Anda di halaman 1dari 10

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK DI INDONESIA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara konsepsional, wawasan nusantara (Wawasan) merupakan wawasan nasionalnya bangsa Indonesia.
Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia yang selanjutnya disebut Wawasan Nusantara, itu
merupakan salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Wawasan Nusantara
sebagai wawasan nasionalnya bangsa Indonesia dibangun atas pandangan geopolitik bangsa. Pandangan
bangsa Indonesia didasarkan pada konstelasi lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi
Wawasan Nusantara. Jadi Wawasan Nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa
Indonesia.
Konsep Geopolitik, sesungguhnya adalah merupakan ilmu penyelenggaraan negara yang setiap
kebijakannya dikaitkan dengan masalahmasalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
Negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi
dan keadaan geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam. Sementara kelemahannya terletak pada
wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu
tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara ini.
Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Wawasan Nusantara sebagai
Geopolitik di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian wawasan Nusantara ?
2. Apa pengertian geopolitik itu?
3. Bagaiman wawasan nusantara sebagai geopolitik di Indonesia?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA
Berdasarkan teori-teori tentang wawasan, latar belakang filsafati, latar belakang pemikiran aspek
kewilayahan, aspek social budaya dan aspek kesejahteraan, telah membentuk satu wawasan nasional
Indonesia yang di sebut wawasan nusantara dengan rumusan sebagai berikut:
Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan
berdasarkan Undang-undang Dasar 1945, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk menccapai tujuan
nasional.
Berdasarkan pengertian Wawasan Nusantara berdasarkan Tap. MPR Tahun 1993 dan tentang GBHN.
2.2 PENGERTIAN GEOPOLITIK
Geopolitik berasal dari dua kata yaitu geo dan politik. Maka membicarakan pengertian geopolitik tidak
terlepas dari pembahasan mengenai masalah geografi dan politik.
Geo artinya bumi/planet bumi. Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang yaitu
sistem dalam hal menempati suatu ruang di permukaan bumi. Dengan demikian, geografi berkaitan
dengan interrelasi antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Politik berarti kekuatan yang
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional
untuk mewujudkan tujuan nasional.
Maka, geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud
kebijaksanaan nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik beratnya
terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila
dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada system politik suatu negara.

