NEGERI
DISUSUN OLEH:
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan riset ini dengan
baik dan tepat waktu. Adapun judul dari laporan ini adalah “MANAJEMEN
PENGELOLAAN PERKARA PENGADILAN NEGERI”. Tujuan dari
penulisan laporan ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen
Pengelolaan Perkara yang diampu oleh Bapak Andi Nova Bukit SH., MH.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan laporan ini dan berbagai sumber yang telah
kami pakai sebagai data dan fakta pada laporan ini. Dalam menyusun laporan,
tentu masih banyak kekurangan maupun kekeliruan, baik bahasa maupun
kalimatnya. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan penyusunan laporan ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................5
BAB II 6
TINJAUAN PUSATAKA 6
2.1 Pengertian Pengadilan Negeri........................................................................6
2.2 Pengadilan Negeri Medan..............................................................................7
BAB III 10
METODE PENELITIAN 10
BAB IV 14
PEMBAHASAN 14
4.1 Prosedur Pengelolaan Perkara di Pengadilan Negeri Medan.......................14
4.2 Permasalahan yang Terjadi dalam Pengelolaan Perkara dan Solusinya......19
4.3 Manajemen pengelolaan perkara dapat membantu efektivitas dalam
penyelesaian perkara..........................................................................................21
4.4 Peran Hakim, Jaksa, dan Pengacara dalam Proses Pengelolaan Perkara.....22
BAB V 26
PENUTUP 26
5.1 Kesimpulan...................................................................................................26
5.2 Saran.............................................................................................................26
2
BAB I
PENDAHULUAN
1 Syahr, Zulfia Hanum Alfi. "Dinamika Digitalisasi Manajemen Layanan Pengadilan." Prosiding
Seminar Nasional Pakar. 2020.
2 Rumadan, Ismail. "Peran Lembaga Peradilan Sebagai Institusi Penegak Hukum Dalam
Menegakkan Keadilan Bagi Terwujudnya Perdamaian." Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan
Hukum Nasional 6.1 (2017): 69-87.
1
bersifat absolutisme dalam arti kekuasaan yang tidak terbatas. Sebagai instansi
pemerintah menurut Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintahan, instansi pemerintah berkewajiban
untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi serta peranannya
dalam pengelolaan sumber daya, anggaran maupun kewenangan dalam melayani
pencari keadilan.
Perspektif manajemen yang diterapkan pada lembaga peradilan sebagai
sebuah organisasi terdiri dari seperangkat tugas dan aktivitas organisasi yang
dirancang untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas penyediaan layanan
peradilan. Manajemen peradilan dapat dikatakan memiliki dua pengertian yang
saling terkait: di satu sisi, dan sesuai dengan konsep yang diusulkan di atas,
umumnya mengacu pada kontrol atau pengawasan perilaku dalam organisasi
peradilan. Dalam istilah yang agak berbeda manajemen peradilan mengacu pada
suatu bentuk administrasi peradilan yang terdesentralisasi karena masing-masing
pengadilan harus melakukan tugas-tugas organisasi dan administrasi internal yang
tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada badan pusat untuk melaksanakannya.
Oleh karena itu, masalah utama dari manajemen lembaga peradilan terletak pada
keseimbangan yang tepat yang harus ditemukan antara administrasi terpusat dan
otonomi organisasi dan administrasi yang didesentralisasi yang harus dilakukan
oleh setiap pengadilan secara individual agar dapat menjalankan tugas dan fungsi
secara optimal serta menciptakan sistem koordinasi yang baik ada di antara kedua
jenjang organisasi.
2
Keterbukaan informasi dalam konteks transaparansi peradilan saat ini bukan saja
menjadi kebutuhan publik tetapi juga kebutuhan seluruh warga badan peradilan.
Dengan adanya transparansi peradilan, secara perlahan akan terjadi penguatan
akuntabilitas dan profesionalisme serta integritas warga peradilan. Komitmen
untuk memberikan keterbukaan baik proses maupun hasil akhir merupakan wujud
nyata dari layanan publik sebagai akses terhadap keadilan (access to justice) yang
diberikan oleh Pengadilan pada level terbawah hingga Mahkamah Agung.
