Anda di halaman 1dari 9

Lex Et Societatis Vol. VII/No.

5/Mei/2019

TANGGUNG JAWAB NEGARA PELUNCUR negara, yaitu hanya terbatas kepada pemberian
TERKAIT KERUGIAN YANG DIAKIBATKAN OLEH kompensasi atau ganti rugi. Konvensi ini tidak
BENDA ANGKASA DIKAJI DARI LIABILITY dapat diterapkan terhadap dampak negatif dari
CONVENTION 19721 benda angkasa yang bersifat global, akibat yang
Oleh: Adriel Berkat Sion Naibaho2 sangat luas terhadap lapisan ozon dan atmosfer
pada umumnya, serta lingkungan ruang
ABSTRAK angkasa.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Kata kunci: Tanggung Jawab Negara, Peluncur,
mengetahui mengapa benda angkasa dapat Kerugian, Benda Angkasa
menjadi suatu aspek yang merugikan bagi pihak
lain dan bagaimana pertanggungjawaban PENDAHULUAN
negara peluncur yang diatur dalam Liability A. Latar Belakang
Convention 1972 terkait kerugian yang Dalam percobaan peluncuran sebuah benda
diakibatkan oleh benda angkasa. Dengan angkasa, dampak positif ataupun negatif yang
menggunakan metode penelitian yuridis dapat ditimbulkan oleh percobaaan peluncuran
normatif, disimpulkan: 1. Kegiatan tersebut belum tentu hanya berdampak pada
keruangangkasaan selain bermanfaat ternyata negara peluncur itu sendiri. Kerusakan yang
dapat menimbulkan kerugian, penggunaan dapat ditimbulkannya jika terjadi kegagalan
benda angkasa sebagai aplikasi tidak damai peluncuran ataupun jatuhnya space object ke
merupakan tindakan yang melanggar permukaan bumi dapat mengancam kehidupan
kedaulatan negara lain, upaya peluncuran makhluk hidup di tempat yang lain. Contohnya
benda angkasa juga telah meningkatkan jumlah seperti peristiwa jatuhnya benda misterius
space debris yang tidak diatur dalam suatu sebesar jari kelingking, diketemukan oleh dua
perjanjian internasional manapun, dimana orang anak di kabupaten Sawahlunto, Sumatera
seharusnya negara-negara wajib Barat. Benda tersebut bercahaya dan mengkilat
memperhatikan kepentingan dari negara atau seperti intan. Benda yang diperkirakan
pihak lain yang juga berhak atas penggunaan kepingan Cosmos 1402 milik Rusia yang jatuh
ruang angkasa secara damai. Perbedaan pada tanggal 24 Januari 1983- di samudera
kemampuan dari tiap negara telah Indonesia tersebut, ketika diambil oleh dua
menimbulkan adanya ketimpangan penguasaan orang anak, menimbulkan luka bakar.3
terhadap luar angkasa, dimana telah Setiap benda angkasa yang diluncurkan juga
menimbulkan berbagai konflik atas penggunaan memiliki life time (jangka waktu) untuk
yang tidak teratur, seperti pada orbit beroperasi, ketika jangka waktu tersebut telah
geostasioner sebagai sumber daya alam yang habis, maka benda angkasa tersebut akan jatuh
terbatas, yang kini dipenuhi dengan space ke bumi, belum lagi percobaan peluncuran yang
debris dan satelit-satelit yang kepemilikannya dilakukan belum tentu selamanya berhasil,
didominasi oleh negara-negara maju. 2. kemungkinan terjadinya malfunction yang
Terdapat tiga prinsip tanggung jawab utama mengakibatkan jatuh atau meledaknya benda
dalam Liability Convention 1972 yaitu tanggung angkasa dapat membawa kerusakan yang fatal.
jawab mutlak, tanggung jawab bersama dan Seperti contohnya uji coba peluncuran roket
tanggung jawab berdasarkan kesalahan. Prinsip antariksa swasta Jepang Interstellar
tanggung jawab ini disertai dengan adanya Technologies yang diberi nama MOMO-2 pada
ketentuan pembebasan dari tanggung jawab 30 Juni 2018 yang gagal meluncur dan akhirnya
(exoneration from liability). Liability Convention meledak.4
1972 cenderung bersifat sangat sempit dan Kemungkinan akan jatuhnya space debris
sektoral, sistem tanggung jawab yang terdapat atau sampah antariksa ke permukaan bumi juga
dalam konvensi ini cenderung hanya berpusat
pada pengaturan perlindungan hak milik
3
K. Martono, Op. Cit., hlm. 397
4
Budyks, “Roket Milik Startup Antariksa Jepang Hancur
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: M.G. Nainggolan, Sesaat Setelah Meluncur”, teknosains, diakses dari
S.H., M.H., DEA; Hendrik B. Sompotan S.H., M.H http://teknosains.com/sains-teknologi/roket-milik-
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. startup-antariksa-jepang-hancur-sesaat-setelah-meluncur,
15071101035 pada tanggal 29 Februari 2019 pukul 09.58

