Anda di halaman 1dari 70

BAB I WAWASAN NUSANTARA DAN KETAHANAN NASIOAL

A.

Wawasan nusantara

Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah wilayah kedaulatan, disamping rakyat dan pemerintahan yang diakui. Konsep dasar wilayah negara kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa Indonesia, karena telah melahirkan konsep wawasan nusantara yang menyatukan wilayah Indonesia. Laut nusantara bukan lagi sebagai pemisah, akan tetapi sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang disikapi sebagai wilayah kedaulatan mutlak Negara Republik Indonesia. Ada bangsa yang secara eksplisit mempunyai cara bagaimana ia memandang tanah airnya beserta lingkungannya. Cara pandang itu biasa dinamakan wawasan nasional. Sebagai contoh, Inggris dengan pandangan nasionalnya berbunyi: "Brittain Rules The Waves". Ini berarti tanah Inggris bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga lautnya. Tetapi cukup banyak negara yang tidak mempunyai wawasan, seperti: Thailand, Perancis, Myanmar dan sbagai Indonesia wawasan nasionalnya adalah wawasan nusantara yang disingkat wasantara. Wasantara ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam penekanannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah lingkungannya. Unsur-unsur dasar wasantara ialah wadah (contour atau organisasi), isi, dan tata laku. Dari wadah dan isi wasantara itu, tampak adanya bidang-bidang usaha untuk mencapai kesatuan dan keserasian dalam bidang-bidang:1
1

Satu kesatuan wilayah Satu kesatuan bangsa Satu kesatuan budaya

Soegardo (2002) Keunggulan Trigatra Lembanas, Jakarta

Satu kesatuan ekonomi

Satu kesatuan hankam Jelaslah disini bahwa wasantara adalah pengejawantahan falsafah Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara Republik Indonesia. Kelengkapan dan keutuhan pelaksanaan wasantara akan terwujud dalam terselenggaranya ketahanan nasional Indonesia yang senantiasa harus ditingkatkan sesuai dengan tuntutan zaman. Ketahanan nasional itu akan dapat meningkat jika ada pembangunan yang meningkat, dalam "koridor" wasantara. Konsep geopolitk dan geostrategi Bila diperhatikan lebih jauh kepulauan Indonesia yang dua pertiga wilayahnya adalah laut membentang ke utara dengan pusatnya di pulau Jawa membentuk gambaran kipas. Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut wawasan nusantara dan politik luar negeri bebas aktif, sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dengan mengacu pada kondisi geografi bercirikan maritim, maka diperlukan strategi besar (grand strategy) maritim sejalan dengan doktrin pertahanan defensif aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah yang harus dipertahankan adalah laut. Implementasi dari strategi maritim adalah mewujudkan kekuatan maritim (maritim power) yang dapat menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai ancaman. Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia Nusantara (archipelago) dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan penekanan bahwa wilayah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh laut. Laut yang menghubungkan dan mempersatukan pulau-pulau yang tersebar di seantero khatulistiwa. Sedangkan wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut), termasuk dasar laut dan tanah dibawahnya udara diatasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan

negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan TAP MPR No. IV tahun 1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan konsepsi Negara kepulauan yang telah diperjuangkan sejak Deklarasi Juanda pada tanggal 13 Desember 1957. Pengertian dan hakekat Wawasan Nusantara Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara diatasnya sebagai satu kesatuan politk, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Apa Wawasan Nusantara? Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide nasionalnya yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945) yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, bermartabat serta menjiwai tata hidup dalam mencapai tujuan perjuangan nasional. Selain itu juga bisa berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi darat, laut, dan udara diatasnya sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Mengapa Wawasan Nusantara Harus Ada? Wawasan nusantara adalah suatu konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut), termasuk dasar laut dan tanah dibawahya dan udara diatasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh dan menyeluruh mencakup segenap bidang-bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Wawasan Nusantara sebagai

konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia. Bagaimana Tujuan Wawasan Nusantara Itu? Wawasan Nusantara dalam TAP MPR 1983 konsepsi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional: Kesatuan politik Kesatuan ekonomi Kesatuan sosial budaya

Kesatuan pertahanan keamanan Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktig. Sedangkan geostrategi Indonesia diwujukan melalui konsep Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dengan mengacu pada kondisi geografi bercirikan maritisme, maka diperlukan strategi besar (grand strategy) maritim sejalan dengan doktrin pertahanan defensif aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah yang harus dipertahankan adalah laut. Implementasi dari strategi maritim adalah mewujudkan kekuatan maritim (maritime power) yang dapat menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai WAWASAN NUSANTARA Setiap bangsa memiliki Wawasan Nasional (national outlook) yang merupakan visi bangsa yang bersangkutan menujuke masa depan dan bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan bangsa, wilayah serta jati diri bangsa itu. Bangsa yang dimaksudkan adalah bangsa yang bernegara (nation state). Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dasn lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan dan citacita nasionalnya. Wawasan nasional bangsa Indonesia dikenal dengan "wawasan nusantara", yang berarti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai

dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai ramburambu dalam perjuangan mengisi kemerdekaannya, juga unuk mengajarkan akan pentingnya membina persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa dan negara dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi wawasan nusantara: 1. Wilayah (Geografi) a) Asas kepulauan (Archipelago Principle). Archipelago dapat diartikan sebagai lautan terpenting atau wilayah lautan dengan pulau-pulau didalamnya. Lahirnya asas kepulauan mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam keadaan utuh, sementara tempat unsur perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah b) Kepulauan Indonesia. Bagian wilayah "Indischa Archipel" yang dikuasai Belanda dinamakan Netherlands Oost Indischa Archipelago, itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi wilayah RI. Sebutan Indonesia merupakan ciptaan ilmuwan J.R. Logan dalam bukunya 'Journal Of The Indian Archipelago and East Asia (1850)'. Nama Indonesia sangat dicintai oleh bangsa Indonesia, dan resmi menjadi nama Negara sejak proklamasi kemerdekaan RI pada 17-08-1945. c) Konsepsi tentang wilayah lautan. Dalam perkembangan hokum laut Internasional dikenal beberapa konsepsi mengenai pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut: i. Res Nullius; menyatakan bahwa laut tidak ada yang memilikinya. Ii. Res Cimmunis; menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena itu tidak dapat dimiliki oleh masingmasing Negara. Iii. Mare Libirium; menyatakan bahwa wilayah laut adalah beban semua bangsa. Iv. Mare Clausum (The Right And Dominium Of The Sea); menyatakan bahwa hanya laut sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu Negara sejauh yang dapat dikuasai dari darat (waktu 3 mil). Archipelago State Principles (asas Negara Kepulauan) yang menjadikan dasar dalam konvensi PBB tentang hukum. Sesuai dengan hukum laut internasional secara garis besar Indonesia

sebagai Negara Kepulauan memiliki laut territorial, perairan pedalaman, ZEE, dan landasan kontinen. Masing-masing sebagai berikut: 1) Negara Kepulauan adalah suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. 2) Laut territorial adalah satu wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12 mil laut diukur dari garis pangkal, sedangkan garis pangkal adalah garis air yang surut terendah sepanjang pantai. Kedaulatan suatu Negara pantai mencakup daratan, perairan pendalaman dan laut territorial tersebut. 3) Perairan pendalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah dalam garis pangkal. 4) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal. Di dalam ZEE negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan alam hayati dari perairan. 5) Landas kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya yang terletak di laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah daratannya. Jaraknya 200 mil, tidak boleh melebihi 100 mil dari garis batas kedalaman dasar laut sedalam 2500 m. d) Karakteristik wilayah Nusantara berarti kepulauan Indonesia yang terletak diantara benua Asia dan Australia serta diantara samudra Pasifik dan samudra Indonesia, yang tersiri dari 17.508 pulau besar maupun kecil. Jumlah peluang yang sudah memiliki nama adalah 6044 buah. Kepulauan Indonesia terletak pada batas astronomi sebagai berikut: 6008'LU, 11015'LS, 94045'BT, 141005'BT. Jaraj utara selatan sekitar 1.888 kemerdekaan, sedangkan jarak barat-timur sekitar 5.110 kemerdekaan. Luasnya wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2 yang terdiri dari daratan seluas 2.027.087 km2. Luas wilayah Indonesia menempati urutan ke-14 terbesar di dunia.

2. Geopolitik dan Geostrategi a. Geopolitik Pengertian geopolitik adalah ilmu yang mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Geopolitik memeparkan dasar pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijakan nasional untuk mewujudkan tujuan tertentu. Prinsip-prinsip dalam geopolitik menjadi perkembangan suatu wawasan nasional. Pandangan Ratzel dan Kjellen Frederich pada akhir abad ke19 mengembangkan kajian geopolitik dengan dasar pandangan bahwa negara adalah mirip organisme. Sedangkan Rudolf Kjellen Berpendapat bahwa negara adalah organisme yang harus memiliki intelektual. Kedua pandangan ini hampir sama, mereka memandang pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme sehingga negara memerlukan ruang hidup, serta mengenal proses lahir, tumbuh, mempertahankan hidup, menyusut dan mati. Mereka juga mengajukan ekspansionisme (pemekaran wilayah) kemudian melahirkan ajaran adu kekuatan. Pandangan Haushofer Pemikiran Haushofer disamping berisi paham ekspansionisme juga mengandung rasialisme, yang menyatakan bahwa ras Jerman adalah ras yang pakling unggul yang harus dapat menguasai dunia. Pandangan macam ini juga didunia berkembang di Jepang berupa ajaran Hako Ichiu yang dilandasi semangat militerisme dan fasisme. Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan. Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan, ekspansinisme, adu kekuatan, rasialisme dan chauvisme. Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaan serta menganut asas bebas aktif, selalu terbuka, saling tolong menolong dan saling menguntungkan. Semua ini dalam rangkan ikut mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia yang abadi. b. Geostrategi

Geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan memperhitungkan kondisi dan kostelasi geografi sebagai faktor utamanya serta dengan memperhatikan kondisi sosial, budaya, penduduk, sumber daya alam lingkungan regional maupun internasiona. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara 1. Wadah wawasan nusantara sebagai wadah meliputi tiga komponen : a. Wujud wilayah b. Tata inti organisasi c. Tata kelengkapan organisasi 2. isi wawasan Nusantara. Isi wawasan nusantara tercermin dalam perspektif kehidupan manusia dalam eksistensinya yang meliputi cita-cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu. 3. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi: a. Tata laku batiniah, yang berlandaskan falsafah bangsa yang membentuk sikap mental bangsa yang memiliki kekuatan batin. b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kesatuan kata dan karya, keterpaduan pembicaraan dan perbuatan. Implementasi Wawasan Nusantara 1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila. Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai dengan aspirasinya. Konsep wawasan Nusantara berpangkalan dasar ketuhanan YME sebagai sila pertama Pancasila yang kemudian melahirkan hakikat misi manusia Indonesia yang menjabarkan sila-sila berikutnya. Wawasan Nusantara sebagai aktualisasi falsafah Pancasila menjadi landasan dan pedoman bagi pengelolaan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. 2. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional a. Perwujudan kedaulatan nusantara sebagai satu kesatuan politik b. Perwujudan kedaulatan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi

c. Perwujudan kedaulatan nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya d. Perwujudan kedaulatan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan 3. Penerapan Wawasan Nusantara a. Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan nusantara, khususnya di bidang wilayah, adalah diterima konsepsi Nusantara di forum internasional, sehingga terjaminlah integritas wilayah teritorial bangsa Indonesia. b. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup tersebut menghasilkan sumber daya alam yang cukup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. c. Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia internasional termasuk Negara-negara tetangga. d. Penerapan wawasan Nusantara dalam pembangunan Negara di berbagai bidang tampak pada berbagai proyek pembangunan sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi. e. Penerapan di bidang sosial budaya terlihat pada kebijakan untuk menjadikan bangsa Indonesia yang satu tetap merasa sebangsa, setanah air, senasib sepenanggungan dengan asas Pancasila. f. Penerapan wawasan Nusantara di bidang pertahanan keamanan terlihat pada kesiapsiagaan dan kewaspadaan seluruh rakyat melalui sistem pertahanan keamanan rakyat semesta untuk menghadapi berbagai ancaman bangsa dan negara.2 Hubungan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional Wawasan Nasional bangsa Indonesia Adalah wawasan Nusantara yang merupakan pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. Sedangkan ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan
2

Chaidir Basri (2001) Wawasan Nusantara sebagai Cara Pandang Bagsa Indonesia Program Studi S2 Tannas UI, Jakarta

sukses. Oleh karena itu diperlukan suatu konsepsi ketahanan Nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. Dan dapat dikatakan bahwa wawasan Nusantara dan ketahanan nasional merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsan dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya. Pengertian Atau Arti Definisi Wawasan Nusanatara Yang Merupakan Cara Pandang Bangsa Indonesia Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide nasionalnyaa yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (UndangUndang Dasar 1945) yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, bermartabat serta menjiwai tata hidup dalam mencapai tujuan perjuangan nasional. Wawasan Nusantara telah diterima dan disahkan sebagai konsepsi politik kewarganegaraan yang termaktub/tercantum dalam dasar-dasar berikut ini: - Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tanggal 22 Maret 1973 - TAP MPR No. IV/MPR/1978 tanggal 22 Maret 1978 tentang GBHN - TAP MPR No. II/MPR/1983 tanggal 12 Maret 1983 Ruang lingkup dan cakupan wawasan Nusantara dalam TAP MPR '83 dalam mencapai tujuan pembangunan nasional: - Kesatuan Politik - Kesatuan Ekonomi - Kesatuan Sosial Budaya 1. Wawasan Nusantara dalam pembangunan nasional a.Perpaduan antara konsep ruang dan kesatuan memberikan implikasi bahwa Negara RI di dalam kesemestaannya merupakan kesatuan yang utuh; dan ancaman terhadap satu kawasan laut akan diartikan sebagai ancaman nyata terhadap seluruh wilayah negara RI. Karena itulah pengukuhan internasional terhadap Azas Negara Kepulauan melalui Konvensi Hukum Laut adalah sangat kritis.

