Anda di halaman 1dari 7

Nama : Khoirina Muqtafia

NIM : 13020117140116
Mata Kuliah : KWn (meresume)

BAB 9
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA

A. Latar Belakang dan Pengertian


Tiap bangsa mempunyai aspirasi, baik itu dinyatakan secara tertulis maupun tidak.
Fungsinya sebagai penentu dari tujuan nasional. Selain itu,jga terdapat kepentingan nasional
sebagai syarat untuk mewujudkan tujuan nasional.

1. Latar Belakang Historis Munculnya Konsepsi Wawasan Nusantara


Konsepsi tentang Nusantara sebagai kesatuan wilayah mulai muncul sejak Indonesia
mengumumkan Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957. Sementara itu, dalam bidang
Pertahanan dan Keamanan berkembang pengaruh teori kekuatan dan kekuasaan.tiap-tiap
Angkatan mengembangkan wawasan berdasar matranya. Akibatnya muncul rivalitas antar-
Angkatan dan masing-masing saling membanggakan matranya sebagai satu superioritas.
Untuk menghindari disintegrasi yang mengancam kekompakan ABRI, maka dalam Seminar
Hankam I Tahun 1966 disusun Wawasan Pertahanan Keamanan Nasional yang terpadu dan
terintegrasi dengan doktrin Catur Dharma Eka Karma yang kemudian disebut Wawasan
Nusantara dalam keputusan Rapat Kerja Hankam tahun 1967.

2. Unsur Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara


Ada tiga faktor yang menjadi dasar pemikiran Wawasan Nusantara yaitu sebagai
berikut.
a. Geografis, Geopolitik dan Geostrategi
1) Keadaan Geografis
a) Panjang wilayah mencakup 1/8 garis katulistiwa.
b) Jarak terjauh Utara Selatan kurang lebih 1.888 km, sedangkan jarak terjauh
Barat Timur kurang lebih 5.110 km.
c) Jumlah pulau ada 17.508 buah (yang memiliki nama baru 6.044 buah)
d) Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2000 kurang lebih 220 juta jiwa.
2) Geopolitik
Geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Dua factor
penting yang menentukan kelangsungan hidup suatu negara adlah kekuatan dan
kekuasaan, yang kemudian berkembang menjadi teori-teori tentang wawasan sebagai
berikut:
a) Wawasan Bahari
Menurut Mahan, yang disebut unsure kekuasaan laut bukan hanya AL saja,
tetapi termasuk didalamnya armada niaga, armada nelayan, industry
perkapalan, pelabuhan, tenaga pelaut dan sebagainya.
b) Wawasan Benua
Sir Halford Mackinder (1861) mengemukakan sebuah teori yang kemudian
dikenal sebagai teori Pivot Area atau Heartland Theory. Dikatakan:
Barangsiapa dapat menguasai penduduk dan sumber-sumber alam di wilayah
tersebut, maka akan memperoleh posisi strategis sebagai tahap pertama
menguasai dunia.
c) Wawasan Kombinasi
Wawasan kombinasi yang merupakan integrasi dari beberapa wawasan, saat
ini dianut oleh banyak negara yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
keperluan dan kondisi setempat.
d) Wawasan Geopolitik
Karl Haushoffer (1896-1946) mengartikan geopolitik sebagai: Landasan
ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan dari kelangsungan hidup suatu
organisasi negara untuk memperoleh ruang hidupnya (lebensraum).
Untuk member landasan ilmiah bagi niat ekspansi, dikemukakan lima prinsip,
sebagai berikut:
i. Lebensraum, bahwa setiap negara memiliki hak atas suatu ruang hidup
untuk menjamin kesejahteraan dan keamanannya.
ii. Autarki, yakni cita-cita untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
iii. Pan-region, dunia dibagi menjadi daerah-daerah besar yang masing-
masing berdiri sendiri.
iv. Daerah perbatasan tidak permanen.
v. Kekuatan darat terbukti lebih unggul dibanding kekuatan lain.
e) Wawasan Dirgantara
Teori ini muncul setelah Perang Dunia I berkat tulisan Giulio Douhet dan
William Mitchell. Mereka berpendapat bahwa kekuatan udara akan menjadi
kekuatan yang menentukan, karena mempunyai daya tangkal terhadap
ancaman.
3) Geostrategi Indonesia
Posisi bangsa Indonesia berada di tengah dua komunitas yang kontrasnya
begitu tajam. Hal ini terlihat dari kondisi obyektif berbagai aspek sebagai berikut:
Demografi, Asia (utara) berpenduduk padat Australia (selatan) jarang.
Ideologi, antara komunisme diutara dan liberalism di selatan.
Politik, antara demokrasi rakyat di utara, dan parlementer di selatan.
Ekonomi, antara sistem ekonomi terpusat dan sistem ekonomi liberal.
Sosial, antara sosialisme di utara dan individualism di selatan.