38
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

dapat menimbulkan kerugian bagi penduduk terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh benda
bumi, apalagi jika sampah antariksa tersebut angkasa miliknya sesuai dengan Liability
memuat bahan radioaktif yang berbahaya, Convention 1972, merupakan hal-hal yang
dapat merusak ekosistem dan mengancam sangat penting untuk diketahui secara jelas.
kehidupan makhluk hidup, serta efeknya yang Dengan ditambah keyakinan bahwa
berkepanjangan dapat menggangu dan perkembangan mengenai teknologi
mempengaruhi perkembangan hidup di daerah keruangkangkasaan sendiri pasti akan tetap
tersebut. bertumbuh dan membuka periode-periode
Untuk mengimbangi perkembangan serta permasalahan yang baru, yang pastinya
tersebut maka diperlukan kerjasama antar akan berpengaruh secara global, maka penulis
berbagai pihak dalam pengaturan mengenai merasa perlu untuk mendalami pengetahuan
segala hal-hal yang berkaitan dengan mengenai keruangangkasaan, khususnya
penggunaan ruang angkasa luar, dibutuhkan mengenai peran dan tanggung jawab suatu
adanya aturan internasional yang dapat negara terkait kerugian yang dapat terjadi
digunakan sebagai pedoman, batasan, maupun akibat dari peluncuran benda angkasa.
sebagai sanksi atau hukuman bagi pihak yang Sehingga penulis memutuskan untuk memilih
melanggar suatu aturan atau menimbulkan judul skripsi: “TANGGUNG JAWAB NEGARA
kerugian bagi pihak lain. Dengan berlandaskan PELUNCUR TERKAIT KERUGIAN YANG
pada aturan dan norma-norma internasional DIAKIBATKAN OLEH BENDA ANGKASA DIKAJI
tersebut, maka kedaulatan negara-negara DARI LIABILITY CONVENTION 1972”.
terkait kegiatan yang dilakukannya dalam
lingkungan internasional pun dibatasi. Hal ini B. Rumusan Masalah
selain untuk menghindari kerusakan yang 1. Mengapa benda angkasa dapat menjadi
merugikan berbagai pihak juga sebagai bentuk suatu aspek yang merugikan bagi pihak
untuk menghargai kedaulatan negara lain. lain?
Dalam lingkungan hukum internasional telah 2. Bagaimana pertanggungjawaban negara
terdapat berbagai aturan yang berkaitan peluncur yang diatur dalam Liability
mengenai pengaturan keruangangkasaan Convention 1972 terkait kerugian yang
tersebut, salah satunya adalah Convention on diakibatkan oleh benda angkasa?
International Liability for Damage Caused by
Space Objects 1972 (Liability Convention 1972) C. Metode Penelitian
sehingga setiap negara patut tunduk dan Dalam penulisan skripsi ini, penulis
menjaga ketertiban dunia dengan tidak menggunakan metode yuridis normatif atau
melanggar aturan yang ada, dapat bertanggung penelitian kepustakaan (library research), yaitu
jawab atas setiap tindakan yang dilakukan oleh dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan
negara berkaitan dengan peluncuran benda dengan pokok bahasan dalam skripsi ini.
angkasa. Negara sebagai subjek dari hukum Penelitian hukum normatif disebut juga
internasional yang memiliki kedaulatan akan penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian
peluncuran benda-benda angkasa tersebut, hukum jenis ini, acapkali hukum dikonsepkan
memiliki tanggung jawab terhadap kerugian- sebagai apa yang tertulis dalam peraturan
kerugian yang dapat ditimbulkan darinya. Suatu perundang-undangan (law in books) atau
negara hendaknya memperhatikan kepentingan hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma
dan hak-hak negara lain yang mungkin akan yang merupakan patokan perilaku manusia
dapat terkena dampak negatif dari peluncuran yang dianggap pantas.5
benda angkasa tersebut.
Akan tetapi bagaimanakah sistem PEMBAHASAN
pertanggungjawaban yang di atur dalam A. Pengantar
konvensi tersebut, adakah alasan lain mengapa Percobaan peluncuran benda angkasa pada
benda angkasa dapat menjadi suatu aspek yang awalnya merupakan kegiatan yang hampir
membawa kerugian terhadap pihak lain selain
daripada negara peluncur, serta sampai dimana 5
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode
batas pertanggungjawaban negara peluncur Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2014, hlm. 118