Wilayah nasional suatu negara merupakan modal dasar kodrati yang perlu didaya-gunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan dan keamanan bangsa. Kemajuan tekhnologi, berkurangnya sumber daya alam serta pertambahan jumlah penduduk telah menjadikan ruang dunia terasa relatif semakin sempit, sedangkan di lain pihak dirasakan pula bahwa politik kekuasaan negara maju sebaliknya semakin bersifat global. Karena itu setiap bangsa berusaha menjadikan wilayah nasionalnya masing-masing suatu ruang hidup yang mampu mendukung kepentingan nasionalnya, dimana perbatasan wilayah nasional tidak hanya mempunya dimensi politik dan hukum semata-mata tetapi juga mempunyai dimensi ekonomi dan budaya bangsa. Menyempitnya ruang dunia sebagaimana diuraikan diatas membuat aspek wilayah menjadi faktor yang makin penting di dalam pembentukan posisi kekuasaan maupun politik kekuasaan yang mampu menjamin tegaknya kedaulatan, integritas wilayah serta kesatuan dan persatuan bangsa. b.Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia, merupakan inti dasar budaya bangsa Indonesia yang dilandasi oleh falsafah Pancasila serta kondisi dan posisi geografi wilayah Indonesia yang menentukan pola pikir dan tata laku bangsa dalam mewujudkan kehidupan nasional yang dikembangkan dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab atas pemanfaatan lingkungannya. Dilain pihak Wawasan Nusantara, sebagai konsepsi geopolitik bangsa dan negara Indonesia dikembangkan untuk menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional serta merentangkan hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan. Wawasan nusantara mendasari dinamika bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional sebagaimana digariskan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu: 1. Di bidang politik, pertahanan dan keamanan : mempertahankan kemerdekaan dan menjamin kelanjutan kehidupan bangsa dan negara dan turut serta menegakkan perdamaian dunia. 2. Di bidang ekonomi: memajukan kesejahteraan dan keadilan sosial.

3. Dibidang sosial budaya : mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan Wawasan Nusantara yang telah saya jelaskan sejarah kelahiran, pertumbuhan (evolusi) serta artinya diatas itulah akan diusahakan suatu pendekatan terhadap kebudasyaan nasional Indonesia berdasarkan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara sebagai pengertian persatuan dan kesatuan bangsa yang disesuaikan dengan kenyataan geografi Indonesia sebagai negara kepulauan, perlu dikemukakan bahwa tidask kurang pentingnya dalam proses pertumbuhan danperkembangan wawsan nusantara ini adalah bertambah sempurnanya hubungan pengangkutan (transportation) dan komunikasi (communication) antar pulau yang telah berlangsung dari tahun ke tahun dan bagi sistem komunikasi antar pulau mencapai titik puncaknya dengan komunikasi satelit domestik Indonesia yang melengkapi sistem komunikasi yang ada hingga waktu ini. Adanya tekad bangsa Indonesia menjadi satubangsa walaupun hidup berserak diatas pulau-pulau yang beribu-ribu jumlahnya dan berbeda suku, ditambah dengan sistem alat perhubungan dan komunikasi yang memungkinkan yang itu menjadi satu dalam kenyataan menyebabkan bahwa Nusantara merupakan suatu kenyataan dimana ia lebih daripada sekedar kumpulan daripada berbagai suku bangsa yang berdiam di berbagai pulau belaka. Kesatuan (entity) inilah yang diikat oleh ideologi dan falsafah yang sama dan didorong oleh tekad untuk terus langsung hidup sebagai suatu bangsa dan negara yang dimaksudkan dengan Nusantara. B. Ketahanan Nasional Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku dan bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika kita sebagai warga negara ingin mempertahankan daerah kita dari gangguan bangsa atau negara lain, maka kita harus memperkuat ketahanan nasional kita. Ketahanan Nasional adalah cara paling ampuh, karena mencakup banyak landasan seperti: Pancasila sebagai landasan visional. Jadi dengan demikian ketahanan Nasional kita sangat solid. Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segalam

macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Contoh bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma), yaitu: 1. Ancaman dari dalam negri Contohnya adalah pemberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia 2. Ancaman dari luar negri Contohnya adalah infiltrasi, subversi, dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta dari darat, udara, dan laut oleh musuh dari luar negri. a. Konsepsi Ketahanan Nasional Konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan terpadu berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dan wawasan Nusantara. Dengan kata lain konsepsi ketahanan nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadapancaman dari luar maupun dalam negri. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia menggunakan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Antara kesejahteraan dan keamanan ini dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Penyelenggaran kesejahteraan memerlukan tingkat keamanan tertentu, dan sebaliknya penyelenggaraan keamanan memerlukan tingkat kesejahteraan tertentu. Tanpa kesejahteraan dan keamanan, sistem kehidupan nasional tidak akan dapat berlangsung dalam kehidupan

nasioanal. Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional merupakan tolak ukur ketahanan nasional. Peran masing-masing gatra dalam astagrata seimbang dan saling mengisi. Maksudnya antargatra seimbang dan saling mengisi. Maksudnya antargatra mempunyai hubungan yang saling terkait dan saling bergantung secara utuh menyeluruh membentuk tata laku masyarakat dalam kehidupan nasional Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap kehidupan yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi,dan kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuanganmencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti dibawah ini: Ketangguhan Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat bertahan, kuat, menderita, atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya Keuletan Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam menggunakan kemampuan tersebut diatas dalam mencapai tujuan tertentu Identitas Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan. Negara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi oleh wilayah dengan penduduk, sejarah, pemerintah, dan tujuan nasional serta peran internasionalnya Integritas Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensial maupun fungsional. Ancaman

Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan. Dan usaha ini dilakukan secara konseptual, kriminal, dan politis. Hambatan dan gangguan Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri sendiri yang bersifat dan bertujuan melemahkan atau mengahalangi secara tidak konsepsional. 1. Ciri-ciri ketahanan nasional Merupakan kondisi sebagai prasyarat utama bagi negara berkembang. Difokuskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan. Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Didasarkan pada metode astagrata;seluruh aspek kehidupan nasional tercermin dalam sistematika astagrata yang terdiri atas tiga aspek alamiah (trigatra) yang meliputi geografi, kekayaan alam, dan kependudukan. Dan lima aspek sosial (pancagatra) yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan berpedoman pada wawasan nasional. Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan yang kuat dalam menyelenggarakan kehidupan nasional sehingga wawasan nusantara dapat disebut sebagai wawasan nasional dan merupakan ketahanan nasional. 2. Sifat-sifat Ketahanan Nasional Indonesia Mandiri, artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam global.

Dinamis, artinya ketahanan nasional tidaklah tetap, melalikan dapat meningkat ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk mencapai kondisi kehidupan nasional yang lebih baik. Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras, diantara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal dapat mewujudkan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar pula kewibawaannya. Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap kontrotatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa. 3. Asas-asas Ketahanan Nasional Asas ketahanan nasional adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan wawasan Nusantara. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut (Lemhannas, 2000:99-11)3 a)Asas kesejahteraan dan keamanan Asas ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan wajib dipenuhi bagi individu maupun masyarakat atau kelompok. Didalam kehidupan nasional berbangsa dan bernegara, unsur kesejahteraan dan keamanan ini biasanya menjadi tolak ukur bagi mantap atau tidaknya ketahanan nasional.
3

Lemhannas Bunga Rampai (2005) Jakarta

b)Asas komprehensif atau menyeluruh terpadu Artinya ketahanan nasional mencakup seluruh aspek kehidupan. Aspek-aspek tersebut berkaitan dalam bentuk persatuan dan perpaduan secara selaras, serasi, dan seimbang. c)Asas kekeluargaan Asas ini bersifat keadilan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyrakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam hidup dengan asas kekeluargaan ini diakui adanya perbedaan, dan kenyataan real ini dikembangkan secara serasi dalam kehidupan kemitraan dan dijaga dari konflik yang bersifak merusak atau destruktif. 4. Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut: a)Kedudukan Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu diimplementasikan secara berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin diwujudkan. Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang didasari oleh Pancasila sebagai landasan ideal, dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dalam paradigma pembangunan nasional. b)Fungsi Ketahanan nasional fungsinya sebagai doktrin dasar nasional perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak, dan pola kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter-regional (wilayah), inter-sektoral maupun multidisiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada cara berpikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila penyimpangan tejadi, maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga, dan sarana, yang bahkan berpotensi dalam citacita nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan nasional di

segala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu; yang dilaksanakan sesuai dengan rancangan program. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Tiap-tiap aspek-aspek dinamis, di dalam tata kehidupan nasional relatif berubah menurut waktu, ruang, dan lingkungan sehingga interaksinya menciptakan kondisi umum yang sangat komplek dan amat sulit. Dari pemahaman tentang hubungan tersebut, gambaran bahwa Konsepsi Ketahanan Nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung kepribadian, yaitu: 1. Aspek yang berkaitan dengan alam bersifat statis, yang meliputi Aspek Geografi, Aspek kependudukan, dan Aspek Sumber Daya Kekayaan Alam. 2. Aspek yang berkaitan dengan sosial besifat dinamis, yang meliputi Aspek Ideologi, Aspek Politk, Aspek Sosial Budaya, dan Aspek Pertahanan dan Keamanan. b. 1. Pengaruh Aspek Ideologi Ideologi adalah suatu sistem niali sekaligus kebulutan ajaran yang memberikan motivasi. Ideologi juga mengandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Secara teoritis, suatu ideologi bersumber dari suatu falsafah dan merupakan pelaklsanaan dari sistem falsafah itu sendiri. a. Ideologi Dunia 1. Liberalisme Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Aliran pemikiran ini mengajarkan bahwa negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua individu dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa kecuali atas persetujuan yang bersangkutan. Paham liberalisme mempunyai dasar-dasar kebebasan dan kepentingan pribadi

yang menuntut kebebasan individu secara mutlak, yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan hidup di tengah-tengah kekayaan materil yang melimpah dan dicapai dengan bebas. 2. Komunisme Aliran golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl Marx, Engels, dan Lenin pada mulanya merupakan kritik Karl Marx atas kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada awal revolusi industri. Aliran pemikiran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas lain. Golongan ekonomi kuat menindas ekonomi lemah. Golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh). Karena itu Marx menganjurkan agar kaum buruh mengasdakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari golongan kaya kapitalis dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa dan mengatur negara. Sesuai dengan aliran pikiran yang melandasi komunisme, dalam upaya merebut atau mempertahankan kekuasaan komunisme akan: a. Menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. b. Ajaran komunis bersifat atheis, tidak percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan didasarkan pada kebendaan (materialistis). Bahkan agama dinyatakan sebagai racun bagi kehidupan bermasyarakat. c. Masyarakat komunis bercorak Internasional. Masyarakat yang dicita-citakan oleh komunis adalah masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran nasional. Hal ini tercermin dalam seruan Marx yang terkenal "Kaum buruh diseluruh dunia bersatulah!" Komunisme menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme. d. Masyarakat komunisme yang dicita-citakan adalah masyarakat tanpa kelas. Masyarakat tanpa kelas dianggap masyarakat yang dapat memberikan suasana hidup yang aman dan tentram, tanpa pertentangan, tanpa hak milik pribadi atas alat produksi dan tanpa pembagian kerja. 3. Paham Agama