Kualitas pelayanan publik yang prima melalui transparansi peradilan dengan
keterbukaan informasi merupakan muara dari pelaksanaan Reformasi Birokrasi.4
Berdasarkan latar belakang yang telah kami kemukakan diatas dapat kami
simpulkan beberapa sub permasalahan yang akan kami angkat diantaranya adalah:
3
4. Untuk mengetahui peran Hakim, Jaksa, dan Pengacara dalam proses
pengelolaan perkara.
4
6. Dukungan untuk kebijakan publik: Hasil penelitian dapat digunakan untuk
memberikan dukungan bagi perubahan kebijakan atau peraturan yang
lebih baik dalam pengelolaan perkara hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
5
2.1 Pengertian Pengadilan Negeri
6
Pengadilan Negeri Medan terletak di ibukota provinsi Sumatera Utara
yakni kota Medan. Pengadilan Negeri Medan merupakan bekas gedung Landraad
yang merupakan bangunan yang dibangun pada zaman pemerintahan Hindia
Belanda sekitar tahun 1911. Pengadilan Negeri Medan terletak di atas tanah seluas
5.336 M2 dengan luas bangunan 3379 M2. Bangunan Kantor Pengadilan Negeri
Medan sekarang merupakan salah satu cagar budaya yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kota Medan yang mana bangunannya tidak boleh diubah secara fisik.
7
Kekayaan Intelektual, serta sengketa perniagaan lainnya yang
ditentukan oleh Undang-Undang
2. Pengadilan HAM, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2000. Kewenang Pengadilan HAM adalah
untuk mengadili pelanggaran HAM berat, sebagaimana yang pernah
terjadi atas kasus pelanggaran hak asasi berat di Timor-Timur dan
Tanjung Priok pada Tahun 1984. Pelanggaran hak asasi tersebut
tengah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 2001 atas
pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, yang saat ini diubah melalui Keputusan Presiden
Nomor 96 Tahun 2001.
3. Pengadilan Anak, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997, yangmana merupakan implementasi dari
Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi, bahwa setiap anak berhak
atas perlindungan, baik terhadap eksploitasi, perlakuan kejam dan
perlakuan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana. Dan
Yurisdiksi Peradilan Anak dalam hal perkara pidana adalah mereka
yang telah berusia 8 tetapi belum mencapai 18 Tahun.
4. Pengadilan Perselisihan Hubungan Industri, dibentuk dan didirikan
berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial merupakan pengadilan
khusus di bawah pengadilan negeri di ibukota provinsi.
5. Pengadilan Perikanan, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-
Undang 31 Tahun 2004. Peradilan ini berwenang memeriksa,
mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang perikanan, dan
berada di lingkungan Peradilan Umum dan memiliki daerah hukum
sesuai dengan daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan.
6. Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi, dibentuk dan didirikan
berdasarkan amanat Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pengadilan ini
8
memiliki yurisdiksi untuk menangani perkara korupsi dan
berkedudukan di Jakarta.6
BAB III
6 https://web.pn-medankota.go.id/tentang-pengadilan/profile-pengadilan/2015-05-30-06-25-
03.html, diakses pada tanggal 16 september 2023, pukul 15.35 WIB.
9
METODE PENELITIAN
1. Berdasarkan pengalaman.
2. Menanyakan pada orang yang ahli.
3. Karena kebetulan.
4. Berdasarkan penelitian.
10
merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi,
yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Sistematis berarti
dilakukan berdasarkan perencanaan dan tahapan-tahapan yang jelas. Metodologis
berarti menggunakan cara tertentu dan konsisten, yakni tidak ada hal yang
bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. Sehingga mendapatkan hasil berupa
temuan ilmiah berupa produk atau proses atau analisis ilmiah maupun
argumentasi baru. Ukuran keilmiahan suatu hasil penelitian, yaitu:
Oleh karena itu, kebenaran hasil penelitian adalah kebenaran ilmiah yang
berbeda dengan yang datang dari ramalan dukun yang takhayul dan tidak bisa
dibuktikan oleh orang lain. Kebenaran ilmiah dari hasil penelitian ilmiah bisa
didapat hasil yang sama oleh orang lain, apabila orang lain tersebut mencoba
dengan menggunakan sistem dan metodologi yang sama pula.