39
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

murni ilmiah. Organisasi ilmiah seperti Federasi menjadi roket peluncur Jupiter C, yang mana
Austronoutika Internasional mendorong kemudian pada 31 Januari 1958, Jupiter
negara-negara yang sudah berkemampuan berhasil melontarkan Explorer I ke orbitnya dan
terhadap pemanfaatan teknologi ruang dengan itu menaikan gengsi Amerika Serikat di
angkasa, untuk meluncurkan satelit bumi kancah persaingan internasional.9
buatan bagi kegiatan pengamatan cuaca dan Kemajuan teknologi tersebut dalam
penyelidikan atmosfer. Dalam kerangka kerja perkembangan yang selanjutnya, kemudian
sama ilmiah internasional itulah baik Amerika merambah terhadap berbagai hal dan
Serikat maupun Soviet serta negara lain kepentingan. Peristiwa perang teluk sebagai
melakukan eksperimen atmosferis, dimana salah satu kejadian yang sangat dipengaruhi
satelit diharapkan dapat memberikan bantuan. oleh perkembangan teknologi tersebut,
Amerika Serikat misalnya, sudah memberikan pengaruh terhadap pandangan
mempersiapkan satelit Vanguard sebagai suatu negara-negara dalam pemanfaatan teknologi.
proyek ilmiah sipil.6 Peristiwa tersebut telah mengajarkan negara-
Tetapi sifat ilmiah tersebut tiba-tiba negara suatu teori perang baru, yaitu perang
berubah sama sekali ketika Soviet berhasil dapat dimenangkan apabila antariksa dikuasai.
mendahului Amerika Serikat dengan Ini sesuai teori perang klasik yang menegaskan
mengorbitkan Sputnik pertama pada tanggal 4 bahwa pasukan yang menang adalah pasukan
Oktober 1957, dengan tanpa pemberitahuan yang menguasai wilayah tinggi, yang mana
terlebih dahulu. Kruschev segera mengangkat wilayah tinggi disini berarti antariksa.10
keunggulan waktu itu ke pentas propaganda Keberhasilan penggunaan teknologi ini sebagai
dunia. ia meletakkan prestasi itu diurutan ke instrumen bersaing terhadap negara lain telah
satu daftar bukti keunggulan Timur “vis-a-vis” menunjukkan betapa pentingnya penguasaan
Barat. Peristiwa ilmiah ini tiba-tiba memiliki akan teknologi tersebut.
konotasi politik dan militer yang luar biasa. Teknologi ini kemudian berkembang dengan
Demikian kuatnya konotasi tersebut, hingga aspek yang berbeda. Di satu sisi ia menjanjikan
akhirnya menutupi parameter kegiatan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan damai
tersebut sebagai sebuah kegiatan ilmiah.7 manusia, di sisi lain mengandung potensi
Hal tersebut memancing berbagai respon penggunannya bagi militer. Situasi perang
secara global, terlebih lagi Amerika Serikat. dingin yang cenderung pasif sangat
Reaksi cemas yang bahkan mendekati panik mengedepankan aspek penggunaan teknologi
dari bangsa teknologi utama ini tidak dapat itu. Oleh situasi tersebut terbentuk dua
disembunyikan. Bulan November 1957, pandangan bagi pelaku utama perang dingin,
Presiden Amerika Serikat David Dwight Soviet dan Amerika Serikat, dimana ruang
Eisenshower memerintahkan Menteri angkasa menjadi medan baru persaingan. Dan
Pertahanan Mc Elroy untuk meluncurkan satelit dalam situasi pacuan senjata berarti usaha
ilmiah dengan roket militer. Von Braun yang menjadikan setiap keunggulan di bidang baru
waktu itu tengah menangani proyek ICBM itu menjadi keuntungan di pihaknya, dalam
(Intercontinental Ballistic Missile)8 diberi waktu perjuangan membentuk keseimbangan
90 hari untuk meluncurkan satelit Explorer I kekuatan (balance of power).11
dengan ICBM Redstone yang akan dimodifikasi Masalah mengenai penggunaan teknologi
tersebut pada akhirnya tidak hanya berdampak
di Amerika Serikat dan Soviet saja. Peluncuran
6
Yasidi Hambali, Hukum dan Politik Kedirgantaraan, PT. benda angkasa maupun penelitian-penelitian
Pradnya Paramita, Jakarta, 1994, hlm. 72-73 mengenai keangkasaan, yang pada awalnya
7
Ibid., hlm. 73
8
Peluru Kendali Balistik Antarbenua (Intercontinental hanya sanggup dilakukan terbatas oleh negara-
Ballistic Missile) disingkat ICBM adalah peluru kendali negara superpower tidak dapat diikuti oleh
balistik yang mempunyai jangkauan yang sangat jauh (di semua negara di dunia, hal ini terkait dengan
atas 5.000 km hingga mencapai 12.000 km). Peluru
kendali balistik antar benua dirancang untuk dapat
9
membawa senjata nuklir. Keterangaan diakses pada Yasidi Hambali, Loc. Cit.
10
tanggal 30 April 2019 pukul 14.09 dari Indroyono Soesilo, Teknologi Penginderaan Jauh di
https://id.wikipedia.org/wiki/Peluru_kendali_balistik_anta Indonesia, CV. Aksara Buana, Jakarta Timur, 1994, hlm. 95
11
r_benua Yasidi Hambali, Loc. Cit.