b. Landasan Historis dan Yuridis Formal


Pada saat NKRI terbentuk di tahun 1945, batas wilayah Indonesia di laut masih
mengacu pada Ordonansi Tahun 1939 warisan colonial Hindia Belanda. Menurut
ordonansi tersebut batas wilayah territorial baru muncul 12 tahun kemudian, yaitu dengan
lahirnya Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang menuntut batas territorial Indonesia sejauh
12 mil.

c. Kepentingan Nasional
Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa dan
wilayah ini senantiasa satu dan utuh. Kepentingan nasional tersebut merupakan turunan
lanjut dari cita-cita, visi dan tujuan nasional. Sebagaimana tertuang dalam Alinea ke-2
Pembukaan UUD 1945. Untuk menyelenggarakan dan menjamin kelangsungan hidup
Indonesia sebagai satu bangsa dan negara, maka orang harus memandangnya secara
keseluruhan dan untuk menyeluruh sesuai dengan semangat Pancasila atau dengan cara
pandang (wawasan) Nusantara.
B. Kedaulatan Negara di Laut, Ruang Udara, dan GSO
1. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Dunia
Sejarah hukum laut internasional mengenal ada pertarungan antara dua konsepsi
pokok, yaitu:
a. Res Nullius, yang beranggapan bahwa laut tidak ada yang memiliki, sehingga
dapat diambil atau dimiliki oleh siapapun.
b. Res Communis, yang menyatakan bahwa laut adalah milik masyarakat dunia
dan karena itu tidak dapatdiambil atau dimiliki oleh masing-masing negara.
Adanya klaim-klaim tersebut membuat laut bukan lagi milik bersama, sehingga muncul
beberapa teori klasik tentang kedaulatan di laut, yaitu:
a. Teori Bartolus, yang membagi laut menjadi dua bagian. Teori ini nantinya menjadi
dasar bagi pembagian klasik atas laut, sehingga dikenal adanya Laut Teritorial dan
Laut Lepas.
b. Teori Baldus, yang membagi laut berdasar atas penguasaan sehingga timbul
konsepsi tentang:
Pemilikan laut
Pemakaian laut
Yurisdiksi atas laut dan wewenang untuk melakukan perlindungan terhadap
kepentingan-kepentingan di laut.

2. Perjuangan RI Menegakkan Kedaulatan di Laut


Setelah Indonesia merdeka, ketentuan Ordonansi 1939 dirasa sangat merugikan,
karena wilayah Indonesia menjadi terpecah-pecah. Untuk mengubah ketentuan warisan
kolonial itu maka pada tanggal 13 Desember 1957 pemerintah RI mengeluarkan Deklarasi
Djuanda. Deklarasi tersebut memiliki tujuan:
a. Perwujudan bentuk wilayah NKRI yang utuh dan bulat.
b. Penentuan batas wilayah negara Indonesia disesuaikan dengan Asas Negara
Kepulauan.
c. Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan
keamanan NKRI.

