KELOMPOK 4
DISUSUN OLEH
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami
selaku penulis makalah dapat menyelesaikan tugas kelompok pembuatan makalah yang menjadi
tugas mata kuliah Hukum Koperasi dan UMKM ini dengan tepat waktu. Makalah ini selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan
secara umum. Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai
pihak, baik dari dosen pengampu, anggota kelompok dan pihak lainnya yang turut membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, pemakalah
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan kami, makalah
yang disajikan ini berguna dan dapat menginspirasi bagi para pembaca. Oleh karena itu kami
dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik.
Padang, 16 Mei 2023
Kelompok 4
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
.............................................................................................................. .......1
B. Rumusan Masalah
................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
.........................................................................................................3
1. MANAJEMEN KUMKM
2. BIROKRASI KUMKM
3. INFRASTRUKTUR KUMKM
4. KEMITRAAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah sektor bisnis yang memainkan peran
penting dalam perekonomian suatu negara. UMKM umumnya merujuk pada bisnis yang
memiliki skala kecil, jumlah karyawan terbatas, dan kapitalisasi yang relatif rendah.
UMKM merupakan penyedia lapangan kerja utama di banyak negara di seluruh dunia. Mereka
berkontribusi secara signifikan dalam mengurangi angka pengangguran dan memberikan
kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. UMKM sering kali menjadi pilar ekonomi lokal di
daerah pedesaan dan perkotaan UMKM memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Dalam banyak negara, sektor UMKM menyumbang sebagian besar Produk Domestik
Bruto (PDB). Pertumbuhan UMKM dapat menggerakkan sektor lain dalam rantai pasokan dan
meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya dapat memacu pertumbuhan ekoni
secara keseluruhan.
UMKM dapat menjadi alat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Mereka memberikan
kesempatan kepada individu-individu yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap lapangan
kerja formal untuk menjadi pengusaha dan mandiri secara ekonomi. UMKM juga sering kali
memberikan peluang bagi perempuan, pemuda, dan kelompok marginal lainnya untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi.
Namun tentunya dalam pengembangnnya akan menemui berbagai kendala Pemerintah dan
lembaga internasional sering kali memberikan perhatian khusus terhadap sektor UMKM dan
mengadopsi kebijakan dan program untuk mendukung pertumbuhan dan pengembangan
UMKM. Hal ini dilakukan melalui penyediaan akses ke pembiayaan, pelatihan keterampilan,
akses pasar, dan pemangkasan regulasi yang berlebihan, guna membantu UMKM mengatasi
kendala yang mereka hadapi dan meraih keberhasilan yang lebih besar.
Berdasarkan latar belakang tersebut kami membahas mengenai kendala dan hal hal yang
berkaitan dengan pengembangan UMKM tersebut.
B. Rumusan masalah
1. apa itu manajemen, birokrasi, kemitraan, dan infrastruktur?
C. Tujuan penulisan1. untuk mengetahui apa itu manajemen, birokrasi, kemitraan, dan
infrastruktur
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen
Kata manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yakni management.
Menurut Oxford Advanced Dictionary of Current English sebagaimana dikutip Sudirman bahwa
management berakar dari kata manage yang berarti control (kontrol) dan succed (sukses).2
Secara umum, manajemen dapat diartikan sebagai upaya mengatur sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.3 Menurut beberapa ahli,
manajemen mempunyai banyak istilah yang berbeda-beda, antara lain:
1
Bambang Agus Sumantri dan Erwin Putera Permana, Manajemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), ( Kediri : Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2017 ), hlm. 33
2
Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas,(Malang : UIN-Malang Press, 2007), hlm. 71
3
Burhanudin Yusuf, Manajemen Sumber Daya Manusia Di Lembaga Keuangan Syariah, Edisi pertama cetakan
kedua (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), hlm. 19-20.
Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.4
b. George R. Terry
Manajemen adalah management a distinct process consisting of planning,
organizing, objective by the use of human being and other resources. 5
Manajemen
adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaransasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya.
c. Schoderbek Coser dan Aplin
Manajemen adalah management a process achieving organizational gools through
others. 6
Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja
sama dengan orang lain
d. Harold Koontz dan Cyril O‟ Donnel
Penjelasan Harold Koontz dan Cyril O‟ Donnel sebagaimana yang dikutip oleh
Malayu S.P Hasibuan menjelaskan manajemen sebagai berikut: Manajemen adalah
usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan,pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.7
Dari beberapa penjelasan tentang manajemen diatas maka dapat kita simpulkan bahwa
manajemen adalah suatu proses sistematis untuk mencapai tujuan bersama dengan
memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien. Manajemen baru dapat dilaksanakan
dengan baik jika ada dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama dalam suatu organisasi.