1. Perkembangan Teori Geopolitik


Istilah geopolitik semula awalnya sebagai ilmu politik yang kemudian berkembang menjadi pengetahuan
tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri khas negara yang berupa bentuk, luas, letak,
iklim, dan sumber daya alam suatu negara untuk membangun dan membina negara. Para penyelenggara
pemerintah nasional hendaknya menyusun pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi dan situasi
geomorfologi secara ilmiah berdasarkan cita-cita bangsa. Kemudian teori Geopolitik berkembang menjadi
konsepsi wawasan nasional bangsa. Oleh karena itu, wawasan nasional bangsa selalu mengacu pada
geopolitik. Dengan awasan nasional suatu negara, dapat dipelajari kemana arah perkembangan suatu
negara.
2. Beberapa Pandangan para pemikir Geopolitik
Pendapat para ahli mengenai teori geopolitik kontinental yaitu pertama dikemukakan oleh Friedrich Ratzel
(1844-1904) bahwa teori ruang yang dalam konsepsinya dipengaruhi oleh ahli biologi Charles Darwin.
Dalam teorinya, bangsa yang berbudaya tinggi akan membutuhkan sumber daya yang tinggi dan akhirnya
mendesak wilayah bangsa yang primitif. Pendapat tersebut kemudian diprtegas oleh Rudolf Kjellen
(1864-1922) dengan teori kekuatannya yang menyatakan bahwa negara adalah satuan politik yang
menyeluruh serta sebagai satuan biologis yang memiliki intelektual yang mampu mengeksploitasi negara
primitif agar negaranya mendapat swasembada.
Kemudian Karl Haushofer (1869-1946) yang pernah menjadi atase militer di Jepang meramalkan bahwa
Jepang akan menjadi negara yang jaya didunia dimana untuk menjadi jaya suatu bangsa harus mampu
menguasai benua-benua di dunia. Ia berpendapat bahwa pada hakekatnya dunia terbagi atas empat
kawasan benua dan dipimpin oleh negara yang unggul. Teori ruang dan teori kekuatan merupakan hasil
penelitiannya yang dikenal dengan teori Pan Regional yaitu ruang hidup yang cukup, swasembada, dan
dunia dibagi menjadi empat Pan Region dimana tipa region dipimpin oleh satu bangsa (nation) yang
unggul.
3. Wawasan Geopolitik
1. Wawasan Benua
Sir Halford Mackinder (1861-1947) mengemukakan teori Daerah Jantung atau yang dikenal sebagai
wawasan benua. Dalam teorinya dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:
a) Dunia terdiri atas 9/12 air, 2/12 pulau dunia (Eropa, Afrika, Asia), dan sisanya 1/12 pulau lainnya.
b) Daerah terdiri atas Daerah Jantung (Heartland) yang terletak di pulau dunia yaitu Rusia, Siberia,
sebagian Mongolia, Daerah Bulan Sabit Dalam (inner cresent) meliputi Eropa Barat, Eropa Selatan, Timur
Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, serta Daerah Bulan Sabit Luar (outer cresent) meliputi Afrika, Australia,
Amerika/benua baru.
c) Apabila suatu negara ingin menguasai dunia, harus menguasai Dunia Jantung dan diperlukan kekuatan
darat yang memadai.
2. Wawasan Bahari
Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan (1840-1914) dengan Teori Kekuatan Maritim yang
dicanangkan oleh Raleigh bertepatan dengan kebangkitan armada Inggris dan Belanda yang ditandai
dengan kemajuan teknologi perkapalan dan pelabuhan, serta semangat perdagangan yang tidak lagi
mencari emas dan sutra di timur. Kemudian lahir pemikiran hukum laut internasional setelah UNCLOS 1982
yang berlaku sampai tahun 1994 yang disetujui melalui sidang umum PBB .
Sir W. Raleigh : Siapa yang menguasai laut akan menguasai perdagangan dunia/kekayaan dan akhirnya
menguasai dunia. Oleh karena itu dibutuhkan armada yang kuat. Sebagai tindak lanjut, Inggris berusaha
mnguasai pantai-pantai benua dan paling tidak menyewanya.
Alfred T. Mahan: Laut sebagai sumber kehidupan dimana di laut terdapat banyak sumber daya alam,
maka dilaut harus dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya. Menurut Mahan, masalah akses ke
laut dan jumlah penduduk juga harus diperhatikan karena faktor ini juga akan memungkinkan kemampuan
industri untuk kemandirian suatu bangsa dan negara.
3. Wawasan Dirgantara
Awal abad XX merupakan kebangkitan ilmu pengetahuan penerbangan yang dicetuskan oleh Giulio Douhet
(1869-1930) dan William Mitcel (1879-1936). Keduanya mencita-citakan berdirinya Angkatan Udara. Dalam

