Anda di halaman 1dari 34

Makalah GEOPOLITIK INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebab kami mengambil judul GEOPOLITIK INDONESIA karena kami ingin mengetahui
bagaimana sistem politik atau peraturan yang ada di Indonesia.Dalam hal ini bukan hanya
beruhubungan dengan pemerinth tetapi juga dengan manusia dengan negara lain,hubungan
manusia lingkungan alam,kehidupan manusia didunia mempunyai kedudukan sebagai hamba
Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (khalifatullah).Selain itu kami juga ingin
mengetahui bagaimanakah perkembangan Wilayah Indonesia sejak jaman proklamasi hingga
sekarang.
B. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian dari Geopolitik itu ?
2) Apakah perbedaan antara Wawasan Nasional dengan Wawasan Nusantara ?
3) Apakah tujuan di keluarkannya Deklarsi Juanda.Sebutkan !
C. Tujuan
Untuk mengetahui apakah arti dari Geopolitik yang ada di Indonesia serta perkembangan Wilayah
Indonesia dan Dasar Hukumnya,selama masa Orde Lama hingga sekarang pada masa Reformasi.
BAB II
PEMBAHASAN
GEOPOLITIKINDONESIA
A. Pengertian Geopolitik
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturn-peraturan dalam wujud kebijaksanaan
dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik
beratnya terletek pada pertimbangan geografik, wilayah atau toritorial dalam arti luas) suatu
negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung
kapada sistem politik suatu negara. Sebaliknya politik negara itu secara langsung akan berdampak
langsung kepada geografi negara bersangkutan.
Dalam hubungan dengan kehidupan manusia dalam suatu negara dalam hubungannya dengan
lingkungan alam, kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan Yang
Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah).Kedudukan manusia tersebut mencakup tiga
segi hubungan, yaitu : hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan antar manusia, dan
hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya.Manusia dalam melaksanakan tugas dan
kegiatan hidupnya bergerak dalam dua bidang, universal filosofis dan sosial politis.Bidang
universal filosofis bersifat transenden dan idealistik.Sedangkan bidang sosial politis bersifat
imanen dan realitis yang bersifat lebih nyata dan dapat dirasakan.Di Indonesia yang termasuk
dalam bidang sosial politik adalah produk politik yang berupa UUD 1945 dan aturan perundangan
lainnya yang mengatur proses pembangunan nasional.
Sebagai negara kepulauan dan berineka Indonesia mempunyai kekuatan dan
kelemahan.Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya
sumberdaya alam.Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman
masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air,sebagaimana telah
diperjuangkan oleh parapendiri negara ini.Dorongan kuat untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan melalui Sumpah Pemuda tahun 1928 dan berlanjut pada proklamsi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945.Dalam pelaksaannya Indonesia tidak bebas dari pengaruh interaksi
dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan, regional maupun
internasional.Dalam hal ini Indonesia harus memiliki pedoman.Salah satu pedoman Indonesia
adalah wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara, sehingga disebut
Wawasan Nusantara. Oleh karena itu wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia.
B. Pengertian Wawasan Nusantara
Setiap bangsa mempunyai Wawasan Nasional ( National outlook )yang merupakan visi bangsa
yang bersngkutan menuju ke masa depan. Kehidupan berbangsa dalam suatu negara memerlukan
suatu konsep cara pandangan atau wawasan nasional yang bertujuan untuk menjamin
kelangsungan hidup dan keutuhan bangsa dan wilayahnya serta jati diri bangsa itu.Adapun
wawasan nasional bangsa Indonesia dikenal dengan Wawasan Nusantara.
Istilah wawasan berasal dari kata wawas yang berarti pandangan, tinjauan, atau penglihatan
inderawi.Akar kata ini membentuk kata mawas yang berarti memandang, meninjau, atau
melihat.Sedangkan wawasan berarti cara pandang, cara tinjau, atau cara melihat.Sedangkan
istilah Nusantara berasal dari kata nusa yang berarti pulau, dan antara yang berarti diapit di
antara dua hal.Istilah Nusantara dipakai untuk kesatuan wilayah dan gugusan pulau-pulau
Indonesia yang terletak di antara samudra Pasifik dan samudra Indonesia serta di antara benua
Asia dan benua Australia.
Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi
dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.Sedangkan

Wawasan Nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah
Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita
nasionalnya.Dengan demikian Wawasan Nusantara berperan untuk membimbing bangsa Indonesia
dalam penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai rambu-rambu dalam perjuangan
kemerdekaannya.
C. Faktor faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara
1. Wilayah ( Geografi )
a) Asas Kepulauan ( Archipelagic Principle )
Kata archipelago dan archipelagic berasal dari kata Italia archipelagos.Akar katanya adalah
archi berarti terpenting, terutama, dan pelagos berarti laut atau wilayah lautan. Jadi, archipelagic
dapat diartikan sebagai lautan terpenting.Istilah archipelago antara lain terdapat dalam naskah
resmi perjanjian antara Republik Venezza dan Michael Palaleogus pada pada tahun 1268.
b) Kepulauan Indonesia
Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan Nederlandsch Oost Indishe
Archipelago.Itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi wilayah negara Republik
Indonesia.Bangsa Indonesia sangat mencintai nama Indonesia meskipun bukan dari bahasanya
sendiri, tetapi ciptaan orang berat. Nama Indonesia mengandung arti yang tepat, yaitu kepulauan
India.Dalam bahasa Yunani Indo berarti India dan nesosberarti pulau.Indonesia mengandung
makna spiritual, yang di dalamnya terasa ada jiwa perjuangan menuju cita-cita luhur, negara
kesatuan, kemerdekaan dan kebesaran.Sebutan Indonesia merupakan ciptaan ilmuan J.R. Logan
dalam Journal of the Indian Archipelago and East Asia (1850).Sir W.E.Maxwell, seorang ahli hukum,
juga memakai dalam kegemarannya mempelajari rumpun Melayu.Melalui perhimpunan
Indonesiayang sering menggunkan kata Indonesia di Belanda hingga akhirnya melalui
peringatan Sumpah Pemuda tahun 1928 nama Indonesia telah digunakan setelah sebelumnya
Nederlandsch Oost Indie.Kemudian sejak proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Indonesia
menjadi nama resmi negara dan bangsa Indonesia sampai sekarang.
c) Konsepsi tentang Wilayah Lautan
Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa mengenai pemilikan dan
penggunaan wilayah laut sebagai berikut :
1. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
2. Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut adalah milik masyarakat dunia karena itu tidak dapat
dimiliki oleh masing-masing negara.
3. Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa.
4. Mare Clausum ( The Right and Dominion Of the Sea), menyatakan bahwa laut sepanjang laut
saja yang dapat dimiliki oleh suatu negara sejauh yang dapat dikuasai dari darat (waktu itu kirakira 3 mil).
5. Archipelagic State Pinciples (asas Negara Kepulauan) yang menjadikan dasar dalam Konvensi
PBB tentang hukum laut.
Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar Indnesia sebagai negara kepulauan
memiliki Laut Toritorial, Perairan Pedalaman, Zone Ekonomi Eksklusif, dan Landas Kontinen.
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Negara Kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan
dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
2. Laut Toritorial adalah satu wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12 mil laut di ukur dari laut
pangkal, sedangkan garis pangkal adalah garis air surut terendah sepanjang pantai, seperti yang
terlihat pada peta laut skala besar yang berupa garis yang menghubungkan titik-titik luar dari dua
pulau dengan batas-batas tertentu sesuai konvensi ini.
3. Perairan Pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah Dalam dari garis
pangkal.
4. Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal.
5. Landas Kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah di- bawahnya yang
terletak di luar laut teritorialnya spanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah daratannya.
d) Karakteristik Wilayah Nusantara
Nusantara berarti Kepulauan Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan benua Australia dan
diantara samudra Pasifik dan samudra Indonesia, yang terdiri dari 17.508 pulau besar maupu
kecil.Jumlah pulau yang sudah memiliki nama adalah 6.044 buah. Kepulauan Indonesia terletak
pada batas-batas astronomi sebagai berikut :
Utara : 6 08 LU
Selatan : 11 15 LS
Barat : 94 45 BT
Timur : 141 05BT
Jarak utara selatan sekitar 1.888 Kilometer, sedangakan jarak barat timur sekitar 5.110
Kilometer.Bila diproyesikan pada peta benua Eropa, maka jarak barat timur tersebut sama
dengan jark antara London (Inggris) dan Ankara (Turki).Bila diproyeksikan pada peta Amerika
Serikat, maka jarak tersebut sama dengan jarak antara pantai barat dan pantai timur Amerika
Serikat.
Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5. 193.250 km2,yang terdiri dari daratan seluas 2. 027.
087 km2dan perairan 127 3. 166. 163 km2. Luas wilayah daratan Indonesia jika dibandingkan
dengan negara negara Asia Tenggara merupakan yang terluas.

2. Geopolitik dan Geostrategi


a. Geopolitik
1). Asal Istilah Geopolitik
Istilah Geopolitik semula diartikan oleh Frederich Ratzel (1844 1904) sebagai ilmu bumi politik
( Political Geography). Istilah ini kemudian dikembangkan dan diperluas oleh serjana ilmu politik
Swedia, Rudolf 1864 1922) dan Karl aushofer ( 1869 1964) dan Jerman menjadi Geographical
Politic dan disingkat Geopolitik. Perbedaan dari istilah di atas terletak pada titik perhatian dan
tekanannya, apakah pada bidang geografi ataukah politk. Ilmu bumi politik (Political Geography)
mempelajari fenomena geografi dan aspek politik, sedangkan geopolitik mempelajari fenomena
politik dari aspek geografi.Geopolitik memeparkan dasar pertimbangan dalam menentukan
alternatif kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan tertentu.
2). Pandangan Ratzel dan Kjellen
Frederich Ratzel pada akhir abad ke 19 mengembangkan kajian geografi politik dengan dasar
pandangan bahwa negara adalah mirip organisme (makhluk hidup).Negara adalah ruang yang
ditempati oleh kelompok masyarakat politik (bangsa).Bangsa dan negara terikat oleh hukum
alam.Rudolf Kjellen berpendapat bahwa negara adalah organisme yang harus memiliki
intelektual.Negara merupakan sistem politik yang mencakup geopolitk, ekonomi politik,
kratopolitik, dan sosiopolitik.Pandangan Ratzel dan Kjellen hampir sama.Mereka memandang
pertumbuhan negara mirip denganpertumbuhan organisme (makhluk hidup).
3). Pandangan Haushofer
Pemikiran Haushofer disamping berisi paham ekspansionisme juga mengandung ajaran rasialisme,
yang menyatakan bahwa ras Jerman adalah ras yang paling unggul yang harus dapat menguasai
dunia.
Pokok pokok Pemikiran Haushofer adalah sebagai berikut :
a) Suatu bangsa dalam mempertahankan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam.
b) Kekuasaan Imperium Daratan yang kompak akandapat mengejar kekuasaan Imperium maritim
untuk menguasai pengawasan dilautan.
c) Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika dan Asia Barat
(yakni Jerman dan Italia).Sementara Jepang akan menguasai Asia Timur.
d) Geopolitik dirumuskan sebagai perbatasan. Ruang hidup bangsa dengan kekuasaan ekonomi
dan sosial yang rasial mengharuskan pembagian baru kekayaan alam dunia.
4). Geopolitik Bangsa Indonesia
Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai - nilai Ketuhanan dan
Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas ter- tuang di dalam pembukaan UUD
1945.Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan. Bangsa
Indonesia menolak segala bentuk penjajahan, karena penjajahan tidak sesuai peri kemanusiaan
dan peri keadilan.
Dalam hubungan Internasonal, bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaan (nasionalisme)
yang membentuk suatu wawasan kebangsaan dan menolak pandangan Chauvisme.
b. Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran
yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik.Strategi juga dapat merupakan ilmu, yang
langkah langkahnya selalu berkaitan dengan data dan fakta yang ada. Sebagai contoh
pertimbangan geostrategis untuk negara dan bangsa Indonesia adalah kennyataan posisi silang
Indonesia dari berbagai aspek, di samping aspek geografi juga aspek aspek demografi, ideologi,
politik, ekonomi,sosial budaya dan Hankam.
Strategi biasanya menjangkau masa depan, sehingga pada umumnya strategi disusun secara
bertahap dengan memperhitungkan faktor faktor yang mempengaruhinya.Dengan demikian
geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan memperhatikan kondisi dan konstelasi
geografi sebagai fektor utamanya.Disamping itu dalam merumuskan strategi perlu pula
memperhatikan kondisi sosial, budaya, penduduk , sumber daya alam, lingkungan regional
maupun internasional.
3. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya
a). Sejak 17 8 1945 sampai dengan 13 12 1957
Wilayah nagara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas Hindia Belanda
berdasarkan ketentuan dalam Trritoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939
tentang batas wilayah laut toritorial Indonesia.
b). Dari Deklarasi Juanda (13 12 1957) sampai dengan 17 2 1969
Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda yang dinyatakan sebagai pengganti
Ordonasi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut :
1. Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
2. Penentuan batas batas wilayah Negara Indonesai di sesuaikan dengan asas negara kepulauan
(Archipelagic State Principles).
3. Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Deklarsi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang undang No. 4/Prp/1960 tanggal 18
Februari 1960. Tentang perairan Indonesia.Sejak itu terjadi perubahan bentuk wilayah nasional dan
cara perhitungannya.
Untuk mengatur lalu lintas perairan maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1962
tentang lalu lintas damai di perairan pedalaman Indonesia (intrnal water) yang meliputi :

a. semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia,


b) semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas dan,
c) semua pelayaran dari dan ke laut bebas dengan melintasi perairan Indonesia.
Pengaturan demikian ini sesuai dengan salah satu tujuan Deklarasi Juanda tersebut di atas dalam
rangka menjaga kesalamatan dan keamanan RI.
c). Dari 17 2 1969 ( Deklarasi Landas Kontinen ) sampai sekarang
Deklarasi tentang landas kontinen negara RI merupakan konsep poliltik yang berdasarkan konsep
wilayah. Deklarasi ini dipandang pula sebagai upaya untuk mengeshkan Wawasan
Nusantara.Disamping dipandang pula sebagai upaya untuk mewujudkan pasal 33 ayat 3 UUD
1945. Konsekuensinya bahwa sumber kekayaan alam dalam landasan kontinen Indonesia adalah
milik eksklusif negara RI.
d). Zona Ekonomi Ekslusif ( ZEE )
Pengumuman Pemerintah negara tentang Zona Ekonomi Ekslusif terjadi pada 21 Maret 1980.
Batas ZEE adalah selebar 200 yang dihitung dari garis dasar laut wilayah Indonesia.Alasan
alasan Pemerintah mengumumkan ZEE adalah :
1. Persediaan ikan yang semakin terbatas.
2. Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia.
3. ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional.
D. Unsur unsur Dasar Wawasan Nusantara
1.wadah
Wawasan Nusantara sebagai wadah meliputi tiga komponen :
a). Wujud wilayah
Batas ruang lingkup wilayah Nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya terdapat gugusan
ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh dalamnya perairan, baik laut maupun sealat serta
dirgantara di atasnya yang merupakan satu kesatuan ruang wilayah.
b). Tata Inti Organisasi
Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut bentuk
dan kedaulatan negara, kekuasaan pemerintahan, sistem pemerintahan dan sistem perwakilan.
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik.Kedaulatan berada di tangan
rakyat yang dilaksanakan menurut Undang undang.Sistem pemerintahan menganut sistem
pemerintahan presidensial.Presiden memegang kekuasaan permerintah berdasarkan UUD
1945.Indonesia adalah negara hukum (Rechtsstaat) bukan negara kekuasaan (machtsstaat).
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempunyai kekuatan kuat, yang tidak dapat dibubarkan oleh
Presiden. Anggota DPR merangkap sebagai anggota MPR.
c). Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara yang harus
dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup pertai politik, golongan dan organisasi masyarakat,
kalangan pers serta seluruh aparatur negara.
2. Isi Wawasan Nusantara
Isi Wawasan Nusantara tercermin dalam perpektif kehidupan manusia Indonesia dalam
eksistensinya yang meliputi cita cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu:
a). Cita cita bangsa Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. b ). Asas keterpaduan
semua aspek kehidupan nasional berciri menunggal, utuh menyeluruh.
3. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan Lahiriah
a. Tata laku batiniah berlandaskan falsafah bangsa yang membentuk sikap mental bangsa yang
memiliki kekuatan batin.
b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggalan kata dan karya,
keterpaduan pembicaraan dan perbuatan.
E. Implementasi Wawasan Nusantara 1). Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai dengan
aspirasinya.Konsep Wawasan Nusanatara berpangkal pada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa,
sabagai sila pertama yang kemudian melahirkan hakikat misi manusia Indonesia yan dijabarkan
pada sila sila beriktnya.
2). Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional
a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik
b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya
d. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan
Keamanan.
3). Penerapan Wawasan Nusantara
a. Salah satu manfaat paling nyata dari Penerapan Wawasan Nusantara, khususnya di bidang
wilayah, adalah diterimanya konsepsi Nusantara di forum internasional, sehingga terjaminlah
integrasi wilayah toritorial Indonesia.
b. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup tersebut enghasilkan sumber daya alam yang
cukup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
c. Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia Internasional termasuk negara
negara tetangga: Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, India, Australia, dan Papua Nugini yang
dinyatakan dengan persetujuan yang dicapai karena negara Indonesia memberikan akomodasi
kepada kepentingan negara tetengga antara lain di bidang perikanan yang mengakui hak nelayan
tradisional (traditional fishing right) dan hak lintas dari Malaysia Barat ke Malaysia Timur atau

sebaliknya.
d. Penerapan Wawasan Nusantara dalam pembangunan negara di berbagai bidang tampak pada
berbagai proyek pembangunan sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi.
e. Penerapan di bidang sosial budaya terlihat pada kebijakan untuk menjadikan bangsa Indonesia
yang Bhinneka Tunggal Ika tetap merasa sebangsa, setanah air, senasib sepenanggungan dengan
asas Pancasila.
f. Penerapan Wawasan Nusantara di bidang Pertahanan Keamanan terlihat pada kesiapsiagaan dan
kewaspadaan seluruh rakyat melalui Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta untuk
menghadapi berbagai ancaman bangsa dan negara.
4). Hubungan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Wawasan Nasional Indonesia menumbuhkan dorongan dan ransangan untuk mewujudkan aspirasi
bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional. Wawasan Nasional bangsa Indonesia adalah
Wawasan Nusantara yang merupakan pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan
nasional.Sedangkan ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses
pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dan sukses.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional merupakan
dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman begi penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Geopolitik merupakan sebagai sistem politik atau peraturan peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik.
Manusia sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah) di bumi yang menerim amanat-Nya untuk
mengelolah kekayaan alam.
Nama Indonesia bukanlah merupakan dari bahasanya sendiri, tetapi ciptaan orang Barat yang
bernama J.R. Logan, seorang ahli hukum juga memakainya dalam kegemarannya mempeljari
rumpun Melayu. Dalam bahasa Yunani, indo berarti India dan nesos berarti pulau.
Kekuatan negara Indonesia terletak pada : posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya
sumber daya alam. Sementara kelemahannya terletek pada wujud kepulauan dan
keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air,
sebagaimana telah diperjuangkan oleh par pendiri negara ini.
Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai nilai Ketuhanan dan
Kemanusian yang luhur dengan jelas dan tegas tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. B angsa
Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan.
B. Saran
Sebagai wakil Tuhan ( Khalifatullah) di bumi manusia wajib mengelola, menjaga dan
memanfaatkan sebaik mungkin apa yang ada di dalamnya. Parbedaan yang terjadi di antara kita
janganlah menjadi penghalan untuk kita saling bersatu.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. H. Kaelan, M.S. dan Drs. H. Ahmad Zubaidi, M. Si. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan
utuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Penerbit Paradigma Yogyakarta.

Makalah Geo Politik


KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kami sampaikan dan hanya milik Allah SWT. Karena dengan rahmat
dan karunia-NYA lah kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini, serta shalawat dan salam kami
minta kepada Allah SWT semoga di hadiahkan kepada nabi junjungan kita Muhammad SAW yang
menjadi suritauladan bagi kita semua. Semoga dengan selalu bersalawat kepadanya kita nanti
mendapat syafaatnya di padang masyar kelak amin-amin YaRabbalalamin.

Selanjutnya kami pemakalah mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan pemahaman dan tuntutan kapada kami sebagai pamakalah serta waktu yang telah di
tentukan untuk menyelesaikan tugas dari makalah kami ini. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kami yang merangkainya dan bagi kita semuanya dalam melakukan perkuliahan
kita ini.

Akhir kata, kami menyadari masih banyak terjadi kesalahan dalam penyusunan dan perangkaian
makalah ini, maka dari pada itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang konstruktif dan
inovatif demi meraih yang lebih baik dari apa yang kami sajikan ini dan perbaikan untuk masa
yang akan mendatang.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Negara bagaikan suatu organisme. Ia tidak bisa hidup sendiri. Keberlangsungan hidupnya ikut
dipengaruhi juga oleh negara-negara lain, terutama negara-negara tetangganya atau negara yang
berada dalam satu kawasan dengannya. Untuk itulah diperlukan satu sistem perpolitikan yang
mengatur hubungan antar negara-negara yang letaknya berdekatan di atas permukaan planet
Bumi ini. Sistem politik tersebut dinamakan Geopolitik, yang mutlak dimiliki dan diterapkan oleh
setiap negara dalam melakukan interaksi dengan sesama negara di sekitarnya.

Tak terkecuali Indonesia. Indonesia pun harus memiliki sistem geopolitik yang cocok diterapkan
dengan kondisi kepulauannya yang unik dan letak geografis negara Indonesia di atas permukaan
planet Bumi ini.

Geopolitik Indonesia tiada lain adalah Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara tidak mengandung
unsur-unsur ekspansionisme maupun kekerasan Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang
merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat serta menjiwai
tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara
juga sering dimaknai sebagai cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bertindak,
berfikir dan bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi proses psikologis,
sosiokultural dengan aspek-aspek Astagatra

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian geopolitik itu sendiri ?
2. Bagaimana pandangan para pemikir politik mengenai geopolitik ?
3.Bagaimana perkembangan geopolitik ?
4. Bagaimana konsep wilayah sebagai ruang hidup ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan geopolitik itu sendiri?
2. Untuk pandangan para pemikir politik mengenai geopolitik ?
3. Kiranya tulisan ini dapat menjadi bahan pengembangan pengetahuan kita tentang geopolitik .
BAB II
PEMBAHASAN

GEOPOLITIK
2.1 Konsep dan Unsur Geopolitik
Geopolitik berasal dari dua kata, yaitu geo dan politik. Maka, Membicarakan pengertian
geopolitik, tidak terlepas dari pembahasan mengenai masalah geografi dan politik. Geo artinya
Bumi/Planet Bumi. Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sistem
dalam hal menempati suatu ruang di permukaan Bumi. Dengan demikian geografi bersangkutpaut dengan interrelasi antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Sedangkan politik,
selalu berhubungan dengan kekuasaan atau pemerintahan.

Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu kajian yang melihat
masalah/hubungan internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Konteks teritorial di
mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup wilayah, dan
hirarki aktor: dari nasional, internasional, sampai benua-kawasan, juga provinsi atau lokal.

Dari beberapa pengertian di atas, pengertian geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi.
Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial,
dengan merujuk kepada percaturan politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan
politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah
tersebut.

Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi,
hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan.

Negara tidak akan pernah mencapai persamaan yang sempurna dalam segala hal. Keadaan suatu
negara akan selalu sejalan dengan kondisi dari kawasan geografis yang mereka tempati. Hal yang
paling utama dalam mempengaruhi keadaan suatu negara adalah kawasan yang berada di sekitar
negara itu sendiri, atau dengan kata lain, negara-negara yang berada di sekitar (negara tetangga)
memiliki pengaruh yang besar terhadap penyelenggaraan suatu negara.

Peranan-Peranan Geopolitik.
1. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang tersedia.
2. Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan kondisi alam.

3. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri.


4. Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan.
5. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara berdasarkan teori negara
sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya.
6. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu negara.

Unsur utama Geopolitik


1. Konsepsi ruang diperkenalkan Karl Haushofer menyimpulkan bahwa ruang merupakan wadah
dinamika politik dan militer, teori ini disebut pula teori kombinasi ruang dan kekuatan.
2. Konsepsi frontier (batas imajiner dari dua negara).
3. Konsepsi politik kekuatan yag terkait dengan kepentingan nasional.
4. Konsepsi keamanan negara dan bangsa sama dengan konsep ketahanan nasio.
2.2 Pandangan Para Pemikir Politik
Semula geopolitik adalah ilmu bumi politik yang membahas masalah politik dalam suatu negara,
namun berkembang menjadi ajaran yang melegitimasikan Hukum Ekspansi suatu negara. Hal ini
tidak terlepas dari para penulis :

1.

Friedrich Ratzel (1844-1904)

Teori Ruang : bangsa yang berbudaya tinggi akan membutuhkan ruang hidup yang makin meluas,
karena kebutuhan sumber daya yang tinggi dan akhirnya mendesak wilayah bangsa yang
primitif.

2. Rudolf Kjellen (1864 1922)


Teori Kekuatan : behwa negara adalah satuan politik yang menyeluruh serta sebagai satuan
biologis yang memiliki intelektualitas. Dengan kekuatan yang dimiliki ia mampu mengeksploitasi
negara primitif agar negaranya dapat ber-swasembada. (Darwinisme Sosial).

3. Karl Haushover (1869 1946)


Teori Pan Regional, empat kawasan benua : untuk menjadi jaya, bangsa harus mampu menguasai
benua- benua di dunia yang dibagi atas empat kawasan benua dan masing- masing dimpimpin
satu bangsa (Pan Amerika, Asia Timur, Rusia India, Eropa Afrika).

4. Sir Halford Mackinder (1861-1947)


Teori Daerah Jantung (wawasan benua) : bila ingin menguasai dunia, suatu bangsa harus
menguasai daerah jantung dan untuk itu diperlukan kekuatan darat yang memadai. Daerah
jantung terdiri dari : Rusia, Siberia, Sebagian Mongolia, Daerah bulan sabit dalam (eropa barat,
eropa selatan, timur tengah, asia selatan, asia timur) dan Bulan sabit luar (afrika, australia,
amerika, benua baru)

5. Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan (1840-1914)


Teori Kekuatan Maritim: Siapa yang menguasai laut akan menguasai perdagangan/kekayaan
dunia dan akhirnya akan menguasai dunia. Oleh karena itu ia harus memiliki armada laut yang
kuat. Laut untuk kehidupan dan sumber daya banyak di laut, oleh karena itu harus dibangun
armada laut yang kuat untuk menjaganya.

6. Giulio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1989-1936)


Bahwa kekuatan udara mampu beroperasi hingga garis belakang lawan serta kemenangan akhir
ditentukan oleh kekuatan udara.

7. Nicholas J. Spijkman (1893-1943)


Teori Daerah Batas : penguasaan daerah jantung harus ada akses ke laut dan hendaknya
menguasai pantai sepanjang Eurasia.