Planning is the first step to any course of action which decides the strategy as how to
attain maximum outcome form such action. 8(Perencanaan adalah langkah pertama
untuk setiap tindakan yang menentukan strategi sebagai cara untuk mencapai hasil
maksimal dari tindakan tersebut).
Perencanaan adalah fungsi manajemen yang telah menentukan secara jelas pemilihan
pola-pola pengarahan untuk para pengambil keputusan sehingga dapat di koordinasi
dengan sebagian banyak keputusan dalam suatu kurun waktu tertentu dan mengarah
kepada tujuan-tujuan yang telah ditentukan. ada empat dasar tahap perencanaan :
8
Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 8
9
Sondang P Siagianm ,Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta : Bumi Aksar, 1989), hlm. 82
Pengarahan (actuating=directing) adalah fungsi manajer yang amat penting. Semua
usaha kelompok memerlukan pengarahan kalau menginginkan usaha itu berhasil
dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Pengarahan adalah kegiatan memimpin
untuk membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah diberikan
dalam melaksanakan kegiatan usaha.
Pengawasan adalah penemuan dan penetapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat
unsur yaitu :
2. Manajemen Koperasi
Manajemen koperasi mempunyai tiga unsur pokok, yaitu: Rapat Anggota, Pengurus dan
Manajer, dan Badan Pemeriksa. Rapat anggota merupakan unsur dalam manajemen koperasi,
karena koperasi merupakan badan usaha milik para anggotanya. Hal ini sesuai dengan prinsip
demokrasi yang sesuai dengan asas koperasi. Pengurus merupakan bagian eksekutif dari
koperasi, manajer melaksanakan kegiatan sehari-hari dan bertanggung jawab langsung akan
kelancaran jalannya koperasi. Badan pemeriksa melakukan pengawasan terhadap pengurus dan
manajer.
Tujuan dari manajemen koperasi adalah agar dapat mewujudkan hal-hal yang berkaitan
dengan tujuan koperasi yang telah dijelaskan dipembahasan sebelumnya. Namun tujuan lain dari
manajemen koperasi adalah sebagai berikut:
Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi merupakan keuntungan para anggota.
Makin besar jasa seorang anggota terhadap koperasi makin besar pula penghasilan
yang diperoleh anggota itu.
Kegiatan koperasi dapat meningkatkan penghasilan para anggota koperasi. Ini berarti
sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan memperoleh penghasilan
yang tinggi kemungkinan akan lebih mudah memenuhi kebutuhan hidup yang
beraneka ragam.
Usaha koperasi bukan hanya kegiatan di bidang material, tetapi juga mengadakan
kegiatan pendidikan terhadap para anggota. Pendidikan tersebut antara lain diberikan
dalam bentuk pelatihan keterampilan dan manajemen. Dengan demikian, koperasi
turut berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada setiap kegiatan, koperasi bertindak bukan atas kehendak pengurus, melainkan
berdasarkan keinginan para anggota, yaitu terlebih dahulu harus dimusyawarahkan.
Hal ini merupakan pencerminan dari pelaksanaan demokrasi ekonomi.10
Perencanaan adalah suatu proses perumusan program beserta anggaran yang harus
dilakukan oleh sebuah koperasi sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan strategi yang
hendak dilaksanakannya. Sebagai tindak lanjut dari strategi, maka pelaksanaan fungsi
perencanaan harus secara konsisten mengacu pada tujuan dan misi koperasi tersebut.
Dengan kata lain, perencanaan bukanlah sekedar pengungkapan keinginan, merupakan
sebuah tindak lanjut dari strategi yang telah dipertimbangkan secara cermat. Selain itu,
perencanaan juga memiliki fungsi koordinasi antara bagian dalam koperasi serta fungsi
pengendalian terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan koperasi.
