Anda di halaman 1dari 3

Kerangka Hukum Pemanfaatan GSO

Pelaksanaan Peraturan Hukum Atas Pemanfaatan GSO terbagi menjadi: Pertama, GSO
sebagai wilayah strategi bagi penempatan satelit komunikasi. GSO adalah suatu jalur yang
sangat potensial untuk penempatan satelit-satelit khususnya satelit komunikasi. Secara yuridis,
pemanfatan GSO oleh negara-negara dewasa ini masih mendasarkan diri pada prinsip ketentuan
yang terkandung dalam Space Treaty 1967 artikel II. Walaupun pada artikel tersebut dikatakan
bahwa ruang angkasa yang termasuk pula GSO karena berada dalam hampa udara, juga bulan
dan benda-benda langit lainnya tidak boleh dijadikan sebagai objek pemilikan nasional dengan
jalan klaim kedaulatan terhadap objek tersebut. Dalam kenyataannya tampak bahwa seolah-olah
negara maju adalah negara yang memiliki jalur tersebut

Prinsip first come first served, telah membawa suasana kompetisi serta mengakibatkan
lahirnya technological appropriation. Hal ini menambah keadaan kelompok negara-negara
khatulistiwa dan negara berkembang lainnya semakin dirugikan. Hal inilah yang menjadikan
pertentangan antara negara-negara maju khususnya Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan
negara-negara ekuator dan Negara-negara berkembang lainnya di sisi lain. Negara-negara
khatulistiwa menginginkan adanya suatu pengaturan Hukum Internasional yang tidak merugikan
posisi mereka dalam rangka pemanfaatan sumber daya GSO tersebut.

Pengaturan mengenai aspek teknis penggunaan GSO dibahas dan dikeluarkan oleh ITU.
Pengaturan aspek teknis ini selalu dimutakhirkan sejalan dengan kemajuan teknologi
telekomunikasi dan kebutuhan negara-negara, dengan maksud untuk dapat mengakomodasikan
kepentingan semua negara penyelenggara dan penggunaan jasa telekomunikasi. Dalam Konvensi
ITU Tahun 1973 (Malaga, Torremolinos), dimuat ketentuan yang berkaitan dengan GSO,
sebagai berikut:

a. GSO merupakan sumber alam terbatas, karena itu harus digunakan secara ekonomis dan
efisien;

b. Penggunaan secara equitable disesuaikan dengan kebutuhan dan fasilitas teknis yang
dimilikinnya.
Pada pertemuan WARC (World Administrative Radio Conference 1985), telah diajukan
prinsip apriori planning, yaitu sebagai upaya yang memungkinkan setiap negara memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemanfaatan GSO tanpa memandang tingkat perkembangan
kemampuan ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologinya. Rencana apriori planning
tersebut membawa implikasi yang luas, terutama terhadap tuntutan kedaulatan yang diajukan
oleh negara khatulistiwa, karena berdasarkan apriori planning, maka slot orbit di GSO telah
direncanakan terlebih dahulu penggunaannya, termasuk GSO yang berada di atas wilayah negara
khatulistiwa.

Dalam perkembangan selanjutnya beberapa pasal penting yang mengatur GSO dimuat di
dalam Konstitusi ITU 1994 dan Radio Regulation. Pasal-pasal tersebut meliputi:

a. Konstitusi ITU 1994, Kyoto.

Dalam pasal 1 (butir 11a) dan Pasal 44, Nomor 196 Paragraf 2 Konstitusi ITU 1994,
Kyoto yang menyatakan bahwa spectrum frekuensi radio dan GSO adalah sumber alam
terbatas dan harus digunakan secara rasional, efisien dan ekonomis, agar negara atau
kelompok negara mempunyai persamaan akses terhadap sumber alam tersebut, dengan
mempertimbangkan kebutuhan khusus negara berkembang dan situasi geografis
negara-negara tertentu.

b. Radio Regulation.

Edisi tahun 1993 Pasal 11, 12, 13 dan 14 yang mengatur mengenai prosedur koordinasi
penentuan penggunaan spectrum frekuensi termasuk slot orbit di GSO.

Maksud ITU membuat pengaturan tersebut di atas adalah untuk dapat mengakomodasikan
kepentingan semua negara yang mempunyai jangkauan jauh ke depan. Namun dalam
kenyataannya telah menimbulkan masalah baru, antara lain munculnya pengajuan “paper
satellites” oleh berbagai negara, yaitu pengajuan penggunaan slot-slot tertentu untuk satelit-
satelit yang belum jelas rencana peluncuran. Adanya paper satellite tersebut dipandang dapat
mengurangi optimalisasi pemanfaatan GSO, di samping menutup peluang negara-negara lain
yang lebih membutuhkan.
Kepentingan-kepentingan dasar negara khatulistiwa yang mempunyai spesial
geographical situatioan telah mulai diperhatikan. Negara-negara yang termasuk dalam Kelompok
77, berhasil memperjuangkan suatu deklarasi tentang GSO yang menyatakan:

a. Increasing members of satellite are being use of various porpuses by different contries.

b. Desirable that member states, within the ITU:

1) Continue to evolve some criteria for the mostequitable and efficient


usesage of GSO and the RF spectrum;

2) To develop planning methods/arrangements that are based on the genuine


needs both present and future

3) Such a planning method should take into account the specific needs of the
developing countries as well as the special geographical situation of
particular countries.

Anda mungkin juga menyukai