2.3 Perkembangan Geopolitik Pra, Masa, dan Pasca Perang Dunia II


Pada saat Perang Dingin, atau dinamakan dengan cold war geopolitics. Era ini ditandai dengan
kontes penyebaran pengaruh dan kontrol terhadap negara-negara lain serta sumber daya strategis
antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Kontes antar keduanya yang lebih dikenal dengan kontes
ideologi ini menyebabkan sistem dunia menjadi bipolar. Geopolitik pada masa ini digunakan untuk
menjelaskan fenomena sistem dunia yang bipolar tersebut dan bagaimana kedua negara besar
tersebut menyebarkan pengaruhnya satu sama lain. Runtuhnya tembok Berlin dan jatuhnya Uni
Sovyet menandai berakhirnya kontes ideologi antar kedua negara tersebut. Hal tersebut
menyisakan Amerika Serikat menjadi pemenang tunggal dalam kontes tersebut. Tak salah
kemudian jika Fukuyama menyatakan berkhirnya Perang Dingin merupakan The End of
History yaitu era ketika kontes ideologi liberalisme dan komunisme berakhir dan menyisakan
liberalisme sebagai ideologi yang lebih baik.
Berakhirnya Perang Dingin tak hanya menyisakan liberalisme sebagai ideologi tunggal, namun
juga mengubah tatanan dunia yang semua bipolar menjadi multipolar. Hal ini dibuktikan dengan
munculnya kekuatan-kekuatan baru seperti Jepang, Cina, dan Uni Eropa yang nantinya diprediksi
akan mampu mengimbangi kekuatan Amerika Serikat. Tidak hanya itu, pada tahun 1990an saat
Perang Dingin berakhir terjadi Perang Teluk yang melibatkan Irak dan koalisi internasional yang
dipimpin oleh Amerika Serikat. Pasca Perang Teluk ini menurut Presiden Amerika Serikat George W.
Bush disebut sebagai eranew world order. Era new world order ini yang juga merupakan era
berakhirnya abad ke-20 tak lagi diwarnai konflik-konflik perebutan wilayah atau pengaruh
antar superpowers. Selain karena era new world order ini hanya menyisakan Amerika Serikat
sebagai the only superpowers, menurut Samuel P. Huntington dalam thesisnya yang terkenal
yaitu The Clash of Civilizations, konflik-konflik masa depan tidak lagi merupakan konflik ideologi
atau konflik ekonomi melainkan konflik antar peradaban. Lebih lanjut Huntington menyatakan
bahwa Nation states will remain the most powerful actors in world affairs, but the principal
conflicts of global politics will occur between nations and groups of different civilization
Geopolitik terkadang dipahami sebagai suatu ilmu yang mempelajari keterkaitan antara kondisi
geografis suatu negara dan perumusan kebijakan luar negerinya, berdasarkan definisi ini dapat
dikatakan bahwa kajian geopolitik sudah lagi tak relevan mengingat sekarang ini banyak
bermunculan aktor-aktor non-negara atau non-state actor dan juga isu-isu yang berkembang tak
lagi menyangkut high-politics saja melainkan juga low-politics. Tetapi kalau geopolitik dipahami
sebagai suatu ilmu yang berhubungan dengan pandangan komprehensif mengenai peta politik
dunia, dapat dikatakan bahwa kajian geopolitik masih relevan. Kalau dalam era abad ke-19
geopolitik cenderung dipahami sebagai imperial knowledge hal itu dikarenakan adanya kesadaran
bahwa dunia yang ditempati oleh negara-negara pada waktu itu merupakan closed political
space seperti yang dinyatakan oleh MacKinder. Kemudian di era Perang Dingin geopolitik
digunakan untuk menjelaskan kontes ideologi antara dua superpowers (Amerika Serikat dan Uni

Sovyet) karena pada waktu itu Perang Dingin diwarnai oleh perebutan pengaruh antar keduanya,
sehingga dibutuhkan semacam geostrategi untuk dapat memenangkan kontes tersebut. Dan di
era new world order ketika negara tak lagi menjadi aktor utama dalam hubungan internasional
karena banyak bermunculannya non-state actors seperti MNC,NGO, dll dan isu-isu yang dibahas
juga mulai bergeser dari isu-isu high-politics kelow-politics menyebabkan fokus kajian geopolitik ini
senantiasa berubah. Seperti yang dinyatakan Tuathail bahwa Geopolitics is best understood in its
historical and discursive context of use. Yang perlu ditekankan di sini adalah geopolitik
menyangkut tentang bagaimana konteks keruangan (spatial) mempengaruhi perilaku negaranegara di dunia untuk bertarung dalam politik internasional.
2.4 Konsep Wilayah Sebagai Ruang Hidup
Wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan pada aspek administratif dan
atau aspek fungsional (Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
untuk Penataan Ruang Wilayah Presiden Republik Indonesia).

Sedangkan definisi lain mengatakan bahwa wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau
menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi
oleh batas-batas kondisi fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah masa
kolonialisme, batas-batas tersebut dibuat oleh negara yang menduduki daerah tersebut, dan
berikutnya dengan adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum digunakan adalah batas
nasional.

Adapun ruang mengandung pengertian sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan
dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Ruang itu terbatas dan jumlahnya
relatif tetap. Sedangkan aktivitas manusia dan pesatnya perkembangan penduduk memerlukan
ketersediaan ruang untuk beraktivitas senantiasa berkembang setiap hari. Hal ini mengakibatkan
kebutuhan akan ruang semakin tinggi.

Ruang merupakan sumber daya alam yang harus dikelola bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa bumi
dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam konteks ini ruang harus dilindungi dan dikelola
secara terkoordinasi, terpadu, dan berkelanjutan.
Indonesia yang terletak di benua Asia bagian Tenggara (Asia Tenggara) pada koordinat 6LU
1108LS dan dari 95BB 14145BT, melintang di antara benua Asia dan Australia/Oseania serta
antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia (terbentang sepanjang 3.977 mil). Karena letaknya
yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara
(Kepulauan Antara). Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau
sebanyak 18.110 buah pulau besar dan kecil, 6000 pulau di antaranya tidak berpenghuni,
menyebar di sekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis.

Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km dan luas perairannya 3.257.483 km. Pulau terpadat
penduduknya adalah pulau Jawa, di mana setengah populasi Indonesia hidup. Indonesia terdiri dari
5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km, Sumatra dengan luas 473.606 km,

Kalimantan dengan luas 539.460 km, Sulawesi dengan luas 189.216 km, dan Papua dengan luas
421.981 km. Batas wilayah Indonesia searah penjuru mata angin, yaitu:
Utara: Negara Malaysia, Singapura, Filipina, dan Laut China Selatan
Selatan: Negara Australia, Timor Leste, dan Samudera Hindia
Barat: Samudera Hindia
Timur: Negara Papua Nugini, Timor Leste, dan Samudera Pasifik
Lokasi Indonesia juga terletak di lempeng tektonik, yang berarti Indonesia rawan terkena gempa
bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Indonesia juga banyak memiliki gunung berapi, salah satu
yang sangat terkenal adalah gunung Krakatau, terletak di selat Sunda antara pulau Sumatra dan
Jawa.
Beberapa contoh kasus perbatasan yang berakhir pada lepasnya sebagian wilayah NKRI. Pulau
Sipadan dan Ligitan dari wilayah Republik Indonesia setelah dibawa ke Mahkamah Internasional
akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Perselisihan antara Indonesia dan Malaysia
mengenai sengketa pulau Ambalat, yang menyebabkan ketegangan diplomatik, militer serta sosial
masyarakat dalam bentuk demonstrasi, dan lainnya menjadi kasus berikutnya. Selanjutnya kasus
Aceh dan Papua yang saat ini belum selesai secara tuntas. Bisa jadi kasus-kasus serupa akan terus
terjadi, jika pemerintah tidak mengantisipasi sejak dini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Geopolitik :

Mempelajari keterkaitan antara kondisi geografis suatu negara dan perumusan kebijakan
luar negerinya.

Mempelajari bagaimana kondisi geografis suatu wilayah dapat mempengaruhi keputusan


politik, dan sebaliknya

Pada saat Perang Dingin, dinamakan dengan cold war geopolitics. Era ini ditandai dengan
penyebaran pengaruh dan kontrol terhadap negara-negara lain antara Amerika Serikat dan Uni
Sovyet. Berakhirnya Perang Dingin mengubah tatanan dunia yang semula bipolar menjadi
multipolar. Geopolitik Pasca Perang Dingin, Tidak lagi terpusat pada negara dan wilayah, namun
dengan munculnya isu seperti HAM, lingkungan, minyak, dsb dijadikan instrumen untuk
menguasai space.
Prospek Kajian Geopolitik di Masa Depan
Geopolitik pada masa depan lebih menekankan pada penguasaan teknologi dan
informasi,ekonomi, dan bahkan budaya. Munculnya kekuatan-kekuatan baru seperti Jepang, Cina,
dan Uni Eropa yang nantinya diprediksi akan mampu mengimbangi kekuatan Amerika Serikat

DAFTAR PUSTAKA
frenndw.files.wordpress.com/2011/03/geopolitik-kelompok-41.ppt
h4riyono.multiply.com//Kajian_Geopolitik_dan_Geostrateg Filipina

GEOPOLITIK INDONESIA
Dilengkapi dengan Studi Kasus Ambalat

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hubungan dengan kehidupan manusia dalam suatu Negara dalam hubungannya dengan
lingkungan alam, kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan Yang
Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (khlifatullah) di bumi yang menerima amanatnya untuk
mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Tuhan mempunyai kewajiban untuk beribadah dan
menyembah Tuhan sang pencipta dengan penuh ketulusan. Adapun sebagai wakil Tuhan di bumi,
manusia dalam hidupnya berkewajiban memelihara dan dan memanfaatkan segenap karunia
kekayaan alam dengan sebaik-baiknya untuk kebutuhan hidupnya. Kedudukan manusia tersebut
mencakup tiga segi hubungan, yaitu: Hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan antar
manusia, dan hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya. Bangsa Indonesia sebagai umat
manusia religious dengan sendirinya harus dapat berperan sesuai dengan kedudukan tersebut.
Sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang beraneka ragam, Negara Indonesia
memiliki unsure-unsur kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan
keadaan geografi yang strategi dan kaya akan sumber daya alam. Sementara kelemahannya
terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam
satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara.
Dalam pelaksanannya bangsa Indonesia tidak bebas dari pengaruh interaksi dan interelasi dengan
lingkungan sekitarnya, baik lingkungan regional maupun internasional. Dalam hal ini bangsa
Indonesia perlu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing
dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.
Salah satu pedoman bangsa Indonesia adalah wawasan nasional yang berpijak pada wujud
wilayah nusantara. Sehingga kelompok kami menjadikan kasus Ambalat yang menjadi Studi kasus
dalam tugas kelompok ini.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah ada, penulis merumuskan beberapa permasalahan diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan geopolitik Indonesia dan wawasan Nusantara?
2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi wawasan nusantara?
3. Apakah Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara
4. Bagaimana hubungan wawasan nusantara dan ketahan Nasional?
5. Apa yang menjadi salah satu studi kasus terkait tema, dimana hal itu merupakan informasi
terkini pada bangsa Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas kelompok Pendidikan Kewarganegaraan
2. Untuk dijadikan bahan dalam kegiatan diskusi
3. Untuk mengetahui hubungan wawasan nusantara dengan ketahanan nasional.
D. Metode dan teknik penulisan

Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode studi
pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang bersifat teoritis
yang kemudian data tersebut akan dijadikan dasar atau pedoman untuk melihat adanya
ketidaksesuaian antara teori dengan kenyataan sebagai penyebab dari permasalahan yang
dibahas dalam karya tulis ini. Sumber sumber yang dijadikan sebagai rujukan untuk studi
pustaka diperoleh dari berbagai sumber bacaan. Baik itu buku maupun situs situs yang ada di
internet.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Merupakan bagian pendahuluan yang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, metode dan tehnik penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II: Merupakan pembahasan yang menguraikan tentang tema yang dibahas berdasarkan hasil
pengolahan data dan informasi dari berbagai sumber.
BAB III : Merupakan bagian akhir dari karya tulis ini dalam bentuk kesimpulan hasil dan saran
saran yang disampaikan penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
GEOPOLITIK INDONESIA DAN STUDI KASUSNYA YANG RELEVAN
1. Geopolitik Indonesia
A. Pengertian
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan
dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik
beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas) suatu
Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada system politik
suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung akan berdampak pada geografi
Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada geografi sosial (hukum geografis),
mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan
dengan karakteristik geografi suatu Negara.
Sebagai Negara kepulauan, dengan masyarakat yang berbhinneka, Negara Indonesia memiliki
unsur-unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan
geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam. Sementara kelemahannya terletak pada
wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan
satu tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara ini. Dorongan kuat
untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia tercermin pada momentum sumpah
pemuda tahun 1928 dan kemudian dilanjutkan dengan perjuangan kemerdekaan yang puncaknya
terjadi pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Penyelenggaraan Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai system kehidupan nasional
bersumber dari dan bermuara pada landasan ideal pandangan hidup dan konstitusi UndangUndang Dasar 1945. dalam pelaksanaannya bangsa Indonesia tidak bebas dari pengaruh interaksi
dan interelasi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan regional maupun internasional.
Dalam hal ini bangsa Indonesia perlu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak
terombang-ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita dan
tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia adalah wawasan nasional yang berpijak
pada wujud wilayah nusantara sehingga disebut dengan wawasan nusantara. Kepentingan