Ideologi bersumber dari falsafah agama yang termuat dalam kitab suci agama. b. Ideologi Pancasila Sifat-sifat Pancasila adalah: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa Sila ketuhanan yang Maha Esa mengandung nilai spiritual, memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia 2. Kemanusiaan Yang Adil Beradab Sila ketuhanan yang Maha Esa mengandung nilai spiritual, memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia 3. Persatuan Indonesia Sila persatuan Indonesia dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik mengandung nilai persatuan bangsa dan kesatuan wilayah yang merupakan faktor pengikat yang menjamin keutuhan nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika. 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Permusyawaratan atau Perwakilan Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan menunjukkan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat, yang diwujudkan oleh persatuan nasional yang riil dan wajar. 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung niai keadilan, keseimbangan antara hak dan kewajiban, penghargaan terhadap hak orang, gotong royong, dalam suasana kekeluargaan, ringan tangan, dan kerja keras untuk bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan social. c. Ketahanan Pada Aspek Ideologi 1.Konsepsi tentang Ketahanan Ideologi Ketahanan ini mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,

hambatan serta gangguan dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia. Pelaksanaan obyektif adalah pelaksanaan nilai-nilai yang secara surat terkandung dalam ideologi atau paling tidak secara tersirat dalam UUD 1945 serta secara peraturan tidak seara peraturan perundangundangan dibawahnya dan segala kegiatan penyelenggaraan negara. Pelaksanaan subyektif adalah pelaksanaan nilai-nilai tersebut oleh masing-masing individu dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara. Pancasila mengandung sifat idealistik, realistik, dan fleksibel, sehingga terbuka terhadap perkembangan yang terjadi. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945, ketetapan MPR RI No. 2 XVIII/MPR/1998. Pancasila sebagai pandangan hidup dan sumber hukum terhadap ketetapan MPR RI No. 2 XX/MPRS/1996 dan ketetapan MPR/RI No. 2 IX/MPR/1978. 2.Pembinaan Ketahanan Ideologi Upaya untuk memperkuat ketahanan Ideologi memerlukan langkah pembinaan berikut: A. Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif terus dikembangkan serta ditingkatkan B. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu terus direlefansikan dan diaktualisasi nilai instrumentalnya agar tetap mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, selaras dengan peradaban dunia yang berubah dengan cepat tanpa kehilangan jati diri bangsa Indonesia. C. Sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsep wawasan Nusantara yang bersumber dari Pancasila harus terus dikembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk sebagai upaya untuk selalu menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah serta moralitas yang royal dan bangga terhadap bangsa dan negara. Disamping itu anggota masyarakat dan pemerintah perlu bersikap wajar terhadap kebhinekaan. D. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia harus dihayati dan diamalkan serta nyata oleh

setiap penyelenggaraan negara, lembaga kenegaraan, lembaga kemasyrakatan, serta setiap warga negara Indonesia. Agar kelestarian dan keampuhannya terjaga dan tujuan nasional serta cita-cita bangsa Indonesia terwujud. Dalam hal ini suri tauladan para pemimpin penyelenggaraan negara dan pemimpin tokoh masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar. E. Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila, harus menunjukkan keseimbangan antara fisik material dengan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya materialisme dan skuarisme. Dengan memperhatikan kondisi geografi Indonesia, pembangunan harus adil dan merata di seluruh wilayah untuk memupuk rasa persatuan bangsa dan kesatuan wilayah F. Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik dengan cara mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain seperti pendidikan budi pekerti, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, bahasa Indonesia dan kepramukaan. Pendidikan moral Pancasila juga perlu diberikan kepada masyarakat luas secara non formal. 3. Pengaruh Aspek Politik a)Politik Secara Umum Politik berasal dari kata politik yang mengandung makna kekuasaan (pemerintah) dan atau politik yang berarti kebijaksanaan. Di Indonesia, kita tidak memisahkan politik dari politik. Hubungan ini tercermin pada pemerintahan negara yang berfungsi sebagai penentu kebijaksanaan dan ingin mewujudkan aspirasi semi tuntutan masyarakat. Karena itu, kebijaksanaan pemerintah negara tersebut harus serasi dan selaras dengan keinginan dan aspirasi masyarakat. b)Politik di Indonesia Politik Di Indonesia yang harus dilihat dalam konteks ketahanan Nasional meliputi dua bagian utama yaitu, Politik Dalam Negri dan Politik Luar Negeri. 1)Politik Dalam Negeri Politik dalam negeri adalah kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam satu sistem. Unsur-

unsurnya terdiri dari struktur politik, proses politik, budayapolitik, komunikasi politik, dan partisipasi politik. Struktur politik merupakan wadah penyaluran kepentingan masyarakat dan sekaligus wadah pengkaderan pemimpin nasional. Proses politik merupakan suatu rangkaian pengambilan keputusan tentang berbagai kepentingan politik maupun kepentingan umum yang bersifat rasional dan penentuan dalam pemilihan kepemimpinan yang puncaknya terselenggara dalam pemilu. Budaya politik merupakan pencerminan dari aktualisasi hak dan kewajiban rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dilaksanakan secara dasar dan rasional melalui pendidikan politik maupun kegiatan politik yang sesuai dengan disiplin nasional. Komunikasi politik merupakan suatu hubungan timbal balik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dimana rakyat merupakan sumber aspirasi dan sumber pimpinan nasional 2)Politik Luar Negeri Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri Indonesia yang berlandaskan pada pembukaan UUD 1945 melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, keadilan sosial, serta anti penjajahan karena tidak sesuai dengan prikemanausiaan dan prikeadilan. a)Sebagai bagian Integral dari Strategi Nasional Politik luar negeri merupakan proyeksi kepentingan nasional dalam kehidupan antar bangsa. Dijiwai oleh falsafah negara Pancasila sebagai tuntutan moral dan etika, politik luar negeri Indonesia ditujukan pada kepentingan nasional terutama pembangunan nasional. Dengan demikian, politik luar negeri merupakan bagian integral dari strategi nasional dan secara keseluruhan merupakan salah satu sarana pencapaian tujuan nasional. b)Garis Politik Luar Negeri

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas, dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatankekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Aktif, dalam pengertian peran Indonesia dalam peraturan Internasional tidak bersifat reaktif dan Indonesia tidak menjadi objek peraturan Internasional. c)Ketahanan Pada Aspek Politik Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan politik bangsa yang berisi keuletan, ketangguhan dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang datang dari luar maupun dalam, secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan hidup politik bangsa dan negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. a)Ketahanan Pada Aspek Politik Dalam Negeri 1)Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kekuasaan yang absolut, dimana kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat. 2)Mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat. Namun perbedaan tersebut tidak menyangkut nilai dasar, sehingga tidak menjurus pada konflik fisik. Disamping itu, timbulnya diktator mayoritas dan tirankaminoritas harus dicegah. 3)Kepemimpinan Nasional maupun mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam masyarakat dan tetap berada dalam lingkup pancasila, UUD 1945 dan wawasan Nusantara. 4)Terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan masyarakat dan antar kelompok atau golongan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan nasional dan kepentingan nasional. b)Ketahanan Pada Aspek Politik Luar Negeri 1)Hubungan luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama Internasional di berbagai bidang atas dasar sikap saling menguntukngkan, meningkatkan citra positif Indonesia di luar negeri, dan memantapkan persatuan bangsa serta keutuhan NKRI.

2)Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka meningkatkan persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang dan negara maju sesuai kemampuan demi kepentingan nasional. Peran Indonesia dalam membina dan mempererat persahabatan dan kerjasama antar bangsa yang saling menguntungkan perlu diperluas dan ditingkatkan. Kerjasama dengan negara-negara anggota ASEAN, terutama dibidang ekonomi, IPTEK dan sosial budaya terus dilanjtkan dan dikembangkan. Peran aktif Indonesia dalam gerakan Non-Blok dan OKI serta mengembangkan hubungan demi kerjasama antarnegara di kawasan Aisa Pasifik perlu terus ditingkatkan. 3)Citra positif Indonesia terus dikembangkan dan diperluas. 4)Perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji dengan seksama agar terjadinya dampak negatif yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional dan menghambat kelancaran pembangunan dan pencapaian tujuan nasional dapat diperkirakan secara dini. 5)Langkah kerjasama negara berkembang dengan negara industri maju untuk memperkecil ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan perlu ditingkatkan melalui perjanjian perdagangan internasional serta kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan internasional 6)Perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial melalui penggalangan, pemupukan solidaritas, kesamaan sikap, serta kerjasama internasional dalam berbagai forum regional dan global 7)Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia perlu dilaksanakan dengan pembenahan sistem pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan calon diplomat secara menyeluruh. Perjuangan bangsa Indonesia yang menyangkut kepentingan nasional, seperti melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain dan melindungi hak-hak warga negara Republik Indonesia di luar negeri perlu ditingkatkan.

4.Pengaruh Aspek Ekonomi a.Perekonomian Secara Umum Perekonomian adalah salah satu satu aspek kehidupan nasioal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang meliputi produksi, distribusi, serta konsumsi barang dan jasa, dan dengan usaha untuk meningkatkan, taraf hidup masyarakat. b.Perekonomian Indonesia Sistem perekonomian bangsa Indonesia mengacu pada pasal 33 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa sistem perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Secara makro, sistem perekonomian Indonesia dapat disebut sebagai sistem perekonomian kerakyatan. c.Perekonomian Pada Aspek Ekonomi Ketahanan ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang datang dari luar maupun ancaman dalam negeri secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan perekonomian bangsa dan negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi yang diinginkan memerlukan pembina berbagai hal, yaitu antara lain: 1)Sistem Ekonomi Indonesia Diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh wilayah Nusantara melalui ekonomi kerakyatan serta untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 2)Ekonomi Kerakyatan a) Sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi kuat dan tidak memungkinkan berkembangnya ekonomi kerakyatan b) Sistem etatisme, dalam arti negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak dan mematikan potensi dari daya kreasi unit-unit di luar sektor negara.

c) Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli cita-cita keadilan sosial. 3)Struktur Ekonomi Dimantapkan secara seimbang dan salin menguntungkan dalam keselarasan dan keterpaduan antara sektor pertanian dan perindustrian serta jasa. 4) Pembangunan Ekonomi, yang merupakan usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan dibawah pengawasan anggota masyarakat, memotivasi dan mendorong peran serta masyarakat serta aktif. 5.Pengaruh Aspek Sosial Budaya Yang disebut "sosial disini pada hakikatnya adalah psergaulan hidup dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungjawaban dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu. Sementara "budaya" adalah sistem nilai yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang menumbuhkan gagasangagasan utama dan menjadi kekuatan pendukung dalam menggerakkan kehidupan. a.Strukrur Sosial di Indonesia Dalam masyarakat, manusia hidup secara berkelompok sesuai fungsi, peran dan profesinya. Kehidupan masyarakat terstruktus berdasarkan peran dan fungsi masing-masing anggota. b.Kondisi Budsaya di Indonesia 1.Kebudayaan Daerah Dalam setiap kebudayaan daetah terdapat nilai-nilai budaya yang tidak dapar dipengaruhi oleh budaya asing, yang sering disebut sebagai local genius. Local genius ialah pangkal segala kemampuan budaya daerah untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing. 2.Kebudayaan Nasional a.Bersifat religius b.Bersifat kekeluargaan c.Bersifat serba selaras d.Bersifat kerakyatan 3.Integrasi Nasional Komunikasi dan integrasi suku-suku bangsa yang mendiami bumi Nusantara ini pada tahun 1928 telah menghasilkan aspirasi bersama

