Anda di halaman 1dari 8

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019


Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

ANALISIS YURIDIS EKSISTENSI YURISDIKSI SATELIT RUANG


ANGKASA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

Satria Diaz Pratama Putra, Agus Pramono, H. M. Kabul Supriyadhie


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail :diazzsatria@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan yang menyangkut keantariksaan dimulai sejak Uni Soviet berhasil meluncurkan satelit
pertamanya di tahun 1957 bernama SPUTNIK. Setelah itu kegiatan keantariksaan semakin
berkembang dan juga menimbulkan persaingan antar negara. Munculah pengaturan yang mengatur
tentang penggunaan dan pemanfaatan antariksa yang dinaungi oleh Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB), aturan tersebut bernama UNCOPUOS yang kemudian melahirkan Space Treaty pada tahun
1967. Dengan adanya pengaturan tersebutdisepakati bersama bahwa antariksa tidak bisa dimilki
atau di klaim secara teritorial hanya digunakan untuk kepentingan bersama dengan tujuan
perdamaian.
Permasalahan yang diangkat dalam penulisann ini yaitu eksistensi yurisdiksi yang seolah muncul
pada satelit dan pemanfaatan wilayah ruang angkasa oleh pemerintah maupun pihak swasta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisann hukum ini adalah yuridis normatif.
Spesifikasi penelitian digunakan berupa deskriptif analitis. Data penelitian bersumber dari data
sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaturan
penggunaan antariksa telah jelas disebutkan dalam Space Treaty 1967 bahwa penggunaan sumber
daya dari ruang angkasa dimiliki oleh semua negara, dimana ruang angkasa tidak dapat diakui oleh
negara manapun dengan mengklaim suatu titik wilayah ruang angkasa.

Kata Kunci: Eksistensi Yurisdiksi, Satelit Ruang Angkasa, Hukum Internasional

ABSTRACT

Activities that involving space began since the Soviet Union successfully launched the first satellite
in 1957 named SPUTNIK. After that space activities grew and also led to competition between
countries. Emerging regulations governing the use and utilization of space sheltered by the United
Nations (UN), the rule was named UNCOPUOS which later gave birth to the Space Treaty in
1967. With this arrangement agreed that space cannot be owned or claimed territorially only be
used for the common good with the aim of peace.
The problem raised in this paper is the existence of jurisdictions that appear to appear on
satellites and the use of space by the government and the private sector.
The research method used in writing this law is normative juridical. The research specifications
are used in the form of analytical descriptive. The research data comes from secondary data
obtained through literature. The results show that the regulation of space use has been clearly
stated in the 1967 Space Treaty that the use of resources from space is owned by all countries,
where space cannot be recognized by any country by claiming a point of space.

Key Word: Existence of Jurisdiction, Space Satellites, International Law

I. PENDAHULUAN bertumbuh dengan begitu pesat dari


waktu ke waktu. Hal ini ditandai
Perkembangan teknologi dengan peluncuran satelit untuk
khususnya di bidang keantariksaan pertama kalinya yang dilakukan oleh