nasional yang mendasar bagi bangsa Indonesia adalah upaya menjamin persatuan dan kesatuan
wilayah, bangsa, dan segenap aspek kehidupan nasionalnya. Karena hanya dengan upaya inilah
bangsa dan Negara Indonesia dapat tetap eksis dan dapat melanjutkan perjuangan menuju
masyarakat yang dicita-citakan.
Oleh karena itu, wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia. Hal ini dipahami berdasarkan
pengertian bahwa dalam wawasan nusantara terkandung konsepsi geopolitik Indonesia, yaitu
unsur ruang, yang kini berkembang tidak saja secara fisik geografis, melainkan dalam pengertian
secara keseluruhan (Suradinata; Sumiarno: 2005).
B. Pengertian Wawasan Nusantara
Istilah wawasan berasal dari kata wawas yang berarti pandangan, tinjauan, atau penglihatan
indrawi. Akar kata ini membentuk kata mawas yang berarti memandang, meninjau, atau melihat,
atau cara melihat.sedangkan istilah nusantara berasal dari kata nusa yang berarti diapit diantara
dua hal. Istilah nusantara dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan
pulau-pulau Indonesia yang terletak diantara samudra Pasifik dan samudra Indonesia, serta
diantara benua Asia dan benua Australia.
Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi
dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya. Sedangkan
wawasan nusantara memiliki arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah
nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasionalnya.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara
1. Wilayah (Geografi)
a. Asas Kepulauan (Archipelagic Principle)
Kata Archipelago dan Archipelagic berasal dari kata Italia Archipelagos. Akar katanya adalah
archi yang berarti terpenting, terutama, dan pelagos berarti laut atau wilayah lautan. Jadi,
Archipelago berarti lautan terpenting.
Istilah Archipelago adalah wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya. Arti ini kemudian
menjadi pulau-pulau saja tanpa menyebut unsur lautnya sebagai akibat penyerapan bahasa barat,
sehingga Archipelago selalu diartikan kepulauan atau kumpulan pulau.
Lahirnya asas Archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam
kesatuan utuh, sementara tempat unsure perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi
sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah. Asas dan wawasan kepulauan ini dijumpai
dalam pengertian the Indian Archipelago. Kata Archipelago pertama kali dipakai oleh Johan
Crawford dalam bukunya the history of Indian Archipelago (1820). Kata Indian Archipelago
diterjemahkan kedalam bahasa Belanda Indische Archipel yang semula ditafsirkan sebagai wilayah
Kepulauan Andaman sampai Marshanai.
b. Kepulauan Indonesia
Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan Nederlandsch oostindishe
Archipelago. Itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi wilayah Negara Republik
Indonesia. Sebagai sebutan untuk kepulauan ini sudah banyak nama yang dipakai, yaitu Hindia
Timur, Insulinde oleh Multatuli, nusantara. indonesia dan Hindia Belanda (NederlandschIndie) pada masa penjajahan Belanda. Bangsa Indonesia sangat mencintai nama Indonesia
meskipun bukan dari bahasanya sendiri, tetapi ciptaan orang barat. Nama Indonesia mengandung
arti yang tepat, yaitu kepulauan Indonesia. Dalam bahasa Yunani, Indo berarti India dan nesos
berarti pulau. Indonesia mengandung makna spiritual yang didalamnya terasa ada jiwa
perjuangan menuju cita-cita luhur, Negara kesatuan, kemerdekaan dan kebebasan.

c. Konsepsi tentang Wilayah Indonesia


Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa konsepsi mengenai pemilikan
dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut :
1. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
2. res Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena itu tidak dapat
dimiliki oleh masing-m,asing Negara
3. Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa
4. Mare Clausum (the right and dominion of the sea), menyatakan bahwa hanya laut sepanjang
pantai saja yang dimiliki oleh suatu Negara sejauh yang dapat dikuasai dari darat (waktu itu kirakira sejauh tiga mil)
5. Archipelagic State Pinciples (Asas Negara Kepulauan) yang menjadikan dasar konvensi PBB
tentang hokum laut.
Saat ini Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nation Convention on the Law of the sea
UNCLOS) mengakui adanya keinginan untuk membentuk tertib hokum laut dan samudra yang
dapat memudahkan komunikasi internasional dan memajukan penggunaan laut dan samudra
secara damai. Di samping itu ada keinginan pula untuk mendayagunakan kekayaan alamnya
secara adil dan efesien, konservasi dan pengkajian hayatinya, serta perlindungan lingkungan laut.
Sesuai dengan hukum laut Internasional, secara garis besar Indonesia sebagai Negara kepulauan
memiliki Teritorial, Perairan Pedalaman, Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landasan Kontinental.
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Negara kepulauan adalah suatu Negara yang seluruhnya terdiri atas satu atau lebih kepulauan
dapat mencakup pulau-pulau lain. Pengertian kepulauan adalah gugusan pulau, termasuk bagian
pulau, perairan diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lain
demikian erat sehingga pulau-pulau perairan dan wujud alamiah lainnya merupakan satu kesatuan
geografi, ekonomi dan politik yang hakiki, atau yang secara histories dianggap demikian.
2. laut territorial adalah salah satu wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12 nil laut diukur dari
garis pangkal, sedangkan garis pangkal adalah garis air surut terendah sepanjang pantai, seperti
yang terlihat pada peta laut skala besar yang berupa garis yang menghubungkan titik-titik terluar
dari dua pulau dengan batasan-batasan tertentu sesuai konvensi ini. Kedaulatan suatu Negara
pantai mencakup daratan, perairan pedalaman dan laut territorial tersebut.
3. perairan pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah dalam dari garis
pangkal.
4. zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal. Di dalam ZEE
Negara yang bersangkutan memiliki hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi, eksploitasi,
konservasi, dan pengelolaan sumber daya alam hayati dari perairan.
5. landasan kontinen suatu Negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya yang
terletak di luar laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah daratannya.
Jarak 200 mil laut dari garis pangkal atau dapat lebih dari itu dengan tidak melebihi 350 mil, tidak
boleh melebihi 100 mil dari garis batas kedalaman dasar laut sedalam 2500 m.
d. Karakteristik Wilayah Nusantara
Nusantara berarti Kepulauan Indonesia yang terletak diantara benua Asia dan benua Australia dan
diantara samudra Pasifik dan Samudra Hindia, yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau besar maupun
kecil. Jumlah pulau yang sudah memiliki nama adalah 6.044 buah. Kepulauan Indonesia terletak
pada batas-batas astronomi sebagai berikut :
Utara : 60 08 LU
Selatan : 110 15 LS
Barat : 940 45 BT
Timur : 1410 05 BT
Jarak utara selatan sekitar 1.888 km, sedangkan jarak barat timur sekitar 5.110 km. bila
diproyeksikan pada peta benua Eropa, maka jarak barat timur tersebut sama dengan jarak antara
London dengan Ankara, Turki. Bila diproyeksikan pada peta Amerika Serikat, maka jarak teresbut
sama dengan jarak antara pantai barat dan pantai timur Amerika Serikat.
Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2, yang terdiri atas daratan seluas
2.027.087 km2 dan perairan 127.166.163 km2. luas wilayah daratan Indonesia jika dibandingkan
dengan Negara-negara Asia Tenggara merupakan yang terluas.

2. Geopolitik dan Geostrategi


a. Geopolitik
1). Asal istilah Geopolitik
Istilah geopolitik semula diartikan oleh Frederic Ratzel (1844-1904) sebagai ilmu bumi politik
(Political Geogrephy). Istilah ini kemudian dikembangkan dan diperluas oleh sarjaan ilmu politik
Swedia, Rudolph Kjellen (1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-1964)dari Jerman menjadi
Geographical Politic dan disingkat Geopolitik. Perbedaan dari dau istilah di atas terletak pada titik
perhatian dan tekanannya, apakah pada bidang geografi ataukah politik. Ilmu bumi politik
(Political Geography) mempelajari fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan geopolitik
mempelajari fenomena politik dari aspek geography.
Geopolitik memaparkan dasar pertimbangan dalam menentukan alternative kebijaksanaan
nasional untuk mewujudkan tujuan tertentu. Prinsip-prinsip dalam heopolitik menjadi
perkembangan suatu wawasan nasional. Pengertian geopolitik telah dipraktekan sejak abad XIX,
tetapi pengertiannya baru tumbuh pada awal abad XX sebagai ilmu penyelenggaraan Negara
yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah yang menjadi
tempat tinggal suatu bangsa.
2). Pandangan Ratzel dan kjellen
Frederich Ratzel pada akhir abad ke-19 mengembangkan kajian geografi politik dengan dasar
pandangan bahwa Negara adalah mirip organisme atau makhluk hidup. Dia memandang Negara
dari sudut konsep ruang. Negara adalah ruang yang ditempati oleh kelompok masyarakat politik
(bangsa). Bangsa dan Negara terikat hokum alam. Jika bangsa dan Negara ingin tetap eksis dan
berkembang, maka harus diberlakukan hokum ekspansi (pemekaran wilayah).
Disamping itu Rudolph Kjellen berpendapat bahwa Negara adalah organisme yang harus memiliki
intelektual. Nagara merupakan system politik yang mencakup geopolitik, ekonomi politik,
kratopolitik, dan sosiopolitik. Kjellen juga mengajukan paham ekspansionisme dalam rangka untuk
mempertahankan Negara dan mengembangkannya. Selanjutnya dia mengajukan langkah
strategis untuk memperkuat negaradengan memulai pembangunan kekuatan daratan
(kontinental) dan diikuti dengan pembangunan kekuasaan bahari (maritim).
Pandangan Ratzel dan Kjellen hampir sama. Mereka memandang pertumbuhan Negara mirip
dengan pertumbuhan organisme (makhluk hidup). Oleh karena itu Negara memerlukan ruang
hidup (lebensraum), serta mengenal proses lahir, tumbuh, mempertahankan hidup, menyusut dan
mati. Mereka juga mengajukan paham ekspansionisme yang kemudian melahirkan ajaran adu
kekuatan (Power Politics atau Theory of Power).
3) . Pandangan Haushofer
Pandangan demikian ini semakin jelas pada pemikiran Karl Haushofer yang pada masa itu
mewarnai geopolitik Nazi Jerman dibawah pimpinan Hitler. Pemikiran Haushofer disamping berisi
paham ekspansionisme juga mengandung ajaran rasialisme, yang menyatakan bahwa ras Jerman
adalah ras paling unggul yang harus dapat menguasai dunia. Pandangan semacam ini juga
berkembang di dunia, berupa ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme dan
fasisme.
Pokok-pokok Pemikiran Haushofer adalah sebagai berikut :
a) suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hokum alam.
Hanya bangsa yang unggul (berkualitas) saja yang dapat bertahan hidup dan terus
berkembangan, sehingga hal ini menjurus kea rah rasialisme.
b) Kekuasaan Imperium Daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasaan Imperium
maritime untuk menguasai pengawasan di lautan.
c) Beberapa Negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika, dan Asia Barat
(yakni Jerman dan Italia). Sementara Jepang akan menguasai wilayah Asia Timur Raya.

d) Geopolitik dirumuskan sebagai perbatasan. Ruang hidup bangsa dengan kekuasaan ekonomi
dan social yang rasial mengharuskan pembagian baru kekayaan alam dunia. Geopolitik adalah
landasan ilmiah bagi tindakan politik untuk memperjuangkan kelangsungan hidupnya dan
mendapatkan ruang hidupnya. Berdasarkan teori yang bersifat ekspansionisme, wilayah dunia
dibagi-bagi menjadi region-region yang akan dikuasai oleh bangsa-bangsa yang unggul seperti
Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Inggris, dan Jepang.
4). Geopolitik bangsa Indonesia
Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan
Kemanusiaan yang luhur dengan jelas tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. bangsa Indonesia
adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdeklaan. Bangsa Indonesia menolak
segala bentuk penjajahan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia juga menolak paham ekspansionisme dan adu kekuatan yang
berkembang di Barat. Bangsa Indonesia juga menolak paham rasialisme, karena semua manusia
mempunyai martabat yang sama, dan semua bangsa memiliki hak dan kewajiban yang sama
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang universal.
Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaaan atau
nasionalisme yang membentuk suatu wawasan kebangsaan dengan menolak pandangan
Chauvisme. Bangsa Indonesia selalu terbuka untuk menjalin kerjasama antar bangsa yang saling
menolong dan saling menguntungkan. Semua ini dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dan
ketertiban dunia.
b. Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran
yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik. Karena strategi merupakan upaya pelaksaan,
maka strategi pada hakikatnya merupakan suatu seni yang implementasinya didasari oleh intuisi,
perasaan dan hasil pengalaman. Strategi juga dapat merupakan ilmu yang langkah-langlkahnya
selalu berkaitan dengan data atau fakta yang ada. Seni dan ilmu digunakan sekaligus untuk
membina atau mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu rencana dan tindakan.
Sebagai contoh pertimbangan geostrategis untuk Negara dan bangsa Indonesia adalah kenyataan
posisi silang Indonesia dari berbagai aspek, disamping aspek geografi juga aspek-aspek
demografi, ideology, politik, ekonomi, social budaya, dan hankam.
Strategi biasanya menjangkau masa depan, sehingga pada umumnya strategi disusun secara
bertahap dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian
geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan memperhitungkan kondisi dan konstelasi
geografi sebagai factor utamanya.
3. Perkembangan wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya
a. Sejak 17 Agustus 1945 sampai dengan 13 Desember 1957
Wilayah Negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas hindia belanda
berdasarkan ketentuan dalam Teritoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939
tentang batas wilayah laut territorial Indonesia. Ordonisasi tahun 1939 tersebut menetapkan batas
wilayah laut teritorialsejauh 3 mil dari garis pantai ketika surut, dengan asas pulau demi pulau
secara terpisah-pisah.
Pada masa tersebut wilayah Negara Indonesia bertumpu pada wilayah daratan pulau-pulau yang
terpisah-pisah oleh perairan atau selat antara pulau-pulau itu. Wilayah laut territorial masih sangat
sedikit karena untuk setiap pulau hanya ditambah perairan sejauh 3 mil disekelilingnya. Sebagian
besar wilayah perairan dalam pulau-pulau merupakan perairan bebas. Hal ini tentu tidak sesuai
dengan kepentingan keselamatan dan keamanan Negara Kesatuan RI.
b. Dari Deklarasi Juanda (13 Desember 1957) sampai dengan 17 Februari 1969
Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi jJuanda yang dinyatakan sebagai pengganti
Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut :

1) Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan RI yang utuh dan bulat.


2) Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia disesuaikan dengan asas Negara kepulaauan
(Archipelagic State Principles)
3) Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan
Negara Indonesia
Asas kepulauan itu mengikuti ketentuan Yurespundensi Mahkamah Internasional pada tahun 1951
ketika menyelesaikan kasus perbatasan antara Inggris dengan Norwegia. Dengan berdasarkan
asas kepulauan maka wilayah Indonesia adalah satu kesatuan kepulauan nusantara termasuk
peraiarannyayang utuh dan bulat. Disamping itu, berlaku pula ketentuan point to point theory
untuk menetapkan garis besar wilayah antara titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar.
Deklarasi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 4/Prp?1960 tanggal 18
Februari 1960 tentang Perairan Indonesia. Sejak itu terjadi perubahan bentuk wialayh nasional dan
cara perhitungannya. Laut territorial diukur sejauh 12 mil dari titik-titik pulau terluar yang saling
dihubungkan, sehingga merupakan satu kesatuan wilayah yang utuh dan bulat. Semua perairan
diantara pulau-pulau nusantara menjadi laut territorial Indonesia. Dengan demikian luas wilayah
territorial Indonesia yang semula hanya sekitar 2 juta km2 kemudian bertambah menjadi 5 juta
km2 lebih. Tiga per lima wilayah Indonesia berupa perairan atau lautan. Oleh karena itu, Negara
Indonesia dikenal sebagai Negara maritime.
Untuk mengatur lalu lintas perairan maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1962
tentang lalu lintas damai di perairan pedalaman Indonesia, yang meliputi :
1) Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia,
2) Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas,
3) Semua pelayaran dari dan ke laut bebas dengan melintasi perairan Indonesia.
Pengaturan demikian sesuai dengan salah satu tujuan Deklarasi Juanda tersebut, sebagai upaya
menjaga keselamatan dan keamanan Negara.
c. Dari 17 Februari 1969 (Deklarasi Landas Kontinen) sampai sekarang
Deklarasi tentang landas kontinen Negara RI merupakan konsep politik yang berdasarkan konsep
wilayah. Deklarasi ini dipandang pula sebagai upaya untuk mengesahkan Wawasan Nusantara.
Disamping dipandang pula sebagai upaya untuk mewujudkan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
konsekuensinya bahwa sumber kekayaan alam dalam landas kontinen Indonesia adalah milik
eksklusif Negara.
Asas pokok yang termuat di dalam Deklarasi tentang landas kontinen adalah sebagai berikut :
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landasan kontinen Indonesia adalah milik
eksklusif Negara RI
2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landas kontinen dengan Negaranegara tetangga melalui perundingan
3) Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang di tarik ditengahtengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar Negara tetangga.
4) Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan diatas landas kontinen
Indonesia maupun udara diatasnya.
Demi kepastian hokum dan untuk mendukung kebijaksanaan Pemerintah, asas-asas pokok
tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen
Indonesia. Disamping itu UU ini juga memberi dasar bagi pengaturan eksplorasi serta penyidikan
ilmiah atas kekayaan alam di landas kontinen dan masalah-masalah yang ditimbulkannya.
d. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Pengumuman Pemerintah Negara tentang Zona Ekonomi Eksklusif terjadi pada 21 Maret 1980.
Batas ZEE adalah sekitar 200 mil yang dihitung dari garis dasar laut wilayah Indonesia. Alasanalasan yang mendorong pemerintah mengumumkan ZEE adalah :

1) Persediaan ikan yang semakin terbatas


2) Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia
3) ZEE memiliki kekuatan hokum internasional
Melalui perjuangan panjang di forum Internasional, akhirnya Konferensi PBB tentang Hukum Laut II
di New York 30 April 1982 menerima The United Nation Convention on the Law of the sea
(UNCLOS), yang kemudian ditandatangani pada 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaica oleh
117 negara termasuk Indonesia. Konvensi tersebut mengakui atas asas Negara Kepualauan serta
menetapkan asas-asas pengukuran ZEE. Pemerintah dan DPR RI kemudian menetapkam UU No.5
tahun 1983 tentang ZEE, serta UU No. 17 tahun 1985 tentang Ratifikasi UNCLOS. Sejak 3 Februari
1986 indonesia telah tercatat sebagai salah satu dari 25 negara yang telah meratifikasinya.
D. Unsur-Unsur Dasar wawasan Nusantara
1. Wadah
Wawasan Nusantara sebagai wadah meliputi tiga komponen yaitu:
a. Wujud wilayah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang didalamnya terdapat gugusan
ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh dalamnya perairan. Baik laut maupun selat serta di
atasnya merupakan satu kesatuan ruang wilayah. Oleh karena itu nusantara dibatasi oleh lautan
dan daratan serta dihubungkan oleh perairan dalamnya. Sedangkan secara vertikal ia merupakan
suatu bentuk kerucut terbuka ke atas dengan titik puncak kerucut dipusat bumi.
Letak geografis negara berada di posisi dunia antar dua samudera dan dua benua. Letak geografis
ini berpengaruh besar terhadap aspek-aspek kehidupan nasional di Indonesia. Perwujudan wilayah
nusantara ini menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
b. Tata Inti Organisasi
Bagi Indonesia, tat inti organiasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut bentuk dan
kedaulatan negara, kekuasaan pemerintahan, sistem pemerintahan dan sistem prwakilan. Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Kedaulatan berada di tangan rakyat
yang dilaksanakan menurut Undang-Undang. Sistem pemerintahannya menganut sistem
presidensial. Presiden memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan UUD 1945. Indonesia
adalah negara hukum (Rechtsstaat) bukan negara kekuasaan (machsstaat). Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) mempunyai kedudukan kuat, yang tidak dapat dibubarkan oleh Presiden. Anggota
MPR merangkap sebagai anggota MPR.
c. Tata Kelengkapan Organisasi
Tata kelengkapan organisai adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara yang harus dimiliki
oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan organnisasi masyarakat, kalangan
pers serta seluruh paratur negara.
Senus lapisan masyarakat itu diharapkann dapatt mewujudkab denokrasi yang secara
konstiyusional berdasarkan UUD 1945 dan secara ideal berdasarkan dasar falsafah Pancasila,
dalam berbagai kegiatan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
2. Isi wawasan Nusantara
Isi Wawasan Nusantara tercermin dalam perspektif kehidupan manusia Indonesian dalam
eksistensinya yang meliputi cita-cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu.
a. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam pembukaab UUD 1945 yang meliputi:
1) Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
2) Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yng bebas.
3) Pemerintaahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesiadan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan bangsa dan
ikutmmelaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
b. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal, utuh menyeluruh yang
meliputi:

1) Satu kesatuan wilayah Nusantra yang mencakup daratan, perairan dan digantara secara
terpadu.
2) Satu kesatuan politik, dalam arti UUD dan politik peelaksanaannyaserta satu ideologi dan
identitas nasional.
3) Satu kesatuan sosial budaya, dalam arti satu perwujudan masyarakat Indonesia atas dasar
BhinekaTunggal Ika, satuu tertib sosil dan satu tertib hukum.Satu kesatuan ekonomi dengan
berdasarkan atas asas usaha bersama dan asas kekelurgaan dalam satu sistem ekonomi
kerakyatan.
4) Satu kestuan pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata)
5) Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang
mencakup aspek kehidupan nasional.
3.Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batinniah dan Lahiriah
a. Tata laku batiniah berdaasarkan falsafah bangsa yang membentuksikap mental bangsa yang
memilki kekuatan batin.
b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggalan kata dan karya,
keterpaduan pembicaraan, pelaksanaan, pengawasan dan pengadilan.
E. Implementasi wawasan Nusantara
1. Wawasan Nusantara Sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Falsafah pancasila diyakini sebgagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai dengan
aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak awal
proses pembentukan Negara kesatuan Republik Indonesia sampai sekarang. Konsep Wawasan
Nusantara berpangkal pada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa sebagi sila pertama yang kemudian
melahirkan hakikat misi manusia Indonesia yang terjabarkan pada sila-sila berikutnya. Wawasan
nusantara sebagai aktualisasi falsafah Pancasila menjadi landasan dan pedoman kelangsungan
hidup bangsa Indonesia.
Dengan demikian wawasan Nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan kesatuan aspek
kehidupan nasional untuk menjamin kesatuan, persatuan dan keutuhan bangsa, serta upaya untuk
mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.dan Wawsan Nusantara merupakan konsep dasar
bagi kebijakan dan strategi pembangunan Nasional.
2. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional
a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu kesatuanPolitik
1) Kebulatan wilayah dengan segalaisinya merupakan modal dan milik bersama bangsa indonesia.
2) Kenaneka ragaman suku, budaya, dan bahasa daerah serta agama yang dianutnya tetap dalam
kesatuan bangsa Indonesia .
3) Secara psikologis, bangsa Indonesia merasa satu pesaudaran, senasib dan seperjuangan,
sebangsa dan setanah air untuk mencapai satu cita-cita bangsa yang sama.
4) Pancasila merupakan falsafah dan ideologi pemersatu bangsa Indonesia yang membimbing ke
arah tujuan dan cita-cita yang sama.
5) Kehidupan politik di seluruh wilayah Nusantara sistem hukun nasional .
6) Seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem hubungan nasional.
7) Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban dunia dan
perdamaian abadi melalui politik luar neeri bebas dan aktif.
b. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu kesatuan Politik
1) Kekayaan di seluruh wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal dan milik
bangsa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia secara merata.
2) Tingakt perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di seluruh daerah tanpa
mengabaikan ciri khas yang memiliki daerah masing-masing.
3) Kehidupan perekonomi di seluruh Indonesia diselenggarakan sebagai usaha bersama dengan
asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial budaya
1) Masyarakat Indonesia adalah satu bangsa yang harus memiliki kehidupan serasidengan tingkat
kemajuan yang merata dan seimbang sesuai dengan kemajuan bangsa.
2) Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan coraka ragam budaya yaang

menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya Indonesia tidak menolak nilai-nilai budaya
asing asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan hasilnya dapat
dinikmati.
d. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan pertahanan Keamanan
1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau satu daerah pada hakikatnya adalah ancaman terhadap
seluruh bagsa dan negara.
2) Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut serta dalam
pertahanan dan keamanan negara dalam rangka pembelaan negara dan bangsa.
3. Penerapan Wawasan Nusantara
a. Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan Nusantara, khususnya, di bidang
wilayah, adalah diterimanya konsepsi Nusantara diforum internasional, sehingga terjaminlah
integritas wilayah teriterorial Indonesia. Laut Indonesia yang semula dianggap bebas menjadi
bagian integral dari wilayah Indonesia. Di samping itu pengakuan terhadap landas kontinen
Indonesia dan ZEE Indonesia menghasilakn pertambahan luas wilayah yang cukup besar.
b. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup tersebut menghasilkan sumber daya alam yang
cukup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
c. Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia o nternasional termasuk Negaranegara tetanga.
d. Penerapan wawasan nusantara dalam pemabangunan Negara di berbagai bidang tampak pada
berbagai proyekpembangunan sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi.
e. Penerapan di bidang sosial budaya terlihat pada kebijakan untuk menjadikan bangsa Indonesia
yang Bhineka Tungga Ika tetap merasa sebangsa dan setanah air, senasib sepenanggunan dengan
asas pancasila.
f. Penerapan Wawasan Nusantara di bidang pertahanan keamanan terlihat pada kesiapan dan
kewaspadaan seluruh rakyat melalui Sistem Pertahan keamanan Rakyat semesta untuk
menghadapi berbagai ancaman bangsa dan Negara.
4. Hubungan wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar tetap megarah pada pencapaian tujuan
nasiaonal diperlakuakan suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi wawasan
nasional. Wawasan Nasional Indonesia menumbuhkan dorongan dan rangsangan untuk
mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional. upaya pencapaian tujuan
nasional dilakukan dengan pembangunan nasional yang juga harus berpedoman pada wawsan
nasional.
Dalam proses pembangunan nasional untuk pencapaian tujuan nasional selalu menghadapi
berbagai kendala dan ancaman. Untuk mengatasi perlu dibangun suatu kondisi kehidupan
nasional yang disebut katahan nasioanl. Kenerhasilan pembangunan akan meningkatkan kondisi
dinamik kehidupan nasional dalam wujud ketahan nasional yang tangguh. Sebaliknya, ketahan
nasional yang tangguh akan mendorong pembangunan nasional semakin baik.
Wawasan nasional bangsa nindonesia adalah wawasan Nusantara yang merupakan pedoman bagi
proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. sedangkan ketahanan nasional merupakan
kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan
dengan sukses. Oleh karena itu perlu adanya suatu konsepsi Ketahanan Nasional yang sesuai
dengan karakteristik bangsa Indonesia.
Secara ringkas dapt dikatakan bahwa wawasan nusantara dan ketahan nasional merupakan
konsepsi yang saling mendukung antara sebgai pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.
2. Studi Kasus terkait Geopolitik Indonesia.
A. Ambalat, Diplomasi Vs Konfrontasi
AMBALAT kembali mencuri perhatian. Kapal perang Malaysia berkali- kali melanggar teritori
Indonesia dan diusir armada angkatan laut kita. Mencuat pada 2005, mengapa krisis Ambalat
kembali terjadi? Apa solusi terbaiknya? Ambalat adalah sebuah gugus pulau di sekitar 118.2558
Bujur Timur (BT)-118.254167 BT dan 2.56861 Lintang Utara (LU)- 3.79722 LU yang terletak di