11
Dalam tulisan ini kami menggunakan pendekatan metode kualitatif yang lebih
tepatnya menggunakan pendekatan secara wawancara langsung, yang artinya jenis
penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dimana kami sebagai peneliti
melakukan suatu observasi atau wawancara ke Pengadilan Negeri Medan untuk
mengumpulkan hasil beserta data melalui para ahli di bidangnya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari semua
publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen
resmi, bahan hukum sekunder terdiri atas buku-buku, jurnal, makalah,
laporan hasil penelitian dan bentuk tulisan-tulisan lain yang berakitan
dengan pokok permasalahan yang dibahas.
12
Setelah memperoleh bahan hukum atau sumber data. Kami mencoba untuk
mengolah dan menganalisa dengan menggunakan teknik analisis data secara
deskriptif, yaitu dengan melakukan penjabaran terhadap data yang telah kami
kumpulkan dan melakukan pemilahan terhadap sumber hukum yang berkaitan
agar sesuai dengan permasalahan yang kami akan teliti. Lalu mengolah dan
menginterpretasikan data untuk mendapatkan kesimpulan.
Berdasarkan topik yang ingin kami teliti, maka kami melakukan wawancara di
Pengadilan Negeri Medan Kelas 1A yang beralamat di Jalan Pengadilan No.8,
Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan. Penelitian
dengan metode wawancara ini kami lakukan selama 1 hari tepatnya pada
Kamis,7 September 2023 sekitar pukul 14.00 WIB
BAB IV
13
PEMBAHASAN
● MEJA PERTAMA
14
6. Pendaftaran perkara pidana singkat, dilakukan setelah Hakim
melaksanakan sidang pertama.
● MEJA KEDUA
15
1. Penunjukan Hakim atau Majelis Hakim dilakukan oleh Ketua Pengadilan
Negeri setelah Panitera mencatatnya di dalam Buku Register Perkara
seterusnya diserahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk menetapkan
Hakim atau Majelis yang mensidangkan Perkara tersebut.
6. Syarat Formil:
a. Nama;
b. Tempat Lahir;
c. Umur atau Tanggal Lahir;
d. Tempat Tinggal;
e. Pekerjaan Terdakwa
f. Jenis Kelamin
g. Kebangsaan;
h. Agama.
7. Syarat-syarat Materil:
a. Waktu dan tempat tindak Pidana dilakukan (tempus delicti dan locus
delicti);
16
b. Perbuatan yang didakwakan harus jelas di¬rumuskan unsur-unsurnya;
Pemegang Kas:
17
1. Mendaftarkan Perkara yang masuk sesuai dengan urutan penerimaan
dari pemegang kas, dan membubuhi Nomor Perkara Gugatan /
Permohonan sesuai dengan urutan dalam Buku Register tersebut.
18
A. Memori Kasasi dan PK
C. Kontra Memori Kasasi dan PK
D. Jawaban / tanggapan atas Alasan PK
19
menimbulkan ketidakpastian hukum, mencederai rasa keadilan dan merusak iklim
usaha dan Kepastian bisnis. Penyebab yang terungkap antara lain, ialah
banyaknya tahapan yang harus dilalui (prosedur cukup kompleks), adanya kendala
biaya (terutama biaya pengamanan dari aparat), adanya perlawanan pihak
tereksekusi, serta putusan hakim yang kurang jelas sehingga tidak bisa dilakukan
eksekusi. Dalam hal ini perlu adanya solusi yang serius seperti :
1. Mahkamah Agung RI menetapkan kebijakan tentang standar waktu tiap-tiap
tahapan penyelesaian eksekusi perkara perdata (khusus tahapan yang dapat
terkontrol oleh pihak pengadilan/yang tidak tergantung pada pihak ketiga seperti
pengamanan). Penentuan batasan waktu sebagai bagian dari layanan ekskekusi
pengadilan, memiliki peran krusial dalam mengurangi korupsi karena
ketidakjelasan jangka waktu dapat menjadi sumber pungli.