10
Novia Widya Utami, Tujuan dan Peran Koperasi Dalam Membangun Perekonomian,(Jakarta: Novia Widya Utami
Book, 2017)
Pada dasarnya yang dimaksud dengan strategi adalah cara-cara yang hendak ditempuh
oleh suatu organisasi dalam melaksanakan misi dan mencapai tujuan. Karena strategi
merupakan titik tolak bagi sebuah koperasi dalam melakukan perencanaan. Maka selain
harus mengacu pada tujuan dan misi koperasi, penentuan strategi harus
mempertimbangkan secara cermat halhal sebagai berikut:
Adapun jenis strategi yang dapat dipilih oleh koperasi dalam garis besarnya dapat
dibedakan antara strategi pada tingkat korporasi dan strategi pada tingkat unit usaha.
Jenis strategi yang dapat dipilih oleh koperasi pada tingkat korporasi meliputi: usaha
tunggal, diversivikasi usaha terkait, dan diverivikasi usaha tidak terkait atau
konglomerasi.
Sedangkan jenis strategi yang dapat dipilih pada tingkat unit usaha meliputi:minimisasi
biaya, diferensiasi produk, konsentrasi pada pasar tertentu, atau gabungan antara
ketiganya. Setelah memiliki strategi yang jelas, barulah dirumuskan program-program
yang sesuai untuk melaksanakan strategi tersebut. Akhirnya setelah memiliki program
yang jelas, barulah disusun anggaran untuk melaksanakan masing-masing program yang
telah ditentukan.
b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pembagian tugas dan wewenang dalam koperasi diantara para
pelaku yang bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana-rencana koperasi tersebut.
Walaupun secara umum perangkat koperasi telah terbagi dengan jelas, yaitu yang
meliputi kelengkapan organisasi koperasi, pengelola teknis koperasi,dan dewan
penasihat, namun dalam melaksanakan fungsi kepengurusannya koperasi memiliki
kewajiban untuk menyusun organisasi kepengurusan koperasi secara lebih rinci.
Pertanyaan pokok yang perlu dijawab oleh pengurus sehubungan pelaksanaan fungsi
pengorganisasian ini adalah: jenis struktur organisasi apakah yang hendak
diselenggarakan oleh koperasi, dalam garis besarnya, struktur organisasi dapat dibedakan
atas struktur fungsional, struktur unit usaha, dan struktur matriks. Struktur fungsional
adalah yang membagi wewenang pengelolaan koperasi berdasarkan fungsi-fungsinya.
Struktur unit usaha adalah yang membagi wewenang pengelolaan koperasi berdasarkan
unitunit usahanya. Sedangkan struktur matriks adalah gabungan antara struktur
fungsional dan struktur unit usaha. Koperasi yang masih kecil dan hanya
menyelenggarakan satu unit usaha, biasanya cukup diselenggarakan dengan
menggunakan struktur fungsional. Demikianlah, pembahasan yang lebih rinci mengenai
organisasi koperasi akan dilakukan pada bagian berikutnya.
c. Fungsi Pelaksanaan
Fungsi ketiga dari manajemen koperasi adalah fungsi pelaksanaan. Pelaksanaan adalah
proses penerapan rencana-rencana koperasi oleh masingmasing fungsi atau unsur dalam
organisasi koperasi. aspek terpenting dalam tahap pelaksanaan ini adalah aspek
koordinasi dan monitoring.
d. Fungsi Pengawasan
Pengawasan adalah upaya yang dilakukan oleh kewenangan yang lebih tinggi, untuk
mengukur tingkat kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan hasil yang
telah dicapai, atau upaya untuk memastikan bahwa kebijakan yang telah dirumuskan
telah dilaksanakan dengan semestinya. Dengan demikian pengawas diharapkan dapat
mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang serta
penggunaan sumbersumber ekonomi yang dimiliki oleh koperasi secara tidak
bertanggung jawab.
B. Birokrasi
(1) Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada
hierarki dan jenjang jabatan.