perairan Laut Sulawesi, sebelah timur Pulau Kalimantan Timur. Sengketa Ambalat IndonesiaMalaysia menyeruak karena klaim kepemilikan. Pada 2005, krisis Ambalat ditandai dengan show of
force kedua angkatan bersenjata, penembakan kapal nelayan kita oleh Malaysia, dan aneka aksi
demonstrasi mengecam Malaysia. Ambalat disebut sebagai wilayah Republik Indonesia (RI) sesuai
Undang-undang No 4 Tahun 1960 tentang Perairan RI yang telah sesuai dengan konsep hukum
Negara Kepulauan (Archipelagic State). Undang-undang ini telah diakui dalam Konvensi PBB
tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) ditetapkan dalam
Konferensi III PBB di Montego Boy, Jamaika, 10 Desember 1982. Konvensi ini kemudian diratifikasi
oleh Indonesia dengan Undang-undang No 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS.
Malaysia mengklaim Ambalat sebagai wilayah kedaulatannya sesuai dengan peta wilayah yang
dibuat Malaysia pada 1979. Peta itu didasarkan pada The Convention on The Territorial Sea and
the Contiguous zone 1958 dan The Continental Self Convention 1958.
Peta Laut 1979 tersebut juga telah memasukkan Pulau Sipadan dan Ligitan ke dalam wilayah
Malaysia. Malaysia memberi Ambalat (wilayah XYZ) kepada Shell atas dasar perjanjian bagi hasil
(Production Sharing Contract ) pada 16 Februari 2005.
Masalah Penting
Masalah Ambalat menjadi penting bagi Indonesia karena setidak-tidaknya ia mencakup tiga dari
empat variabel kepentingan nasional. Pertama, dari sisi keamanan nasional, ada masalah
penjagaan integritas wilayah nasional yang cukup sensitif. Bagi kaum realisme politik
internasional, masalah- masalah keamanan nasional semacam ini justru menjadi fokus utama
kebijakan negara. Pengamat militer, Andi Wijayanto dalam wawancara TVOne (27/5/09)
menyatakan, langkah Malaysia sejatinya bisa dimaknai sebagai upaya ingin menguji kedaulatan
efektif kita atas Ambalat.
Kedua, ada persoalan citra dan harga diri bangsa karena perasaan terlecehkan sebagai negara
berdaulat dengan manuver angkatan laut Malaysia. Ini berakumulasi dengan memori kehilangan
kita atas Sipadan dan Ligitan, aneka kasus kekerasan pada TKI, klaim Malaysia atas Lagu Rasa
Sayange, reog dan batik misalnya. Artinya para patriot dan nasionalis menginginkan bahwa harga
diri kita harus tegak sebagai bangsa berdaulat.
Ketiga ada ancaman bagi kesejahteraan ekonomi karena potensi ekonomi dari minyak Ambalat
ditakutkan jatuh ke pihak luar. Pakar ekonomi minyak Dr Kurtubi pada 2005 menyatakan secara
kasar Ambalat memiliki cadangan migas seharga 40 miliar dolar AS. Tentu, nilai ini cukup
signifikan jika bisa masuk ke kas negara kita
Dengan ketiga kepentingan nasional tersebut, maka pilihan instrumen politik luar negeri yang
tersedia adalah diplomasi atau konfrontasi. Namun diplomasi memiliki beberapa kelebihan.
Pertama, pada tataran praktik, secara nyata telah ada upaya diplomasi sejak 2005 yang dijalankan
kedua negara untuk menyelesaikan Ambalat. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono (20/5/09)
juga menyatakan perundingan Ambalat masih berlangsung. Artinya pilihan penyelesaian
diplomatik adalah yang paling rasional meski harus dikawal.
Komunikasi Diplomatik
Penyelesaian diplomatik dimulai dengan pembukaan komunikasi diplomatik Indonesia dengan
Malaysia (keterangan pers Departemen Luar Negeri, Jumat 4 Maret 2005). Malaysia menjawab
pada 25 Februari 2005 dengan menyampaikan pandangan mereka bahwa wilayah itu adalah
wilayahnya. Presiden SBY kemudian berkomunikasi dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah
Ahmad Badawi melalui telepon Senin 8 Maret 2005 sebelum meninjau Ambalat. Pembicaraan
berlangsung konstruktif untuk menyelesaikan masalah dengan baik dan Badawi pun akan
mengirimkan Menteri Luar Negeri Malaysia untuk mengunjungi Indonesia.
Diplomasi memasuki babak baru setelah Menlu Malaysia Syed Hamid Albar bertemu dengan Menlu
RI Hasan Wirajuda di Jakarta (9/3/2005) bahkan diterima oleh Presiden SBY. Dalam pertemuan
antarmenlu telah disepakati bahwa kedua belah pihak akan membentuk tim teknis yang akan

melakukan perundingan ke arah penyelesaian Blok Ambalat. Pertemuan penyelesaian diplomasi


pertama dilakukan pada 22 dan 23 Maret 2005. Pertemuan tim teknis Indonesia-Malaysia
dilanjutkan di Langkawi pada 25-26 Mei, di Yogyakarta 25-26 Juli, di Johor Baru pada 27-28
September 2005 dan Desember 2005.
Namun hingga 2006 masalah sengketa Blok Ambalat antara Malaysia dan Indonesia masih dalam
proses perundingan oleh kedua negara dan belum ada penyelesaian yang dapat diterima oleh
kedua negara. Dalam pertemuan bilateral antara PM Abdullah Ahmad Badawi dengan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung Negara Tri Arga, Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 12-13
Januari 2006 telah disepakati bahwa, sengketa Blok Ambalat akan terus diselesaikan secara
perundingan.
Kedua, secara moral penyelesaian diplomasi lebih dipilih karena diplomasi merupakan instrumen
politik luar negeri yang beradab, murah, dan terukur. Konfrontasi dan perang semakin banyak
dicibir karena tidak hanya mahal tetapi juga karena efek rusaknya yang sulit terkontrol. Yang
menyedihkan adalah analisa bahwa dari sisi Alutsista kita akan kalah. Perintah untuk tidak
mengeluarkan tembakan dari kapal perang kita da cukup mengusir kapal Malaysia cukup
bijaksana. Alasan lain, Indonesia dan Malaysia adalah tetangga serumpun yang ada dalam
kerangka the ASEAN Way dalam penyelesaian aneka sengketa yang ada.
Fase Diplomasi
Alur penyelesaian diplomatik yang telah disepakati sendiri mencakup dua fase. Fase pertama
adalah pembicaraan untuk mengeksplorasi dan mengetahui posisi masing-masing negara atas
klaimnya di Blok Ambalat. Fase kedua adalah bagaimana kedua negara bisa menyepakati jalan
keluar dari klaim tumpang tindih atas Blok Ambalat. Jalan keluar ini ada tiga alternatif. Satu,
negara yang bersengketa tidak menyepakati solusi dan membiarkan permasalahan ini tidak
terselesaikan (baca: mengambang) dengan catatan negara yang bersengketa menyepakati suatu
status quo. Dua, negara yang bersengketa tidak menyepakati batas, tetapi bersepakat untuk
melakukan pengelolaan bersama. Tiga, negara yang bersengketa sepakat untuk membawa
sengketa mereka ke forum penyelesaian sengketa. Alur penyelesaian diplomatik yang telah
disepakati sendiri mencakup dua fase. Fase pertama adalah pembicaraan untuk mengeksplorasi
dan mengetahui posisi masing-masing negara atas klaimnya di Blok Ambalat. Fase kedua adalah
bagaimana kedua negara bisa menyepakati jalan keluar dari klaim tumpang tindih atas Blok
Ambalat.
Jika diplomasi gagal maka krisis bisa kembali terjadi kapan saja. Konfrontasi akan sangat kontra
produktif bagi hubungan bilateral, maupun stabilitas regional ASEAN ke depan. Krisis dan
konfrontasi juga akan berakibat perluasan spektrum politik luar negeri tidak lagi semata menjadi
pembahasan para elite decision makers tetapi meluas merambah ke wilayah keterlibatan publik.
Ini tentu saja positif dalam konteks demokratisasi politik luar negeri agar kebijakan yang diambil
accountable terhadap rakyat.
Tetapi sayang, mencermati krisis terdahulu, keterlibatan publik lebih cenderung mengarah kepada
ekspresi emosi, kemarahan, sweeping, ajakan berperang, penggalangan relawan dan sebagainya.
Padahal eloknya keterlibatan itu lebih terarah kepada pernyataan sikap, artikulasi kepentingan,
maupaun aksi yang rasional dan terukur.
Penyelesaian Ambalat membutuhkan tidak hanya tekad dan upaya diplomasi bilateral
berkelanjutan tetapi juga sikap saling respek untuk tidak melakukan provokasi. Selagi diplomasi
masih bergulir, provokasi dan pelanggaran teritori tentu berbahaya. Bagi Indonesia, diplomasi juga
harus dikawal dengan menunjukkan kewibawaan, kekuatan dan ketegasan. Kaum realis
mengatakan, Jika ingin damai bersiaplah untuk berperang (if you want peace, prepare for war).
B. Tanggapan dan Beberapa Solusi Mengenai Kasus Ambalat
Pendahuluan
Malaysia dan Indonesia adalah dua negara tetangga yang sangat dekat, bukan hanya dari segi

letak geografis tetapi dari segi budaya dan asal-usul bangsanya. Akan tetapi, walau serumpun
dengan bahasa yang mirip, hubungan kedua negara tidak bisa dikatakan selalu rukun dan manis.
Sejarah kedua bangsa pernah dihiasi tinta hitam peperangan, yang dikenal dengan Konfrontasi
Malaysia Indonesia pada tahun 1962-1965. Beberapa kasus sengketa perbatasan wilayah pun
pernah terjadi antara keduanya.
Kasus yang paling baru, dan yang menjadi pembicaraan hangat beberapa bulan belakangan ini
adalah sengketa kedua negara mengenai blok migas di perairan Ambalat di wilayah Sulawesi.
Sengketa ini menjadi berita hangat yang menghiasi media massa, di Indonesia khususnya. Melalui
makalah ini kami ingin mencoba melihat bagaimana sengketa ini diselesaikan jika memakai
pemikiran Donald W. Shriver dalam bukunya An Ethics for Enemis: Forgiveness in Politics, dan
tujuh langkah menciptakan perdamaian menurut Glenn Stassen dalam bukunya Just Peacemaking:
transforming initiatives for
Justice and Peace
Pokok Masalah : Perairan Ambalat di Laut Sulawesi
Masalah antara Indonesia dan Malaysia seputar blok Ambalat mengemuka ketika terbetik kabar
bahwa pemerintah Malaysia melalui perusahaan minyak nasionalnya, Petronas, memberikan
konsesi minyak (production sharing contract) kepada perusahaan minyak Shell, atas cadangan
minyak yang terletak di Laut Sulawesi (perairan sebelah timur Kalimantan). Pemerintah Indonesia
mengajukan protes atas hal ini karena merasa bahwa wilayah itu berada dalam kedaulatan negara
Indonesia.
Sebenarnya klaim Malaysia terhadap cadangan minyak di wilayah itu sudah diprotes Indonesia
sejak tahun 1980, menyusul diterbitkannya peta wilayah Malaysia pada tahun 1979. Peta tersebut
mengklaim wilayah di Laut Sulawesi sebagai milik Malaysia dengan didasarkan pada kepemilikan
negara itu atas pulau Sipadan dan Ligitan. Malaysia beranggapan bahwa dengan dimasukkannya
Sipadan dan Ligitan sebagai wilayah kedaulatan Malaysia, secara otomatis perairan di Laut
Sulawesi tersebut masuk dalam garis wilayahnya. Indonesia menolak klaim demikian dengan
alasan bahwa klaim tersebut bertentangan dengan hukum internasional.
Untuk memperjelas pokok permasalahan mengenai sengketa wilayah ini, kutipan dari tulisan
Melda Kamil Ariadno, Pengajar Hukum Laut Fakultas Hukum UI, Ketua Lembaga Pengkajian Hukum
Internasional (LPHI) FHUI, yang dimuat di Kompas, 8 Maret 2005, dapat membantu.
Aksi dan Reaksi Yang Ditimbulkan
Walaupun pemerintah Indonesia dan Malaysia berulang kali menegaskan bahwa penyelesaian
dengan cara kekerasan bukanlah pilihan yang mau diambil, dan kedua pihak akan
mengedepankan dialog melalui jalur-jalur diplomasi, masalah ini berkembang menjadi perdebatan
seru karena kedua pihak sama-sama kukuh pada pendiriannya. Malaysia melalui Perdana Menteri
Abdullah Badawi dan Menlu Syeh Hamid Albar menegaskan bahwa pihaknya tidak salah dalam
melakukan uniteralisasi peta 1979, dan bahwa konsesi yang diberikan Petronas kepada Shell di
perairan Laut Sulawesi berada diwilayah teritorial Malaysia. Sementara pemerintah Indonesia
melalui pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan Deplu, TNI, maupun presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, menegaskan bahwa Indonesia tidak akan melepaskan wilayah itu karena wilayah itu
merupakan kedaulatan penuh Indonesia. Tentang hal itu jurubicara TNI AL, Laksamana Pertama
Abdul Malik Yusuf mengatakan kepada Asia Times, We will not let an inch of our land or a drop of
our ocean fall into the hands of foreigners.
Di Indonesia masalah ini kemudian menjadi santapan media massa dan memancing reaksi keras
dari berbagai kalangan masyarakat. Sentimen anti-Malaysia dengan slogan Ganyang Malaysia
pun lalu berkumandang. Kedutaan Besar dan Konsulat-konsulat Malaysia tiba-tiba disibukkan
dengan aksi unjuk rasa berbagai elemen masyarakat yang mengecam sikap Malaysia itu. Di
beberapa daerah aksi tersebut diwarnai dengan pembakaran bendera Malaysia dan penggalangan
sukarelawan Front Ganyang Malaysia. Pihak DPR-RI pun bersuara keras meminta pemerintah
bertindak tegas atas pelanggaran terhadap wilayah kedaulatan RI di Laut Sulawesi. Di wilayah