2. Terkait biaya pengamanan yang kerap menjadi hambatan eksekusi, Mahkamah
Agung RI dapat melakukan kerjasama (MoU) dengan Kepolisian RI dalam hal
penyusunan standar biaya pengamanan eksekusi perkara perdata;
Sering sekali dalam pengadilan terjadi kesenjangan atau gap jumlah perkara
yang ditangani oleh satu hakim dan hakim yang lain. Hal ini dikhawatirkan dapat
menimbulkan tekanan berlebihan pada hakim tertentu sehingga timbul rasa
ketidakadilan, yang dapat memunculkan rasionalisasi untuk berbuat tidak
semestinya. Selain itu dikhawatirkan para pihak melakukan upaya penyuapan
untuk memotong antrian sidang yang ditimbulkan oleh adanya hakim yang terlalu
sibuk. Kondisi ini juga bertentangan dengan Keputusan bersama Ketua MA RI
dan Ketua Komisi Yudisial RI Nomor 047/KMA/SKB/IV/2009 dan
02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Perilaku Hakim yang menyebutkan
Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk, harus mendistribusikan perkara
kepada Majelis Hakim secara adil dan merata, serta menghindari pendistribusian
perkara kepada Hakim yang memiliki konflik kepentingan10
Solusi:
10 Kunto Ariawan “Kajian Sistem Manajemen Perkara di Pengadilan Tingkat Pertama” 2020
Hal(42).
https://www.kpk.go.id/images/litbang/Sistem_Manajemen_Perkara_di_Pengadilan_Tingkat_Pert
ama.pdf
20
● Pemantauan besaran gap bisa dibantu dengan pembuatan fitur beban kerja
yang terintegrasi dengan sistem pendistribusian perkara
4.3 Manajemen pengelolaan perkara dapat membantu efektivitas dalam
penyelesaian perkara
21
Penilaian terhadap mutu manajemen pada Mahkamah Agung khususnya
Badan Peradilan Umum pada pengadilan tingkat pertama telah dilakukan secara
berjenjang dimana Pengadilan Tinggi melakukan pengawasan dan pembinaan 2
kali dalam setahun, dengan memberikan penghargaan terhadap pengadilan dengan
sistem administrasi terbaik, dan melaporkannya ke Badan Peradilan Umum serta
Ke Mahkamah Agung. Penilaian oleh lembaga sendiri pada saat ini dirasa tidak
cukup namun juga membutuhkan pengakuan dari lembaga lain seperti pengakuan
dari lembaga penilai independen sesuai standar internasional, karena Badan
Peradilan dewasa ini khususnya Badan Peradilan Umum terus diuji oleh
banyaknya laporan–laporan masyarakat tentang ketidakpercayaan terhadap
pengadilan, ketidakpercayaan terhadap hakim dalam memutus suatu perkara
ditambah panjangnya birokrasi-birokrasi yang harus dilalui oleh pencari keadilan
dalam mencari keadilan dalam perkaranya.
Ketidak percayaan masyarakat, ketakutan masyarakat khususnya pada
masyarakat level menengah ke bawah berhubungan dengan pengadilan sangat
dirasakan, mulai dari hal-hal terkecil ketika masyarakat ingin mendapatkan
informasi, akan memilih datang ke instansi lain atau pihak lain dari pada ke
pengadilan itu sendiri, meskipun informasi itu seyogyanya datang dari pengadilan
sehingga masyarakat tersebut mendapatkan informasi yang tidak lengkap, tidak
akurat dan bahkan bertentangan dengan keadaan-keadaan sebenarnya sehingga
memunculkan stigma yang makin buruk terhadap kenerja pengadilan. Keadaan
seperti ini tentulah sangat dilematis jika pandangan masyarakat khususnya
masyarakat pencari keadilan, terkhusus lagi masyarakat menengah ke bawah jika
pola pikir/maindset mereka bahwa hukum/pengadilan tajam ke bawah, tidak
berpihak pada mereka maka kepercayaan pengadilan semakin tergerus. Tentunya
pola pikir/maindset masyarakat, pendapat-pendapat tokoh masyarakat dengan
segala opininya harus dijadikan kritikan yang membangun untuk segera
melakukan perubahan yang sifatnya aktif yang langsung dapat diakses
masyarakat, meningkatkan layanan-layanan informasi masyarakat yang ramah dan
santun dengan penyediakan petugas layanan informasi yang selalu siap membantu
masyarakat pencari keadilan, memberikan informasi hukum tentang fakta
pengadilan yang terukur melalui Jurubicara pengadilan adalah merupakan bentuk
manajemen perubahan yang memihak kepada masyarakat sehingga masyarakat
dapat menilai pengadilan, “bahwa pengadilan sudah sangat terbuka, ibaratnya
rumah kaca yang didalamnya memperlihatkan cara kerja yang transparan, tidak
memihak, dan tidak mudah diintervensi dengan mengedepankan prinsip equal.