(2) Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan
sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya. Sedangkan menurut salah satu ahli, yaitu
Weber yang dikutip oleh Widjaja (1994), birokrasi adalah salah satu sistem otorita yang
ditetapkan secara rasional oleh berbagai peraturan. Birokrasi dimaksudkan untuk
mengorganisasikan secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan banyak orang. Reformasi
birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance. Melalui
reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah yang tidak
hanya efektif dan efisien tetapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya
untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek pada penerapan pelayanan prima.
a. Ciri-ciri Birokrasi
Perkembangan ekonomi dan meningkatnya iklim investasi suatudaerah tidak lepas dari
banyaknyaperusahaan baik dari skala mikro maupun yang besar untuk tumbuh di daerah tersebut
terhubung dengan sistem pelayanan perizinan yang diberikan oleh pemerintah, baik di level
pemerintah pusat maupun daerah. Sistem birokrasi dalam sistem perizinan terntu akan terhubung
dari satu bagian ke bagian yang lain. Satu perusahaan yang berdiri memerlukan izjin yang tidak
hanya satu jenis izin saja yang ada namun memerlukan berbagai izin sesuai dengan jenis dan
cakupan usaha dari perusahaan tersebut, sehingga akan memerlukan jenis izin yang banyak.
Sebagai contoh perusahaan makanan ringan akan memiliki izin yang tidak sedikit, mulai tempat
usaha memerlukan izin bangunan, izin peruntukan penggunaan tanah, izin gangguan, izin tempat
usaha dan izin lainnya kemudian dari produknya tentu juga akan dikenai berbagai macam izin
seperti izin dari dinas kesehatan, izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), bahkan ada dari
MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang mengeluarkan sertikat Halal.
Birokrasi seharusnya menempatkan diri sebagai mediating agent, menjadi jembatan antara
kepentingankepentingan masyarakat dan kepentingan-kepentingan pemerintah. Namun
realitanya, masih banyak kendala dalam penerapannya. Salah satunya yaitu sistem pelayanan
perizinan yang berlaku saat ini. Pada kenyataannya masyarakat masih ada hambatan birokratis.
Terkesan dalam kebijakannya pemerintah sangat dilematis. Terutama perizinan usaha baru untuk
UMKM yang banyak jenis pemungutan, baik yang resmi maupun tidak resmi. Secara lebih detail
permasalahan perizinan adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pengurusan izin yang berbelit-belit dan terlalu banyak instansi yang terlibat.
Kompleksnya persyaratan dalam mengajukan surat Izin Usaha akan berdampak pada pelaku
UMK yang kesusahan untuk memenuhi syarat tersebut dan akhirnya pelaku UMKM tidak
semangat untuk mengurus perizinan usahanya.
Hal ini disebabkan karena kurangnya profesionalitas dalam bekerja, sehingga diperlukan upaya
peningkatan kualitas SDM yang profesional.
Permasalahan yang lain adalah untuk satu izin akan berkaitan dengan dinas dinas lain pula yang
membidanginya. Dewasa ini jenis dan prosedur perizinan di Indonesia masih beraneka ragam,
rumit, dan sukar ditelusuri, sehingga sering merupakan hambatan bagi kegiatan dunia usaha.
Jenis perizinan di Negara Indonesia sedemikian banyaknya. Namun, bukan berarti dengan
wewenang yang dimiliki oleh pemerintah pusat atau daerah dapat memberikan izin sebanyak-
banyaknya tanpa mempertimbangkan aspek lain. Permasalahan tentang kewenanganyapun ini
sering menjadi masalah, misalnya suatu izin apakah menjadi kewenangan tingkat kabupaten
tingkat provisi atau tingkat pusat. Permasalahan kewenangan ini biasanya terkait dengan jenis
usaha, kapasitas dan cakupan wilayah usaha yang dilakukan. Peran birokrasi publik tidak hanya
memberi pelayanan kepada masyarakat dalam arti sempit, tetapi berperan mengelola kebijakan
publik. Biokrasi publik sangat berperan dalam proses formulasi/pembuatan kebijakan publik,
pelaksanaan dan penegakkan, serta evaluasinya. Dari peran brokrasi publik, apa yang dilakukan
oleh “pelaksana terdepan” hanya menjalankan sebagian kecil dari pelaksanaan kebijakan
publik.8
Untuk mengatasi permasalahan tentang birokrasi perijianan yangberbelit-belit pemerintah
menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Peraturan menteri ini sebagai acuan
bagi pemerintah daerah untuk membangun sistem perizinan satu pintu, artinya dengan sistem
yang memangkas sistem birokrasi yang berbelit belit. Apalagi masyarakat menilai bahwa
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah lama, berbelit-belit, dengan dengan
persyaratan yang rumit dan regulasi yang tidak fleksibel Perizinan satu pintu memungkinkan
proses pelayanan perizinan yang diberikan sangat singkat dengan harga yang jelas dan
menghindari praktek-praktek pungli, masyarakat dapat memantau perkembangan proses
penerbitan izin yang diajukan, apalagi perkembangan teknologi yang terintegrasi antar satu
dinas ke dinas yang lain mejadikan sistem pelayanan perizinan menjadi lebih baik lagi.