706
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Uni Soviet, negara yang saat ini telah Dunia seiring berjalannya waktu
terpecah menjadi beberapa negara membutuhkan teknologi yang lebih
yang berdiri sendiri. Satelit yang maju, dimana teknologi tersebut bisa
diberi nama SPUTNIK 1 ini menunjang pemikirian-pemikiran
diluncurkan tepatnya pada tanggal 4 manusia yang selalu berkembang.
Oktober 1957. Amerika Serikat yang Peningkatan aktivitas sosial dan
saat itu adalah negara pesaing Uni ekonomi dengan konstelasi
Soviet kemudian meluncurkan satelit masyarakat dunia telah memasuki
EXPLORER 1 sebagai bentuk usaha suatu masyarakat yang berorientasi
Amerika Serikat untuk menyaingi kepada informasi dan teknologi telah
kemajuan teknologi Uni Soviet. digunakan pada banyak sektor
Peristiwa inimenjadi tanda bahwa kehidupan. Teknologi informasi
peradaban manusia mulai memasuki melingkupi sistem yang
abad angkasa (space age).1 mengumpulkan, menyimpan,
memproses, memproduksi dan
Peluncuran benda angkasa yang mengirimkan informasi dari dan ke
merupakan bentuk kemajuan industri ataupun masyarakat secara
teknologi dalam memanfaatkan efektif dan cepat.3
ruang angkasa memberikan berbagai
dampak positif bagi kehidupan Namun siapa sangka bagi
manusia. Dampak positif yang dapat negara berkembang atau negara
dirasakan ialah terbukanya dunia ketiga, hal ini sebagai ancaman
kesempatan bagi negara-negara lain karena keterbelakangan ilmu
yang ingin memajukan kemampuan pengetahuan dan tekologi yang
negaranya di bidang ilmu mereka miliki kalah dari bersaing
pengetahuan dan teknologi ruang dengan negara maju lainya. PBB atau
angkasa. Misalnya, dengan United Nation turun menangani
berkembangnya teknologi dan masalah ini karena menyangkut
ditemukannya produk ilmu kemaslahatan masyarakat dunia.
pengetahuan dan teknologi ruang Untuk mengatasinya dibentuk hukum
angkasa, yaitu remote sensing2, atau baru untuk mengatur kegiatan di
penginderaan jauh yang berfungsi ruang angkasa ini.4
untuk pengelolaan sumber alam,
untuk pembinaan lingkungan hidup, Lalu pada tahun 1958 PBB
untuk peningkatan produksi pangan membentuk komite yang di sebut
seperti pertanian, perkebunan, dan dengan Committe on the Peaceful
perikanan, serta perencanaan Uses of Outer Space.5 Yang
pemukiman dan tata guna tanah,
pemetaan dan lain-lain. 3
Danrivanto Budhijanto, 2013,Hukum
Telekomunikasi, Penyiaran dan Teknologi
Informasi regulasi dan konvergens. Cet ke
II. Bandung: Refika Aditama, hlm 1.
1 4
Jauari Sumardi, Hukum Ruang I.H. Ph. Diederiks – Verchoor,
angkasa(Suatu Pengantar),JakartaSapodoadi 1991,Persamaan dan Perbedaan Antara
1996, Hal 1. Hukum Udara dan Hukum Ruang Agkasa,
2
Agus Pramono, Dasar-Dasar Hukum Jakarta: Sinar Grafika, halaman 5.
5
Udara dan Ruang Angkasa, (Bogor: Ghalia General Assembly Resolution 1348 (XIII),
Indonesia, 2011), halaman 141. tanggal 13 Desember 1959

707
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

merupakan komite tambahan yang teritorial sendiri yang teritorialnya


kemudian ditetapkan menjadi komite hanya berada di atas kapal tersebut,
tetap pada 12 Desember 1959 dengan namun pada prakteknya akan muncul
nama “United Nations Committe on teritorial di sekitar kapal tersebut.
the Peaceful Uses of Outer Space” Satelit yang berada di ruang hampa
disingkat UNCOPUOS. Komite ini apabila menggunakan prinsip ini,
pembina utama untuk menangani dengan secara tidak langsung
secara internasional isu-isu dan mengklaim titik suatu orbit
masalah keantariksaan.6 penempatan satelit maka
kemungkingan akan menimbulkan
UNCOPUOS secara efektif masalah di kancah internasional
baru melaksanakan tugas dan tentang pengakuan hak kepemilikan
mandatnya pada tahun 1961. Pada benda atau satelit di slot ruang
tahun 1967 yaitu pada tanggal 26 angkasa sebagai teritorial secara
Januari UNCOPUOS mengelurkan tidak langsung di sekitar satelit suatu
konvensi yaitu Treaty on Principle negara dan membuat efisiensi dari
Governing the Activities in the satelit sendiri akan terganggu.
Exploration and Use of Outer Space, Yurisdiksi yang seolah
Including Moon and other Celestial muncul pada satelit yang berada di
Bodies 1967 (Outer Space Treaty). ruang angkasa kemudian menjadi hal
yang perlu di teliti lebuh lanjut.
Perjanjian ini menetapkan Berlatar belakang dari hal-hal
ruang angkasa sebagai warisan umat tersebut diatas, maka dari itu peneliti
manusia dunia (Heritage of membuat suatu penulisann hukum
Mandkind) yang dimana dengan judul ANALISIS YURIDIS
“Kepemilikan adalah ditujukan bagi EKSISTENSI PENGAKUAN
kepentingan bersama dalam SATELIT RUANG ANGKASA
penggunaanya harus ditujukan bag MENURUT HUKUM
kepentingan bersama dalam INTERNASIONAL.
pengembangan ilmu pengetahuan
dan kemaslahatan masyarakat dunia Dari Uraian di atas maka rumusan
dan juga berpatok kepada hukum masalah yang dapat disusun adalah;
internasonal”.7 1. bagaimana eksistensi yurisdiksi
satelit ruang angkasa menurut
Satelit yang berada di ruang Hukum Internasional?
angkasa yang mengorbit maupun 2. Bagaimana Pemanfaatan slot
yang berada di GSO adalah orbit oleh negara dan/atau
representasi dari sebuah negara perusahaan ?
dimana satelit itu dibuat dan atau di
luncurkan, bila prinsip yang disusung II. METODOLOGI PENDEKATAN
menggunkan prinsip kapal laut, kapal
yang berlayar di laut memiliki Pendekatan penelitian yang
digunakan dalam penulisan hukum
6
Pussigan LAPAN, “Naskah Urgensi ini adalah Yuridis Normatif.
Pengeahan Traktat Antariksa, 1967 oleh Penelitian Yuridis Normarif
Indonesia”, 2001 adalahyaitu suatu pendekatan yang
7
Pasal 1 Outer Space Treaty, 1967