untuk hidup bersama sebagai satu bangsa di satu tanah air. Aspirasi ini terwujud secara sah dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia melalui Proklamasi Kemerdekaan tangga 17 Agustus 1945. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa keanekaragaman budaya justru merupakan hikmah bagi bangsa Indonesia dan dimasa lalu telah mampu memunculkan faktor-faktor perekat persatuan atau integrasi bangsa. Di masa depan, upaya untuk melestarikan keberadaan keberadaan faktor perekat persatuan bangsa, yaitu keinginan dan semangat untuk hidup dan meraih cita-cita bersama, akan menjadi tugas seluruh warga bangsa. c.Ketahanan pada Aspek Sosial Budaya Ketahanan di bidang sosial budaya atau ketahanan sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamis budaya bangsa Indonesia yang berisi keuletan, ketangguhan, dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman, hambatan serta gangguan dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Republik Indonesia. 6.Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan a.Pokok-pokok Pengetahuan Pertahanan dan Keamanan Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya seluruh rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuannya adalah untuk menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan Ketahanan Nasional Indonesia. Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang mengandung keuletan, ketangguhan, dan kemampuan dalam mengembangkan menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam, yang secara langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. b.Ketahanan pada Aspek Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela negara, yang berarti berisi ketangguhan, kemampuan dan kekuatan melalui penyelenggaraan Siskamnas (Sishankamrata) untuk menjalin kesinambungan Pembangunan Nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. c.Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia Ketahanan nasional pada hakikatnya bergantung kepada kemampuan bangsa dan negara dalam mempergunakan aspek alamiah (trigatra) sebagai dasar penyelesaian kehidupan nasional dalam segala bidang yang ada dalam pancagatra. Ketahanan nasional mengandung pengertian holistic yang di dalamnya terdapat hubungan antargatra dalam keseluruhan kehidupan nasional (astragatra) Kelemahan salah satu bidang mengakibatkan kelemahan bidang lain dan mempengaruhi kondisi keseluruhan Ketahanan nasional bukan merupakan sejumlah ketahanan segenap gatranya, melainkan satu resultsan keterkaitan yang integratif dari kondisi-kondisi dinamis kehidupan bangsa dibidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan. Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional setiap warga negara Indonesia perlu memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk Perjuangan Non Fisik yang disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta pencapaian tujuan nasional. Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan sehingga setiap warga negara Indonesia dapat mengeleminir pengaruh tersebut.

7.Aspek Ilmu Pengetahuan Untuk mencapai percepatan kemandirian dan kesejahteraan berbaris dukungan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Dilakukan lewat penguatan empat pilar knowledge based economy (KBE), yaitu: System Pendidikan Sistem Inovasi Infrastruktur masyarakat informasi Kerangka kelembagaan, peraturan perudangan, dan ekonomi Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan Mewujudkan tumbuhnya masyarakat yang berbudaya IPTEK4

Muladi (Gubernur Lemhannas) Ketahanan Ekonomi Kaitannya dengan Ketahanan Nasional Lemhannas, Jakarta, 2007

BAB II MEMBENTUK KARAKTER SUATU BANGSA

Ada apa dengan bangsa ini? Ada suatu pertanyaan kolektif yang belakangan ini diam-diam menyelundup ke dalam sanubari kita: apa yang sedang terjadi dengan bangsa ini? Mengapa sebagian masyarakat kita berubah menjadi masyarakat pemarah, pendengki dan pendedam? Rasa aman di negeri ini seolah pupus. Berita-berita di media massa semakin hari semakin mengerikan dan mendirikan bulu roma, seolah manusia Indonesia telah kehilangan hati nurani dan rasa kemanusiaan dengan melakukan berbagai tindakan yang diluar logika manusia. Ironisnya, masyarakat justru semakin menggemari dan menikmati berita dan tayangan sejenis itu. Akibatnya, masyarakat menjadi mudah curiga terhadap sesama. Hal ini tidak aneh, sebab menurut seorang psikologi, Maslow, kebutuhan rasa aman terhadap segala macam bentuk ancaman dari luar adalah termasuk kebutuhan dasar manusia; di samping kebutuhan fisiologis yang mencakup pangan., sandang, papan, dan kesehatan. Manusia akan merasa terancam bukan saja oleh adanya pertiksisn, paksaan, serangan secara fisik, dan anarki, melainkan juga oleh perlakuan tidak adil, tidak jujur, dan tekanan batin. Contoh konkritnya dadlah ketika seseorang terkait dengan masalah hukum, pihak keluarga biasanya bukan mencari pengacara, tetapi mencari siapa yang kenal dengan polisi atau atasan itu. Inilah kenyataan empiric di masyarakat yang menunjukkan tidak adanya rasa aman walaupun pada penegak hukum; rasa tidak aman kalau polisi atau penyidik tidak menjalankan tugas dengan benar. Seolah hendak menggenpi pandangan Maslow, perilaku tidak jujur, penyelewengan, dan niatan korupsi di negeri ini juga semakin mengerikan dan lebih terang benderang ketimbang di masa-masa lalu. Lengkaplah sudah ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia kita. Lalu kemana kah bangsa yang ramah, penuh senyum, dan berjiwa gotong royong?

Manusia akan merasa terancam bukan saja oleh adanya pertikaian, paksaan, serangan fisik, dan anarki, melainkan juga oleh perlakuan tidak adil, tidak jujur, dan tekanan batin.5

Krisis ekonomi dan moneter yang mencekam sejumlah Negara, termasuk negeri kita selama tujuh tahun silam, bisa saja dituduh sebagai biang keladi hilangnya keramahan di masyarakat kita. Pasalya, krisis mau tak mau memaksa masyarakat untuk hidup lebih keras lagi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Namun, disaat Negara-negara lain mulai pulih dari krisis dan mulai bangkit kembali, kita justru seolah terlena oleh keterpurukan, mengalami krisis di segala bidang (krisis multidimensi), kesan yang mencuat adalah negeri ini seolah membiarkan dirinya berjalan lambat. Bahkan, beberapa hal diam ditempat atau mundur. Sebab, memang para pemain kunci di Negara ini, entah di jajaran legislative, eksekutif, maupun yudhikatif, tidak bersungguh-sungguh berbenah diri dalam berupaya beradu cepat dengan Negara lain dalam berbagai hal. Pada fasa selanjutnya, krisis multidimensi yang mendera bangsa Indonesia itu bermetamorfosis menjadi krisis intelektual dan nurani kemunusiaan. Kebiasaan untuk tidak menghargai bahkan cenderung mencurigai dan membenci mereka yang berbeda (dalam segala hal) justru semakin mudah terpicu; mewujudkan dalam berbagai wujud praktik destruktif, dan tindak kekerasan dalam menyelesaikan masalah, kemarahan dan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN). Belum lagi banyak pemimpin kita dan mungkin diri kita sendiri yang saat ini sudah tidak memilik keteladanan untuk memeuhi komitmen. Kelemahan ini menguat sejalan dengan lunturnya kepribadian manusia yang tidak sincere lagi, tidak tulus ikhlas dan lebih senang pada hal-hal semu. Konfik kepentingan terjadi disana sini, membelit hampir di setiap lini kepemimpinan bangsa. Tentu, ini bukan perkara yang mudah diurai untuk dicari simpulnya karena bagaimana pun juga hal ini terkait erat dengan masalah jati diri, baik sebagai pribadi, kelompok, maupun bangsa. Sehingga pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana nasib bangsa ini kelak?

H. Soemarno Soedarsono, 2000, Penyemaian Jati Diri Bangsa, Gramedia Jakarta

Sejarah Perjalanan Bangsa

Bicara soal nasib bangsa tentu harus menyinggung soal perjalanan bangsa hingga hari ini. Sebagai bangsa yang memiliki sejumlah aspek potensial tidak seharusnya kita berlama-lama mengalami keterpurukan. Kondisi masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini sungguh ibarat kita sedang membalik sejarah bangsa kembali ke tititk nadir. Upayanya, pembangunan untuk menuju masyarakat adil, makmur, aman, dan tertib,di nafiakan, dianggap kau sebagai bagian dari zaman pemerintahan lama yang harus disingkiri. Memang ada pendapat yang mengatakan bahwa di Negara berkembang, pembangunan akhirnya menjadi mitos. Sebuah keyakinan bahwa pembangunan pada akhirnya dapat membuat Negara-negara terbelakang mampu mengejar ketertinggalanya untuk menjadi setara dengan Negara yang maju. Akan tetapi, kenyataannya sebagian besar perjalanan pembangunan di Negara-negara tersebut berujung pada jalan buntu. Meski demikian, terlepas dari buruknya citra pembangunan di masa lalu dan atas nama reformasi, bukan lalu berarti di masa kini kita boleh seenaknya mencederai hasil pembangunan itu dengan mengakili keadilan, mengingkari kemakmuran, menghilangkan rasa aman, menodai ketertiban. Terhadap pencederaan itu, dapat dikatakan bangsa ini telah kenyang dengan akibat yang ditimbulkannya. Pembangunan nasional yang telah berjalan seolah dipatahkan di sana sini sehingga kembali di titik nol. Kerusuhan Mei 1998, pertikaian anataretnis, pertikaian antaragama, dan upaya separatisme telah memutus sendisendi yang menyokong berjalannya pembangunan bangsa. Sikap toleransi dan tenggang rasa telah disemaikan sejak lama, pupus begitu saja diganti dengan sikap saling curiga dan fanatisme sempit. Hati nurani sudah tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai pemberi arah atau sebagai filter bagi pemiliknya. Oleh karena itu, jika dibayangkan dalam bentuk kurva maka kurva sejarah bangsa ini terlihat sedang munurun. Lihat saja, di zaman Orde Baru, tercatat Indonesia pernah memosisikan diri dari Negara miskin menjadi Negara berkembang, kemudian dari Negara berkembang menjadi Negara berpendapatan menengah. Tetapi, di penghujung abad

ke-20 merosot kembali menjadi Negara miskin karena tertimpa krisis ekonomi dan moneter 1997. Namun, hingga hari ini rasanya Indonesia belum kunjung keluar dari krisis. Padahal, secara riil Indonesia memiliki peluang untuk pulih. Tersedianya sumber daya alam yang melimpah, penduduk atau sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi yang meruah. Lalu mengapa kita masih seperti ini? Kelemahan Indonesia yang paling utama adalah lemahnya manajemen pembangunan nasional sebagai akibat dari lemahnya kepemimpinan nasional. Akan tetapi, jika mau menelusur lebih dalam lagi, kelemahan ini bermuara pada kepribadian yang tidak tulus ikhlas dan senang pada hal-hal semu. Siapakah yang bertanggung jawab atas semua ini? Tidak ada yang patut dari bangsa yang ternyata memang belum memiliki ketajaman intuisi dalam memilih pemimpinpemimpinnya. Oleh karena itu, agar kurva sejarah bangsa tidak terus merosot maka kita tidak boleh mengulang kesalahan yang sama. Kita masih mempunyai kesempatan untuk bersama-sama memperbaiki kehidupan bangsa. Dalam hal ini. Pemilu 2004 tanpaknya menjadi momentum yang menentukan.
Pemilu 2004: Momentum yang Menentukan

Pemilihan umum di Negara ini belum sepenuhnya sempurna, meski sudah berkali-kali dilaksanakan. Sejarah mencatat, sejak berlakunya demokrasi terpimpin 1957, peranan partai politik mulai surut. Hal ini terus berlangsung selama periode orde baru, tetapi lalu bangkit kembali lewat pemilu 1999. Kebangkitan peran partai politik ini ditunjukkan dengan maraknya partai peserta pemilu, yang dengan penuh semangat, berlomba-lomba adu argument dan berusaha menarik simpati masyarakat. Keyakinan pun sempat muncul bahwa dengan pemilu yang demokratis ini krisis multidimensi di negeri ini akan selalu berlalu. Supremasi hukum bakal jadi panglima, praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) akan sirna. Pemulihan ekonomi dalam negri bakal segera terwujud. Pemerintahan yang sekarang berlangsung adalah hasil dari pemilu kita Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak dapat saling menjatuhkan. Dalam perjalanan waktu, semangat untuk saling

mengontrol dan mengkritik tampak begitu bergairah. Banyak yang mengatakan bahwa semangat untuk belajar berdemokrasi di negeri ini begitu besar. kita belum juga berhasil menemukan kepemimpinan yang besar, ... kepemipinan yang menjanjikan dan mampu membuktikan janji .kehidupan di masa depan yang lebih baik Namun, kenyataan berbicara lain kita belumjuga berhasil menemukan kepemimpinan yang besar; kepemimpinan yang menjanjikan dan mampu membuktikan janji kehidupan di masa depan yang lebih baik. Yang terlihat setelah hampir lima tahun ini adalah suatu ketidakpastian yang kian mencolok. Janji janji dari semua parpol peserta pemilu hilang bersama angin. Parpol hanya melihat kepentingan diri sendiri, termasuk membela anggotanya yang terlibat korupsi atau menyalahi aturan. Jiwa besar dan lapang dada telah terabaikan. Padahal, jiwa besar adalah modal utama untuk mau memperbaiki diri. Padahal pula, hanya kepemimpinan yang baik dan kapabellah yang bisa memulihkan keunggulan organisasi. Harus diakui bahwa jika terjadi ketidakmampuan dari sebuah kepemimpinan maka kondisi itu dapat menjalar ke pelabagi organisasi, baik ekonomi, politik, sosial, maupun keamanan. Baik secara perorangan maupun kelembagaan. Inflasi Indonesia sempat melonjak hingga 650%. Tim ekonomi yang ditugaskan oleh Soeharto untuk menjinakkan inflasi, mengistilahkannya dengan mewarisi gajah mengamuk. Dalam kuru waktu sepuluh tahun angkanya menjadi kurang dari 15%. Bahkan setelah tahun 1983, inflasi selalu berada di bawah angka 10%. Strategi untuk menjinakkan inflasi sangat bervariasi. Lihat Radius Prawiro, .Pergulutan Indonesia Membangun Ekonomi: Pragmatisme dalam Aksi Soeharto misalnya, benar ia pernah menyelamatkan Indonesia dari kebangkrutan, tetapi ia gagal memepertahankannya.6 Semantara, Presiden-presiden sesudahnya tampaknya belum sempat berbuat lebih banyak untuk memberikan kehidupan yang berkemanusiaan dan berkeadilan. Selain masalah ketidakmampuan kepemimpinan nasional, hal ini diperburuk lagi oleh praktik balas dedam dalam panggung politik nasional. Sebuah studi dari Booz-Allen & Homilton menemukan fakta
6