C. Kemitraan
1. Pengertian Kemitraan
Dalam PP No.4 tahun 1997 Pasal 1 Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil
dengan Usaha Menengah dan ataudengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan
oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.11
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka
waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan
oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. 12Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kemitraan berasal dari kata mitra, arti kata mitra adalah teman, kawan
kerja, pasangan kerja, atau rekan. Sedangkan Kemitraan memiliki arti perihal hubungan atau
jalinan kerjasama sebagai mitra.13
11
PP No.4 tahun 1997
12
Muhammad Jafar Hafsah, 1999, Kemitraan Usaha, Pustaka Sinar Harapan , Jakarta, Hlm.43.
13
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1991,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Tujuan Kemitraan yaitu Untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan
kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha dalam rangka menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra.
Konsep kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe, yaitu tipe dispersal
dan tipe sinergis.
a. Tipe dispersal
Dispersal berasal dari kata asal disperse yang artinya tersebar. Dalam hal ini tipe dispersal dapat
diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku usaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan
formal yang kuat. Tipe dispersal dicirikan tidak adanya hubungan organisasi fungsional di antara
setiap tingkatan usaha pertanian hulu dan hilir. Jaringan bisnis hanya terikat pada mekanisme
pasar, sedangkan antar pelaku usaha bersifat tidak langsung dan impersonal sehingga setiap
pelaku usaha hanya memikirkan kepentingan sendiri. Dalam kondisi tersebut, pelaku usaha tidak
menyadari bahwa mereka saling membutuhkan.
Pada tipe dispersal, hubungan yang terjalin di antara kedua belah pihak tidak sinergis dan
berkesinambungan karena tidak bersifat kemitraan. Kondisi seperti itu menimbulkan
kesenjangan dalam sistem bisnis hulu dan hilir. Kesenjangan yang terjadi berupa informasi
tentang mutu, harga, teknologi, dan akses permodalan. Dengan demikian pemodal kuat yang
umumnya berwawasan luas, lebih berpendidikan, dan telah berperan di subsistem hilir menjadi
diuntungkan oleh berbagai kelemahan pengusaha UMKM sebagai produsen.
Mekanisme pasar sebetulnya telah banyak mendorong terciptanya Kemitraan tipe dispersal.
Masing-masing pelaku usaha mencari Keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya yang
serendah-Rendahnya. Contoh pada sektor pertanian, adanya praktik Ijon, praktik Dimana
informasi tentang harga jual hanya berada pada pedagang Pengumpul, tidak pada petani. Para
pedagang pengumpul menguasai Akses informasi mutu, harga umum di pasar, dan terutama
jaringan Transportasi ke wilayah-wilayah yang cukup jauh di luar jangkauan Petani.
b. Tipe sinergis
Tipe sinergis berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan Saling mendukung pada masing-
masing pihak bermitra. Sistem jenis ini Mulai banyak ditemukan di daerah pedalaman
(hinterland) kota-kota Besar dan kota menengah. Contoh dalam sektor pertanian, kemitraan
Petani tembakau dengan perusahaan perkebunan tembakau dan Kemitraan petani sayuran dengan
pengusaha eksportir atau pengusaha Pasar swalayan (retail). Kedua contoh tersebut telah
menunjukan Sinergi kerja sama usaha yang saling menguntungkan dan saling Mempertkuat serta
menjadikan kerja sama bisnis mereka menjadi Berkesinambungan. Sinergi yang dimaksud di
antaranya dalam bentuk Petani menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja,
sedangkanpengusaha eksportir menyediakan modal, bimbingan teknis, dan atau penjamin
pasar.14
Kemitraan telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah. Kemitraan adalah kerja sama usaha antara Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah atau dengan Usaha Besar, dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Melalui peraturan pelaksana yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (PP UMKM) menjelaskan bahwa kemitraan adalah
kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip
saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar. Kemitraan yang melibatkan pelaku
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar dituangkan dalam perjanjian
Kemitraan. Sebagaimana dalam Pasal 29 PP UMKM disebutkan15:
1) Setiap bentuk kemitraan yang dilakukan oleh Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah dituangkan dalam perjanjian Kemitraan.
2) Perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dalam Bahasa
Indonesia.
3) Dalam hal salah satu pihak merupakan orang atau badan hukum asing, perjanjian Kemitraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam Bahasa Indonesia dan bahasa asing.
4) Perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat paling sedikit:
a. kegiatan usaha;
14
Sumardjo, et. al, Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis, Cet. Pertama, Swadaya, Jakarta,2014
15
Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 20 Tahun2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
b. hak dan kewajiban masing-masing pihak;
c. bentuk pengembangan;
d. jangka waktu; dan
e. penyelesaian perselisihan.
a. Inti-Plasma
Kemitraan yang dilakukan dengan cara Usaha Besar sebagai inti Berperan menyediakan input,
membeli hasil produksi plasma, dan Melakukan proses produksi untuk menghasilkan komoditas
tertentu, Dan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah sebagai plasma Memasok /
menyediaka n/ menghasilkan /menjual barang atau jasa yang Dibutuhkan oleh inti. Atau Usaha
Menengah berkedudukan sebagai inti, Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai
plasma.
b. Subkontrak
Kemitraan yang dilakukan antara pihak penerima subkontrak untuk memproduksi barang
dan/atau jasa yang dibutuhkan Usaha Besar sebagai kontraktor utama disertai dukungan
kelancaran dalam mengerjakan sebagian produksi dan/atau komponen, kelancaran memperoleh
bahan baku, pengetahuan teknis produksi, teknologi, Pembiayaan, dan sistem pembayaran.
c. Waralaba
Hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti
berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba.
d. Perdagangan Umum
Kemitraan yang dilakukan dalam bentuk kerjasama pemasaran,penyediaan lokasi usaha, atau
penerimaan pasokan/penyediaan barang atau jasa dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah oleh Usaha Besar, yang dilakukan secara terbuka.
e. Distribusi dan Keagenan
Kemitraan yang dilakukan dengan cara Usaha Besar atau Usaha Menengah memberikan hak
khusus untuk memasarkan barang dan/jasa kepada Usaha Mikro dan Usaha Kecil.
f. Bagi Hasil
Kemitraan yang dilakukan oleh Usaha Besar atau Usaha Menengah dengan Usaha Mikro dan
Usaha Kecil, yang pembagian hasilnya dihitung dari hasil bersih usaha dan apabila mengalami
kerugian ditanggung bersama berdasarkan perjanjian tertulis.
Kemitraan yang dilakukan Usaha Besar atau Usaha Menengah dengancara bekerjasama dengan
Usaha Kecil dan/atau Usaha Mikro untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan
aset dan/atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung risiko usaha.
Kemitraan yang dilakukan dengan cara Usaha Mikro dan Usaha Kecil Indonesia bekerjasama
dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar asing untuk menjalankan aktifitas ekonomi bersama
yang masing-masing pihak memberikan kontribusi modal saham dengan mendirikan badan
hukum perseroan terbatas dan berbagi secara adil terhadap keuntungan dan/atau risiko
perusahaan.
i. Penyumberluaran (Outsourcing)
Kemitraan yang berkembang di masyarakat dan Dunia Usaha seiring dengan kemajuan dan
kebutuhan, atau yang telah terjadi di masyarakat.16
16
Bab III Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
3. Kendala dalam Kemitraan UMKM
Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang kurang kuat
dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas
kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra.
1. Koordinasi
Koordinasi antara stakeholder yang belum berjalan baik karena masih ada kesalah
pahaman selama proses pelaksanaan kegiatan . Kurang adanya pembagian koordinator
tetap tiap kelompok UMKM sehingga berbagai informasi yang diberikan tidak
sepenuhnya diterima oleh para pelaku UMKM secara jelas.
2. Transparansi
Transparansi yang dimaksud adalah keterbukaan pada segi anggaran yang terpakai
tersebut dimana para stakeholder perlu mengetahui bahwa anggaran telah terealisasikan
sesuai dengan perencanaan. Dengan adanya transparansi dapat mengurangi konflik yang
telah terjadi baik antara anggota mitraan.
