran
pemasaran, yaitu mengubah fokus pemasaran dari pelanggan dan produk, ke
pelanggan dalam konteks lingkungan eksternal yang lebih luas.
Kerangka pemasaran dalam bisnis islami adalah aktivitas yang dilandasi oleh saling
ridha dan rahmat antara penjual dan pembeli, dalam sebuah aktivitas didalam
sebuah pasar. Bisnis dalam Al-Qur’an dijelaskan melalui kata tijarah, yang
mencakup dua makna, yaitu: pertama, perniagaan secara umum yang mencakup
perniagaan antara manusia dengan Allah. Ajaran tentang kepercayaan adalah
beberapa aksi yang mencakup perilaku positif dan berdampak pada adanya sebuah
reaksi, yaitu kepercayaan yang transenden. Beberapa variable aksi yang merupakan
ajaran tentang kepercayaan, mencakup bagaimana seharusnya seseorang
memandang, berbicara, berperilaku, dan bekerja.

4
Judul buku : Etika Bisnis (Pendekatan Filsafat Moral terhadap Perilaku
Bisnis Kontemporer)

Penulis : L. Sinuor Yosephus

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tahun terbit : 2010 (Cetakan Pertama)

Istilah khas filsafat moral seperti etika, moral, moralitas, amoral, immoral bahkan
etiket cukup akrab dalam keseharian hidup manusia zaman ini. Pada tataran umum,
merumuskan atau mendeskripsikan hakikat etika adalah identik dengan
menegaskan bahwa secara esensial etika memang memiliki tujuan tertentu. Pada
tataran ilmu pengetahuan, etika merupakan ilmu, yakni ilmu tentang adat-istiadat
yang baik. Suatu norma dipertahankan karena bernilai bagi masyarakat
penganutnya. Oleh karena bernilai, norma tersebut tentu akan terus dipertahankan.
Biasanya diwariskan secara turun-temurun baik secara lisan maupun secara tertulis.
Oleh karena benar dan baik, norma yang dipertahankan itu dijadikan sebagai
patokan untuk mengukur dan menilai tindakan atau perilaku seseorang bahkan
orang yang berperilaku itu sendiri. Secara hakiki, etika selalu memiliki keterarahan
kepada realitas moral, bukan ajaran-ajaran moral.
Etika tidak menyediakan ajaran atau pandangan yang berhubungan dengan
syarat atau kondisi dengannya manusia menjadi orang baik secara moral. Wacana
tentang jenis-jenis etika pada dasarnya identic dengan analisis tentang pendekatan
ilmiah terhadap tingkah dan tindakan manusia dalam bingkai moralitas. Sampai saat
ini umumnya disepakati oleh para filsuf etikawan perihal adanya tiga jenis
pendekatan ilmiah terhadap perilaku moral manusia sebagi tiga jenis etika. Ketiga
pendekatan tersebut tiada lain adalah pendekatan deskriptif, pendekatan normatif,
dan pendekatan metaetik. Dengan mengatakan bahwa etika identik dengan filsafat
moral adalah persis sama dengan menegaskan bahwa pada hakikatnya etika
merupakan ilmu.

5
Penelitian dibidang ilmu sosial sering sekali menghadirkan aspek, prinsip, serta
norma etika sebagai variabel penelitian, entah sebagai variabel dependen,
independen, bahkan sebagai variabel antara. Setelah mengkaji etika dalam
kapasitasnya sebagai filsafat moral atau refleksi kritis sistematik atas perilaku
manusia sebagai manusia. Seluruh kajian dan ulasan dalam buku ini pertama-tama
ditujukan untuk para mahasiswa yang akan atau sedang menempuh mata kuliah
etika bisnis, Namun, mengingat hakikat etika sebagai refleksi kritis sistematis atas
persoalan moral. Namun, patut dicatat bahwa buku ini bukan buku moral atau buku
tentang ajaran moral, melainkan buku etika tentang moralitas atau refleksi kritis
perihal norma moral umum yang diterapakan dalam bidang khusus, yakni bisnis.
Kinilah saatnya bagi mahasiswa untuk merefleksikan mengapa ia harus berperilaku
berdasarkan norma yang telah diterima semenjak kecil hingga dewasa.
Pertama-tama harus dikatakan bahwa disatu sisi, etika memang melebihi
ajaran mora, Namun dilain sisi etika juga kurang dari ajaran mora. Jadi, Keduanya
kurang dan lebih sama. Etika memang melebihi ajaran moral karena etika
mengarahkan kita untuk memahami secaraa persis dan mendasar mengapa kita
harus mendasari setiap tindakan atau kelakuan kita pada norma tertentu. Dengan
perkataan lain, etika mengarahkan kita untuk mengerti secara mendasar dan tepat
mengapa kita harus hidup sebagai orang baik dengan mendasarkan perilaku kita
pada norma atau ajaran tertentu yang dianut dan dijunjung tinggi oleh masyarakat
dimana kita eksis. Namun, etika juga sekaligus kurang dari ajaran moral karena
bukan wewenang atau wilayah etika untuk menetapakan apa yang baik dana pa
yang tidak baik. Wewenang yang dimaksudkan merupakan bagian intrinsik dari
ajaran moral.

6
7
8

Anda mungkin juga menyukai