teorinya, dikemukakan bahwa kekuatan udara mampu beroperasi hingga belakang lawan dan kemenangan
akhir ditentukan oleh kekuatan udara.
4. Wawasan Kombinasi
Nicholas J.Spijkman (1893-1943) yang mengemukakan Teori Daerah Batas (Rimland theory). Teori ini
dipengaruhi oleh Mackinder dan Haushover terutama dalam membagi daerah. Karena ia adalah bangsa
Belanda yang pada dasarnya bangsa maritim, maka menurutnya penguasa daerah jantung harus ada
akses ke laut dan hendaknya menguasai pantai Eurasia. Dalam teorinya dikemukakan bahwa:
a) Dunia terbagi empat daerah yaitu daerah jantung (heartland), Bulan Sabit Dalam (Rimland), Bulan Sabit
Luar dan Dunia Baru (Benua Amerika)
b) Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, dan udara untuk menguasai dunia
c) Daerah Bulan Sabit Dalam (Rimland) akan lebih besar pengaruhnya dalam peraturan politik dunia
daripada Daerah Jantung
d) Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara terkuat.
2.3. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
A. Wawasan Nasional RI
Dalam suatu wilayah yang disebut negara Pemerintah dan rakyat memerlukan konsep berupa wawasan
nasional sebagai visi nasional untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah, dan jati diri bangsa.
Istilah wawasan berasal dari kata wawas (bahasa jawa) yang artinya melihat/memandang, dengan akhiran
an, berarti cara lihat/cara pandang. Wawasan nusantara adalah wawasan nasional bangsa indonesia,
dimana kondisi geografisnya adalah kepulauanyang terletak di antara dua benua dan dua samudra.
Dalam mewujudkan arpirasi dan perjuangan, suatu negara perlu memperhatikan tiga faktor utama :
1) Bumi dan ruang dimana bangsa itu hidup
2) Jiwa, tekat, dan semangat manusianya
3) Lingkungan sekitar
Dengan demikian, wawasan nasional ialah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri
dan lingkungannya dalam eksisitensinya yang serba terhubung dengan bangsa lain dan negara lain, dan
dalam perkembangannya di lingkungan daerah, nasional, regional, dan global.
B. Teori kekuasaan dan geopolitik
Beberapa teori paham kekuasaan dan teori geopolitik adalah :
1) Teori kekuasaan
Perumusan wawasan nasional lahir berdasarkan pertimbangan dan pemikiran mengenai sejauh mana
konsep operasional dapat diwujudkan dan dipertanggungjawabkan. Karena itu dibutuhkan landasan teori
yang dapat mendukung rumusan wawasan nasional.
a) Paham Machiavelli (Abad XVII)
Machiavelli adalah seorang ahli fikir dari Republik frorence (Italia Utara). Dalam bukunya The Prince
diuraikan cara membentuk kekuasaan politik :
I. Dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan segala cara dihalalkan
II. Untuk menjaga kekuasaan suatu rezim dibenarkan politik adu domba
III. Yang kuat pasti dapat bertahan dan menang
b) Paham Kaisar Napoleon Bonaparte (Abad XVIII)
Seorang tokoh revolusioner, ia berpendapat :
Perang dimasa depan merupakan perang total yang menggerakan segala daya upaya dan kekuatan
nasional.
Kekuatan politik harus di dampingi oleh kekuatan logistik dan ekonomi nasional.
Kekuatan juga didukung oleh keondisi sosial budaya, berupa Iptek demi terbentuknya kekuatan Hankam.
c) Paham Jendral Clausewita (Abad XVIII)
Dalam bukunya Von Krige (Tentara Perang) ia nyatakan perang adalah merupakan kelanjutan politik