Soeharto (1998) Menjinakkan Ekonomi Gramedia Pustaka Utama Jakarta

yang cukup menyakitkan, yakni menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara dengan tingkat good governance paling rendah di antar negara tetangganya. Upaya penegakan good governance (tatkala pemerintah yang baik) merupakan paradigma baru yang belum tuntas diperdebatkan, menggantikan paradigma clean goverment (pemerintah yang bersih) yang muncul sebelumnya. Jika clean goverment menggambarkan produk kelembagaan yang dicita-citakan bebas dari penyimpangan, karna bersifat statik sepihak, maka good governance menuntut keadaan dan proses yang harus dilakukan untuk tercapainya cita-cita kelembagaan itu sehingga bersifat dinamik dan melibatkan banyak pihak*. Praktik good governance jelas masih jauh dari harapan. Sebab, di dalamnya aroma KKN bahkan semakin muncul kepermukaan, baik terkait dengan parpol, pejabat korupsi dalam kaitan otonomi daerah, ataupun KKN dalan tender barang dan jasa. 7 sungguh kenyataan yang sangat memprihatinkan dan memerlukan sebuah kerja besar untuk memperbaikinya. Kesempatan untuk itu masi ada dan masih terbuka, tinggal bagaimana kita akan memanfaatkan kesempatan itu, bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan, tapi untuk kepentingan bangsa. Pemilu 2004 dikatakan sebagai moment yang menentukan sebab pemilu ini berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Setelah ditata ulang disana-sini, maka pada pemilu kali ini rakyat tidak lagi ibarat memilih kucing dalam karung untuk mendapatkan pemimpin rasional, tapi bertanggung jawab langsung dalam memilih pemimpinnya. Sejak MPR menetapkan model pemilihan presiden secara langsung lewat amandemen UUD 1945, otimisme kita atas pemulihan stbilitas politik mulai menunjukkan tanda-tanda politik. Kesempatan ini akan mendi kesempatan emas bila domafaatkan secara baik dan penuh kesadaran, tetapi kesempatan ini pun bisa hilang bila disia-siakan, salah memilih pemimpin, atau dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan golongan. Untuk hal yang terakhir itu, taruhannya sangat berat: perpecahan bangsa dan negara! Jadi, siapkah kita untuk bersama-sama membangun dan membangkitkan kembali kejayaan bangsa? Memilih pemimpin nasional
7

Erry Riyana Hardjapamekes Pembinaan Kelembagaan Dalam Rangka Penegak God Govermance, Masyarakat Transportsi Indonesia (2002) Jakarta

yang benar-benar berkomitmen dan memiliki karakter unggul. Mewujudkan Ketahanan Bangsa secara buttom up. Kepercayaan masyarakat luas terhadap pemerintah dan lembaga pembuat keputusan disadari atau tidak terasa kian menyurut belakangan ini. Banyak tuntutan yang meminta agar mereka yang sedang berada di pusat kekuasaan mau sedikit memperbaiki watak. Sayang sekali tuntutan ini seolah bertepuk sebelah tangan. Bukannya terjadi perbaikan watak para pemimpin, tetapi justru semakin memudarnya rasa malu. Benarlah bila dikatakan dalam praktik sehari-hari akan lebih mudah dan cepat mengajak orang melakukan hal-hal benar, lurus, dan bersih lebih sulit dari pada mengajak orang melakukan hal-hal yang sedikit menyimpang, hingga akhirnya benar-benar menyimpang. Dimulai dari berbohong, membuat kuitansi fiktif, mark up proposal, sampai puncaknya adalah manupulasi tanpa batas. yang terjadi bukan lagi pola bottom up, melainkan top down, yakni ... ketika seseorang berfungsi sebagai panutan bagi orng lain. Implementasi semacam ini akan lebih mempercepat perbaikan karakter bangsa ini, sebagai bangsa yang masih paternalistik Mengharapkan terjadinya perubahan watak secara radikal dari para pemimpin rasanya akan memakan waktu lama, membuang energi, atau bahkan sia-sia. Oleh karena itu, mengapa kita tidak mencobanya dengan pendekatan lain, yaitu pembetukan watak dengan pola bottom up, diawali dari diri sendiri, lalu meningkat kekeluarga, lingkungan, masyarakat dan terakhir adalah bangsa, barang kali memang lewat pemahaman pola pemikiran ini bahwa sebelum menuntut perbaikan orang lain, sebaiknya kita memperbaiki karakter sendiri. Seperti kata John F. Kennedy yang sangat terkenal: jangan tanyakan apa yang negara dapat lakukan untukmu, tetapi tanyakanlah pada dirimu sendiri, apa yang dapat kamu lakukan untuk negerimu. Bahkan, bila ditarik lebih ke belakang, M. Quraish Shihab mengatakan bahwa cara inilah yang pernah ditempuh dan dibuktikan keberhasilannya oleh para Nabi dan penganjur kebaikan mulailah dari dirimu, kemudian keluargamu begitulah sabda Nabi Muhammad SAW yang berhasil mengubah karakter masyarakat jahiliyah dan membangun satu masyarakat yang

berhasil menerapkan lalu menyebarkan nilai-nilai luhur di seluruh persada bumi. Falsafah ini tentu akan semakin penting dan bermakna bila pribadi-pribadi yang mengembangkan adalah mereka yang mempunyai peran penting di masyarakat termasuk diantaranya adalah para pemimpin bangsa ini beserta seluruh ajaran aparatur pemerintahannya. Dengan demikian, yang terjadi bukan pola buttom up melainkan top down, yakni ketika seseorang berfungsi sebagai panutan bagi orang lain. Implementasi semacam ini akan lebih mempercepat perbaikan karakter bangsa ini; sebagai bangsa yang masih paternalistik. Idealnya, bila pendekatan ini berhasil diimplementasikan oleh seluruk komponen bangsa ini niscaya masalah yang important dan urgent di neheri ini akan teratasi secara bersama. Sebagai pondasi dari pendekatan ini adalah iman dan takwa, dengan imbauan menjalankan perintah agama dan kepercayaan secara benar, sungguh-sungguh dan konsisten. Dengan mengamalkan ajaran agama dengan benar maka kita akan bisa merasakan apa yang menjadi amanah hidup kita, yaitu keselarasan secara vertikal dan horisontal. Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa: menyembah, mengabdi berbakti, berserah diri, dan hanya padaNya kita memohon bantuan dan pertolongan, disamping ibadah kepada sesama makhluk Tuhan. Dalam kaitannya dengan munusia Indonesia maka kepribadian yang mengacu pada nilai sistem pancasila harus dapat terlihat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian yang terbakar tumbuh dan berkembang menjadi ketahanan pribadi niscaya tidak akan mudah goyah ataupun berubah, kendati diguncang berbagai pengaruh dalam segala bentuknya. Sebagai tuntutan dan tujuan hidup bangsa, Pancasila diharapkan dapat dipahami. dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan sehari hari. Lewat kelima silanya, terlihat dengan jelasapa sesungguhnya yang diharapkan dari seorang manusia yaitu, memiliki iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; memiliki cinta tanah air; memiliki rasa persatuan dan kesatuan, mendambakan kerukunan dan kebersamaan; meyakini adanya kesamaan hak (tidak ada dominasi dari yang satu terhadap yang lain). Akan tetapi, mengapa yang terjadi belakangan ini justru bertolak belakang dengan kepribadian Pancasila? Sifat ramah tamah, sopan

santun, dan suka menolong yang sering dilekatkan kepada kita ternyata telah mengalami deteriorisasi atau perusakan yang cukup mencolok. Sifat ramah tamah berubah menjadi sifat beringas, sifat sopan santun berbalik menjadi kasar, berangasan dan barbar, sifat suka menolong memudar menjadi egois dan hanya mementingkan diri atau kelompoknya. Sementara, perbedaan suku, agama, ras, clan antargolongan bukannya memperkokoh toleransi dan persatuan, tetapi malah memperuncing perbedaan. Inilah yang pertama-tama perlu diperangi dalam diri pribadi kita, lewat pemantapan atau penegasan kembali pembangunan karakter. Sebab, hanya dengan kepribadian yang utuh dan koKoh, seseorang akan tampil sebagai manusia dengan watak yang dapat diandalkan, berperinsip teguh dengan fokus perhatian pada keinginan untuk menyelesaikan tugas secara tuntas. Dengan memiliki ketahanan pribadi maka setiap manusia Indonesia dapat menunjukkan ciri atau warna dasar kepribadian Pancasila; bekal utama yang dibutuhkan demi terbentuknya integritas dan identitas bangsa. Kedua hal itulah yang nantinya alkan membedakan pribadi yang satu dengan yang lain, t begitu juga kepribadian bangsa yang satu dengan yang lain. Ketahanan pribadi yang perlu ditumbuhkembangkan pada dasarnya berkaitan erat dengan lingkup keberadaan setiap individu. Seperti diketahui, lingkup terdekat setiap individu adalah lingkungan keluarga. Oleh karena itu, ketahanan pribadi juga berkaitan erat dengan ketahanan keluarga, begitu juga sebaliknya. kondisi dan kualitas keluarga. Kondisi masa depan kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan kita pada akhirnya juga tergantung pada kesinambungan upaya kita mebina kualitas kehidupan keluarga Ketahan pribadi yang tangguh akan memperkukuh ketahanan keluarga, begitu seterusnya akan mebantu memperteguh ketahanan lingkungan, kerahanan daerah, dan akhirnya akan dapat mewujudkan ketahanan nasional yang kita dambakan. Kita memiliki karakter yang mulia, tetapi nilai-nilai yang mulia itu tidak akan dengan sendirinya terpancar dalam kehidupan kita sehari-hari

seandainya kita mengawinkannya dengan tindakan-tindakan yang bertentangan atau tindakan tidak mulia Dalam bahasa yang lebih sederhana, seseorang akan dikatakan memiliki ketahanan pribadi bila ia mempunyai daya tahan atau kekebalan untuk menepis atau menolak semua hal yang tidak baik; misalnya berbuat ABS, berbuat uang palsu dan semu, mencari selamat, mencari muka, atau mencari kambing hitam. Di dalam keluarga, ia dapat dipastikan akan menularkan ketahannya itu kepada keluarganya sehinnga ia akan memiliki keluarga yang harmonis-bahagiakarena dilandasi uleh saling percaya dan menghargai. Terlepas dari masalah kaya atau miskin, apabila orang tua memberikan terbaik, mencurahi anak dengan kasih sayang, pola dan sistem nilai keluarga ituiah yang akan melekat pada anak dalam perturnbuhan dan perkembangannya. Pada tingkat yang lebih lanjut, seseorang yang memiliki ketahanan pribadi tentu akan menularkannya ke lingkunganlingkungannya, baik lingkungan kerja maupun lingkungan tempat tinggal. Di lingkungan kerjanya atau organisasi, ia tentu akan menjadi sosok yang penuh keteladanannya bisa menangkap visi dan misi perusahaan dan menerapkannya dalam kinerjanya, serta mengikis terbentuknya pola hidup feodal. Sebagai bagian dari suatu tim kerja maka ia tentu akan memberi keteladanan pada sesama kanyawan. Dari sinilai maka akan terbentuk ketahanan perusahaan, terbentuk jati diri perusahaan sebagai modal dalam memasuki kompetisi bisnis. Ketangguhan perusahaan tentu akan lebih mudah dibentuk bila dipimpin oleh seseorang yang memiliki keteladanan, yakni ketahanan pribadi yang tangguh. Sebagai pengambil keputusan, bila ia dapat bertindak bijaksana maka keseimbangan dan keserasian di antara komponen perusahaan atau organisasi tentu akan terwujud. Ketahanan lingkungan tempat tinggal adalah kondisi dimana dinamis yang ditampilkan oleh sekelompok orang yang bertempat tinggal dalm suatu lingkungan tertentu, misalnya RT, RW, Kelurahan, atau Kecamatan. Kebersamaan yang ditampilkan oleh kelompok ini akan mencerminkan keuletan dan ketangguhan serta kemampuan untuk menghadapi segala bentuk ancarnan, tantangan, hambatan, dan gangguan. Menciptakan ketahanan lingkungan bukanlah hal yabg sulit.