40
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

perbedaan kemampuan antara negara-negara yang timbul menjadi tanggung jawab si pelaku,
maju dan negara-negara berkembang pada saat sementara dalam sistem strict liability,
itu. Negara maju dengan kondisi perekonomian pembatasan tanggung jawab dimungkinkan
dan pendidikan yang sangat mendukung dengan cara plafond.14
memberikan kesempatan yang lebih besar Prinsip tanggung jawab seperti ini dapat kita
untuk melakukan berbagai penelitian dan uji lihat dalam pasal II, Pasal IV Paragraf 1 Bagian
coba dibandingkan dengan negara-negara yang (a), dan Pasal VI Paragraf 2. Yang pertama
masih kesulitan untuk menjaga kestabilan adalah Pasal II yang isinya sebagai berikut:15
perekonomian negaranya sendiri. Hal ini A launching State shall be absolutely
mengakibatkan terjadinya ketimpangan liable to pay compensation for
kemajuan dalam dunia internasional, dimana damage caused by its space object
negara maju semakin maju dan negara on the surface of the earth or to
terbelakang semakin tertinggal. Penentuan aircraft in flight.
batas yang tidak jelas antara ruang udara Kemudian dalam Pasal IV Paragraf
dengan ruang angkasa, ditambah dengan 1 Bagian (a):16
adanya doktrin First Come, First Served yang 1. –
kemudian pada akhirnya menimbulkan (a) If the damage has been
diskriminasi pada negara-negara berdaulat caused to the third State on
lainnya, dikarenakan oleh negara-negara maju the surface of the earth or to
yang berlomba-lomba untuk menguasai wilayah aircraft in flight, their liability
pemanfaatan ruang angkasa tersebut. to the third State shall be
absolute.
B. Tanggung Jawab Negara Peluncur dalam (b) –
Liability Convention 1972 Terkait Kerugian 2. –
yang Diakibatkan Oleh Benda Angkasa Dari kedua pasal tersebut dapat dipahami
Terdapat tiga prinsip tanggung jawab utama bahwa jika kerusakan itu terjadi di permukaan
yang dikenal dalam Liability Convention 1972, bumi, misalnya tertimpa suatu bangunan oleh
ketiga prinsip tersebut adalah sebagai berikut: kepingan benda angkasa, rusaknya ekosistem
 Absolute Liability (Tanggung Jawab alam karena kontaminasi nuklir di permukaan
Mutlak) bumi, timbulnya korban jiwa, tertabrak atau
Tanggung jawab mutlak dikenal juga dengan tertimpanya pesawat udara oleh pecahan
istilah strict liability atau legal liability without benda angkasa, atau tertabrak oleh benda yang
fault concept, atau asas tanggung jawab sementara diluncurkan ke ruang angkasa, maka
langsung dan seketika (di Indonesia).12 dalam keadaan atau kejadian semacam ini
Dalam ilmu hukum, ada pendapat yang negara peluncur harus bertanggung jawab
membedakan antara strict liability dengan secara penuh dan mutlak (absolute) terhadap
absolute liability. Dalam strict liability masih kerugian yang diderita oleh pihak ketiga
dimungkinkan adanya pola pengecualian sebesar kerugian yang diderita.17
tanggung jawab, yakni bila kerusakan atau Dalam jenis tanggung jawab ini, melekat
kecelakaan timbul sebagai akibat bencana alam suatu pengertian bahwa tanggung jawab
(act of God), peperangan, keadaan memaksa negara peluncur selalu mutlak jika peristiwa
atau tindakan pihak ketiga. Dengan absolute tersebut terjadi di permukaan bumi atau ruang
liability, sistem pengecualian tanggung jawab udara terhadap pesawat yang sedang melintas.
ini tidak berlaku lagi. Demikian juga dalam Selanjutnya mengenai tanggung jawab
absolute liability tidak diperkenankan sistem mutlak dalam Pasal VI Paragraf 2 menuliskan:18
ceiling atau plafond13, karena semua kerugian 1. –

12
H.K. Martono dan Amad Sudiro, Hukum Angkutan
14
Udara Berdasarkan UU RI No. 1 Tahun 2009, Op. Cit., hlm. N.H.T Siahaan, Op. Cit., hlm. 315
15
227 Pasal II Liability Convention 1972
13 16
Plafond atau Ceiling merupakan batas tertinggi (biaya, Pasal IV Liability Convention 1972
17
kredit, nilai tukar mata uang asing dan sebagainya) yang Juajir Sumardi, Op. Cit., hlm. 43
18
disediakan; pagu Pasal VI Liability Convention 1972