dengan cara lain . pemikiran inilah yang membenarkan Prusia (Jerman) berekspansi yang menimbulkan
perang dunia I, dimana kekalahan pada pihak Prusia.
d) Paham Feurbach dan Hegel
Paham materialisme Fuerbach dan teori sintesis Hegel menimbulkan dua aliran besar Barat yang
berkembang didunia, yaitu aliran kapitalisme dan komunisme.
e) Paham Lenin (Abad XIX)
Lenin memodifikasi pahan Clausewite, yang menyatakan perang adalah kelanjutan politik denhan cara
kekerasan. Bagi Leninisme/kominisme, perang, atau pertumpahan darah, atau revolusi di seluruh dunia
adalah sah dalam mengkomunikasian suatu bangsa di dunia. Dalam Perang Dingin baik unisoviet
maupun RCC berlomba-lomba untyk mengekspor paham komunis ke seluruh dunia.
f) Paham Lucian W Pye dan Sidney
Dalam bukunya Political Culture dan Political Devolepment (1972) mereka menyatakan ada unsur
subjektif danpsikologis dalam tatanan dinamika kehidupan politik suatu bangsa. Kemantapam suatu sistem
politik dapat dicapai apabila sistem tersebut berakar pada kebudayaan politik bangsa bersangkutan.
2) Teori-teori Geopolitik
Berasal dari kata geo = bumi, politik = kekuasaan. Secara harfiah berarti politik yang dipengaruhi oleh
kondisi dan konstelasi geografi. Maksudnya adalah pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan
alternatif kebijaksanaan nasional untuk mencapai tujuan nasional, dipengaruhi geografi.
a) Pandangan ajaran Frederich Ratzal
Pada abad XIX, ia merumuskan pertama kali Ilmu Bumi Politik secara ilmiah. Istilah Geopolitik pertama kali
dikemukakan oleh Frederich Ratzal. Pokok-pokok ajarannya :
Pertumbuhan negara dapat dianalogikan dengan pertumbuhan organisme, yang melalui ruang hidup.
Negara identik dengan suatu ruang. Makin luas ruang makin memungkinkan kelompok politik untuk
berkembang.
Berlakunya hukum alam : hanya bangsa yang unggul yang dapat bertahan hidup.
Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar kebutuhan akan dukungan sumber daya alam.
Untuk ini dibenarkan hukum ekspansi. Batas negara adalah bersifat sementara.
Paham Ratzel ini menimbulkan dua aliran : Titik berat kekuatan di darat dan di laut. Ia melihat adanya
persaingan antara kedua kekuatan ini. Maka timbulah pemikiran baru, yang merupakan dasar-dasar
suprastruktur geopolitik : kekuatan total suatu negara harus mampu mewadahi pertumbuhan kondisi dan
kedudukan geografinya.
b) Pandangan ajaran Rudolf Kjellen
Menurutnya negara adalah suatu organisme. Esensi ajarannya :
Negara merupakan satuan biologis, suatu organisme hidup yang memiliki intelektual. Untuk mencapai
tujuannya diperlukan ruang hidup yang luas.
Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang meliputi bidang-bidang : geopolitik, ekonomi
politik, demo politik, dan krato politik (politik pemerintahan)
Negara harus mampu berswasembada.
Kekuatan imperium kontinental dapat mengontrol kekuasaan di laut.
c) Pandangan Ajaran Karl Haushofer
Pandangannya berkembang di Jerman ketika negara berada di bawah kekuasaan Adolf Hitler (Nazi), juga
berkembang di Jepang dalam ajaran Hako Ichiu. Pokok-pokok ajarannya:
Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan mengalahkan kekuatan imperium maritim.
Beberapa negara besar di dunia akan timbul, dan akan mengusi Eropa, Asia, Afrika, dan Asia Barat : yaitu
Jerman dan Italia, serta Jepang di Asia Timur Raya.
Geopolitik adalah doktrin negara yang menitikberatkan soal-soal strategi perbatasan. Ruang hidup

bangsa dan tekanan-tekanan kekuasaan dan sosial yang rasial mengharuskan pembagian baru kekayaan
alam di dunia. Geopolitik adalah landasan bagi tindakan politik dalam perjuangan mendapatkan ruang
hidup.
Pokok-pokok teori Karl Haushofer pada dasarnya menganut teori Rudolf Kjellen dan bersifat ekspansif.
d) Pandangan ajaran Sir Halford Mackinder
Ajarannya ialah Wawasan Benua (Kekuatan Darat). Ia mengatakan : Barang siapa yang dapat menguasai
Daerah Jantung (Eropa, Asia/Erasia, ia akan dapat menguasai Pulau Dunia (Eropa, Asia, Afrika); serta
barang siapa yang dapat menguasai pulau dunia akhirnya dapat menguasai dunia.
e) Pandangan ajaran Sir Walter Raleigh dan Alfred Thayer Mahan
Gagasan mereka adalah Wawasan Bahari (kekuatan di lautan) yang menyatakan : Barang siapa yang
menguasai lautan akan menguasai perdagangan, serta barang siapa yang menguasai perdagangan akan
menguasai kekayaan dunia sehingga akhirnya menguasai dunia.
f) Pandangan ajaran W.Mitchel, A.Saversky, Giulio Douhet, dan John Frederick Charles Fuller
Menurut mereka, kekuatan di udara justru yang paling menentukan. Gagasan mereka adalah Wawasan
Dirgantara. Kekuatan udara mempunyai daya tangkis serta dapat melumpuhkan kekuatan lawan di
kandangnya sendiri.
g) Pandangan ajaran Nicholas J. Spykman
Ajaran ini menghasilkan teori daerah batas (rimland), yaitu teori Wawasan Kombinasi yang
menggabungkan kekuatan darat, laut, dan udara yang disesuaikan dengan keperluan dan kondisi suatu
negara.
C. Teori Kekuasaan dan Geopolitik Indonesia
Ajaran Wawasan Nasional indonesia dikembangkan berdasarkan teori wawasan nasional secara universal.
Wawasan tersebut dibentuk dan dijiwai oleh Paham Kekuasaan bangsa Indonesia dan Geopolitik Indonesia.
a) Paham Kekuasaan bangsa Indonesia
Menganut paham tentang perang dan damai yaitu : Bangsa Indonesia cinta damai, tetapi lebih cinta
kemerdekaan dan kedaulatannya. Artinya bahwa hidup di antara sesama warga bangsa dan bersama
bangsa lain di dunia merupakan kondisi yang terus menerus perlu diupayakan. Sedangkan penggunaan
kekuatan nasional dalam wujud perang hanyalah digunakan untuk mempertahankan kemerdekaan,
kedaulatan, martabat bangsa dan integritas nasional, serta sedapat mungkin diusahakan agar wilayah
nasional tidak menjadi ajang perang. Konsekuensinya, bangsa Indonesia harus merencanakan,
mempersiapkan, dan mendayagunakan sumber daya nasional secara tepat dan terus menerus sesuai
dengan perkembangan zaman.
b) Geopolitik Indonesia
Pemahaman tentang negara Indonesia menganut paham negara kepulauan, yaitu paham yang
dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman archipelago di negaranegara Barat pada umumnya. Menurut paham Barat, laut berperan sebagai pemisah pulau. Sedangkan
menurut paham Indonesia laut adalah penghubung sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan
yang utuh sebagai Tanah Air dan disebut Negara Kepulauan.
D. Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia
Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang
berdasarkan falsafah pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berdasarkan pemikiran
kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Karena dasar pemikiran wawasan nasional Indonesia terdiri
atas dasar pemikiran berdasarkan filsafat, kewilayahan, sosial budaya, dan kesejarahan.
a) Dasar Pemikirian berdasarkan Falsafah Pancasila
Manusia Indonesia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, dan daya pikir;