Sebagai peningkatan efektivitas pengelolaan manajemen perkara akan berbanding
lurus baik dengan penyelesaian perkara yang lebih cepat dan tepat.
4.4 Peran Hakim, Jaksa, dan Pengacara dalam Proses Pengelolaan Perkara
22
Peradilan berasal dari kata adil, artinya segala sesuatu mengenai perkara
pengadilan dalam lingkup negara Indonesia. Indonesia merupakan negara
hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4
disebutkan bahwa: “Negara Indonesia adalah negara hukum” Ketentuan pasal
tersebut merupakan landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara
yang berdasarkan atas hukum, hukum ditempatkan sebagai satu-satunya
aturan main dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(supremacy of law). Penegakan hukum di Indonesia tidak terlepas dari sistem
peradilan. Untuk mewujudkan Tujuan dari hukum itu sendiri dan juga untuk
mewujudkan keefektifan Menajemen Perkara dibutuhkan peran Aparat
Penegak Hukum yang saling bersinergis satu sama lain. Dalam hal ini Aparat
Penegak Hukum yang bersangkutan adalah Hakim, Jaksa, dan Pengacara.
Hakim Sebagai pelaku yang menyelenggarakan kekuasaan kehakiman,
seperti dalam Pasal 1 butir 8 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) disebutkan, hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Di mana tugas dan
wewenang hakim adalah untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara
pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Dalam
menjalankan tugas dan wewenang hakim dalam memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara, susuran majelis hakim sekurang-kurangnya terdiri
dari tiga orang hakim yaitu seorang hakim ketua dan dua orang hakim
anggota. Dan dibantu oleh seorang panitera atau seorang yang ditugaskan
melakukan pekerjaan panitera.12 Hal ini tidak lepas dari tugas dan wewenang
hakim sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang kekuasaan kehakiman Pasal 5 ayat (1) menegaskan: “Hakim dan
hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. 13 Dalam memberikan
putusan, Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan dan
kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan
ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian hukum dan keadilan
biasanya saling bertentangan. Selain itu, putusan hakim selayaknya
mengandung beberapa aspek. Pertama, putusan hakim merupakan gambaran
proses kehidupan sosial sebagai bagian dari proses kontrol sosial. Kedua,
putusan hakim merupakan penjelmaan dari hukum yang berlaku dan pada
intinya berguna untuk setiap orang maupun kelompok dan juga Negara.
Ketiga, putusan hakim merupakan gambaran keseimbangan antara ketentuan
hukum dengan kenyataan di lapangan. Keempat, putusan hakim merupakan
12 Widhia Arum Wibawana, “Tugas dan Wewenang Hakim: Pengertian dan Syarat-syaratnya"
DetikNews, Oktober 20, 2022, https://news.detik.com/berita/d-6359170/tugas-dan-wewenang-
hakim-pengertian-dan-syarat-syaratnya
13 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
23
gambaran kesadaran yang ideal antara hukum dan perubahan sosial. Kelima,
putusan hakim harus bermanfaat bagi setiap orang yang berperkara Keenam,
putusan hakim merupakan tidak menimbulkan konflik baru bagi para pihak
yang berperkara dan masyarakat.
Jaksa merupakan pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk bertindak sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 14 Jaksa dalam
lingkup kejaksaan merupakan pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-
Undang sebagai penuntu umum,sebagaimana di dalam penjelasan umum
Undang-Undang RI NO. 16 Tahun 2004 tentang kejaksaan,bahwa kejaksaan
sebagai salah satu Lembaga penegak hukum dituntur untuk lebih berperan
dalammenegakkan supremasihukum, perlindungan kepentingan umum,
penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan Kembali terhadap
kejaksaan untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya, kejaksaan
Republik Indonesia sebagai Lembaga pemerintahan yang melaksanakan
kekuatan negara di bidang penuntutan harus mampu mewujudkan kepastian
hukum, ketertiban hukum, keadilan, dan kebenaran berdasarkan hukum dan
mengindahkan norma-norma keagamaan , kesopanan dan kesusilaan, serta
wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup di
dalam Masyarakat.