41
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

2. No exoneration whatever shall adanya unsur kesalahan, kerugian, dan


be granted in cases where the kerugian tersebut harus berhubungan dengan
damage has resulted from kesalahan, dimana pihak yang harus
activities conducted by a launching membuktikan adalah korban yang menderita
State which are not in conformity kerugian, kedudukan tergugat dan penggugat
with international law including, in sama tinggi dalam arti saling dapat
particular, the Charter of the membuktikan, bilamana terbukti terjadi
United Nations and The Treaty on kesalahan maka jumlah ganti kerugian tidak
Principles Governing the Activities terbatas. Namun apabila ternyata kerugian
of States in the Exploration and tersebut tidak ada hubungannya dengan
Use of Outer Space. kesalahan maka tidak akan ada
Dari pasal tersebut, dapat dijelaskan bahwa pertanggungjawaban yang diperlukan.21
setiap peristiwa dimana telah terjadi kerusakan Dalam konvensi ini, prinsip tanggung jawab
yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas yang yang berdasarkan kesalahan dapat terlihat
dilakukan negara peluncur, yang melanggar dalam Pasal III Liability Convention 1972 dan
atau tidak sesuai dengan hukum internasional, dalam Pasal IV Paragraf 1 Bagian (2).
terkhususnya Piagam Perserikatan Bangsa- Pasal III Liability Convention 1972 adalah
Bangsa dan Outer Space Treaty 1967, harus sebagai berikut:22
dipertanggungjawabkan secara mutlak tanpa In the event of damage being caused
adanya kemungkinan bagi negara peluncur elsewhere than on the surface of the
untuk mendapatkan pembebasan dari earth to a space object of one
tanggung jawab, dengan cara apapun. launching State or to persons or
Alasan yang mendasari adanya prinsip property on board such a space
tanggung jawab mutlak (absolute liability) object by a space object of another
adalah ketidakmampuan pihak yang dirugikan launching State, the latter shall be
untuk memberikan suatu pembuktian yang liable only if the damage is due to its
lengkap, seperti yang lazim diperlukan dalam fault of persons for whom it is
kasus ganti rugi yang umum, dimana responsible.
diharuskan adanya pembuktian unsur Kemudian dalam pasal IV paragraph 1
kesalahan atau kelalaian yang disengaja.19 bagian (2) dengan isi yang hampir sama yaitu:23
Penuntut dapat dengan mudah ditolak oleh 1. –
negara peluncur, bukan saja secara teknik yang (a) –
serba sulit yang hanya diketahui oleh negara (b) –
peluncur, tetapi juga tidak mungkin dapat 2. If the damage has been caused to
dibuktikan.20 a space object of the third State
Sistem tanggung jawab hukum ini sangat or to persons or property on
menguntungkan pihak korban dalam rangka board that space object elswhere
mengklaim pertanggungjawaban dari negara than on the surface of the earth,
peluncur, dimana pihak yang dirugikan dalam their liability to the third State
kejadian, tidak perlu memberikan suatu shall be based on the fault of
pembuktian tentang adanya unsur kesalahan either the first two States or on
pada pihak negara peluncur, dan hanya perlu the fault of persons for whom
menunjukkan fakta bahwa kerugian tersebut either is responsible.
benar-benar ada, disebabkan oleh benda Dari kedua pasal tersebut, dapat diketahui
angkasa yang diidentifikasi sebagai milik negara bahwa dalam hal terjadi kerusakan di tempat
peluncur. lain yang bukan di permukaan bumi, terhadap
Unsur-unsur yang harus terdapat dalam sebuah benda angkasa dari suatu negara
tanggung jawab atas dasar kesalahan ini yaitu
21
H.K. Martono dan Amad Sudiro, Hukum Angkutan
19
Agus pramono, Op. Cit., hlm. 110. Lihat juga Mieke Udara Berdasarkan UU RI No. 1 Tahun 2009, Op. Cit., hlm.
Komar Kantaatmadja, Berbagai Masalah Hukum Udara 221
22
dan Angkasa,, Remaja Karya, Bandung, 1984, hlm.127 Pasal III Liability Convention 1972
20 23
K. Martono, Op. Cit., hlm. 343 Pasal IV Liability Convention 1972