3. Modal terbatas:
Salah satu kendala utama bagi UMKM adalah modal yang terbatas. Meskipun kemitraan
dapat membantu dalam pengadaan modal, seringkali modal yang diperoleh tidak cukup
untuk mengembangkan usaha secara signifikan. Terbatasnya akses ke sumber daya
keuangan yang memadai dapat membatasi kemampuan UMKM untuk melakukan
inovasi, memperluas jangkauan pasar, atau meningkatkan kapasitas produksi.
4. Kesulitan dalam mencari mitra yang cocok
Menemukan mitra yang cocok merupakan tantangan dalam pengembangan UMKM
melalui kemitraan. Memilih mitra yang memiliki visi dan tujuan yang sejalan, serta
memahami kebutuhan dan tantangan UMKM, adalah kunci keberhasilan dalam
kemitraan. Namun, proses mencari mitra yang tepat dan membangun hubungan kerja
yang saling menguntungkan dapat memakan waktu dan sumber daya.
5. Kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan
Banyak UMKM menghadapi kesulitan dalam mengakses pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka mungkin tidak memiliki
pengetahuan yang cukup tentang manajemen usaha, pemasaran, keuangan, atau
teknologi. Kemitraan yang sukses membutuhkan adanya transfer pengetahuan dan
keterampilan antara mitra yang lebih besar dan UMKM. Namun, jika kesenjangan ini
tidak teratasi, dapat menghambat kemajuan UMKM dalam kemitraan.
6. Perbedaan budaya dan nilai
Kemitraan sering melibatkan pihak-pihak dengan budaya dan nilai yang berbeda.
Perbedaan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam komunikasi, pengambilan keputusan,
dan pemahaman yang saling mendukung. Jika tidak dikelola dengan baik, perbedaan
budaya dan nilai dapat menyebabkan konflik atau ketegangan dalam kemitraan.17
D. Infrastruktur
1. Pengertian Infrastruktur
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) infrastruktur di artikan segala
sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya sarana dan prasarana umum18.
Sarana umum dapat berupa fasilitas publik seperti jembatan, sanitasi, jalan, telepon, air
bersih, sekolah,
listrik, rumah sakit dan lain sebagainya. Menurut Moteff infrastruktur didefinisikan tidak
hanya terbatas disudut pandang ekonomi saja melainkan dapat juga pertahanan dan
keberlanjutan pemerintah.
Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar fisik yang diperlukan seperti jalan,
jembatan, jalur kereta api, jembatan, kelistrikan, pengairan/irigasi, telekomunikasi dan
bandar udara yang bertujuan untk pengorganisasian sehingga dapat terbentuk sistem
terstruktur yang
diperlukan agar ekonomi dapat berjalan. Susanto mengungkapkan bahwa dengan adanya
infrastruktur fisik secara memadai, akan medukung kelancaran aktifitas ekonomi
masyarakat, produksi, dan memobilisasi distribusi barang dan jasa.19 Infrastruktur
merupakan salah satu tonggak perekonomian yang penting untuk dikembangkan di
17
Nabila Ghasani,Kemitraan Pengembangan UMKM, Universitas Airlangga, 1954
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008). h. 554.
Indonesia. Menurut survei pada indeks persaingan global pada tahun 2016-2017,
Indonesia menduduki peringkat ke-60 pada pilar infrastruktur (World Ecocnomic Forum,
2017).20
Karakteristik infratsruktur adalah eksternalitas dan juga bersifat non ekslusif yang
artinya baik postif maupun negatif, adanya monopoli alamiah (natural monopoly)
disebabkan oleh tingginya biaya tetap serta tingkat kepentingan dalam perekonomian dan
juga tidak ada
orang yang dapat dikesampingkan. Infrastruktur merupakan elemen struktural ekonomi
artinya bersifat rapih dalam penataannya yang dimana dapat memfasilitasi arus barang
dan jasa antara pembeli dan penjual (Macmillan Distionary of Modern Economics, 1996).