Kuncinya adalah kebersamaan. Di antara penghuni lingkungan Au, Siskamlong misalnya, buka sekedar jaga malam, tetapi di situ ada nilainilai kebersamaan yang bisa dikembangkan sehingga paradigma tugas jaga bisa diganti uang harus ditepis dan dihindaro. Kecenderungan yang terjadi di kota-kota besar dan mulai merembet ke kota-kota kecil adalah sikap egais yang hanya mementingkan diri sendiri. Padahal dengan kebersamaan, kita bisa mengenal lebih dekat sesama penghuni suatu lingkungan, mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan hingga Kecamatan dan secara bersama-sama pula membangun ketahanan lingkungan. Inilah karakter yang hendak kita bangun bersama, yang bila bisa ditumbuhkembangkan di satuan- satuan sosial yang lain, secara bersama-sama akan menjadi tulang punggung dalam terwujudnya karakter bangsa sebgai modal utama membangun ketahanan nasional. Dan, hanya dengan pendekatan bottom up-yaitu mulai dari diri sendiripembaruan karakter bangsa dapat terwujud. Katakanlah misalnya kita memiliki kara.kter yang mulia, tetapi nilai-nilai yang mulia itu tidak akan dengan sendirinya terpancar dalam kehidupan kkita sehari-hari seandainya kita mengawinkannya dengan tindakan-tindakan yang bertentangan atau tindakan yang tidak mulia. Bayangkan saja, seandainya mereka yang mempunyai jabatan atau kedudukan penting tergerak untuk mulai memperbaiki diri sendiri maka mereka sekaligus akan menjadi panutan baik bagi keluarga maupun bawahan mereka. Sungguh ini akan menjadi suatu gerakan yang luar biasa indahnya bagi kehidupan bangsa. Dalam hal ini, budaya bergantung atau bercermin atau meniru pada pimpinan, yang semula berkonotasi negatif, dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan kebiasaan positif bawahan. Pendeknya, sekali saja kita bertekad menumbuhkan ketahanan pribadi maka efek bola salju pasti akan terjadi. Dan, jika ini berlangsung pada lebih satu pribadi, bisa dibayangkan berapa efek bola salju akan terjadi. Melihat hal ini, kita boleh optimis bahwa masih ada harapan bagi hari depan bangsa Indonesia yang lebih cerah.

BAB IV TANTANGAN DEMOKRASI

Belajar dari George Washington Peristiwa mei 1998 tentu masih sangat kuat adad dalam ingatan kita. Sebuah peristiwa yang sangat panjang dan melelahkan akhirnya berubah lengsernya presiden RI yang ke-2, Soeharto, dari tampuk kepemimpinan nasional. Kala itu, pernyataan pengunduran diri soeharto disambut dengan tempik sorak anak bangsa, baik sudah berhari-hari menduduki gedung rakyat maupun hanya mengikuti detik-detik menegangkan itu lewat televise dan radio. Namun, kegembiraan itu tidak lama karena Soeharto secara sepihak menyerahkan tampuk kepemimpinannya kepada wakilnya, Habibie. Banyak orang tahu, sejak di Makasar dulu Habibie sudah menganggap Soeharto sebagai ayahnya sendiri. Karena itu, Soeharto membacakan pasal 8 UUD 1945, Habibie tampak ragu-ragu maju kedepan berdiri menggantikan posisi sang ayah. Soeharto maklum, ada semacam perasaan kurang enak pada habibie saat itu. Dengan tangan terbuka , Soeharto menyilakan pemegang tongkat estafet kepresidenan setelah dirinya itu maju. Lalu tanpa ekspresi dia mundur. Sambil menyilangkan kedua tangannya kedepan, wajahnya nyaris tanpa ekspresi menyksikan Habibie mengalah. Saat itu Habibie tampak gugup. Tangannya gemetaran ketika memegang teks sumpah presiden yang akan diucapkannya. Ia seakan tak percaya peristiwa yang tengah terjadi. Harapan mempunyai presiden baru yang barangkali sempat menyesaki dada tiap anak bangsa saat itu, yang selama 32 tahun lebih seolah kehilangan hak untuk memiliki harapan itu, mengenduk kembali. Peristiwa ini seolah hendak menggenapi sinisme yang berkembang luas di masyarakat bahwa menjadi presiden di negeri ini hanya boleh sebatas pada cita-cita semasa kanak-kanak. Oleh karena itu,tidaklah mengherankan bila hingga hari ini, setiap kali ada peristiwa ganti presiden, disambut masyarakat dengan antusiasme tinggi, bahkan terkadang berlebihan. Boleh dibilanh, saat ini kita sedang berada dalam fase senang-senangnya ganti presiden. Tetapi, sekaligus menunjukkan bahwa kita masih belum menemukan sosok yang benar kepabel dan

layak. Forum-forum demokrasi sering berubah menjadi ajang caci maki dan saling menjatuhkan. Bahkan tak luput ketinggalan praktik-praktik jual-beli suara pun dimainkan.8 Washington melihat adanya potensi akumulasi kekuasaan pada individu presiden. Berbeda dengan Soeharto yang bertahan memimpin negeri ini selama enam periode berturut-turut, presiden pertama Amerika, George Washington, justru menolak ketika diminta oleh rakyatnya untuk menjadi presiden yang ketiga kalinya. Akan tetapi dengan penuh kearifan dia tidak menerima desakan itu. Ssat itu Washington dihadapkan pada dua pilihan. Disatu sisi dia menyadari sebagai satu-satunya figure yang mampu menyatukan seluruh kekuatan di Amerika, sekaligus disegani oleh Inggris dan Perancis. Di sisi lain, Washington melihat adanya potensi akumulasi kekuasaan pada individu presiden. Meski, Washington tidak berniat untuk mengakumulasi kekuasaan, ia sadar bahwa pilihannya akan dijadikan rujukan oleh presiden berikutnya. Apalagi pada saat itu konstitusi Amerika belum membatasi jumlah masa jabatan seorang presiden. Padahal, seandainya ia mau, ia dapat dengan mudah mengusahakan amamdemen atau perubahan konstitusi. Bahkan, melihat reputasi dukungan rakyat dimasa itu, para sejarawan percaya bahwa Washington bisa dipilih setiap empat tahun sekali sampai akhir hayatnya. Namun, hal itu tidak dilakukannya demi sebuah keteladanan untuk memenuhi komitmen pada bangsa dan Negara. Washington akhirnya berpendapat bahwa meski konstitusi membenarkan, cita-cita untuk berdemokrasi akan sulit tercapai bila presiden dipilih berkali-kali. Oleh karena itulah, ia memilih membatasi diri. Dengan suka reela ia berhenti dan mengakhiri masa jabatannya setelah dua periode pada 4 maret 1787. Setelah lebih dari 150 tahun sejak tradisi dua periode cukup ini dicanangkan oleh Washington, kongres AS melakukan baru amandemen dalam konstitusi. akhirnya, sejak 1959 konstitusi AS secara resmi membatasi masa jabatan seorang presiden menjadi dua periode.

Basofi Soedirman (2003) Antara Pena dan Pedang. Surabaya

Anies Basweden, Menjadi Mantan Presiden: Tradisi Politik di Amerika, dalam penerbitan kompas, reformasi kehidupan bernegara: dari krisis ke reformasi (Jakarta: Penerbit Harian Kompas, 1999), hl. 77. Keberanian Washington untuk menolak dipilih kembali pada periode ketiga merupakan tonggak penting dalam tradisi demokrasi dunia.

Teladan yang ditunjukkan oleh George Washington rupanya tidak sia-sia dan terus melekat kuat didalam ingatan bangsa Amerika Serikat. Misalnya saja pada saat terjadi persaingan ketat antara George W.Bush dengan Al Gore dalam merebut kursi kepresidenan di Amerika Serikat. Setelah Bush dinyatakan menang, secara jantan dan tegas Al Gore menyatakan: saya terima keputusan itu dan saya ucapkan selamat atas terpilihnya anda sebagai presiden Amerika Serikat, betapapun saya tidak setuju dengan keputusan itu, saya sebagai pribadi, sebagai warga Negara, dan sebagai partai siap membantu anda demi kepentingan Amerika Serikat. Al Gore seolah mengulang kembali apa yang pernah dilakukan oleh George Washington, yaitu menunjukkan keteladanan untuk memenuhi komitmen kepada bangsa dan Negara, dengan mengesampingkan kepentingan pribadi, kelompok dan partai. Berbeda dengan di Amerika Serikat, proses pergantian presiden di Indonesia rupanya selalu menyisakan pro kontra. Dimulai dari peralihan kepemimpinan presiden RI ke-1, Soekarno, kepada presiden RI ke-2, Soeharto, yang hingga hari ini dipercaya didasarkan atas sebuah surat perintah asli yang masih simpang siur, begitu pula dengan isi dari Supersemar. Berikutnya setelah berkuasa selama 32 tahun, Soeharto harus turun dari jabatannya karena adanya desakan dari rakyat. Lewat sebuah prosesi singkat-darurat di Istana Negara, secara sepihak ia menyerahkan tampuk kepemimpinan RI kepada wakilnya, Habibie, menjadi presiden RI ke-3. Hingga hari ini pun, cara yang digunakan Soeharto masih sering dipertanyakan keabsahannya menurut konstitusi. Habibie tidak berkuasa terlalu lama, sebab tak lama setelah ia menjadi presiden , rakyat menghendaki diselenggarakannya pemilu yang diharapkan lebih demokratis. Dalam kalkulasi politik Habibie, peluang terbesar baginya untuk bertahan sebagai presiden hanya akan dating

jika dia dapat mengambil alih merealisasikan berbagai tuntutan yang dilontarkan oleh kaum penentang utama orde baru, khususnya kaum mahasiswa dan kelas menengah kota serta para pemimpin mereka. Cita cita demokrasi Disini, kesalahan kita adalah membangun nilai bahwa kepemimpunan itu tunggal, dan bahwa kepemimpinan itu identik dengan kekayaan. Seperki dicatat oleh Juwono Sudarsono, kultur politik itulah yang ada di bangsa kita, Oramng yang memegang kekuasaan politik cenderung memperbesar simpanan harta clan kekayaannya. Simpanan itu bukan semata-mata demi kepentingannya, namun juga untuk mempertahankan jumlah bawahan dan pengikut yang berjuang bersamanya). Sebuah fakta pahit yang menjadi agenda bagi kepemimpinan clan pemimpin masa depan. Bahwa kepemimpinan adalah perkara tanggung jawab, bukan semata-mata hak dan kewenangan. Namun demikian, sungguhlah tidak mudah menyusun kriteria pemimpin masa depan bagi Indonesia. Seorang pemimpin yang ideal adalah yang memiliki kualifikasi dalam bidang pengetahuan, keterampilan; watak terpuji; jiwa, kerohanian, spiritualitas; tuntunan ilahi. Kita menyadari bahwa untuk soal kepandaian dan kappabilitas mungkin bangsa kita tidak kekurangan figur. Tetapi, untuk menemukan figur yang memiliki kemampuan otak sekaligus hati naruni dan karakter yang baik, rasanya kita sangat sulit menemukannya.9 Seorang pemimpin yang ideal adalah yang memiliki kualifikasi dalam bidang pengetahuan, keterampilan; jiwa, kerohanian, spritualitas; tuntunan ilahi. Selamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara Jalan membangun sumber daya manusia yang unggul belumlah tertutup, tetapi juga tidak mudah. Sebab, keunggulan seseorang sangatlah berbeda. Bila pengetahuan menguasai manusia maka yang akan hadir antara lain adadalh figur-figur pengacara yang berprinsip membela yamg bayar, akuntan yang memenipulasi neraca, fisikawan
9