708
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

mengacu pada peraturan-peraturan hak kontrol atas satelit atau benda


tertulis untuk kemudian dilihat yang di luncurkan.10
bagaimana implementasinya di
lapangan. Penelitian dengan Adanya aturan yang terdapat dalam
pendekatan yuridis normatif pasal 2 Outer Space Treaty 1967
memusatkan pada metode analisa yang menegaskan bahwa ruang
peraturan dan perundangan. angkasa tidak boleh dimilki oleh
siapapun dengan jalan klaim, maka
Spesifikasi penelitian yang yurisdiksi yang ada di ruang angkasa
digunakan pada penulisan hukum ini hanya terdapat diatas satelit atau
adalah deskriptif analitis yang benda buatan manusia yang di
dimaksudkan untuk memberikan luncurkan keruang angkasa dengan
gambaran sekaligus menganalisis tujuan tertentu.
mengenai pelaksanaan ketentuan
dalam peraturan-peraturan yang Dengan kata lain, tidak ada
didasarkan pada ketentuan hukum yurisdiksi khusus yang ada di ruang
yang berlaku. Deskriptif adalah angkasa kecuali yurisdiksi yang
upaya untuk menemukan hanya terdapat di atas satelit atau
pengetahuan tentang obyek research benda yang diluncurkan.
dengan cara menjelaskan secara
mendalam8. 2. Pemanfaatan slot orbit oleh
negara dan/atau perusahaan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setiap negara dan/atau
1. Eksistensi yurisdiksi satelit perusahaan untuk mendapatkan jatah
ruang angkasa menurut slot orbit bagi sebagai tempat satelit
hukum internasional bukan perkara gampang, karena slot
orbit itu sangat sulit didaptkan dan
Menurut9 Outer Space Treaty 1967 harus antri di ITU serta dibutuhkan
Pasal 1, Jelas dinyatakan bahwa perjuangan dan proses yang panjang
ruang angkasa adalah tempat yang untuk mendapatkan hak penggunaan
bebas digunakan oleh siapapun yang slot orbit.Jadi, kalau sudah
mampu untuk menggunakanya, dialokasikan harus dijaga dengan
penggunaanyapun harus di dasarkan cara terus menempatkan satelit di
degan tujua perdamaian. orbitnya, sebab jika umur satelit
Satelit dan benda yang diluncurkan habis, slot orbit tersebut harus segera
ke ruang angkasa memiliki diisi lagi dengan satelit karena slot
yurisdiksi, yurisdiksi tersebut adalah orbit itu terbatas dan hanya diberikan
yurisdiksi quasi, yang artinya negara waktu dua tahun untuk meluncurkan
peluncur memiliki wewenang dan sebuah satelit jika sudah
dialokasikan. Untuk
mempertahankan sebuah slot orbit
sangat sulit.
8
Nanang Martono, 2010, Metode Penelitian
Kualitatif, Bandung: PT Raja Grasindo
Persada, halaman 56.
9 10
Outer Space Treaty 1967 Outer Space Treaty 1967, Pasal 8