sadar akan keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya, lingkungannya, alam semesta, dan
Penciptanya, yang menumbuhkan cipta, karsa, dan karya untuk mempertahankan eksistensinya. Nilai-nilai
Pancasila tercakup dalam penggalian dan pengembangan Wawasan Nusantara(Wawasantara).
Sila Ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa
-Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
-Hormat menghormati antar pemeluk agama dan toleransi
-Kebebasan beragama
Sila Ke-2 : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Memberi hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga negara dalam menerapkan HAM
Sila Ke-3 : Persatuan Indonesia
-Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara namun tidak mematikan kepentingan individu, golongan,
dan suku.
Sila Ke-4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
-Keputusan diusahakan melalui musyawarah untuk mufakat, namun tidak menutup kemungkinan voting.
Sila Ke-5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
-Mengakui dan menghargai hak warga negara untuk mencapai kesejahteraan namun tidak merugikan
kepentingan orang lain.
Wawasan Nasional Indonesia menghendaki tercapainya persatuan dan kesatuan, namun tidak
menghilangkan sifat, ciri, dan karakter kebinekaan.
b) Pemikiran berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pengaruh geografi terhadap sikap dan tatalaku negara yang
bersangkutan merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan.
(1) Hukum Laut
Dalam hukum laut internasional dikenal dua konsep yang bertentangan, yaitu:
*Res Nullius, yang menyatakan bahwa laut tidak ada yang mem-punyainya, dan oleh karena itu dapat
dimiliki tiap-tiap negara.
*Res Communis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat du-nia dan karena itu tidak dapat
dimiliki tiap-tiap negara.
Hugo de Groot (Belanda) dalam bukunya Mare Liberium menyatakan bahwa laut bebas untuk semua
bangsa.
Grotius dalam bukunya De Jure Belli Ac Pasis (1625), mengakui laut sepanjang pantai suata negara dapat
dimiliki sejauh yang dapat dikuasai darat.
Cornelis van Bynkershosk dalam bukunya De Dominio Maris Di sertatio menyatakan bahwa penguasaan
dari darat itu berada sejauh yang dapat dikuasai oleh meriam dari darat, pada waktu itu diperkirakan
sejauh 3 mil.
(2) Deklarasi Juanda
Kondisi objektif geografis Nusantara merupakan untaian ribuan pulau, terbentang di khatulistiwa berada
pada posisi silang yang strategis.
Wilayah Indonesia pada saat Proklamasi Kemerdekaan masih mengikuti hukum laut Territoriale Zee en
Maritieme Kringen Ordonantie (TZEMKO) tahun 1939, dimana lebar laut wilayah Indonesia 3 Mil dari
pantai tiap pulau. Hal ini tidak terjamin kesatuan wilayah NKRI.
Pada tanggal 13 Desember 1957 diumumkanlah Deklarasi Juanda yang berbunyi berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan bahwa segala perairan di sekitar, di antara,
dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas
atau lebarnya adalah bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara Indonesia dan dengan demikian
bagian daripada perairan pedalaman atau nasional berada di bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia.
Lalu lintas dalam di perairan pedalaman bagi kapal-kapal asing dijamin selama tidak bertentangan
dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan territorial
(yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulaupulau negara Indonesia .