Juwono Sudarsono, (1982) Politik dan Pembangunan (Jakarta: Rajawali, 1982).

yang membengun senjata pembunuh, dokter yang membuka praktik aborsi. Sementara, manusia hanya bisa menguasai pengetahuan jika manusia memiliki bekal nilai moral adan peradaban yang memadai yamg membuatnya tidak mudah mengalah pada pengetahuan. Sungguh suatu tantangan yang besar bagi bangsa ini di saat kehidupn masyarakatnya sedang mengalami keterpurukan, dimana terjadi kesenjangan dan inkonsistensi antara nilai-nilai yang diajarkan di seklah dengan yang diteladankan dirumah, lingkungan, dan yang menjadi wacana di media massa cetak dan elektroik. Benar, di sekolah sekarang mulai diajarkan kemabli mata pelajaran budi pekerti. Tatapi, apa jadinya bila yang diajarkan di kelas sangat bertolak belakang dengan praktik yang berlaku di luar kelas. Inkonsistensi nilai ini misalnya, di keluraga ditanamkan nilai hormat kepada orang tuan, di sekolah diajarkan kecintaan kepada negara, di sekolah dan tempat ibadah diajarkan tentang takut kepada takut, namum di jalan bertemu dengan orang-orang tuayang tidak patut dihormati, meyaksikan wakil rakyat saling baku hantam di gedung rakyat, demonstrasi massa yang membenci negara yang membenci negara, dan media massa yang mengajarkan kebencian satu sama lain. selama puluhan tahun kita merasa tidak wajib turut membangun konsistensi nilai-nilai moral masyarakat. Kita seolah menutup mata bahwa dalam mengajarkan moral juga melekat fungsi teladan. Pelajaran budi pekerti bukanlah suatu hal yang baru. Ia hanya sempat hilang dan digantikan dengan pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) dan P4. Akan tetapi, keduanya bukanlah penyebab terjadinya kemerosotan moral bangsa ini, hanya karena kurang cukup untuk menjadi acuan moral dan pembangunan adab anak didik. Saat begitu yakin bahwa PMP dan P4 adalah melulu urusan guru dan penatar, bukan lagi menjadi tugas pemimpin bangsa dan unsur-unsur masyarakat yang lain. Akibatnya, selama puluhan tahun kita merasa tidak wajib turut turut membangun konsistensi nilai-nilai moral masyarakat. Kita seolah menutup mata bahwa dalam mengajarkan moral juga melekat fungsi teladan. Sementara, kondisi para guru dan penatar sangat beragam dan

belum tentu semuanya memiliki kadar keteladanan yang baik. Bandingkan dengan singapura atau jepang, di kedua negara tersebut telah terbangun kultur tertib masyarakat, misalnya tidak boleh membuang sampah sembarang tempat. Larangan berlaku sejak di dalam rumah, sekolah, tempat ibadah hingga jalanan. Atau budaya antri yanng sudah kuat mengakar sehingga ketertiban umum semakin terjamin. Ada konsistensi yang dibangun bersama yang akhirnya menjadi ciri budaya bangsa, melahirkan sumber daya manusia yang memiliki bekal moral dan peradaban yang kuat untuk menjadi manusia yang menguasai pengetahuan. Pesimiskah kita dengan kondisi saat ini ? jangan dulu sebab kalau kita mau, kita masih dapat membangun kembali bangsa ini, dimulai dari membangun kembali diri sendiri. Kita harus introspeksi, tidak pernah malu, ibarat pergi ke dokter, kita akan dengan sukarela bercerita tentang keluhan yang kita alami dan bersedia membuka baju untuk diperiksa. Demikian pula dengan instropeksi ini. Semakin jujur, kita akan semakin tahu kondisi diri sendiri apakah termasuk dalam kelompok yang bertindak atas komando hati yang bersih atau bertindak atas dorongan hati yang sakit, kotor, atau terkotori. Tidak ada kata terlambat, sebab membentuk karakter diri merupakan suatu proses yang tiada henti. Sebagai hasil introspeksi, membentuk watak harus dimulai dari menemukan atau menemukan kembali jati diri. Jika kita sudah menemukan atau menemukan kembali jati diri kita, berarti kita telah kembali ke fitrah. Kita telah membuka mata sehingga roh kita kembali memberi sinar pada pemikiran, sikap, dan perilaku kita. Setelah menemukan atau menemukan kembali jati diri, kita coba untuk mewariskan hal itu pada keluarga, lewat sebuah keteladanan. Lalu meningkat pada lingkungan sekitar, meluas, hingga akhirnya menjadi gerakan bersam seluruh bangsa. Jika gerakan moral dan etika ini bisa dilaksanakan niscaya akan menyelamatkan kehidupan berbangsa bernegara di masa depan. Dengan kata lain, upaya pembentukan watak dari diri sendiri (bottom up) bertujuan untuk menghasilkan panutan. Selanjutnya setelah ada panutan maka keteladanan ini perlu diimplementasikan secara top down. Sebagai contoh, bila seseorang bersetatus sebagai kepala keluarga maka ia wajib menularkan keteladanan watak telah diupayakannya itu kepada Upaya pembentukan yang dari diri sendiri (bottom up) bertujuan untuk menghasilkan panutan. Selanjutnya setelah ada panutan maka keteladanan ini perlu diimplementasikan secara top down.

anggota keluarga. Apabila ia juga menjabat sebagai pengurus RT maka ia pun wajib menularkannya pada warganya. Demikian seterusnya, semakin penting kedudukan seseorang di dalam masyarakat maka semakin banyak ia dapat mengimplementasikannya keteladanan secara top down. Upaya pembentukan watak dari diri sendiri (bottom up) bertujuan untuk menghasilkan panutan. Selanjutnya setelah ada panutan maka keteladanan ini perlu diimplementasikan secara top down. Seratusan partai baru pun bermunculan, meski tidak semuanya boleh menjadi peserta pemilu. Pemilu 1999 akhirnya dimenangkan oleh PDI-P Pimpinan Megawati Soekarnoputri. Namun, jalan Megawati menjadi presiden RI ke-4 tidaklah lempang karena terus diganjal dari berbagai arah. Dan, lewat suatu kompromi politik muncullah nama Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai calon presiden. Gus Dur adalah yang terbaik diantara yang terburuk, tetap saja ia bukan yang terbaik dalam arti sebenarnya. Kekurangan terbesar Gus Dur adalah kelemahan fisiknya dan rencahnya kopetensi managemennya. Sehingga presiden RI ke-4 inipun tidak bertahan lama dan harus turun dari kursi kepresidenan melalui sebuah konflik yang menyedihkan antara eksekutif dan legislative. Ia digantikan oleh wakilnya, Megawati Soekarnoputri, yang kemudian menjadi presiden RI ke-5. Sungguh melelahkan mencermati pergantian kepemimpinan nasional kita selama ini. Rasanya sulit menemukan bentuk-bentuk keteladanan memenuhi komitmen karena yang muncul ke permukaan justru perangai perebutan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.

BAB V PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI-NILAI NASIONALISME Teknolgi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dn dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh mafaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja,ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih siuk dengan menggunakan handphone. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yng tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderun cuek tidak ada rasa perduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat. Jika pengaruh-pengaruh di atas di biarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap badaya bangsa sendiri dan rasa perduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme? Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negative globalisasi terhadap nilai nasionalisme.

ANTISIPASI

PENGARUH NEGATIF GLOBALISASI TERHADAP NILAI NASIONALISME Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme atara lain yaitu : 1. Menumbuhkaan semangat nasinalisme yang tangguh, misal semangat mencintaiproduk dalam negeri. 2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya. 3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya. 4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya. 5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideology, ekonomi, sosial badaya bangsa. Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh gobalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa. Nasionalisme adalah suatu paham yng menciptakan dan mempertahankan kedaulatansebuah Negara (dalam bahasa inggris nation) dengan menwujudkan suatu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Para nasionalis mengangap negara adalah berdsarkan beberapa kebenaran politik (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu indentitas budaya, dbat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumer dari kehendak rakyak, atau gabungan kedua teori itu. Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankn diri sangat berperan dan mendorong mereka utuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup an menggantungkan diri. Dari sinilah sikap bakal timbulnya ikatan ini, yang nitabene lemah dan bermutu rendah, ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasananya

aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu sinalah kekuatan ini. Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepaa amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinytakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme mengasingan dan sebagian. BEBERAPA BENTUK NASIONALISME Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (buan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Katagori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebagian atau semua elemen tersebut. Nasionalisme kewargangaraan (atau nasioalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaana aktif rakyatnya kehendak rakyat; perwakilan politik. Teori ini mula-mula dibangun leh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku yang berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia Mengeni Kontrak Sosial). Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.dibangun oleh Johann Gottfrien Von Hender, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk rakyat). Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi (organik) hasil daribangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalsisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik, misalnya Grimm

Bersaudara yang dinukilkan oleh hender merupakan koleksi kisah kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimmana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya sifat keturunan sepeti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinastiQing untuk mengunakan adat istiadat t Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab peraaan badaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT berpaham komunisme. Nasionalisme keegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah nasional state adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayapkanan di Spanyol, serta sikap Jacobin terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau korsika. Secara sistematis, bilamana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintah pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walapun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme

bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.10 Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut denga Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan. Nasionalisme adalah sebuah ideologi yang tergolong paling mutakhir dalam pemahaman politik nasional. Dalam puncak pencapaian ide polotiknya akan menghasilkan sebuah sistem polotik nation state (negara bangsa) sebagai sebuah entitas politik yang kuat di tengahtengah lingkungan umat manusia di dunia kehidupan ini (Yudi Syamsudi, 200) Yogyakarta.11 Namun, nasionalisme harus dibentuk dan dibangun secara manifestasi malalui berbagai teori dan praktek sehingga mampu menghasilkan sebuah paradigma dan realita. Dalam membangun ide nasionalisme secara utuh memerlukan pemahaman dan organisasi berbasis gerakan untuk bertransaksi secara sosial dengan masyarakat, sehingga pada akhirnya terjadi interaksi kuat antara organisasi dan massa dalam satu ide, yaitu nasionalisme. Indonesia saat ini memerlukan genre baru untuk mereinterpretasikan ide nasionalisme yang secara fundamental telah dibangun oleh founding father seperti Soekarno. Soekarno kita akui sebagai individu yang mampu membentuk nasionalisme Indonesia dengan membangun satu sistem berantai melalui penyatuan kepentingan. Dari kalangan islam dan sekuler pada saat itu. Namun, dalam proses pembangunan tahap awal ideologi nasionalisme nampak terjadi dikotomi antara islam dan nasionalisme itu sendiri.

10

Oetomo Jakob (1990) Menuju Masyarakat Baru Indonesia dan Antisipasi Masyarakat terhadap Tantangan Abad XXI Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 11 Yudi Syamsudi (2008) Suatu Bangsa Harus Memiliki Nasionalisme Yogyakarta

Kita harus mengakui sebuah gagasan dalam masyarakat Indonesia yang majemuk tentu memerlukan proses. Dimana proses tersebut tentu merupakan proses bersejarah dalam suatu bangsa. Saat ini nasionalisme sudah menjadi rapuh. Tentu kita harus mulai menghidupkan kembali spirit dan etika nasionalisme sebagai sebuah praktek politik negara dan masyarakat dalam konteks Indonesia kekinian di tengah-tengah arus milenium ke-3. Sumber dari kekuatan ideologi nasionalis saat ini memang belum ditemukan oleh banyak orang Indonesia sehingga ketika kita mencari arus apa yang seharusnya berada di depan kita sebagai energi yang menuntun kemajuan nasional negara dan masyarakat kita seringkali bimbang dan gelap. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan ini sebuah organisasi polotik harus mampu menentukan sumber ideologi nasionalisme. Sekaligus mampu ueyawvarra pun meorogr nasionalisme memilik dua organ penuh dalam kehidupannya, yaitu Rakyat dan Negara. Dua organ penting ini dalam gagasan gerakan politik ketika kita mengkategorikan dalam ruang struktur politik maka terbentuk rumusan politik untuk merangkai menjadi dua sistem yaitu sistem masyarakat dan sistem negara. Dua sistem negara dan masyarakat ini harus dimulai dari pembentukan sistem masyarakat secara civil society, yang mampu melahirkan berbagai ide ekonomi, polotik, pertahanan, sosial dan bedaya dalam sebuah sistem yang benar-benar solid dan siap ketika sistem ini bertransformasi menjadi sistem negara. Dari basis gerakan civil society tersebut ketika terjadi transformasi politik ke arah sistem negara akan menghasilkan sistem negara secara civil state. Menggerakka menjadi kekuatan utama dalam pencapaian tujuan politiknya. Sebenarnya sangat mudah kita temukan dimana sumber ideologi tersebut jika kita telah mencapai kesadaran penuh dengan kualitas yang sehat. Karena ideologi nasionalisme itu bersumber pada mainstream persatuan dan kesatuan. Namun, pemahaman akan persatuan dan kesatuan sering kali menjadi kesalahan dalam ide dan prakteknya sehingga kita berbicara tentang nilai tersebut kita tidak mapu mengambil kekuatan intinya.