Kejaksaan juga harus mampu terlibat sepenuhnya dalam proses
Pembangunan antara lain turut menciptakan kondisi yang mendukung dan
mengamankan pelaksanaan Pembangunan untuk mewujudkan Masyarakat
yang adil dan Makmur berdasarkan Pancasila, serta berkewajiban untuk turut
menjaga dan menegakkan kewibawaan pemerintah dan negara serta
melindungi kepentingan Masyarakat.15
Pengacara dalam hal ini berfungsi untuk menjaga objektivitas dan prinsip
kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law) dan akses pada
pemberi nasihat hukum yang menjamin keadilan untuk semua lewat bantuan
hukum. Tugas dari advokat tidak hanya membela terdakwa atau tersangka
saja. Advokat bisa memberikan jasa layanan hukum lainnya seperti konsultasi
atau nasihat hukum. Ini bisa untuk berbagai masalah hukum baik itu perdata
atau pidana. Misalnya klien bisa menanyakan terkait aturan hukum dalam
bisnis. Banyak yang menyebut jika pengacara akan membela pihak yang
membayar mereka. Hal tersebut memang benar, tapi advokat juga bisa
24
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma atau gratis pada pihak yang
tak mampu.
16 Tim IBLAM , “Advokat adalah Pengacara? Ini Pengertian dan Tugas-tugasnya” (Jakarta Selatan:
Tim IBLAM, 2023)
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu adanya kebijakan
atau peraturan yang lebih baik dalam pengelolaan perkara hukum. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan dukungan bagi perubahan kebijakan atau peraturan
yang lebih baik dalam pengelolaan perkara hukum. Selain itu, perlu juga adanya
standar waktu dalam penyelesaian eksekusi perkara perdata, sehingga dapat
mengurangi ketidakpastian hukum dan mencegah terjadinya korupsi. Kerjasama
antara Mahkamah Agung RI dan Kepolisian RI dalam hal penyusunan standar
biaya pengamanan eksekusi perkara perdata juga perlu dilakukan.
Dengan adanya implementasi saran-saran tersebut, diharapkan manajemen
pengelolaan perkara di Pengadilan Negeri Medan dapat lebih efektif dalam
penyelesaian perkara dan memberikan kepastian hukum serta keadilan bagi semua
pihak yang terlibat.
26
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Andi Muhammad Sofya, d. (2014). Hukum Acara Pidana. Jakarta: Kencana.
IBLAM, T. (2023). Advokat adalah Pengacara? Ini Pengertian dan Tugas-
tugasnya. Jakarta Selatan: Tim IBLAM.
Muhaimin. (2020). Metode Penelitian Hukum. Mataram: Mataram University.
Soekanto, S. (1986). Pengantar Penelitian Hukum.
Soekanto, S. (1986). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
UNDANG- UNDANG
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kesehatan
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
JURNAL
Alfi, S. Z. (2020). Dinamika Digitalisasi Manajemen Layanan Pengadilan.
Prosiding Seminar Nasional Pakar, 69-87.
Mansyur, R. (2015). Keterbukaan Informasi Di Peradilan Dalam Rangka
Implementasi Integritas Dan Kepastian Hukum. Jurnal Hukum dan
Peradilan, 83-100.
Ramadan, I. (n.d.). Peran Lembaga Peradilan Sebagai Institusi Penegak Hukum
Dalam Menegakkan Keadilan Bagi Terwujudnya Perdamaian. Jurnal
Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum.
INTERNET
Ariawan, K. (2020). KPK. Retrieved from KPK.go.id:
https://www.kpk.go.id/images/litbang/Sistem_Manajemen_Perkara_di_Pe
ngadilan_Tingkat_Pertama.
27
Medan, P. N. (n.d.). PN Medan. Retrieved from pn-medankota.go.id:
https://web.pn-medankota.go.id/tentang-pengadilan/profile-pengadilan/
2015-05-30-06-25-03.html
Sugali SH., M. (2022, Juli 15). Sugali Lawyer. Retrieved from Catatan Hukum:
https://sugalilawyer.com/manajemen-peradilan/
umm.ac.id. (n.d.). Retrieved from https://eprints.umm.ac.id/66594/3/BAB%20II
%20Ibnu%20Tsani%20FIX.pdf diakses pada 14 Mei 2023
Wibawana, W. A. (2022, oktober 20). DetikNews. Retrieved from
https://news.detik.com/berita/d-6359170/tugas-dan-wewenang-hakim-
pengertian-dan-syarat-syaratnya
28