PENDAHULUAN
peran penting pada sepanjang sejarah umat manusia. Ruang angkasa atau outer
space menurut Black’s Law Dictionary diartikan sebagai “the known and
unknown areas of the universe beyond airspace.”1 Adapun ruang udara (airspace)
merupakan “the Earth’s atmosphere below the point where outer space begins;
often measure up to 90-110 kilometers above mean sea level.”2 Ruang angkasa
Eksplorasi ke ruang angkasa pertama kali dimulai pada Abad XX. Pada 12
April 1961, seorang Letnan berkebangsaan Rusia bernama Yuri Gagarin menjadi
1
Henry R. Hertzfeld, ed.. Guide to Space Law Terms (pre-publication edition).
Washington D.C.: Secure World Foundation. 2012. hlm. 82.
2
Ibid. hlm. 15.
1
2
manusia pertama yang mengorbit bumi dalam pesawat Vostok I. 3 Misi tersebut
kemudian disusul dengan pendaratan pertama di Bulan yang dilakukan oleh Apolo
11. Apolo 11 diluncurkan dari Cape Kenedy pada 16 Juli 1969, membawa
Lunar Module Pilot Edwin ‘Buzz’ Adrin dan mengorbit bumi sejauh 114-116
mil.4 Tepat pada 20 Juli 1969, Armstrong menjadi manusia pertama yang
menginjakan kaki di Bulan.5 Hal ini menjadi peristiwa historis paling fenomenal
Sejak saat itu, berbagai misi luar angkasa terus dilakukan untuk membuka
pengetahuan, tetapi juga dikhususkan untuk mencari sumber daya yang dapat
Amerika beserta tiga Negara yang memimpin kekuatan ruang angkasa dunia, yaitu
Rusia, Republik Rakyat Tiongkok dan India, telah mengumumkan niatnya untuk
langka yang ditemukan secara alami di Bumi, namun dipercaya banyak terdapat
3
Aerospace. A Brief History of Space Exploration. http://aerospace.org/story/brief-
history-space-exploration. Diakses pada 1 Desember 2018.
4
National Aeronautics and Space Administration. Apollo 11 Overview.
http://www.nasa.gov/mission_pages/apollo/missions/apolo11.hml. Diakses pada 6 Desember
2018.
5
Aerospace. Loc. Cit.
6
Tanah Bulan juga dikenal dengan istilah regolith.
3
damai (peaceful purposes). Preambular clauses yang terdapat pada Outer Space
mankind) dalam eksplorasi dan penggunaan ruang angkasa untuk tujuan damai.
Penggunaan untuk tujuan damai juga diterapkan secara ekslusif dan spesifik
terhadap Bulan. Pasal 4 Paragraf 2 Outer Space Treaty mengatur bahwa “The
Moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the Treaty
exclusively for peaceful purposes.” Hal yang sama juga ditegaskan dalam Pasal 3
ayat (1) Moon Agreement yang mengatur bahwa “The Moon shall be used by all
States Parties for exclusive purposes.” Kata peaceful dalam hal ini dimaknai
purposes.
status Bulan dalam Treaty on the Principles Governing the Activities of States in
the Exploration and Use of Outer Space, including the Moon and Other Celestial
7
Hal ini dimaknai secara mutatis mutandis berdasarkan ketentuan peaceful purposes yang
terdapat dalam Pasal 1 Antartica Treaty. Bin Cheng. The Legal Status of Outer Space and
Relevant Issues: Delimitation of Outer Space and Definition of Peaceful Use. Journal of Space
Law, Volume 11, Number 1&2. Amerika Serikat: University of Mississipi. 1983. hlm. 102.
8
Diadopsikedalam Resolusi Majelis Umum PBB A/Res/21/222 tanggal 19 Desember
1969.
9
Diadopsi kedalam Resolusi Majelis Umum PBB A/Res/34/68 tanggal 5 Desember 1979.