709
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Tata cara penggunaannya diatur oleh pada sejumlah negara-negara


badan internasional yaitu ITUguna industri. Komersialisasi telah
menjamin kesetaraan akses dan menciptakan kesempatan besar
penggunaan slot orbit bagi semua penggunaan teknologi antariksa
Negara. Setiap Negara wajib untuk kebutuhan masyarakat dan
menempuh prosedur sesuai Radio untuk menciptakan industri-industri
Regulation ITU untuk rencana baru yang menguntungkan.
penggunaan frekuensi radio yang Teknologi antariksa, terutama
terkaitdengan satelit termasuk apabila diintegrasikan dengan
parameter lain seperti lokasi orbit, teknologi komputer, mempunyai
karakteristik teknis dan lain-lain. potensi untuk menciptakan lapangan
Mulai dari persyaratan administratif kerja baru yang sangat besar dan
dalam penggunaan spectrum mendorong kegiatan ekonomi setiap
frekuensi dan orbit satelit berupa negara.13
pemberian laporan pada biro yang Sektor-sektor yang telah
berisikan informasi yang memberikan kontribusi secara berarti
meluncurkan operator, kontrak dalam komersialiasasi antariksa ialah
dengan pembuat satelit, kontrak komunikasi satelit
dengan kendaraan peluncur dan (satellitetelecommunications),
sebagainya.11 penginderaan jauh (remote sensing),
transportasi antariksa (space
1. Komersialisasi Ruang Angkasa transportation), aplikasi satelit
Komersialisasi ruang angkasa penentuan posisi global (global
meliputi segala macam kegiatan yang positioning satellite applications),
berhubungan dengan ruang angkasa dan fabrikasi dan pengolahan
untuk memperolehkeuntungan berbasis antariksa potensial
ekonomis. Kegiatan komersial ini (potential space-based
dilakukan baik oleh badan-badan manufacturing and processing).
pemerintah atau pun swasta, Kelima sektor ini dan sektor-sektor
nasional, maupun internasional.12 lain masih akan terus berkembang,
mengingat potensidan peran
Sejak peluncuran SPUTNIK I, kemajuan antariksa cukup
hampir semua negara sedang menjanjikan dalam kegiatan ekonomi
menghadapi perubahan besar dalam dan kehidupan sosial dan budaya
arena keantariksaan. Daya pendorong umat manusia.
munculnya perubahan ini ialah
komersialisasi dari kemajuan 2. Telekomunikasi
teknologi antariksa yang berlangsung Constitution and Convention of The
International
11
Agus Pramono, Dasar-dasar Hukum
Udara dan Ruang Angkasa, hlm. 133
12 13
Bahar, Wahyuni, 1998, Sitindjak, Alfred, “Perkiraan
Pertanggungjawaban Negara Terhadap Perkembangan Komersialisasi Antariksa
Kegiatan Komersial di Global dengan
Ruang Angkasa, dalam Hukum Angkasa dan Beroperasinya Stasiun Antariksa
Perkembangannya, edisi E. Saefullah Internasional”, Warta LAPAN, Vol. 2 No.3
Wirapradja, et. al., Bandung: Remadja April 2000,
Karya CV, Hal. 165. LAPAN, Jakarta, Hal. 106.

710
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Telecommunication Union1992 bersifat jasa komersial, memperkuat


