Kelas : A
Prodi : Ilmu Hukum
NPM: 2274201026
BAB 11
GEOPOLITIK INDONESIA DAN WAWASAN NUSANTARA
Secara konsepsional, wawasan nusantara merupakan wawasan nasional bangsa Indonesia. Perumusan
wawasan nasional bangsa Indonesia yang selanjutnya disebut Wawasan Nusantara merupakan salah satu
konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Wawasan Nusantara sebagai wawasan
nasional bangsa Indonesia dibangun atas pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia
didasarkan pada konstelasi lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi Wawasan
Nusantara.
Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan
berasal dari kata Wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan, dan penglihatan
indrawi. Jadi, wawasan adalah pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan
berarti pula cara pandang dan cara melihat. Adapun Nusantara berasal dari kata nusa dan antara.
Nusa berarti pulau atau kesatuan kepulauan. Sedangkan antara Berarti menunjukkan letak antara
dua unsur. Jadi, Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu
Benua Asia dan Australia, serta dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Berdasarkan pengertian modern, kata "Nusantara" digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.
Secara terminologis, wawasan menurut beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut.
a. Menurut Prof. Wan Usman, Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam.
b. Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya, dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
c. Menurut kelompok kerja, Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi Tap. MPR, yang
dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional. Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut, secara sederhana Wawasan Nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap
diri dan lingkungannya.
2. Hakikat Wawasan Nusantara
Kita memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi, hakikat
Wawasan Nusantara adalah keutuhan dan kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat
Wawasan Nusantara adalah persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara diwujudkan dengan menyatakan
kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.
3. Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Wawasan nasional merupakan visi
bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan
konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan
utuh pula. Kedudukan Wawasan Nusantara sebagai salah satu konsepsi ketatanegaran Republik
Indonesia.
B. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
1. Geopolitik sebagai Ilmu Bumi Politik
Secara etimologi geopolitik berasal dari bahasa Yunani, yaitu geo yang berarti bumi dan tidak
lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang menjadi wilayah hidup. Geopolitik
dimaknai sebagai penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-
masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
Istilah geopolitik pertama kali diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi politik
(political geography) yang kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen menjadi geographical politic,
disingkat geopolitik. Adapun teori-teori geopolitik sebagai berikut.
a. Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904) berpendapat bahwa negara itu seperti
organisme yang hidup. Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme yang
memerlukan ruang hidup (lebensraum) yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur. Semakin
luas ruang hidup, negara akan semakin bertahan, kuat, dan maju. Teori ini dikenal sebagai teori
organisme atau teori biologis.
b. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1864-1922) menyatakan bahwa negara adalah satuan dan
sistem politik yang menyeluruh yang meliputi bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik
sosial politik, dan krato politik. Negara sebagai organisme yang hidup dan intelektual harus
mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan melakukan ekspansi. Teori
Geopolitik Karl Haushofer (1896-1946), melanjutkan pandangan Ratzel dan Kjellen terutama
pandangan tentang lebensraum dan paham ekspansionisme. Jika jumlah penduduk suatu wilayah
negara semakin banyak sehingga tidak sebanding lagi dengan luas wilayah, negara tersebut harus
berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup bagi warga negara. Untuk mencapai
maksud tersebut, negara harus mengusahakan hal-hal berikut.
1) Autarki, yaitu cita-cita untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bergantung pada negara lain.
2) Wilayah-wilayah yang dikuasai (pan-regional), yaitu:
a)Pan Amerika sebagai "perserikatan wilayah" dengan Amerika Serikat sebagai pemimpinnya;
b) Pan Asia Timur, mencakup bagian timur Benua Asia, Australia dan wilayah kepulauan di
mana Jepang sebagai penguasa;
c) Pan Rusia India yang mencakup wilayah Asia Barat, Eropa Timur, dan Rusia yang dikuasai
Rusia;
d) Pan Eropa Afrika mencakup Eropa Barat, tidak termasuk Inggris dan Rusia dikuasai oleh
Jerman.
Teori geopolitik Karl Haushofer ini dipraktikkan oleh Nazi Jerman di bawah pimpinan Hittler
sehingga menimbulkan Perang Dunia II. d. Teori Geopolitik Halford Mackinder (1861-1947),
mempunyai konsepsi geopolitik yang lebih strategik, yaitu dengan penguasaan daerah daerah
"jantung" dunia sehingga pendapatnya dikenal dengan teori daerah Jantung. Barang siapa
menguasai "daerah jantung" (Eropa Timur dan Rusia), ia akan menguasai pulau dunia (Eropa,
Asia, dan Afrika) yang pada akhirnya akan menguasai dunia. Berdasarkan hal ini, muncullah
konsep Wawasan Benua atau konsep kekuatan di darat.
e. Teori Geopolitik Alfred Tayer Mahan (1840-1914), mengembangkan lebih lanjut konsepsi
geopolitik dengan memerhatikan perlunya memanfaatkan dan mempertahankan sumber daya laut
termasuk akses ke laut. Dengan demikian, tidak hanya pembangunan armada laut yang
diperlukan, tetapi lebih luas juga membangun kekuatan maritim. Berdasarkan hal tersebut,
muncul konsep Wawasan Bahari atau konsep kekuatan di laut. Barang siapa menguasai lautan,
akan menguasai kekayaan dunia.
f. Teori Geopolitik Guilio Douhet (1869-1930), William Mitche (1878 1939), Saversky dan
J.F.C. Fuller, mempunyai pendapat lain dibandingkan dengan para pendahulunya. Mereka
melihat kekuatan dirgantara lebih berperan dalam memenangkan peperangan melawan musuh.
Oleh sebab itu, mereka berkesimpulan bahwa membangun armada atau angkatan udara lebih
menguntungkan karena angkatan udara memungkinkan beroperasi sendiri tanpa dibantu oleh
angkatan lainnya. Di samping itu, angkatan udara dapat menghancurkan musuh di kandang itu
sendiri. Berdasarkan hal ini, muncullah konsep Wawasan Dirgantara (konsep kekuatan di udara).
Teori Geopolitik Nicholas J. Spijkman (1879-1936), terkenal dengan teori Daerah Batas. Dalam
teorinya ia membagi dunia dalam empat wilayah, yaitu:
1) Pivot area, mencakup wilayah daerah jantung;
2) Offshore continent land, mencakup wilayah pantai Benua Eropa Asia;
3) Oceanic Belt, mencakup wilayah pulau di luar Eropa-Asia, Afrika Selatan;
4) New World, mencakup wilayah Amerika.
Atas pembagian dunia menjadi empat wilayah tersebut, Spijkman memandang perlunya
kekuatan kombinasi dari angkatan-angkatan perang untuk dapat menguasai wilayah-wilayah
yang dimaksud. Pandangannya ini menghasilkan teori Garis Batas (Rimland) yang dinamakan
Wawasan Kombinasi.