4
Principles Governing the Seabed and Ocean Floor. Ketentuan mengenai Common
Heritage of Mankind itu kemudian ditegaskan kembali dalam Pasal 136 dan 137
UNCLOS 1982) mengenai pengaturan rezim hukum dasar laut dan dasar samudra.
Prinsip ini mengatur bahwa sebuah wilayah tidak dimiliki oleh siapapun dan
secara teoretis dikelola oleh semua orang.10 Hal ini berarti kedaulatan negara
Pasal 1 Outer Space Treaty menyatakan bahwa The exploration and use of
outer space, including the Moon and other celestial bodies, shall be carried out
for the benefit and in the interests of all countries, irrespective of their degree of
“The exploration and use of the Moon shall be the province of all mankind
and shall be carried out for the benefit and in the interests of all countries,
irrespective of their degree of economic or scientific development. Due
regard shall be paid to the interests of present and future generations as
well as to the need to promote higher standards of living and conditions of
economic and social progress and development in accordance with the
Charter of the United Nations.”
Outer Space Treaty dan Moon Agreementtidak memberikan definisi secara jelas
terhadap apa yang dimaksud dengan frasa ‘province of all mankind’. Sebagai
akibatnya, frasa ‘province of all mankind’ kerap ditafsirkan berbeda oleh berbagai
10
Michael E. Dawis dan Ricky J. Lee. Twenty Years After th Moon Agreement and Its
Legal Controversies.Australian Law Journal. 1999. hlm. 20.
11
Ibid.
5
semua negara. Namun apabila frasa ini tidak dapat ditafsirkan sebagai prinsip
ganda Bulan dalam Hukum Angkasa Internasional. Pun, pernyataan beberapa area
B. Rumusan Masalah
12
Malcolm N. Shaw. International Law.Sixth Edition. United Kingdom: Cambridge
University Press. 2008. hlm. 533.
6
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian dan penulisan proposal ini
D. Manfaat Penulisan
1. Secara teoretis
Internasional.
2. Secara praktis
Internasional.
Internasional.
7
E. Kerangka Konseptual
1. Penerapan
Kata penerapan berasal dari kata kerja dasar terap, yang dalam Kamus
akhiran –an digunakan untuk mengubah bentuk kata kerja dasar menjadi
perihal mempraktikan.”
2. Prinsip
adalah:
13
Wagiman. Nilai, Asas, Norma, dan Fakta Hukum: Upaya Menjelaskan dan
menjernihkan Pemahamannya. Jurnal Filsafat Hukum, Volume 1, Nomor 1. Jakarta: Universitas
17 Agustus 1945. 2016. hlm. 56
14
Henry Campbell Black. Black’s Law Dictionary. Edisi Revisi ke-4. St. Paul, Minn.:
West Publishing Co.. 1968. hlm. 1357.
8
4. Bulan
sebagai satu-satunya satelit alami dan benda angkasa besar terdekat Bumi.
Bulan dikenal sejak masa prasejarah dan merupakan benda paling terang
juta tahun setelah sistem tata surya terbentuk dan berusia sekitar 4,51
yang paling umum diterima oleh ilmuan pada saat ini adalah the Giant
yang ada pada saat ini berasal dari tabrakan besar antara sebuah planet
15
Denny Wahyudi. Konsep Warisan Bersama Umat Manusia dalam Perspektif Hukum
Internasional. Skripsi. Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum.
Sumatera Utara: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2017. hlm. 16.
16
“any natural satellite orbiting another body.” Terjemahan bebas oleh penulis.
Encyclopӕdia Britannica. moon (natural satellite). https://www.britannica.com/science/moon-
natural-satellite. Diakses pada 19 Februari 2019.
17
“… Earth’s sole natural satellite and nearest large celestial body. Known since
prehistoric times, it is the brightest object in the sky after the Sun.” Terjemahan bebas oleh
penulis. Encyclopӕdia Britannica. Moon (Earth’s satellite).
https://www.britannica.com/place/Moon. Diakses pada 19 Februari 2019.
18
Melanie Barboni, Patrick Boehnke, Brenhin Keller, Issaku E. Kohl, Blair Schoene,
Edward D. Young, Kevin D. McKeegan. Early Formation of the Moon 4.51 Billion Years Ago.