tanggal 22 Desember di Geneva, dimensi perdagangan jasa
memberikan batasan arti telekomunikasi. Akibatnya, serupa
telekomunikasi (telecommunication) jasa lain dalam perdagangan yang
sebagai berikut:14 kompetitif, telekomunikasi di tuntut
“Any Transmission, emission or oleh pengguna-pengguna
receiption of signal, writing, images komersialnya untuk menyediakan
and sounds or intelligence of any pelayanan yang beragam, baik,
nature by wire, radio, optical or andal, dengan tarif yang bersaing dan
other electromagnetic systems” diselenggarakan bebas dari batasan
monopoli seperti lazimnya jasa
Definisi ini pada dasarnya komersial.15 Maka setiap aktivitas
tidak berbeda dengan definisi eksplorasi dan pemnfaatan rang
telekomunikasi sebagaimana angkasa termasuk pemanfaatan
dinyatakan dalam pasal 1 Undang - satelit harus dilaksanakan untuk
Undang Nomor 36 Tahun 1999 tujuan-tujuan damai.16
tentang Telekomunikasi, menyatakan
bahwa: 3. Telekomunikasi Khusus
“Telekomunikasi adalah setiap Telekomunikasi khusus adalah
pemancaran, pengiriman, dan atau alat telekomunikasi bagi pengguna
penerimaan dari setiap informasi frekuensi yang berbadan hukum.
dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, Telekomunikasi khususberbentuk
tulisan, gambar, suara dan bunyi alat komunikasi yang digunakan
melalui sistem kawat, optik, radio, perusahaan pertambangan,
atau sistem elektomagnetik lainnya” perusahaan jasa transportasi, aparat
kepolisian, dinas perhubungan dan
Industri telekomunikasi saat ini lainnya untuk berkomunikasi dengan
tumbuh sangat pesat. sesamanya. Penyelenggaraan
Telekomunikasi yang berfungsi telekomunikasi khusus bersifat
melayani masyarakat (public utility) khusus baik sifat, peruntukan,
telah menjadi sarana pembawa maupun pengoperasiannya.17
(delivery vechile) jasa-jasa online Telekomunikasi khusus
seperti perbankan, penerbangan, merupakan bagian dari
niaga elektronik dan lainnya. Fungsi penyelenggaraan telekomunikasi
telekomunikasi sebagai bagian yang telah diatur oleh pemerintah
integral dan vital untuk jasa lain
seperti shared-ATM di perbankan, 15
Judhariksawan, 2005, Pengantar Hukum
Computer Reservation System (CSR) Telekomunikasi, PT. Raja Grafindo Persada,
di penerbangan atau e-commerce di Jakarta, hlm. 132-133.
16
perdagangan yang secara nyata Diah Apriani Atika Sari, Pemanfaatan
Wilayah Geostationer Orbit dan Satelit
(Kajian
14
Bambang Iriana Djayaatmadja, 2000, Terhadap Kedaulatan Negara Indonesia),
Hukum Telekomunikasi dan Peranannya Jurnal Hukum Pandecta, Vol.7, Nomor 2
Dalam 2012
17
Pembangunan Nasional, Badan Pembinaan https://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunik
Hukum Nasional Departemen asi_khusus. Diakses pada tanggal 21
Kehakiman, Jakarta, hlm. 35. November 2018

711
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

dalam Undang - Undang satelitya ke GSO tidak boleh


telekomunikasi selain jaringan mengklaim kedaulatan atas dimana
telekomunikasi dan jasa satelit tersebut berada di titik orbit
telekomunikasi. Penyelenggara GSO. Dengan adanya hal ini
telekomunikasi khusus ini dapat beberapa diantara negara maju yang
menyelenggarakan telekomunikasi tidak berada di garis katulistiwa yang
untuk keperluan sendiri, keperluan ingin meluncurkan satelit ke GSO
pertahanan dan keamanan negara dan dengan jalan mengklaim bahwa
keperluan penyiaran. wilayah di titik GSO tersebut adalah
Telekomunikasi khusus milik negara tertentu secara tidak
diselenggarakan oleh perseorangan, langsung, tentu hal ini akan
instansi pemerintah, dinas khusus, merugikan negara berkembang yang
dan badan hukum. berada di garis katulistiwa dan
menimbulkan masalah yang
IV.SIMPULAN DAN SARAN bertentangan dengan peraturan yang
1. Simpulan berlaku.
Negara di dunia berlomba-lomba
meluncurkan satelit guna memenuhi Pemanfaatan slot orbit oleh negara
kebutuhan masing-masing dan/atau perusahaan dalam hukum
negaranya. Dalam hal ini satelit yang ruang angkasa digunakan untuk
beredar di ruang angkasa telah jelas kepentingan bersama, untuk
diatur dalam Space Treaty 1967 mendapatkan jatah slot orbit tidaklah
pasal II yang menegaskan mengenai mudah anggota negara dan
larangan bagi negara-negara untuk perusahaan yang ingin meluncurkan
menuntut kepemilikan nasional atas satelit ke ruang angkasa untuk
antariksa termasuk bulan dan benda- kepentingan bersama maupun untuk
benda langit lainya baik berdasarkan tujuan penelitian. Para peluncur
tuntutan kedaulatan, dengan cara satelit harus mendaftarkan satelitnya
penggunaan atau pendudukan, ke ITU dan juga harus mengantri
maupun dengan cara lainya. Namun karena slot orbit tersebut terbatas.
kenyataanya kegiatan di luar angkasa Para pihak yang ingin melucurkan
ini muncul kewenangan di sekitar harus mengikuti prosedur yang
satelit secara tidak langsung, padahal diberikan ITU agar dapat meletakan
seharusnya tidak ada eksisensi saelit satelit di slot orbit ruang angkasa.
di luar satelit yang di luncurkan. Dengan adanya teknologi yang
Beda halnya dengan yang terjadi di memudahkan kita dalam melakukan
orbit GSO (Geostationary Orbit) segala hal salah satunya satelit
yang mana satelit yang berada di menjadi salah satu penyokong
GSO akan tetap berada disana, kehidupan manusia saat ini,
dengan ketentuan GSO hanya ada di pemanfaatan yang di lakukan di
atas wilayah negara yang dilewati bidang keantariksaan haruslah
garis katulistiwa dan dengan adanya berguna bagi kemaslahatan umum
Space Treaty 1967 yang melarang baik dari pemerintahan maupun
kepemilikan dan pengakuan swasta. Jadi pemanfaatan ruang
kedaulatan di ruang angkasa negara angkasa harus selalu dijaga agar
katulistiwa yang meluncurkan tetap dalam koridor yang sesuai