yang dipersengketakan pun ketegangan-ketegangan terjadi antara tentara Malaysia dengan TNI.
TNI menggelar pasukan dan kapal-kapal perangnya di wilayah tersebut, yang dikatakan untuk
mengimbangi kapal-kapal perang Malaysia yang sudah lebih dulu ada di sana. Bahkan di Pulau
Sebatik, yang berbatasan darat dengan Malaysia, TNI dan Tentara Diraja Malaysia saling
mengarahkan moncong senjatanya, dan konon saling ejek pun kerap terjadi. Kapal-kapal perang
Malaysia diberitakan mengganggu pembangunan mercusuar di atol Karang Unarang, bahkan
sempat menangkap dan menyiksa seorang pekerjanya. Saling intimidasi antara kapal-kapal
perang Malaysia dan kapal-kapal TNI AL terjadi tiap hari. Yang paling parah terjadi pada tanggal 8
April 2005, ketika KRI Tedong Naga saling serempet dengan KD Rencong di dekat Karang Unarang.
Insiden serempetan dua kapal perang itu kembali menghangatkan suasana, padahal sebelumnya
pada tanggal 22-23 Maret 2005, telah diadakan pertemuan teknis antara perwakilan kedua negara
untuk mencari solusi yang damai. Menlu Malaysia pun telah diterima presiden, dan beberapa
anggota DPR RI pun telah menemui PM Malaysia, untuk membicarakan langkah-langkah diplomasi.
Kedua pemerintahan juga sudah sepakat melanjutkan dialog berkala setiap dua bulan.
Analisis Masalah : Forgiveness dan Just Peacemaking
Untuk mencari alternatif jalan keluar bagi masalah ini, kami akan memulai dengan melihat
bagaimana reaksi sangat keras muncul dari masyarakat Indonesia terhadap isu ini. Padahal di
Malaysia, menurut Menlu Malaysia dalam wawancaranya dengan Gatra, masyarakatnya tenangtenang saja dan menyerahkan persoalan sepenuhnya di tangan pemerintah. Memakai pemikiran
Shriver dalam bukunya An Ethics for Enemis: Forgivenessin Politics , reaksi keras semacam ini bisa
dikatakan sebagai akibat memori kolektif sejarah kekalahan Indonesia terhadap Malaysia. Memori
masa konfrontasi dengan Malaysia di zaman Sukarno, dan kemudian kekalahan Indonesia dari
Malaysia dalam kasus Sipadan-Ligitan di Mahkamah Internasional, serta merta membangkitkan
kemarahan kolektif juga ketika Malaysia diberitakan berulah lagi. Hal ini bisa dilihat dari porsi
demikian besar yang diberikan media terhadap masalah ini. Selain itu terlihat juga melalui
komentar-komentar yang dilontarkan, bukan hanya oleh masyarakat biasa, tetapi juga oleh para
politisi. Banyak yang mendorong pemerintah untuk bersikap keras, bahkan Zaenal Maarif,
seorang politisi dari Partai Bintang Reformasi (PBR) meminta pemerintah untuk segera
menyatakan perang melawan Malaysia.
Bila ditarik lebih jauh lagi, memori kolektif kekalahan terhadap Malaysia ini bisa dikaitkan juga
dengan kenyataan bahwa jutaan orang Indonesia mengadu nasib sebagai pekerja kelas rendahan
di Malaysia. Rasa rendah diri sebagai bangsa bisa jadi tanda disadari telah tertanam dalam
memori kolektif bangsa, sehingga ketika ada gejolak sedikit saja, rasa terinjak-injak itu begitu
kuat. Namun demikian, kami menyadari juga bahwa untuk menelusuri memori kolektif ini,
diperlukan penelitian lanjut yang lebih mendalam. Akan tetapi, dengan memperhatikan gejalagejala yang ada, yaitu dalam reaksi keras masyarakat Indonesia, setiap kali terjadi
persinggungan dengan Malaysia , kami berpendapat bahwa langkah awal untuk menyelesaikan
masalah dengan Malaysia untuk jangka panjang adalah dengan menelusuri dan mengungkapkan
memori kolektif itu. Tanpa itu dilakukan, hubungan kedua bangsa yang bertetangga dan
bersaudara serumpun ini, akan terus mengalami gejolak seperti yang terjadi belakangan ini.
Selain mencermati reaksi keras masyarakat Indonesia, langkah berikutnya adalah mencermati
tindakan Malaysia melakukan klaim atas blok Ambalat ini. Memang informasi yang dapat
dikumpulkan tentang hal ini tidak begitu banyak, karena pemerintah Malaysia maupun media
Malaysia kelihatannya tidak terlalu membicarakan hal ini dengan terbuka. Akan tetapi, kami
tertarik melihat sikap Malaysia yang terlihat begitu enteng dalam melakukan klaim, dan juga
begitu yakin akan posisinya.
PM Malaysia ketika ditanya tentang protes Indonesia terhadap klaim Malaysia dengan enteng
menyampaikan bahwa konsesi yang diberikan Petronas kepada Shell di perairan Laut Sulawesi
berada di wilayah teritorial Malaysia. Petronas pasti mengerti bahwa wilayah itu adalah wilayah
Malaysia karena jika itu wilayah orang lain, untuk apa Petronas sampai ke sana.

Malaysia juga begitu yakin dengan pendiriannya menarik batas wilayah dengan memakai asas titik
pulau terluar, yang berlaku bagi negara kepulauan, padahal Malaysia bukan termasuk Negara
kepulauan. Bila memakai prinsip ini, maka terlihat bahwa klaim Malaysia tidak hanya akan
mencakup perairan Ambalat saja, tetapi bisa jauh masuk ke dalam wilayah perairan antara
Kalimatan bagian Timur dan Sulawesi Utara bagian Barat.
Sikap enteng Malaysia ini oleh beberapa pihak diduga karena Malaysia menganggap masalah ini
hanya masalah sumber daya alam. Sementara bagi Indonesia sengketa Ambalat bukanlah sekadar
sengketa untuk mendapatkan sumber daya alam. Blok Ambalat merupakan wujud dari wilayah
kedaulatan Indonesia. Kehilangan blok Ambalat berarti kehilangan sebagian wilayah kedaulatan.
Bahkan blok Ambalat bisa menjadi taruhan bagaimana Indonesia mempertahankan kedaulatannya
di wilayah yang dipersengketakan oleh negara lain. Rakyat di Indonesia melihat sengketa blok
Ambalat lebih sebagai masalah kedaulatan dan harga diri bangsa ketimbang sekadar perebutan
potensi sumber daya alam.
Dengan mengadopsi tujuh langkah penciptaan perdamaiannya Glenn Stassen, apa yang dilakukan
Malaysia ini jelas-jelas bukan langkah untuk menciptakan perdamaian. Karena itu adalah tidak ada
artinya sama sekali ketika Menlu Malaysia mengatakan bahwa pihaknya siap berunding dengan
pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh klaimnya.
Langkah pertama dalam penciptaan perdamaian menurut Stassen adalah menetapkan keamanan
bersama (affirm common security), dengan membangun tatanan yang damai dan adil bagi semua
pihak. Penetapan batas wilayah dengan membuat peta secara sepihak, dengan memakai
pertimbangan menurut pengertian sepihak, seperti yang dilakukan oleh Malaysia, adalah tindakan
yang bisa dianggap kebalikan dari langkah ini. Penetapan batas wilayah seperti itu justru
menggoyahkan keamanan bersama, bahkan menciptakan ancaman bagi pihak yang lain. Ketika
ancaman sudah terjadi, dialog yang mau diadakan pun akan menjadi lebih sulit untuk dijalankan
dengan baik. Ini terlihat dalam pertemuan teknis Malaysia-Indonesia membahas masalah Ambalat
yang diadakan di Bali tanggal 22-23 Maret lalu. Pertemuan itu berakhir tanpa hasil apa-apa,
karena kedua pihak tetap pada pendirian masing-masing.
Karena dalam kasus ini ancaman sudah terjadi, dan tatanan yang damai dan adil digoyahkan,
langkah kedua yang dianjurkan Stassen perlu diperhatikan baik-baik. Itu adalah mengambil
inisiatif lebih dulu untuk perdamaian (take independent initiatives). Dalam kasus ini, pihak yang
manakah yang mengambil inisiatif lebih dulu untuk menyelesaikan masalah? Pemerintah
Indonesia menyatakan bahwa telah mengupayakan dialog atas klaim Malaysia ini sejak lama, yaitu
sejak tahun 1980, tetapi tidak mendapat tanggapan berarti, sampai kasusnya menjadi besar
karena diberikannya konsesi kepada Shell oleh Petronas Malaysia.
Pemerintah Malaysia melalui Menlunya mengatakan bahwa justru Indonesialah yang melakukan
inisiatif provokatif, dengan membangun mercusuar di atol Karang Unarang yang diklaim Malaysia
sebagai wilayahnya, sedangkan Malaysia selalu siap untuk berunding. Hanya pertanyaan yang
diajukan pihak Indonesia adalah berunding dengan kondisi seperti apa? Apakah dengan kondisi
melakukan pengakuan implisit akan klaim Malaysia lebih dulu (dengan tidak memasuki lagi
wilayah yang sudah diklaim Malaysia)? Pemerintah Indonesia bersikukuh dialog dilakukan dengan
tetap membangun mercusuar itu, karena itu termasuk wilayahnya. Jalan tengah yang bisa
ditawarkan adalah dengan membiarkan wilayah itu menjadi wilayah tak bertuan untuk sementara,
sampai ditemukan titik temu melalui dialog. Namun, melihat perkembangan yang ada sekarang.
Kelihatannya pilihan status quo itu juga enggan untuk diterima.
Akan tetapi, ada langkah ketiga menurut Stassen, yaitu Talk to your enemy. Bicaralah, lakukan
negosiasi/perundingan, cari jalan keluar dengan memakai metode-metode penyelesaian konflik
Tentang hal ini, sudah dilakukan satu kali dan belum berhasil. Namun dijanjikan untuk bertemu
kembali bulan Mei, dan kita harus menunggu.
Sambil menunggu, langkah keempat mungkin bisa dilakukan. Itu adalah mengutamakan hak asasi
manusia dan keadilan. Penyelesaian konflik yang sudah terjadi harus mengingat hal ini.

Kampanye-kampanye anti Malaysia dengan semangat berperang seperti membentuk Front


Ganyang Malaysia, merekrut sukarelawan yang siap membela tanah air melawan Malaysia, harus
ditinggalkan. Perang hanya akan meninggalkan kesengsaraan. Pengalaman konfrontasi berdarah
di masa Soekarno seharusnya menjadi pelajaran. Banyak jiwa yang melayang dan perekonomian
negara pun morat marit karenanya. Yang harus dikampanyekan adalah bagaimana
menyembuhkan luka-luka bersama akibat
memori kolektif tadi itu.
Selain itu, satu hal lain yang harus diperhatikan pemerintah Indonesia adalah meningkatkan
perhatiannya terhadap wilayah-wilayah terluar Indonesia. Sudah lama wilayah-wilayah perbatasan
seperti di ujung Barat Sumatera, ujung Utara Sulawesi, ujung Selatan Timor, dan ujung Timur
Papua, menjadi anak terlantar. Perhatian melalui pembangunan fasilitas sosial bagi masyarakat
di wilayah-wilayah ini sangat penting. Sipadan dan Ligitan ditetapkan sebagai wilayah Malaysia
oleh Mahkamah Internasional di tahun 1998 juga karena kedua wilayah itu tidak pernah disentuh
oleh Indonesia, namun dibangun dan dikelola oleh Malaysia.
Langkah kelima dan keenam, yang menurut kami masih berkaitan erat adalah Memutus lingkaran
setan kekerasan, turut serta dalam penciptaan perdamaian dan Mengakhiri propaganda saling
menyalahkan, termasuk memberikan kompensasi/ganti rugi kepada yang dirugikan. Langkahlangkah ini sangat penting, dan dalam kasus Malaysia dan Indonesia, menurut saya kedua bangsa
harus menoleh bersama ke belakang, sejarah konflik yang pernah terjadi antara kedua bangsa
harus diungkapkan, dan kemudian mencari jalan untuk mengakhiri semua kecurigaan satu dengan
yang lain .Kedua langkah ini terkait erat dengan teori Shriver, mengungkapkan untuk mengingat
kejahatan yang sudah dilakukan, dan kemudian mengampuni.
Kemudian langkah yang terakhir adalah bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan konflik ini
dengan transparan dan terbuka. Semua upaya untuk pengungkapan masalah dilakukan dengan
jujur dan terbuka untuk kedua bangsa. Kami tidak setuju dengan pendapat Menlu Malaysia yang
mengatakan bahwa masalah ini hanya masalah teknis sehingga masyarakat Malaysia tidak perlu
tahu. Ini hanya urusan dua pemerintahan.
Proses negosiasi, kemajuan-kemajuan dan hambatan-hambatannya harus dibuat terbuka kepada
publik, sehingga publik bisa turut berpartisipasi dengan menyumbangkan opininya.
Penutup
Dengan menerapkan tujuh langkah ini dalam proses perundingan, serta dengan menjalankan juga
pengungkapan luka dalam memori kolektif kedua bangsa, masalah sengketa Ambalat ini menurut
kami akan bisa diselesaikan dengan lebih menyeluruh. Bukan hanya sekedar menyelesaikan satu
kasus yang sekarang saja, tetapi juga meletakkan dasar bersama untuk menghadapi masalahmasalah serupa di masa mendatang.
Namun demikian, kami menyadari bahwa berteori selalu lebih mudah daripada menerapkan dalam
kenyataan. Memakai cara Shriver dan Stassen untuk menyelesaikan sengketa Ambalat juga masih
perlu dibuktikan. Akan tetapi, Glenn Stassen menunjukkan keberhasilan teorinya dalam
menyingkirkan rudal-rudal balistik di Eropa, karena itu kami bisa optimis juga, kalau cara ini juga
bisa saja berhasil di sini.