42
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

peluncur terhadap seseorang ataupun terhadap terhadap semua pihak yang bertanggung
properti lain yang sedang melakukan kegiatan jawab.
operasinya atau sedang dalam proses Dalam kegiatan keruangangkasaan, hal ini
penerbangan dan termasuk sebagai benda dapat terjadi manakala pihak peluncur dari
angkasa, maka pihak yang harusnya sebuah objek angkasa terdiri lebih dari satu
bertanggung jawab, hanya akan memenuhi negara, yang mengikatkan diri dalam suatu
kewajibannya apabila kerusakan itu disebabkan perjanjian kerjasama dengan memikul hak dan
oleh kesalahannya atau karena kesalahan orang kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing
yang menjadi tanggung jawabnya. pihak. Para pihak yang menjadi anggota negara
Hal ini juga berlaku terhadap kondisi dimana peluncur tersebut selanjutnya harus
terdapat lebih dari satu negara peluncur, bertanggung jawab secara bersama-sama
dimana negara-negara tersebut yang dalam menanggung beban kerugian yang
seharusnya bertanggung jawab secara diderita oleh negara yang oleh benda angkasa
bersama-sama (jointly and severally liable), mereka mengalami kerusakan dan/atau
namun karena damage yang terjadi bukan di kerugian.
permukaan bumi melainkan di tempat lain Dalam konvensi ini, prinsip yang
(elswhere than on the surface of the earth), mencerminkan tanggung jawab gabungan
terhadap suatu benda angkasa dari negara dapat kita lihat dalam Pasal IV, Pasal V, Pasal
ketiga atau terhadap orang atau properti lain XXI, dan Pasal XXII Liability Convention 1972.
yang sedang melakukan kegiatan operasinya Dalam Pasal IV terdapat di Paragraf 1 Bagian (a)
atau sedang dalam proses penerbangan dan dan Paragraf 2, dalam Pasal V terdapat dalam
termasuk sebagai benda angkasa, maka Paragraf 1 dan 2, sedangkan dalam Pasal XXII
tanggung jawab mereka terhadap negara ketiga terdapat dalam Paragraf 3.
harus didasarkan pada kesalahan dari antara Apabila kerusakan terjadi di permukaan
anggota negara peluncur atau atas kesalahan bumi atau terhadap pesawat di udara, maka
orang yang menjadi tanggung jawab masing- tanggung jawab yang dipikul secara bersama
masing anggota negara peluncur benda antara negara-negara peluncur tersebut harus
angkasa tersebut. absolut. Namun apabila kerusakan yang terjadi
Hanya saja, dimana letak kerusakan telah terhadap benda angkasa dari negara ketiga,
terjadi tidak terlalu menjadi masalah dalam orang atau benda angkasa yang berada di
penentuan tanggung jawab, akan tetapi dalam tempat lain selain di permukaan bumi, maka
pembuktian apakah yang menyebabkan tanggung jawab mereka kepada negara ketiga
kerusakan tersebut, termasuk benda-benda harus didasarkan terhadap anggota dari negara
angkasa atau tidak, serta pembuktian apakah peluncur yang dianggap bersalah atau terhadap
pihak yang dituntut benar-benar pemilik sah kesalahan dari orang yang menjadi tanggung
dari benda angkasa tersebut. jawabnya.
Jika dibandingkan dengan sistem tanggung Mengenai pembagian kewajiban dari
jawab absolut, maka tanggung jawab atas dasar negara-negara tersebut selanjutnya dijelaskan
kesalahan selalu diberlakukan jika perstiwa dalam bagian (2), para peserta dalam
(event) yang menimbulkan kerusakan atau peluncuran bersama, dapat secara
kerugian dari sebuah benda angkasa itu terjadi bermusyawarah membuat kesepakatan
di lingkup ruang angkasa. Sedangkan tanggung mengenai pembagian kewajiban ganti kerugian
jawab absolut diberlakukan dalam hal-hal di antara mereka sendiri (para pihak yang
terjadi kerusakan yang terjadi di permukaan bertanggung jawab). Namun perjanjian atau
bumi atau terhadap pesawat di ruang udara. kesepakatan tersebut haruslah tanpa
Tanggung jawab gabungan atau tanggung mengurangi hak daripada negara yang
jawab bersama merupakan sistem tanggung menderita kerugian, dalam mencari seluruh
jawab dimana terdapat lebih dari satu pihak kompensasi berdasarkan konvensi ini, baik dari
yang berkewajiban untuk menanggung beban salah satu pihak ataupun semua negara
kerugian. Dalam sistem tanggung jawab ini, peluncur yang bersama-sama bertanggung
pihak yang dirugikan dapat menuntut ganti rugi jawab.
terhadap salah satu, beberapa ataupun