Space Science, Issue 3. 2017. hlm. 1, 4.
9
berukuran Mars dan proto-Bumi.19 Planet seukuran Mars ini kerap diberi
“In the canonical giant-impact model, developed since the late 1970s,
the Moon is explained as the product of a slow, glancing blow from a
Mars-sized body — about 10–15% of Earth’s mass — on the early
Earth. The collision left Earth spinning rapidly, once every five hours,
with the Moon orbiting close to Earth. Gravitational interactions and
torques then caused the Moon’s orbit to expand and Earth’s rotation
to slow to our current 24-hour day. This model is consistent with the
Moon’s mass, its lack of iron and the angular momentum of the Earth–
Moon system.”
Meskipun komposisi Bumi dan Bulan berbeda,21 percampuran materi
kandungan pada mantel Bulan dan Bumi dapat membuka peluang bagi
eksplorasi dan eksploitasi Bulan yang lebih intens, sebagai salah satu
sebagai “a set of legal rules regulating the intra- and inter-state relations
that arise in exploring and using outer space and celestial bodies (space
“the sum total of the specific rules of international law regulating the
relations of States with one another and with international
intergovernmental organizations, and also the mutual relations of such
organizations, in connection with their space activities, and
establishing the legal order of outer space, the Moon and other
celestial bodies in accordance with the principles of general
international law.”25
F. Landasan Teoretis
22
Gennady Shukovdan Yuri Kolosov.International Space Law.2nd Edition.Rusia: Statut
Publishing House. 2014. hlm. 15.
23
Ibid. hlm.
24
Ibid. hlm. 16.
25
Ibid. hlm. 17.
11
law) dan adalah subjek hukum terpenting (par excellence) dibandingkan subjek
yang diatur dalam Hukum Internasional merupakan bentuk adopsi dari hukum
atau perwalian.
c. Res Nullius. Wilayah ini juga dikenal sebagai terra nullius. Wilayah
yang termasuk kedalam kategori ini pada dasarnya tidak dimiliki atau
26
Huala Adolf. Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional. Cetakan ke-5.
Bandung: Keni Media. 2015. hlm. 1.
27
Ibid. hlm. 106.
28
Huala Adolf mengemukakan empat rezim dalam bukunya. Penulis memasukan Common
Heritage of Mankind sebagai rezim kelima. Ibid. hlm. 110.
12
kategori ini pada dasarnya tidak dapat dimiliki oleh Negara manapun.
G. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Objek kajian utama dari penelitian ini adalah asas/prinsip hukum, yaitu
29
Bradley Larschan dan Bonnie C. Brennan. The Common Heritage of Mankind Principle
in International Law. Columbia Journal of Transnational Law, Volume 21. Amerika Serikat:
Columbia University. 1983. hlm. 319.
30
Bahder Johan Nasution. Metode Peneltian Hukum. Bandung: CV. Mandar Maju. 2016.
hlm 86.
13
2. Pendekatan Penelitian
31
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group.
2015. hlm 133.
32
Ibid.
33
Ibid. hlm 134.
14
3. Sumber-sumber penelitian
sebagai berikut.
kedalam bahan hukum primer bagi proposal ini adalah Outer Space
internasional.
34
Ibid. hlm 135.
35
Ibid. hlm 181.
15
dengan cara:
36
Salah satu konsekuensi logis dari digunakannya pendekatan perundang-undangan
dalam sebuah penelitian adalah penelusuran dan invetarisasi dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam hal ini, peraturan perundang-undangan dapat dimaknai sebagai sumber-
sumber hukum internasional dengan mengacu pada ketentuan Pasal 38 Statuta Mahkamah
Internasional. Lihat Ibid. hlm. 208, 237.
16
H. Sistematika Penulisan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Bab ini adalah bab pertama yang berisi latar
CommunisdanKepemilikan
WilayahdalamHukumInternasional,
Hukum Internasional.
Angkasa Internasional.