712
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

sehingga apa yang memudahkan kita Bambang Iriana Djayaatmadja, 2000,


dalam berkomuikasi, Hukum Telekomunikasi dan
Peranannya Dalam
2. Saran Beroperasinya Stasiun Antariksa
Eksistensi yang di nilai ada dalam Internasional”, Warta LAPAN,
penggunaan satelit di ruang angkasa Vol. 2 No.3 April 2000,LAPAN,
seharusnya tidak menjadikan Jakarta.
masalah bagi kancah internasional, Diah Apriani Atika Sari,
pasalnya sudah sangat jelas dalam Pemanfaatan Wilayah
pengaturan bahwa tidak ada satupun Geostationer Orbit dan Satelit
yang boleh mengklaim yurisdiksi di (Kajian Terhadap Kedaulatan
ruang angkasa, dengan adanya rumor Negara Indonesia), Jurnal
bahwa adanya yurisdiksi satelit di Hukum Pandecta, Vol.7, Nomor
ruang angkasa memang tidak bisa 2
kita sanggah walaupun secara tidak https://id.wikipedia.org/wiki/Teleko
langsung tetapi sudah mempengaruhi munikasi_khusus. Diakses pada
kinerja hukum yang berlaku sebagai tanggal 21 November 2018
pengaturan yang megatur Jakarta.
penggunaan satelit di ruang angksa. Jauari Sumardi, Hukum Ruang
Dibalik itu agar tidak menjadi angkasa(Suatu Pengantar),
sesuatu yang mengganjal harus Jakarta Sapodoadi 1996
diadakan pembahasan yang Judhariksawan, 2005, Pengantar
menyangkut hal tersebut, sehinggal Hukum Telekomunikasi, PT.
peraturan yang sudah jelas menjadi Raja Grafindo Persada,
leih konkrit dan bisa ditaati oleh Kehakiman, Jakarta
semua pihak yang melakukan Outer Space Treaty 1967
kegiatan di ruang angkasa. Pembangunan Nasional, Badan
Pembinaan Hukum Nasional
Dalam hal penggunaaan slot orbit Departemen
pemerintah harus mengoptimalkan Ruang Angkasa, dalam Hukum
penggunaan slot orbit yang ada di Angkasa dan Perkembangannya,
GSO untuk memanfaatkan dalam edisi E. Saefullah
perkembangan teknologi yang Sitindjak, Alfred, “Perkiraan
semakin berkembang dan sangan di Perkembangan Komersialisasi
butuhkan oleh masyarakat luas Antariksa Global dengan
khususnya Indonesia. Wirapradja, et. al., Bandung:
Remadja Karya CV.
V. DAFTAR PUSTAKA

Agus Pramono, Dasar-Dasar Hukum


Udara dan Ruang Angkasa,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011)
Bahar, Wahyuni, 1998,
Pertanggugjawaban Negara
Terhadap Kegiatan Komersial di

713

Anda mungkin juga menyukai