43
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

Negara peluncur yang telah membayar ganti space debris dan satelit-satelit yang
rugi atas kerusakan yang terjadi, memiliki hak kepemilikannya didominasi oleh negara-
untuk mengajukan klaim ganti rugi kepada negara maju;
peserta lain dalam peluncuran bersama. Hal ini 2. Terdapat tiga prinsip tanggung jawab
untuk menghindari ketidakadilan yang akan utama dalam Liability Convention 1972
terjadi apabila ada pihak peluncur yang tidak yaitu tanggung jawab mutlak, tanggung
mau atau belum membayar kerugian, yang jawab bersama dan tanggung jawab
mana kerugian tersebut kemudian harus berdasarkan kesalahan. Prinsip tanggung
ditanggung oleh satu atau beberapa pihak saja jawab ini disertai dengan adanya
secara keseluruhan, terkecuali kalau memang ketentuan pembebasan dari tanggung
sudah ditetapkan atau dibuatnya kesepakatan jawab (exoneration from liability).
lain dalam perjanjian bersama mengenai Liability Convention 1972 cenderung
pembagian ganti rugi antara negara-negara bersifat sangat sempit dan sektoral,
peluncur tersebut. sistem tanggung jawab yang terdapat
Terhadap kerusakan yang mengandung dalam konvensi ini cenderung hanya
bahaya dengan skala yang sangat besar bagi berpusat pada pengaturan perlindungan
kehidupan manusia, secara serius telah hak milik negara, yaitu hanya terbatas
mengganggu kondisi kehidupan makhluk hidup, kepada pemberian kompensasi atau
atau berdampak buruk terhadap fungsi dari ganti rugi. Konvensi ini tidak dapat
pusat ekosistem yang vital, negara-negara diterapkan terhadap dampak negatif dari
anggota perjanjian ini terkhususnya negara benda angkasa yang bersifat global,
peluncur harus memeriksa kemungkinan untuk akibat yang sangat luas terhadap lapisan
memberikan bantuan secara cepat dan tepat ozon dan atmosfer pada umumnya, serta
kepada negara yang telah menderita lingkungan ruang angkasa.
kerusakan. Tentunya bantuan ini tidak
mempengaruhi hak maupun kewajiban dari B. Saran
masing-masing pihak, terkhususnya dalam hal 1. Kegiatan keruangangkasaan sebaiknya
pemberian kompensasi atau ganti rugi. dilakukan dengan perencanaan yang
matang, hal ini terkait dengan efek
PENUTUP negatif yang berpotensi merugikan pihak
A. Kesimpulan lain. Suatu negara seharusnya
1. Kegiatan keruangangkasaan selain bertanggung jawab terhadap sampah
bermanfaat ternyata dapat menimbulkan angkasa miliknya yang telah memadati
kerugian, penggunaan benda angkasa ruang yang sejatinya dapat ditempati
sebagai aplikasi tidak damai merupakan oleh satelit-satelit dari negara lain yang
tindakan yang melanggar kedaulatan membutuhkan. Apabila memungkinkan,
negara lain, upaya peluncuran benda sebaiknya dilakukan pertemuan negara-
angkasa juga telah meningkatkan jumlah negara yang secara khusus membahas
space debris yang tidak diatur dalam mengenai penanggulangan sampah
suatu perjanjian internasional manapun, angkasa yang kini telah mencapai titik
dimana seharusnya negara-negara wajib yang membahayakan.
memperhatikan kepentingan dari negara 2. Tanggung jawab negara harusnya tidak
atau pihak lain yang juga berhak atas lagi hanya bersifat sempit yang hanya
penggunaan ruang angkasa secara berupa pemberian ganti rugi terhadap
damai. Perbedaan kemampuan dari tiap negara penuntut, namun juga penerapan
negara telah menimbulkan adanya sanksi secara hukum. Adalah sangat baik
ketimpangan penguasaan terhadap luar apabila dibuat suatu aturan khusus
angkasa, dimana telah menimbulkan terkait kerugian yang bersifat global yang
berbagai konflik atas penggunaan yang diharapkan dapat membatasi dan
tidak teratur, seperti pada orbit mengurangi resiko timbulnya kerusakan
geostasioner sebagai sumber daya alam yang menimbulkan kerugian bagi
yang terbatas, yang kini dipenuhi dengan