BAB III
PENUTUP
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan
dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik
beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas) suatu
Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada system politik
suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung akan berdampak pada geografi

Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada geografi sosial (hukum geografis),
mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan
dengan karakteristik geografi suatu Negara.
Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang saling berdekatan dan menjalin hubungan
bilateral yang sudah berlangsung sejak lama. Meski demikian, antara kedua negara ini sering
terjadi perselisihan, khususnya mengenai permasalah batas wilayah. Fakta memperlihatkan
beberapa pulau yang telah diambil oleh pihak Malaysia dari Indonesia, contohnya seperti Pulau
Sipadan dan Ligitan. Dan hingga kini yang menjadi permasalahan terbaru, kedua pihak tersebut
sedang memperebutkan satu wilayah yang kaya akan sumber daya minyak. Malaysia mengklaim
daerah Ambalat, yang terletak di sebelah timur Pulau Kalimantan Timur tersebut termasuk
kedalam kepemilikan wilayahnya. Indonesia yang memiliki bukti kuat atas kepemilikannya, tidak
begitu saja menerima pernyataan mentah tersebut. Sehingga hal ini membuat sautu hubungan
yang kurang baik di antara dua pihak melalui konflik yang ditimbulkan. Dan parahnya, sampai
sekarang belum didapatkan jalan keluar yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.
Dari kesimpulan yang dapat kami kemukakan di atas. Kami mengaharapkan agar pemerintah
Indonesia dapat lebih tegas dalam menyegerakan permasalahan Ambalat tersebut. Karena hal ini
dapat menunjukkan Sistem Geopolitik Indonesia yang kuat kepada seluruh dunia. Supaya mereka
tidak dengan mudah meremehkan martabat bangsa Indonesia. Indonesia telah merdeka, maka
sepatutnya kita menghapuskan segala praktek yang bertautan dengan asas kemerdekaan yang
telah direnggut bangsa Indonesia.
Bagi masyarakat Indonesia sendiri, jangan mudah terpengaruh untuk melakukan aksi kekerasan
dan tak beretika demi mengungkapkan aspirasinya terhadap permasalahan yang dimaksud. Kita
harus tetap berkepala dingin dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, bukankah itu adalah
hal yang paling baik untuk tidak menebar kebencian dan kerusakan di muka bumi ini. Untuk itu
selesaikanlah kasus ini dengan cara damai mencapai jalan keluar yang saling menguntungkan
Indonesia dengan negara serumpunnya, Negeri Jiran Malaysia.
Sumber : http://www.academia.edu/login?cp=/attachments/32040921/download_file&cs=www

Makalah Geo Politik

Pengertian geopolitik : Kata geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo berarti bumi dan
Politik berasal dari bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri
(negara) dan teia yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu
rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara, danalat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau
tujuan tertentu. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna
kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip,
keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita
kehendaki.
Secara umum geopolitik adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri,
lingkungan, yang berwujud Negara kepulauan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Pentingnya geopolitik bagi Indonesia adalah untuk dapat mempertahankan Negara dan
berperan penting dalam pembinaan kerjasama dan penyelesaian konflik antarnegara yang
mungkin muncul dalam proses pencapaian tujuan.
Kedudukan dan Fungsi Wawasan Nusantara
Kedudukan Wawasan Nusantara
a.

Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang
diyakini kebenaran oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam
upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan
Nusantara menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.

b.

Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari spesifikasinya sebagai
berikut :

1). Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara; berkedudukan sebagai landasan
idiil.
2). Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi negara; berkedudukan sebagai
landasan konstitusional.
3). Wawasan Nusantara sebagai visi nasional; berkedudukan sebagai landasan konsepsional
4). Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional; berkedudukan sebagai landasan konsepsional.
5). GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijaksanaan dasar nasional;
berkedudukan sebagai landasan operasional.
Fungsi Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, serta perbuatan bagi penyelenggara
negara di tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara.

Pengertian Geopolitik dan Wawasan Nusantara


Maret 29, 2013
Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo berarti bumi dan politik berasal dari bahasa
Yunani politeia. Poli artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia artinya urusan.
Geopolitik merupakan Ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah masalah geografi wilayah atau tempattinggal suatu bangsa. Geopolitik biasa juga di
sebut dengan wawasan nusantara. Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturanperaturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional
geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau
territorial dalam arti luas) suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak
langsung kepada system politik suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung akan
berdampak pada geografi Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada geografi sosial
(hukum geografis), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang
dianggap relevan dengan karakteristik geografi suatu Negara. Maka kebijakan penyelenggaraan
bernegara didasarkan atas keadaanatau tempat tinggal negara itu. Geopolitik juga bisa disebut
wawasan nusantara.
Berbagai Pandangan Tentang Geopolitik
Frederich Ratzel (1844-1904) seorang penggagas geopolitik sebagai ilmu bumi politik (Political
Geography), peletak dasar-dasar suprastruktur geopolitik bahwa kekuatan suatu negara harus
mampu mewadahi pertumbuhannya. Semakin luas ruang potensi geografi yang ditempati
sekelompok politik (kekuatan), makin memungkinkan kelompok politik itu tumbuh. Negara sebagai
suatu organisme yang memerlukan ruang hidup, mengenal proses lahir, hidup, dan mati.
Rudolf Kjellen (1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-1946) mengembangkan geopolitik sebagai
Geographical Politic yang menitik beratkan kepada analisis fenomena geografi dari aspek politik
geografi menyangkut kependudukan, ekonomi sosial, dan pemerintahan, bahwa negara tidak
sekedar satuan biologis juga mempunyai inteketualitas.
Negara sebagai satu kesatuan politik yang menyeluruh, meliputi geografi, kependudukan,
ekonomi, sosio & crato (pemerintahan) politik. Dinamika kebudayaan berupa gagasan, kegiatan
ekonomi harus diikuti oleh pemekaran wilayah. Perluasan ini dapat dilakukan secara damai atau
kekerasan. Berarti dapat menuju ke arah politik adu kekuatan dan adu kekuasaan serta
ekspansionisme. Karl Haushofer (1928) ajarannya (mengacu pokok pikiran Kjellen ) berkembang
di Jerman Adolf Hitler (Nazisme), dan di Jepang berupa ajaran Hako Ichiu yang di landasi oleh
faham militerisme dan fasisme. Pokok pikiran ajarannya:
1. Suatu bangsa dalam mempertahankan hidupnya mengikuti hukum alam, artinya yang kuat atau
unggul akan tetap bertahan hidup.
2. Geopolitik sebagai doktrin negara yang menitik beratkan pada soal strategi perbatasan.
3. Ruang hidup bangsa dan tekanan kekuasaan ekonomi dan sosial yang rasial mengharuskan
pembagian baru dari kekayaan alam di dunia.

4. Geopolitik sebagai landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam mempertahankan kelangsungan
hidup untuk mendapat ruang hidup.
5. Teori ekspansionisme, dan wilayah dunia dibagi-bagi menjadi region-region yang akan dikuasai
oleh bangsa unggul seperti AS, Inggeris, Jerman, Rusia, dan Jepang di Asia

Wawasan Nusantara
Istilah wawasan berasal dari kata wawas yang berarti pandangan, tinjauan, atau penglihatan
indrawi. Akar kata ini membentuk kata mawas yang berarti memandang, meninjau, atau melihat,
atau cara melihat. Kata wawasan berarti pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap inderawi,
sedangkan istilah nusantara dipergunakan untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan
gugusan pulau-pulau indonesia yang terletak di antara samudera pasifik dan samudera Indonesia
serta di antara benua Asia dan benua Australia.
Wawasan nusantara sebagai geopolitik dan landasan visional bangsa Indonesia pada hakikatnya
merupakan perwujudan ideologi pancasila. Wawasan nusantara mengarahkan visi bangsa
Indonesia untuk mewujudkan kesatuan dan keserasian dalam berbagai bidang kehidupan
nasional : bidang ideology, politik, ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan.
Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Indonesia
Sebagai bangsa majemuk yang telah menegara, bangsa Indonesia dalam membina dan
membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya, baik pada aspek politik, ekonomi,
sosbud maupun hankamnya, selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah. Untuk itu pembinaan dan penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan
negara Indonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik antara falsafah, cita-cita dan tujuan
nasional, serta kondisi sosial budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran
tentang kemajemukan dan kebhinekaannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
nasional.
Gagasan untuk menjamin persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan tersebut merupakan cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya, yang dikenal dengan istilah Wawasan
Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia dan diberi nama Wawasan Nusantara, disingkat
Wasantara. Dari pengertian-pengertian seperti di atas, pengertian yang digunakan sebagai
acuan pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara ialah Wawasan Nusantara sebagai geopolitik
Indonesia, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serbaberagam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dan tetap menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional
untuk mencapai tujuan nasional.
1. Landasan Ideal : Pancasila
Pancasila telah diakui sebagai ideologi dan dasar negara yang terumuskan dalam pembukaan UUD
1945. Pada hakikatnya, Pancasila mencerminkan nilai keseimbangan, keserasian, keselarasan,
persatuan dan kesatuan, kekeluargaan, kebersamaan dan kearifan dalam membina kehhidupan
nasional. Pancasila merupakan sumber motivasi bagi perjuangan seluruh bangsa Indonesia dalam
tekadnya untuk menata kehidupan di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia secara berdaulat
dan mandiri. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat para penyelenggara negara, para pimpinan pemerintahan, dan seluruh
rakyat Indonesia.
2. Landasan Konstitusional : UUD 1945
Bangsa Indonesia menyadari bahwa bumi, air, dan dirgantara di atasnya serta kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Karena itu, bangsa Indonesia bertekad mendayagunakan segenap
kekayaan alam, sumber daya, serta seluruh potensi nasionalnya berdasarkan kebijaksanaan yang
terpadu, seimbang, serasi, dan selaras untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah dengan tetap memperhatikan kepentingan daerah penghasil
secara proporsional dalam keadilan.
Dengan demikian, UUD 1945 seharusnya dan sewajarnya menjadi landasan konstitusional dari
Wawasan Nusantara yang merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara, dalam pengertian cara pandang yang
selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional. Hal tersebut berarti
bahwa setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara
utuh menyeluruh demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Demikian juga produk yang
dihasilkan oleh lembaga negara harus dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara
Indonesia, tanpa menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan,
dan orang per orang.
Asas Wawasan Nusantara
Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah dasar yang harus
dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan demi tetap taat dan setianya komponen pembentuk
bangsa Indonesia (suku bangsa atau golongan) terhadap kesepakatan bersama. Harus disadari
bahwa jika asas wawasan nusantara diabaikan, kom-ponen pembentuk kesepakatan bersama akan
melanggar kesepakatan bersama tersebut, yang berarti bahwa tercerai berainya bangsa dan
negara Indonesia. Asas Wawasan Nusantara terdiri dari: kepentingan yang sama, tujuan yang
sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama, dan kesetiaan terhadap ikrar atau kesepakatan
bersama demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.
Latar Belakang Wawasan Nusantara
Falsafah Pancasila
1. Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan nasional. Nilai-nilai tersebut adalah:
Penerapan Hak Asasi Manusia (HAM), seperti memberi kesempatan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama masing- masing.
2. Mengutamakan kepentingan masyarakat daripada individu dan golongan.
3. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
Aspek Kewilayahan Nusantara; Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang perlu
diperhitungkan, karena Indonesia kaya akan aneka Sumber Daya Alam (SDA) dan suku bangsa.
Aspek Sosial Budaya; Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing masing memiliki
adat istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan yang berbeda beda, sehingga tata kehidupan
nasional yang berhubungan dengan interaksi antargolongan mengandung potensi konflik yang
besar.
Aspek Kesejarahan; Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan wawasan nasional
Indonesia yang diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menghendaki terulangnya
perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan kemerdekaan
yang telah diraih oleh bangsa Indonesia merupakan hasil dari semangat persatuan dan kesatuan
yang sangat tinggi bangsa Indonesia sendiri. Jadi, semangat ini harus tetap dipertahankan untuk
persatuan bangsa dan menjaga wilayah kesatuan Indonesia.
Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara sebagai ajaran yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat dalam
mencapai dan mewujudkan tujuan nasional.
Wawasan nusantara dalam paradigma nasional memliki spesifikasi:
a. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara berkedudukan sebagai landasan
idiil.
b. Undang Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara, berkedudukan sebagai
landasan idiil.
c. Wawasan nasional sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan konsepsional.
d. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional, berkedudukan sebagai landasan konsepsional.
e. GBHN sebagai politik dan strategi nasional, berkedudukan sebagai landasan operasional.
Fungsi Wawasan Nusantara

Menjadi pedoman, motivasi, dorongan serta rambu dalammenentukan segala kebijaksanaan,


keputusan, tindakan danperbuatanbagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah
maupun bagiseluruh rakyat indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Tujuan Wawasan Nusantara
Mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan bangsa Indonesia yang
mengutamakan kepentingan nasional. Nasionalisme yang tinggi demi tercapainya tujuan nasional
merupakan pancaran dari makin meningkatnya rasa, paham dan semangat kebangsaan dalam
jiwa kita sebagai hasil pemahaman dan penghayatan wawasan nusantara.

Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:


Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa tujuan
kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik alamiah maupun
sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah menjunjung tinggi
kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina
kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat manusia di seluruh dunia.
Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara
Kedudukan (status) wawasan nusantara adalah posisi, cara pandang, dan perilaku bangsa
Indonesia mengenai dirinya yang kaya akan berbagai suku bangsa, agama, bahasa, dan kondisi
lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan, berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Secara hierarki, posisi atau status wawasan nusantara menempati urutan ketiga setelah UUD
1945. Urutan sistem kehidupan nasional Indonesia adalah:
1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar negara.
2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia.
4. Petahanan nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia.
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam pembangunan
nasional.
Bentuk Wawasan Nusantara
Gambaran dari isi Deklarasi Djuanda
Wawasan nusantara sebagai landasan konsepsi ketahanan nasional.
Mempunyai arti bahwa wawasan nusantara dijadikan konsep dalam pembangunan nasional,
pertahanan keamanan, dan kewilayahan.
Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan
Berarti bahwa cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri serta lingkungannya selalu
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara mencakup:
1. Perwujudan kepuluan nusantara sebagai satu kesatuan politik.
2. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi.
3. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan ekonomi.

4. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan politik.


5. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan dan keamanan.
Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara berarti pandangan
geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi
seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan. Wilayah nasional perlu ditentukan
batasannya, agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga.
Sumber: http://fkipunmas.blogspot.com/2012/07/wawasan-nusantara-dan-geopolitik.html

Anda mungkin juga menyukai