3. Kedaulatan Negara di Ruang Udara


Sejalan dengan perkembangan teknologi penerbangan, maka sejak abad ke-19 orang
mulai mempersoalkan tentang bebas tidaknya ruang udara dan masalah kedaulatan negara di
ruang udara. Kemudian muncul berbagai teori tentang kedaulatan di ruang udara, disusul oleh
konvensi-konvensi untuk menentukan batas territorial di ruang udara.
a. Berbagai Teori tentang Kedaulatan Negara di Ruang Udara
Diilhami konsep Mare Liberum Grotius, Paul Fauchille seorang ahli hukum Perancis
yang mengatakan: udara itu bebas. Disusul lahirnya dua teori tentang kedaulatan di
ruang udara:
i. Teori Udara Bebas (The Air Freedom Theory).
Penganut teori ini dibedakan menjadi 3 aliran, yaitu kebebasan udara tanpa
batas, kebebasan ruang udara yang dilekati beberapa hak khusus negara kolong, dan
kebebasan ruang udara tetapi diadakan semacam wilayah teritorial.
ii. Teori Negara Berdaulat di Ruang Udara (The Air Souvereignity Theory)
Penganut teori ini dibedakan menjadi 3, yaitu negara kolong berdaulat penuh
hanya terhadap suatu ketinggian tertentu, negara kolong berdaulat penuh tetapi dibatasi
oleh hak lintas damai, dan negara kolong berdaulat penuh tanpa batas.

b. Beberapa Konvensi Hukum Udara


i. Konvensi Paris (1919)
Ketika PD I berakhir, pada tanggal 13 Oktober 1919 negara-negara Sekutu
menandatangani konvensi Paris, yang berisi berbagai ketentuan tentang masalah di
ruang udara.Konvensi Chicago (1944)
ii. Konvensi Chicago (1944)
Polemik di seputar kedaulatan negara dan masalah ruang udara rumusan
Konvensi Chicago nantinya melahirkan beberapa teori tentang kedaulatan negara
di ruang udara sebagai berikut.
a) Penafsiran luas ruangan udara negara secara logika yuridis
b) Teori penguasaan cooper
c) Teori ruang udara schachter
d) Penafsiran kedaulatan negara Pasca-Sputnik I

4. Perjuangan RI Menegakkan Kedaulatan Negara di GSO


Secara teknis GSO merupakan sumber daya alam yang terbatas, karena hanya dapat
ditempati oleh benda-benda angkasa dalam jumlah terbatas. Untuk mengukuhkan integritas
kedaulatan wilayah di GSO, Indonesia telah melakukan beberapa upaya antara lain melalui:
a. Deklarasi Bogota (1976)
b. Pertemuan Quito (1982)
c. Konferensi Unispace II Tahun 1982
d. Pertemuan Nairobi (1982)
e. Pertemuan Sub Komite Hukum UN-CUPUOS 1983, 1984 dan 1985
f. World Administrative Radio Conference (1985)
C. Ajaran Dasar Wawasan Nusantara
1. Pengertian Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.

2. Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara


a. Wadah (contour)
b. Isi
c. Tata Laku (conduct)

3. Hakikat Wawasan Nusantara


Hakikat wawasan nusantara ialah Keutuhan Nusantara atau Nasional, dalam
pengertian: cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup Nusantara.

4. Asas Wawasan Nusantara


a. Kepentingan yang sama d. Solidaritas
b. Keadilan e. Kerjasama
c. Kejujuran f. Kesetiaan

5. Arah Pandang
a. Arah Pandang ke Dalam, bertujuan menjamin perwujudan persatuan dan kesatuan.
b. Arah Pandang ke Luar,menjamin kepentingan nasional dalam dunia.

6. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan


a. Kedudukan
1) Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia
2) Wawasan Nasional dalam paradigm nasional
b. Fungsi
Sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan
segala kebijakan, keputusan, tindakan dan perbuatan warga Indonesia.
c. Tujuan
Bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan
rakyat Indonesia, demi tercapainya tujuan nasional.

D. Implementasi Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap dan
bertindak dalam menghadapi berbagai permasalahan nasional.
1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Wawasan Nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan kesatuan aspek
kehidupan nasional guna menjamin persatuan, kesatuan dan keutuhan bangsa, serta
untuk mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.

2. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional


a. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik
b. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi
c. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya
d. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan

3. Penerapan Wawasan Nusantara


Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan Wawasan Nusantara ialah
diterimanya konsepsi Wawasan Nusantara di forum internasional, sehingga integritas
wilayah teritorial Indonesia terjamin.

4. Hubungan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional


Ada hubungan timbale balik antara pembangunan nasional dengan ketahanan
nasional. Keberhasilan pembangunan akan meningkatkan kondisi kehidupan nasional
dalam wujud ketahanan nasional yang tangguh. Sebaliknya, ketahanan nasional yang
tangguh akan mendorong pembangunan nasional berjalan semakin baik.

Anda mungkin juga menyukai