44
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

kehidupan makhluk hidup di permukaan Siahaan, N.H.T., Hukum Lingkungan dan Ekologi
bumi. Pembangunan Edisi ke-2, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2004.
DAFTAR PUSTAKA Soesilo, Indroyono, Teknologi Penginderaan
Adolf, Huala, Aspek-aspek Negara Dalam Jauh di Indonesia, Jakarta Timur: CV.
Hukum Internasional Edisi Revisi, Cet. Aksara Buana, 1994.
3, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Starke, J.G., Pengantar Hukum Internasional
2002. Edisi Ke-10 Jilid 2, Cet. 5, Jakarta Sinar
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Grafika, 2001.
Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Suherman, Ade Maman, Aspek Hukum Dalam
PT. RajaGrafindo Persada, 2014. Ekonomi Global Edisi Revisi, Cet. 2,
Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Negara, Jakarta: PT. RajaGrafindo Sumardi, Juajir, Hukum Ruang Angkasa (Suatu
Persada, 2012 Pengantar), Jakarta: PT. Pradnya
Halim, Ridwan, Hukum Administrasi Negara Paramita, 1996.
Dalam Tanya Jawab, Jakarta: Ghalia Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid 2, Cet. 1,
Indonesia, 1998. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Hambali, Yasidi, Hukum dan Politik Press, 1987.
Kedirgantaraan, Cet. 1, Jakarta: PT. Tsani, Mohd. Burhan, Hukum dan Hubungan
Pradnya Paramita, 1994. Internasional, Cet. 1, Yogyakarta:
Huda, Ni’matul, Ilmu Negara, Cet. 5, Jakarta: Liberty Yogyakarta, 1990.
PT. RajaGrafindo Persada, 2014. Wahjoe, Oentoeng, Hukum Pidana
Krauskopf, Konrad B. dan Arthur Beiser, The Internasional, Jakarta: Penerbit
Physical Universe 11th Edition, New Erlangga, 2011.
York: McGraw-Hill, 2006.
Martono, K., Hukum Udara, Angkutan Udara, Sumber Lainnya
dan Hukum Angkasa, Cet. 1, Convention on International Liability for
Bandung: Penerbit Alumni, 1987. Damage Caused by Space Objects
, H.K. dan Amad Sudiro, Hukum Udara 1972 (Liability Convention 1972).
Nasional dan Internasional Publik Declaration of Legal Principles Governing the
(Public International and National Air Activities of States in the Exploration
Law), Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo and Use of Outer Space 1962.
Persada, 2012. Montevideo Convention on Rights and Duties of
, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan States 1993 (Montevideo Convention
UU RI No. 1 Tahun 2009, Cet. 2, 1993).
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Treaty on Principles Governing the Activities on
2011. States in the Exploration and Use of
Parthiana, I Wayan, Hukum Perjanjian Outer Space, Including the Moon and
Internasional Bagian 1, Cet. 1, Other Celestial Bodies 1967 (Outer
Bandung: Penerbit Bandar Maju, Space Treaty 1967).
2002. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Pramono, Agus, Dasar-dasar Hukum Udara dan Penataan Ruang.
Ruang Angkasa, Cet. 1, Ciawi-Bogor: Adriansyah, Ridho, (2016, 25 September),
Ghalia Indonesia, 2011. “Ancaman Nuklir Korea Utara untuk
Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, Bandung: AS dan Korea Selatan”, dikutip pada
Citra Aditya, 2010. tanggal 28 Februari 2019 dari
Putra, Ida Bagus Wyasa, Tanggung Jawab https://www.kompasiana.com/ridhoa
Negara Terhadap Dampak driansyah/57e7bf6bf37e61d5098b45
Komersialisasi Ruang Angkasa, Cet. 1, 67/ancaman-nuklir-korea-utara-
Bandung: PT. Refika Aditama, 2001. untuk-as-dan-korea-selatan?page=all.
Rudy, T. May, Hukum Internasional 2, Bandung: Anonim, “Peluru Kendali Balistik Antar Benua”,
Refika Aditama, 2002. id.wikipedia.org, yang diakses dari

45
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

https://id.wikipedia.org/wiki/Peluru_k
endali_balistik_antar_benua pada
tanggal 30 April 2019.
, “Orbit Geostasioner”,
id.wikipedia.org, yang diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Orbit_ge
ostasioner pada tanggal 30 April 2019.
, “Satelit”, id.wikipedia.org, yang
diakses pada tanggal 1 Mei 2019 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Satelit#J
enis_orbit.
, https://kbbi.web.id, meliputi
https://kbbi.web.id/tanggung%20jaw
ab yang diakses pada 4 Maret 2019,
dan https://kbbi.web.id/rugi yang
diakses pada tanggal 4 Maret 2019.
Budyks, (2018, 3 Juli), “Roket Startup Milik
Antariksa Jepang Hancur Sesaat
Setelah Meluncur”, diakses pada
tanggal 29 Februari 2019 dari
http://teknosains.com/sains-
teknologi/roket-milik-startup-
antariksa-jepang-hancur-sesaat-
setelah-meluncur.
Meg, (2015, 16 Desember), “Orbit Geostasioner
Penting bagi Indonesia”, diakses dari
https://www.lapan.go.id/index.php/s
ubblog/read/2015/2228/Orbit-
Geostasioner-Penting-bagi-
Indonesia/1074 pada tanggal 23 Mei
2019
Syahreza, M.D., (2018, 10 Mei), “Di Mana Batas
Antariksa Dimulai?”, diakses dari
https://www.infoastronomy.org/2018
/10/di-mana-batas-antariksa-
dimulai.html pada tanggal 1 Mei
2019.
T. Djamaluddin, (2010, 23 April), “Sampah
Antariksa Makin Padat”, diakses dari
https://tdjamaluddin.wordpress.com/
2010/04/23/sampah-antariksa-makin-
padat/ pada tanggal 23 Mei 2019.

46

Anda mungkin juga menyukai