Tujuan inti dari deklarasi juanda antara lain adalah :


Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan RI yang utuh dan bulat
Penentuan batas-batas wilayah negara Indonesia disesuaikan dengan asas Negara kepualauan
(Archipelagic State Principles)
Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamaan NKRI
Deklarasi Juanda ini dikukuhkan dengan UU no.4/Prp/1960, yang menyatakan :
Laut wilayah Indonesia 12 mil diukur dari pangkal lurus (Straight Base Line)
Semua kepulauan dan laut yang terletak diantaranya harus dianggap sebagai suatu kesatuan. Akibat
dari UU tsb wilayah RI berubah luasnya dari 2 juta KM2 menjadi 5 juta KM2 yang terdiri atas + 65%
wilayah laut dan + 35% wilayah darat. Wilayah darat terdiri dari 17.508 pulau pulau besar dan kecil
dimana baru 6044 yang diberi nama.
Kepulauan Indonesia terletak pada batas-batas astronomi.
Melalui Konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional Tahun 1982, pokok pokok asas Negara kepulauan
diakui dan dicantumkan dalam konvensi PBB tentang hukum laut, yaitu United Nation Convention on the
Law of the Sea 1982 (UNCLOS). Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU no.17 tahun 1985, tanggal
31 Desember 1985. Menurut UNCLOS hak Negara kepulauan :
Laut Teritorial : Wilayah laut selebar 12 mil dari garis pangkal, dihitung waktu air surut.
Laut Dalam : semua jenis perairan yang ada di pedalaman wilayah Negara
Zona tambahan : wilayah laut sebesar 24 mil untuk pengawasan bea cukai, saniter, dan sebagainya.
Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh pada upaya pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahteraan :
17 Februari 1969 dikeluarkanlah Deklarasi Landas Kontinen yang isinya menyatakan bahwa Negara
Indonesia mempunyai penguasaan dan yurisdiksi yang eksklusif atas kekayaan mineral dan kekayaan
lainnya dalam dasar laut dan tanah didalamnya dan dilandas kontinen Indonesia
21 Maret 1980 diumumkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yang lebarnya 200 mil diukur dari pangkal
laut wilayah Indonesia, dimana dinyatakan hak Indonesia atas segala sumber daya alam di lautan
termasuk dibawah permukaan, didalam laut dan dibawahnya, serta segala kegiatan eksploitasi , dan
penelitian di ZEE indonesia.
Perjuangan penegakan kedaulatan di dirgantara, Indonesia memanfaatkan batas GSO (Geo Stationary
Orbit) yang merupakan ketinggian + 36.000 KM, yang merupakan batas ketinggian wilayah Indonesia di
udara (Ps. 30 UU No. 20/1982).
(3) Hukum Ruang Udara/dirgantara
Hukum udara bersumber dari hukum internasional, Ps. 38 A(1) Statuta International Court
of Justice menyatakan tentang :
Konvensi/traktat/perjanjian internasional
hukum kebiasaan internasional
prinsip prinsip hukum umum yang diakui oleh Negara-negara
ajaran/pendapat para sarjana terkemuka ahli hokum internasional
Hukum udara adalah perangkat kaidah tentang matra udara yang dikaitkan dengan batas yurisdiksi
Negara. Perkembangan hokum udara dimulai ketika Perang Dunia I berakhir. Pada saat itu Negara
dihadapkan pada:
perlu penegasan konsep kedaulatan ruang udara, dan
perlu memperketat pertahanan Negara melalui control ruang udara
Akhirnya dicapai suatu kesepakatan :
Demi keselamatan penerbangan perlu ditetapkan standardisasi internasional yang berkaitan dengan
prosedur teknis penerbangan (navigasi) udara.
Menegaskan prinsip kedaulatan yang utuh dan penuh dari negara-negara atas ruang udara diatas
wilayah nasional suatu negara, dilangsungkan jaringan penerbangan sipil internasional secara aman,
tertib, teratur, dan nyaman.
TEORI RUANG UDARA
Didunia internasional dikenal 2 teori udara, yaitu :