Persatuan dan kesatuan memiliki arti independen organik, atau sosial liberal dalam konteks manifestasinya. Independen organik ini berarti sebuah penyatuan sosial secara individual dan kolektif ketika kita sebagai menusia tersadarkan melului nalar, perasaan, dan gerakan kemanusiaan untuk suatu keadilan, kemakmuran, dan kemajuan. Dari sumber kekuatan nasionalisme ini kita akan bergerak ke arah revolusi nasional sebagai gerakan perlawanan terhadap kejahatan dan ketidakadilan sistem yang mengatur manusia untuk kepentingan nafsu dan syahwat. Namun, dalam memaknai revolusi kita harus menyadari juga bahwa revolusi nasionalisme yang dimaksud di sini bukanlah revolusi berdarah yang meghadirkan konflik dan perpecahan nasional, karena kembali pada sumber ide nasionalisme itu sendiri yaitu persatuan dan kesatuan. Lantas revolusi seperti apakah yang seharusnya dicapai. Pertama kalinya adalah revolusi mental. Mental merupakan kekuatan utama yang akan menjadi motor penggerak kekuatan perubahan yang manifestinya menuju pada kemajuan ekonomi, politik, pertahanan, sosial dan budaya. Kemudian jika dipertanyakan lagi apa yang menjadi obyek ideologi nasionalisme. Indonesia tersebut. Tentu obyek pelaksanaan proyeknya adalah menghapuskan kemiskinan, kebodohan, kemalasan, dan ketertindasan rakyat Indonesia. Karena bagaimana pun ideologi nasionalisme memilki dua organ penting dalam kehidupannya, yaitu Rakyat dan Negara. Dua organ penting ini dalam gagasan gerakan politik ketika kita mengkategorikan dalam ruang struktur politik maka terbentuk rumusan politik untuk merangkai menjadi dua sistem yaitu sistem masyarakat dan sistem negara. Dua sistem negara dan masyarakat ini harus dimulai dari pembentukan sistem masyarakat secara civil society, yang mampu melahirkan berbagai ide ekonomi, politik, pertahana, sosial, dan budaya dalam sebuah sistem yang benar- benar solid dan siap ketika sistem ini bertransformasi menjadi sistem negara. Dari basis gerakan civil society tersebut ketika terjadi transformasi politik ke arah sistem negara akan menghasilkan sistem negara secara civil state.

Ide ini akan mampu menjadi realistis ketika instrumen politiknya pun merupakan instrumen politik yang rasional yaitu partai politik. Karena partai politik dalam berbagai kajian ilmu politik modern merupakan organisasi politik yang legal untuk menjadi kekuatan signifikan dalam proses perubahan negara dan masyarakat. Saat ini kita sedang dalam proses menuju pemilihan umum sebagai sebuah prosesi suksesi politik yang konstitusional. Untuk mendorong terbentuknya Indonesia Masa Depan saat ini rakyat tengah menunggu munculnya partai yang mampu dan berani melahirkan kembali ideologi nasionalisme. Dan, bergerak melalui praktek revolusi. Baik sebelum dan sesudah terbentuknya Kepemimpinan Nasional Indonesia Maa Depan, yang ditentukan oleh dukungan massa yang akan memenangkannya pada Pemilu 2009. CIRI CIRI GLOBALISASI Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barangbarang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO). Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi

beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.?

TEORI GLOBALISASI Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:12 Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negaranegara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. Meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenranya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa

12

Cochrane dan Paine Globalisasi dengan Tiga Posisi Teoritis Kompas Pebruari 2009

sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi). Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi tengah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teroritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai seperangkat

Hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung. Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan. SEJARAH GLOBALISASI Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Berkas Contoh : Mcdonalds

Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluruh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama- nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia. Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besarbesaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antarbangsa dunia. Berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saati ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia. Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini. Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai nenyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur. REAKSI MASYARAKAT GERAKAN PRO-GLOBALISASI

Pendukung globalisasi (sering disebut juga dengan proglobalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efisien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya. Salah satu penghambat utama terjadinya kerja sama diatas adalah adanya larangan-larangan dan kebijakan proteksi dari pemerintah suatu negara. Di satu sisi, kebijakan dapat melindungi produksi dalam negeri, namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang impor sehingga sulit menembus pasar negara yang dituju. Para pro-globalisme tidak setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka menginginkan dilakukannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat ditekan,akibatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan meningkat, kemakmuran akan meningkat dan begitu seterusnya. Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank Dunia dan IMF, mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu negara, bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak pinjaman yang mereka berikan jatuh ke tangan para diktator yang kemudian menyelewengkan dan tidak menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang negara, dan sebagai akibatnya, tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingkat kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat konsumsinya; termasuk konsumsi barang

impor, sehingga laju globalisasi akan terhambat dan -- menurut mereka -- mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia.

GERAKAN ANTI GLOBALISASI Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Antiglobalisasi dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya. Namun, orang-orang yang dicap antiglobalisasi sering menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah lainnya. GLOBALISASI PEREKONOMIAN Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi atau perdagangan, dimana Negara-negara diseluruh dunia menjadi satu kakuatan pasar yang semakinterintegrasi tanoa rintangan batas territorial Negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas Negara akan menjadi kabur dan keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar intrnasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: Globalisasi produksi, daimana perusahaan berproduksi di negra, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini

dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tariff bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global. 13 Kehadiran tega kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenga kerja. Globalisasi pembiayaan, perusahan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak suatu sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan system pembaiyaan dengan pola BOT (build-operatetransfer) brsama mitra usaha dari manca Negara. Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasn ya, seperti pengunaan staf professional dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman intrnasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human mov ement akan semakin mudah dan bebas. Globalisasi jaringan infomasi. Masyarakat suatu Negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari Negara-negara di seluruh dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC , celana jeans levis , atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya selera msyarakat dunia baik yang berdomisili di seluruh kota ataupun di desa menuju pasar selera global. Globslisasi perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdan gan dan persaingan menjadi semakin cepat,ketat, dan fair. Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah menjadi sebuah intesifikasi secara dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian
13

Tantri Abeng, (2004) Pola Manajemen Berdasarkan TI di Era Globalisasi

nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai adanya kekuatan pesar dunia. KEBAIKAN GLOBALISASI EKONOMI
a) Produksi global dapat dikatakan

Pandangan ini sesuai dangan toeri Keuntungan Komparatif dari David Ricardo. Melalui spesialisai dan perdgangan factor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efisien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang seharusnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan
b) Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu masyarakat dalam suatu negara

Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih b aik dengan harga yang lebih rendah.
c) Meluasnya pesar untuk prduk dalam negeri

Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dalam pasar negeri.
d) Dapat meperoleh lebih b anyak modal dan teknologi yang lebih baik

Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta ter didik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
e) Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.

Pembangunan sektor industry dan berbagai sektor lainya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swsata domestic. Perusahaan domestic ini sering kali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. Dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.

KEBURUKAN GLOBAL EKONOMI a) Menghambat pertumbuhan sector industry

Salah satu efek dari globalisasi adalah berkembangnya sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyababkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan proteksi kepada industri yang berkembang (infant industy). Dengan demikian, perdangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepaa Negara berkembang untuk memajukan sektorindustri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
b) Memperburuk neraca pembayaran

Globalisasi cenderung menaikan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negra tidak mampu bersaing, maka ekspor bekembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran noto pendapatan factor produksi dari luar negeri cenderung lebih deficit. Investasi asing akan bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) Investasi ke luar negeri semakin meningkat.Tidak berkembangnya ekspor dapat berkembang buruk terhadap neraca pembayaran.
c) Sektor keuangan semakin tidak stabil

Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal)portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham.Ketika pasar saham sedang meningkat , dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah baik dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestic merosot. Ketidak setabilan di sector keuanagan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
d) Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang

Apabila hala hal yang dinyatakan diatas berlaku dalam suatu Negara, maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak

stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi.Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguaran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangaka panjang suatu Negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah social-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.
GLOBALISASI KEBUDAYAAN

Sub-kebudayaan Punk, adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembangsecara global. Globalisasi mempengaruhi hamper semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya.Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai nilai (values ) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam pikiran. Aspek-aspek kejiwaaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai da budaya tertentu keseluruhan dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture ) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat didunia ini Namun perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontamfisik sebagai saana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

CIRI BERKEMBANGNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN

1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional. 2. Penyabaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya. 3. Berkembangnya turisme dan pariwisata. 4. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu Negara ke Negara lain. 5. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sugardo (2002 )Keunggulan Trigatra Lemhanas Jakarta 2. Chaidir Basri ( 2001 ) Wawasan Nusantara sebagai Cara Pandang Bangsa IndonesiaProgram Studi, S2 Tanhas Jakarta 3. Lemhanas ( 2005 ) Bunga Rampai, Jakarta 4. Muladi (2007 ) Ketahanan Nasional Kaitannya dengan Ketahanan NasionalLemhanas Jakarta 5. Soemarno Soedarsono ( 2000 ) Penyemaian Jati Diri Bangsa Media Komputindo Jakarta 6. Soeharto (1998 ) Mejinakkan Ekonomi Gramedia Pustaka Utama Jakarta 7. Erry Riyana Harjopamukas Pembinaan Kelembagaan Dalam rangka Penegakan Good Govermance, Masyarakat Transparasi Indonesia (2002 ) Jakarta 8. Nicollo Bernardo Machiavelli ( 1469-1527 ) dalam bukunyaThe Prince / Sang Pangeran. 9. Basofi Soedirman (2003) Mantan Gubernur Jawa Timur Anta Pena dan Pedang Surabaya 10. Samuel Huntington (1995), Gelombang Demokrasi Ketiga, Edisi Terjemahan Grafitri Jakarta.Herbert Feith, Pemilihan Umum tahun 1995 di Indonesia, Edisi Terjemahan Kepustakaan Populer Gramedia, 1999 Jakarta 11. Herbert Feith; Pemilihan Umum tahun 1955 di Indonesia, Edisi Terjemahan Kepustakaan Populer Gramedia, 1999 Jakarta 12. Rian Nugroho Dwijowijoto Teori Mengejar Layang-Layang media Komputindo, 2001 Jakarta. 13. Juwono Sudarsono (1982) Politik dan Perkembangan Rajawali Jakarta 14. Umar Kayam (budayawan) 2000 Membudayakan Budaya Kesadaran Sendiri Yogyakarta 15. Koento Wibisono (2001) Pembentukan Watak Berawal dariDiri SendiriUGM Yogyakarta

16. Edison A. Jamil (2005) Pendidikan Kewarganegaraan, Sinar Obor Bandung. 17. Kresna (2005) Pengaruh Globalisasi Terhadap nilai nila Nasionalisme Jakarta 18. Tri Darmiyati (2008) Efek Dari Globalisasi (Kompa< Mei 2008) Jakarta 19. Oetomo Jakob (1990) Menuju Masyarakat Baru Indonesia dan Antisipasi Terhadap Tantangan Abad XXI Gramedia Jakarta 20. Yudi Syamsudi (2008) Suatu Bangsa Harus Memiliki NasionalismeYogyakarta. 21. Cochrane dan Paine Globalisasi dengan Tiga Posisi Teoritis Kompas Pebruari 2009 22. Tantri Abeng (2005) Globalisasi Ekonomi Abad XXI tdak Bisa Dihindari Jakarta 23. Lucian W Pye (1966) World Culture Globalisasi Kompas 2006 Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai