Anda di halaman 1dari 11

ETIKA BERDASARKAN SUMBERNYA

NAMA MAHASISWA:

-SARAH IRAWAN : 5233142003


-JESSICA DWI RAHMAH : 5233342012
-JELITA TRIE SANIA : 5233142001
-ZAHRA MAHFUDZO UMRI : 5233142025
-NAJWA ASY SYIFA : 5233142006

DOSEN PENGAMPU:
Dra. LELLY FRIDIATY, M.Pd.
MATA KULIAH:
ETIKA PROFESI DAN ESTETIKA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai bentuk
pengembangan dan pembahasan mengenai perkembangan bakat khusus
individu yang merupakan topik yang sangat menarik dan relevan dalam
konteks perkembangan pribadi dan sosial.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan, bimbingan, dan inspirasi dalam proses
penyusunan makalah ini. Terima kasih kepada keluarga kami yang selalu
memberikan dukungan moral, teman-teman yang memberikan masukan
berharga, serta para guru dan dosen yang telah memberikan bimbingan
dan pengetahuan dalam perjalanan kami dalam mengeksplorasi topik ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang perkembangan bakat khusus individu. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan kepada pembaca
yang ingin menjelajahi dan memahami topik ini lebih lanjut.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat menghargai setiap
saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan di masa depan. Kami
berharap makalah ini dapat menjadi salah satu kontribusi kecil kami
dalam upaya memahami dan mengapresiasi keragaman bakat khusus
individu di masyarakat.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
berharga dan inspirasi kepada pembaca dalam menggali dan
mengembangkan potensi bakat khusus individu mereka sendiri, serta
memberikan dorongan bagi kita semua untuk mendukung dan
menghargai bakat khusus dalam masyarakat.
Terima kasih.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..3
BAB II ISI……………………………………………………………..5
BAB III PENUTUP…………………………………………………..11
BAB I
PENDAHULUAN

Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani ethos yang artinya tampak dari suatu
kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi perspektif objeknya adalah perbuatan, sikap, atau
tindakan manusia. Pengertian etika secara khusus adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu
individu dalam lingkungan pergaulannya yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah laku
yang dianggap benar.

Sedangkan pengertian etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara
yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan
tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu
di dalam bermasyarakat.

Dengan begitu, Etika adalah cabang filsafat yang mempertimbangkan apa yang benar dan
salah dalam tindakan manusia serta bagaimana kita seharusnya berperilaku. Etika dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah berdasarkan sumbernya. Dalam makalah ini,
kita akan membahas dua sumber utama etika, yaitu etika teologis dan etika filosofis.
A. Etika Teologis

Etika teologis adalah suatu pendekatan etika yang didasarkan pada ajaran agama atau
keyakinan keagamaan. Ini berarti etika teologis mengambil pandangan tentang apa yang benar
dan salah berdasarkan hukum, ajaran, atau prinsip-prinsip yang diajarkan oleh agama tertentu.
Ada beberapa agama besar di dunia, seperti Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dan lainnya, yang
memiliki etika teologis yang unik. Dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi etika teologis
dalam dua agama utama, yaitu Kristen dan Islam.

Kedua, etika ini merupakan lingkupan dari etika umum yang sebagian besar individu
telah menerapkan dan mengetahuinya. Etika umum ini condong luas dan banyak dengan bagian-
bagian yang tak terbatas. Sehingga secara tak langsung, seorang individu memahami etika
teologis dengan cara mengetahui dan memahami pula dari etika umum, dan sebaliknya

1. Etika Teologis dalam Kristen

Dalam Kristen, etika teologis didasarkan pada Alkitab, kitab suci Kristen, yang terdiri
dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Prinsip-prinsip etika Kristen mencakup kasih,
keadilan, belas kasihan, dan ketundukan kepada Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, ajaran Yesus
Kristus tentang kasih kepada sesama manusia, pemeliharaan alam, dan pengampunan menjadi
panduan utama dalam etika Kristen.

 Kasih: Ajaran utama dalam etika Kristen adalah kasih, yang dinyatakan dalam perintah
untuk "mengasihi sesama seperti diri sendiri" dan "mengasihi musuh." Kasih merupakan
prinsip moral yang mendorong kepedulian, belas kasihan, dan pertimbangan terhadap
orang lain.

 Keadilan: Kristen juga mengajarkan pentingnya keadilan, yaitu memberikan hak dan
perlindungan kepada yang lemah, serta menjalankan tindakan yang adil dalam berbagai
situasi.

 Tugas Moral: Beberapa tindakan dianggap sebagai tugas moral dalam agama Kristen,
seperti mengasihani orang miskin dan terlantar, memberikan makanan kepada yang lapar,
dan memberikan minum kepada yang haus.

 Pengampunan: Pengampunan adalah nilai penting dalam etika Kristen, dan Yesus
mengajarkan untuk mengampuni orang yang bersalah terhadap kita.
2. Etika Teologis dalam Islam

Islam memiliki etika teologis yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadis (tradisi Nabi
Muhammad). Prinsip-prinsip etika dalam Islam mencakup tauhid (kepercayaan kepada Allah
sebagai satu-satunya Tuhan), keadilan, kasih sayang, dan menjaga lingkungan. Dalam Islam,
manusia dianggap sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi, yang berarti mereka memiliki
tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan alam.

 Tauhid: Tauhid adalah konsep kepercayaan kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan
yang maha kuasa dan maha tahu. Etika Islam mendorong ketaatan kepada Allah dan
menjalankan tugas-tugas agama.

 Keadilan: Islam sangat menekankan pentingnya keadilan dalam semua aspek kehidupan,
termasuk dalam masalah hukum, ekonomi, dan sosial.

 Kasih Sayang dan Kemanusiaan: Etika Islam mengajarkan untuk merawat sesama
manusia, termasuk orang miskin, yatim piatu, dan kaum lemah lainnya. Kasih sayang dan
kepedulian terhadap orang lain merupakan nilai yang sangat ditekankan dalam Islam.

 Lingkungan Hidup: Islam juga mengajarkan perlunya menjaga lingkungan hidup dan
sumber daya alam. Manusia dianggap sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi, yang
berarti mereka memiliki tanggung jawab untuk melestarikan alam.
B. ETIKA FILOSOFIS

Etika filosofis adalah pendekatan etika yang didasarkan pada pemikiran rasional dan
argumentasi filosofis. Ini tidak bergantung pada ajaran agama tertentu dan mencari dasar moral
dalam pemikiran dan logika. Dalam etika filosofis, ada berbagai aliran pemikiran yang berbeda,
termasuk etika kantianisme, etika utilitarianisme, dan etika tugas.

1. Etika Kantianisme

Etika Kantianisme adalah salah satu aliran utama dalam etika filosofis yang
dikembangkan oleh filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804). Etika ini dikenal dengan
pendekatan moralnya yang berfokus pada kewajiban dan prinsip moral yang universal.
Kantianisme menekankan pemikiran rasional manusia sebagai landasan utama dalam
menentukan tindakan moral, dan prinsip utamanya adalah kategoris imperatif.

Berikut adalah poin-poin penting dalam etika Kantianisme:

 Kategoris Imperatif: Kant membedakan antara kategoris imperatif dan imperatif


hipotetis. Imperatif hipotetis adalah perintah yang bergantung pada suatu kondisi tertentu.
Contohnya, "Jika Anda ingin menjadi seorang dokter, Anda harus belajar kedokteran." Di
sisi lain, kategoris imperatif adalah perintah yang bersifat universal dan berlaku tanpa
terkecuali. Contohnya, "Berperilaku seolah-olah tindakan Anda akan menjadi aturan
moral universal."

 Ditinjau dari Prinsip Universal: Salah satu aspek terpenting dalam etika Kantianisme
adalah bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang dapat dijadikan aturan umum
tanpa terkecuali. Kant menyebut prinsip ini sebagai "prinsip kesetaraan moral." Dalam
memutuskan apakah suatu tindakan etis atau tidak, kita harus bertanya, "Apakah kita bisa
menginginkan semua orang untuk melakukan tindakan ini dalam semua situasi serupa?"

 Hak Moral dan Kewajiban Moral: Kantianisme juga mengakui hak moral individu.
Hak-hak ini muncul karena setiap individu memiliki martabat dan kebebasan moral. Kant
mengatakan bahwa kita memiliki kewajiban moral untuk menghormati hak-hak orang
lain dan tidak boleh menggunakan orang sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi kita.

 Akhlak Tugas: Etika Kantianisme menekankan akhlak tugas, yang berarti kita memiliki
kewajiban moral yang harus dilaksanakan tanpa memperhatikan konsekuensinya. Sebagai
contoh, kita memiliki kewajiban moral untuk tidak berbohong, bahkan jika berbohong
dapat menghasilkan hasil yang lebih baik dalam situasi tertentu. Dalam hal ini, tindakan
moral tidak boleh dikompromikan oleh hasil yang diinginkan.

 Ditentukan oleh Akal: Kantianisme menganggap akal manusia sebagai sumber utama
penentuan tindakan moral. Kant berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan
rasional untuk mengenali apa yang benar dan salah secara moral. Oleh karena itu, kita
memiliki kemampuan untuk memahami prinsip-prinsip moral universal melalui akal kita.
 Dekonstruksi Motivasi: Etika Kantianisme juga menggarisbawahi pentingnya motivasi
atau niat dalam menilai tindakan. Meskipun tindakan tertentu mungkin tampak baik dari
sudut pandang luar, jika motivasinya salah (misalnya, tindakan baik hanya dilakukan
untuk mendapatkan pujian), maka tindakan tersebut dianggap tidak bermoral.

 Kritik terhadap Utilitarianisme: Kantianisme sering dikontraskan dengan etika


utilitarianisme. Kantianisme menolak ide bahwa akibat atau konsekuensi tindakan adalah
satu-satunya faktor yang penting dalam menentukan moralitas. Sebaliknya, Kantianisme
lebih fokus pada moralitas tindakan itu sendiri.

Dalam kesimpulan, etika Kantianisme adalah suatu pendekatan etika yang berpusat pada
kewajiban moral, prinsip universal, dan pemikiran rasional manusia. Ini menekankan pentingnya
bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral yang dapat dijadikan aturan umum tanpa terkecuali.
Etika Kantianisme menawarkan pandangan moral yang kuat dan berdampak dalam banyak
bidang etika, termasuk dalam pertimbangan etika lingkungan dan hak asasi manusia.

2. Etika Utilitarianisme

Etika utilitarianisme adalah salah satu pendekatan etika dalam filosofi yang
dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Pendekatan ini
mengutamakan prinsip utilitas, yang mengacu pada prinsip bahwa tindakan yang baik adalah
tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Dengan kata
lain, utilitarianisme menekankan pentingnya akibat atau konsekuensi tindakan daripada niat atau
kewajiban moral.

Berikut adalah beberapa poin penting yang lebih lengkap mengenai etika utilitarianisme:

 Prinsip Utama: Kebahagiaan Masyarakat


Prinsip dasar etika utilitarianisme adalah mencapai kebahagiaan terbesar bagi masyarakat
atau sebanyak mungkin individu. Bentham menggambarkannya sebagai "menghitung
kebahagiaan" dan menilai tindakan berdasarkan sejauh mana tindakan tersebut
meningkatkan total kebahagiaan dibandingkan dengan penderitaan. Mill kemudian
membedakan antara kebahagiaan yang rendah (sensual) dan kebahagiaan yang tinggi
(intelektual dan moral).

 Kalkulasi Utilitas
Dalam utilitarianisme, untuk menentukan apakah suatu tindakan adalah tindakan yang
baik atau tidak, kita harus melakukan perhitungan utilitas. Utilitas adalah ukuran
kebahagiaan atau utilitas yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Kalkulasi utilitas
melibatkan pertimbangan antara berbagai faktor, seperti jumlah orang yang terlibat,
tingkat kebahagiaan yang dihasilkan, dan durasi kebahagiaan tersebut.
 Pilihan Tindakan Berdasarkan Utilitas
Menurut utilitarianisme, tindakan yang seharusnya diambil adalah tindakan yang
menghasilkan utilitas terbesar. Dengan kata lain, jika suatu tindakan menghasilkan lebih
banyak kebahagiaan daripada penderitaan, tindakan tersebut dianggap baik dan
seharusnya dilakukan. Namun, jika tindakan tersebut lebih banyak menghasilkan
penderitaan daripada kebahagiaan, maka tindakan tersebut seharusnya dihindari.

 Konsekuensialisme
Utilitarianisme adalah bentuk konsekuensialisme dalam etika. Ini berarti penilaian moral
dilakukan berdasarkan konsekuensi dari tindakan tersebut, bukan pada niat atau prinsip
moral yang mendasarinya. Dalam pandangan utilitarianisme, tindakan yang dapat
diterima secara moral bisa berubah tergantung pada situasi dan konsekuensi yang timbul.

 Kritik Terhadap Utilitarianisme


Meskipun utilitarianisme memiliki keunggulan dalam kesederhanaan dan fokus pada
kebahagiaan, ia juga mendapatkan kritik. Kritik umum termasuk masalah dalam
mengukur dan memprediksi konsekuensi tindakan, potensi pengorbanan individu untuk
kebahagiaan mayoritas, dan pengecualian terhadap hak asasi individu yang mungkin
bertentangan dengan prinsip utilitarian.

 Utilitarianisme dalam Konteks Etika Lingkungan


Dalam konteks etika lingkungan, utilitarianisme dapat digunakan untuk
mempertimbangkan tindakan yang berkaitan dengan pelestarian alam. Tindakan yang
memperbaiki kualitas lingkungan dan memberikan kebahagiaan jangka panjang bagi
manusia dan makhluk lainnya dapat dianggap sebagai tindakan yang baik dalam
kerangka utilitarianisme.

Penting untuk diingat bahwa utilitarianisme adalah salah satu dari banyak pendekatan etika
yang berbeda. Meskipun konsep kebahagiaan sebagai dasar moralnya memiliki daya tarik, etika
ini juga memiliki tantangan dan kritik yang harus dipertimbangkan saat menggunakannya
sebagai kerangka kerja etika dalam situasi tertentu.

3. Etika Tugas

Etika tugas, juga dikenal sebagai "etika kewajiban" atau "etika deontologis," adalah salah
satu aliran dalam filsafat etika yang menekankan pentingnya menjalankan tugas-tugas moral
tanpa memandang konsekuensinya. Etika ini lebih fokus pada karakteristik tindakan itu sendiri
daripada hasil atau akibat yang mungkin timbul akibat tindakan tersebut. Ide utama di balik etika
tugas adalah bahwa ada kewajiban-kewajiban moral tertentu yang harus diikuti tanpa pandang
bulu.

Beberapa ciri utama dari etika tugas termasuk:


 Kewajiban sebagai Panduan Utama: Dalam etika tugas, kewajiban-kewajiban moral
dianggap sebagai panduan utama dalam menilai apakah sebuah tindakan benar atau salah.
Pemikiran ini sering kali dihubungkan dengan filsuf Jerman, Immanuel Kant, yang
mengembangkan teori deontologi atau etika kewajiban yang dikenal sebagai
Kantianisme.

 Kasus Tertentu Menentukan Tindakan: Etika tugas menekankan bahwa setiap kasus
harus dianalisis secara individu dan tindakan yang diambil harus sesuai dengan prinsip-
prinsip moral tertentu yang dapat dijadikan pedoman dalam situasi tersebut.

 Ketidakmungkinan Perdagangan Moral: Dalam etika tugas, tidak ada pengorbanan


nilai moral yang dapat diterima demi mencapai hasil yang diinginkan. Artinya, tindakan
moral tidak boleh diperdagangkan dengan hasil yang diharapkan.

 Pentingnya Kewajiban Universal: Beberapa formulasi etika tugas, seperti Kantianisme,


menekankan kewajiban-kewajiban yang bersifat universal. Dalam hal ini, tindakan yang
dianggap benar harus dapat dijadikan aturan moral yang berlaku untuk semua orang tanpa
terkecuali.

 Penekanan pada Niat: Etika tugas juga menekankan pentingnya niat atau motivasi di
balik tindakan. Menurut Kant, tindakan moral harus didasarkan pada niat baik yang
mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan kewajiban moral, bukan karena
faktor eksternal atau keuntungan pribadi.

 Pentingnya Hak Individu: Etika tugas sering kali menghormati dan melindungi hak
individu. Tindakan yang bertentangan dengan hak-hak individu dianggap tidak etis.

Contoh kasus dalam etika tugas dapat mencakup berbagai situasi, seperti dilema moral di
mana seseorang harus memilih antara mengungkap kebenaran yang bisa merugikan seseorang
atau menjaga rahasia yang seharusnya dijaga. Dalam etika tugas, pemilihan tindakan akan
didasarkan pada kewajiban moral untuk mengungkap kebenaran, meskipun konsekuensinya
mungkin tidak menyenangkan.

Meskipun etika tugas memiliki kelebihan dalam menegakkan prinsip-prinsip moral yang
kaku dan universal, aliran ini juga dapat menghadapi kritik karena terkadang dapat menghasilkan
hasil yang tidak intuitif atau tidak adil dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, berbagai aliran
etika lainnya, seperti utilitarianisme, yang lebih menekankan pada hasil dan konsekuensi, telah
menjadi alternatif yang populer dalam kajian etika.
BAB III
PENUTUP
Makalah ini telah menjelaskan dua sumber utama etika, yaitu etika teologis dan etika
filosofis, serta bagaimana keduanya berperan dalam membentuk pandangan kita tentang apa
yang benar dan salah. Etika teologis didasarkan pada ajaran agama, sementara etika filosofis
bergantung pada pemikiran rasional dan argumen filosofis. Baik etika teologis maupun etika
filosofis memiliki kontribusi yang berharga dalam membimbing tindakan manusia, termasuk
dalam konteks etika lingkungan.

Dalam etika lingkungan, kedua sumber ini menekankan pentingnya menjaga dan
melestarikan alam semesta ini. Etika teologis mengajarkan tanggung jawab manusia sebagai
khalifah Allah di bumi, sementara etika filosofis mengajarkan konsep seperti kewajiban moral,
kebahagiaan, dan prinsip moral universal. Keduanya mengingatkan kita bahwa kita memiliki
tanggung jawab moral untuk menjaga dan merawat lingkungan hidup kita.
Sementara etika teologis memberikan pandangan yang diberkahi oleh keyakinan agama, etika
filosofis memberikan kerangka pemikiran rasional yang bisa diterapkan oleh semua orang,
independen dari keyakinan agama tertentu. Ini menunjukkan bahwa etika lingkungan bukanlah
domain yang terbatas pada satu kelompok orang atau keyakinan tertentu, tetapi adalah tanggung
jawab bersama kita sebagai manusia.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan lingkungan yang semakin mendesak seperti


perubahan iklim, pencemaran lingkungan, dan kerusakan ekosistem, kita perlu menggabungkan
sumber-sumber etika ini untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan adil. Kita harus
memahami bahwa menjaga lingkungan bukan hanya masalah moral, tetapi juga merupakan
langkah yang penting untuk menjaga keberlanjutan dan kesejahteraan umat manusia.
Dengan demikian, etika teologis dan etika filosofis dapat menjadi panduan yang berharga dalam
menjalani kehidupan kita dengan lebih bijak, berempati, dan bertanggung jawab terhadap alam
semesta yang kita bagikan dengan makhluk lainnya. Dengan kerja sama dan kesadaran bersama,
kita dapat memastikan bahwa warisan alam ini akan tetap lestari bagi generasi mendatang.

Kesimpulan

Etika adalah bidang yang luas dan kompleks dengan berbagai sumber dan pendekatan. Etika
teologis didasarkan pada ajaran agama, sementara etika filosofis didasarkan pada pemikiran
rasional dan argumen filosofis. Kedua sumber ini memiliki nilai dan prinsip-prinsipnya sendiri
yang dapat membimbing manusia dalam membuat keputusan moral. Bagaimanapun juga, baik
etika teologis maupun etika filosofis memiliki tujuan yang sama, yaitu mendorong tindakan
manusia yang baik dan moral, termasuk dalam hubungannya dengan lingkungan hidup. Dalam
konteks etika lingkungan, kedua sumber ini dapat memandu kita dalam menjaga dan
melestarikan alam semesta ini untuk generasi mendatang.

Anda mungkin juga menyukai