1. Teori udara Bebas (Air Freedom Theory) :


Kebebasan Udara tanpa batas : ruang udara itu bebas, dapat digunakan oleh siapa saja. Tidak ada
Negara yang mempunyai hak dan kedaulatan di ruang udara
Kebebasan Udara Terbatas yang dibagi menjadi 2 pula :
a. Negara Kolong (Subjacent state) berhak mengambil tindakan tertentu untuk memelihara keamanannya.
b. Negara kolong hanya mempunyai hak terhadap zona territorial ruang udara tertentu
2. Teori Negara berdaulat diudara (The Air Souverignity).
* Konvensi Chicago 1944
Merupakan perjanjian internasional dalam badan resmi International Civil Aviation Organization (ICAO) :
setiap negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan eksklusif diruang udara diatas wilayahnya, tetapi
tidak mengakui Inocent passage (hak lintas damai), dan bagi penerbangan komersial diperlukan izin pada
antarnegara.
* Teori keamanan : Negara mempunyai kedaulatan ruang udara sampai yang diperlukan untuk keamanan.
Fauchille memberikan ketinggian 1.500 m (1909) diturunkan menjadi 500m (1910)
* Teori penguasaan Cooper (coopers control theory) : kedaulatan udara suatu Negara ditentukan oleh
kemampuan Negara tersebut untuk menguasai ruang udara secara fisik dan ilmiah
* Teori udara Schachter : ruang udara ditentukan oleh kemampuan udara mengapungkan pesawat/balon,
yaitu sekitar 30 mil dari permukaan bumi.
c) Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya
Budaya merupakan hasil kekuatan budi manusia, lengkapnya ialah cipta, rasa, dan karya. Budaya
dilahirkan dari hubungan antar manusia yang membentuk pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang
merangsang hubungan sosial di antara anggotanya.
Cipta, karsa, dan karya sangat dipengaruhi oleh lingkungan alamiah tempat manusia hidup. Itulah
sebabnya bangsa Indonesia yang mempunyai ruang hidup dengan kondisinya yang masing-masing
membentuk karakter bangsa yang berbeda, dari segi etnis, alam, dan pendidikan. Heterogenitas karakter
bangsa, secara budaya meliputi:
Sistem religi/ keagamaan
Sistem masyarakt / organisasi
Sistem pengetahuan
Sistem keserasian / budaya dalam arti sempit
Sistem mata pencaharian / ekonomi, dan
Sistem teknologi dan peralatan
Kebudayaan yang merupakan warisan, memaksa generasi berikutnya untuk menerima dan memelihara
norma-norma. Penerimaan ada yang bersifat emosional yang mengikat secara kuat dan sensitif sehingga
dapat memicu konflik sosial, ras, antar golongan (SARA) secara tidak rasional. Keterikatan masyarakat dan
daerahnya juga dapat membentuk sentimen daerah yang sering dijadikan perisai terhadap
ketidakmampuan individu dalam menghadapi perubahan yang dianggap mengancam eksistensi
budayanya. Jika penerimaan secara emosional ini terus dikembangkan, konflik konflik akan bereskalasi
menjadi konflik antar daerah yang bersifat nasional. Untuk itulah diperlukan rekayasa sosial dalam
pembangunan karakter nasional (national and character building), yaitu Wawasan Nusantara yang
dilandasi Bhineka Tunggal Ika.
d) Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa didasarkan atas latar belakang sejarahnya. Indonesia diawali dari negara-negara
kerajaan tradisional, misalnya Sriwijaya dan Majapahit. Rumusan filsafah negaranya belum jelas. Yang ada
baru slogan yang ditulis Mpu Tantular : Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa.
Nuansa kebangsaan mulai muncul sejak tahun 1900-an ditandai oleh lahirnya konsep baru dan modern
(dasar dan tujuannya berbeda dengan konsep lama).

Penjajahan menimbulkan penderitaan dan kepahitan, namun menimbulkan semangat senasib


sepenanggungan. Diawali oleh Budi Oetomo (20-5-1908) yang disenut dengan Kebangkitan Nasional
yang menimbulkanwawasan kebangsaan Indonesia, yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda tanggal 28-101928. Proklamasi Kemerdekaan 17-8-1945 Indonesia mulai menegara.
Wilayah NKRI masih berdasarkan warisankolonial Belanda, yaitu batas wilayah perairan berdasarkan
Teritoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 ialah selebar 3 mil dari garis pangkal tiap
pulau. Melalui proses perjuangan yang panjang (28 tahun) Indonesia berhasil mengubah batas wilayah
perairan, yaitu 12 mil dari pantai pulau-pulau terluar (Deklarasi Juanda 13 Des 1957). Dengan demikian
terwujudlah kesatuan wilayah RI yang disebutkan dengan istilah Konsepsi Nusantara, terdiri atas kata
Nusa = pulau dan Antara, yaitu yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Konsepsi
Nusantara mengilhami Angkatan-angkatan dalam tubuh TNI untuk mengembangkan wawasan berdasarkan
mantranya:
*Angkatan Darat mengembangkan Wawasan Benua
*Angkatan Laut mengembangkan Wawasan Bahari
* Angkatan Udara mengembangkan Wawasan Dirgantara
Untuk menghindari ancaman terhadap kekompakan ABRI disusunlah Wawasan Hankamnas yang terpadu
dan terintegrasi (merupakan hasil seminar Hankam I tahun 1966), yang diberi nama Wawasan Nusantara
Bahari. Pada Raker Hankam tahun 1967, Wawasan Hankamnas dinamakan Wawasan Nusantara. Pada
bulan November 1972 Lemhannas mengadakan pengkajian segala bahan dan data
Wawasan Nusantara untuk terwujudnya suatu wawasan nasional. Dalam Ketetapan MPR N. IV/MPR/1973
Wawasan Nusantara dimasukkan dalam GBHN (Bab II huruf E). Perjuangan di dunia internasional untuk
diakuinya wilayah Nuasantara, sesuai dengan Deklarasi Juanda, merupakan rangkaian perjuangan yang
panjang: Dimulai sejak Konverensi PBB tentang Hukum Laut I tahun 1958 kemudian yang II tahun 1960,
akhirnya pada konverensi III tahun 1982, pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan dicantumkan
dalam UNCLOS 1982.
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Secara sederhana wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya. Kita memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi,
hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan dan kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat
Wawasan Nusantara adalah persatuan bangsa dan kesatuan wilayah. Wawasan Nusantara berkedudukan
sebagai visi bangsa. Wawasan nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa
depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu
dengan wilayah yang satu dan utuh pula. Kedudukan Wawasan Nusantara sebagai salah satu konsepsi
ketatanegaran Republik Indonesia. Berdasarkan fakta geografis dan sejarah, wilayah Indonesia beserta apa
yang ada di dalamnya dipandang sebagai satu kesatuan. Pandangan atau Wawasan nasional Indonesia ini
dinamakan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi geopolitik bangsa Indonesia.
3.2. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi kami penyusun (kelompok 3) sendiri
dan bagi pembaca lainnya serta menambah wawasan, khususnya Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik
di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Fauzi, Pancasila, Tinjauan Konteks Sejarah, Filsafat Ideologi Nasional dan Ketatanegaraan
Republik Indonesia, Malang:PT. Danar Jaya Brawijaya University Press, 2003.
Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintah Konstitusional di Indonesia, Jakarta:Grafitti, 1995.
Pusposutardjo,Suprodjo.Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan(Untuk Mahasiswa), Jakarta:2001

http://liasetianingsih.wordpress.com/2010/04/19/wawasan-nusantara/

Anda mungkin juga menyukai