21
2. Jenis-jenis Infrastruktur
a) infrastruktur Ekonomi
Menurut Wahyuni, bahwa Bank dunia mendefinisikan infrastruktur ekonomi,
merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang kegiatan dan aktivitas
ekonomi dalam produksi maupun konsumsi final, yang meliputi public utilities
(tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan, kanal,
saluran irigasi, bendungan dandrainase) serta sektor transportasi (jalan, angkutan
pelabuhan, kereta api dan lain sebagainya).22
23
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan, Pasal 2 ayat (1-2).
spesialisasi secara geografis antar daerah. Infrastruktur merupakan instrumen untuk
memperlancar berputarnya roda perekonomian sehingga bisa mempercepat
akselerasi pembangunan. 24
Dengan pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan terjadi konstelasi atau terhubungnya satu
daerah dengan daerah lainnya. Sehingga UMKM dapat mengembangkan dan meningkatkan
usahanya sekaligus dapat memanfaatkan potensi lokal dengan sebesar-besarnya. Sejalan dengan
itu pembangunan infrastruktur di desa-desa sangat memberikan dampak terhadap pertumbuhan
dan peningkatan pendapatan masyarakat desa maupun para pelaku UMKM di desa. Ini berarti
program Nawa Cita pemerintah yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa-desa dalam kerangka negara kesatuan dapat terwujud, sekaligus mampu
24
Fredrik Benu, 2002. Ekonomi Rakyat dan Pemberdayaan: Suatu Kajian Konseptual. Jurnal Ekonomi
Rakyat. Th I (10), h. 17.
menjadi tonggak kekuatan perekonomian nasional. Dengan pembangunan infrastruktur dalam
arti luas akan dapat mendorong terwujudnya swasembada pangan, swasembada energi,
swasembada air dan swasembada teknologi maupun swasembada lainnya yang sangat diperlukan
oleh sebesar-besarnya rakyat Indonesia25
BAB III
25
Ibid, h. 24.
PENUTUP
Kesimpulan
manajemen adalah suatu proses sistematis untuk mencapai tujuan bersama dengan
memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien. Manajemen baru dapat dilaksanakan
dengan baik jika ada dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama dalam suatu organisasi.
Birokrasi adalah sistem organisasi pemerintahan atau perusahaan yang terdiri dari aturan,
prosedur,, dan hierarki yang kompleks untuk mengatur tugas dan aktivitas.
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat
ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.
Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar fisik yang diperlukan seperti jalan, jembatan,
jalur kereta api, jembatan, kelistrikan, pengairan/irigasi, telekomunikasi dan bandar udara yang
bertujuan untk pengorganisasian sehingga dapat terbentuk sistem terstruktur yang diperlukan
agar ekonomi dapat berjalan.
Daftar Pustaka
Sedarmayanti, 2009, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa
Depan, Refika Aditama, Bandung
Mia Chitra Dinisari (editor), Pemerintah Luncurkan Paket Kebijakan Ekonomi Percepatan Pelaksanaan
Berusaha, http://finansial.bisnis.com/read/20170831/9/685850/pemerintah-luncurkan-paketkebijakan-
ekonomi-percepatanpelaksanaan-berusaha, diakses pada tanggal 9 Juni 2018 pukul 10.52 WIB.
Suwari Akhmaddhian, 2012, Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Perizinan Penanaman Modal Di
Daerah (Studi KasusDi Pemerintahan Kota Bekasi), Jurnal Dinamika Hukum FH Universitas Jendral
Soedirman, Vol. 12 No. 3, September, hlm. 469
Nabila Ghasani,Kemitraan Pengembangan UMKM, Universitas Airlangga, 1954
Kementerian Negara Usaha Mikro Kecil dan Koperasi. Pemberdayaan Usaha Mikro
PP No.4 tahun 1997 tentang tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal
Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bio Parma.
Bab III Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Arie Setiadi Moerwanto, Triono Junoasmono, “Strategi Pembangunan Infratruktur Wisata Terintegrasi”.
Jurnal HPJI, Vol. 3 No. 2 Juli 2017.
Cut nanda Keusuma dan Suriani, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Dasar Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia”, ECOsains: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 4 No. 1, .Mei
2015
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa, 2008.
Eko Fajar Cahyono. “Analisis Pengaruh Infrastruktur Publik Terhadap Produk Domestik Bruto Perkapita
Di Indonesia”. Article, April 2012.
Fredrik Benu, 2002. Ekonomi Rakyat dan Pemberdayaan: Suatu Kajian Konseptual. Jurnal Ekonomi
Rakyat. Th I (10).
Mega Lestari, Suhadak, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Pemerataan Ekonomi Indonesia (Studi Pada Badan Pusat Statistik Tahun 2003-2017)”. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 70 No. 1 Mei 2019.