GEOPOLITIK INDONESIA
TIK:
Setelah mengikuti pokok bahasan ini maka mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan pengertian geopolitik, wawasan nusantara
sebagai geopolitik
Mampu menjelaskan unsur dasar geopolitik Indonesia
Mampu menjelaskan wawasan pembangunan nasional
Mampu menjelaskan bagaimana penerapan geopolitik Indonesia
Referensi :
1. Minto Rahayu, 2007 “Pendidikan Kewarganegaraan” Perjuangan
Menghidupi Jari Diri Bangsa. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta.
2. Noor Ms Bakry, 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. PT. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
3. Kaelan & Achmad Subaedi, 2007. “Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi, PT. Paradigma, Yogyakarta.
4. Syahrial Syahbani, dkk, 2006. “Membangun Karakter dan Kepribadian
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan” PT. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Pertanyaan Kunci
1. Jelaskan pengertian geopolitik
2. Jelaskan unsur-unsur dasar geopolitik Indonesia
3. Bagaimana implementasi geopolitik Indonesia
4. Bagaimana penerapan geopolitik di Indonesia
BAB 7
GEOPOLITIK INDONESIA
A. Konsepsi Geopolitik Indonesia
Geopolitik berasal dari kata geo (kata Yunani, geo = bumi) dan politik
(esensi politik kekuatan), geopolitik berarti kekuatan yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan letak bumi sebagai wilayah hidup dalam
menentukan alternatif kebijaksanaan untuk mewujudkan suatu tujuan.
Geopolitik Indonesia diartikan kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan letak bumi terdiri atas pelbagai pulau antara silang dunia
sebagai wilayah hidup dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional
untuk mewujudkan tujuan nasional.
Geopolitik adalah politik yang tidak lepas dari pengaruh letak dan
kondisi geografis bumi yang menjadi wilayah hidup. Politik dalam
ketatanegaraan berdasarkan tiga hal, yaitu bagaimana menyatukan bangsa
dan nusanya, bagaimana cara berpemerintahan dengan bangsa yang
majemuk, dan bagaimana mensejahterakan bangsa dan rakyatnya. Tiga hal
ini atas dasar tiga pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai
fundamen politik negara.
Politik ketatanegaraan yang mendasarkan pengaruh geografis bumi
maka yang penting adalah manusia yang hidup di atas bumi itulah berperan
sebagai penentu terhadap bumi tempatnya berada, sehingga geopolitik
adalah ilmu tentang pengaruh faktor-faktor geografi terhadap
ketatanegaraan. Keadaan geografi dan demografi Indonesia sebagai negara
terbesar di Asia Tenggara merupakan negara kepulauan (negara maritim),
dimana ± 65% terdiri atas lautan, sedang ± 35% terdiri atas daratan. Daratan
terdiri atas 17.508 pulau maupun gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang
seluruhnya ± 2.028.087 km2. Pulau-pulau yang besar antara lain Sumatra,
Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya (Papua), dan sekitar 6.044
diantaranya memakai nama. Wilayah Indonesia seluruhnya adalah ±
5.193.250 km2. Kepulauan Indonesia bertebaran sebelah menyebelah
khatulistiwa, dengan ketentuan:
Panjang wilayah mencakup 1/8 khatulistiwa.
Jarak terjauh utara-selatan 1.888 Km.
Jarak terjauh barat-timur 5.110 Km.
Terletak di antara 06° 08' LU - 11° 15' LS, dan di antara 94° 45' - 141° 05'
Bujur Timur.
Jumlah luas keseluruhan daratan pulau-pulau yang terpenting 1.849.731
km2.
Luas lautan 2/3 dari seluruh wilayah.
Persebaran penduduk tidak merata, ada yang padat (Jawa, Madura, dan
Bali) dan ada pula yang sangat jarang (Irian Jaya).
Kepulauan Indonesia yang terletak sebelah menyebelah khatulistiwa
ini, wilayah bagian barat adalah daratan lebih menonjol, sedangkan di bagian
timur lautan yang lebih dominan. Di samping itu pada umumnya wilayah
Indonesia adalah subur, kecuali Kalimantan yang sebagian subur dan
sebagian kurang, sedangkan Irian Jaya pada umumnya kurang subur, kecuali
daerah dataran tinggi.
Wawasan Kekuatan
Sehubungan dengan konsep geopolitik sebagai suatu wawasan, yang
berintikan pada kekuatan, maka perlu juga diketahui beberapa konsep
tentang kekuatan. Kekuatan sebagai suatu wawasan dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu (1) wawasan benua, (2) wawasan bahari, (3)
wawasan dirgantara, (4) wawasan kombinasi. Wawasan kombinasi yang
mempengaruhi juga wawasan Nusantara sebagai wawasan kekuatan.
1) Wawasan Benua. Wawasan benua mendasarkan pada konsep kekuatan
di darat, yang dikemukakan oleh Sir Halford Mackinder (1861-1947) dan
Karl Haushofer. Menurut pendapat mereka, negara yang menguasai
daerah Eropa Timur maka akan menguasai daerah jantung yang berarti
menguasai pulau dunia (Eurasia-Afrika), dan yang dapat menguasai pulau
dunia adalah akan menguasai dunia.
2) Wawasan Bahari. Wawasan bahari mendasarkan pada konsep kekuatan
di lautan. Tokohnya adalah Sir Walter Raleigh (1554-1618) yang
menyatakan "siapa yang menguasai lautan akan menguasai
perdagangan, dan siapa yang menguasai perdagangan berarti akan
menguasai dunia". Tokoh lain adalah Alfred Thayer Mahan (18401914),
yang mengemukakan bahwa kekuatan laut sangat vital bagi
pertumbuhan, kemakmuran, dan keamanan nasional.
3) Wawasan Dirgantara. Wawasan dirgantara mendasarkan pada konsep
kekuatan di udara yang dikemukakan oleh Guilio Douchet (1869-1930),
J.F. Charles Fuller (1878….), William Billy Mitchell (1877-1946), A.
Savensky (1894….). Menurut konsep ini, kekuatan di udara merupakan
daya tangkis yang ampuh terhadap segala ancaman, dan dapat
melumpuhkan kekuatan lawan dengan penghancuran sehingga tidak
mampu lagi bergerak menyerang.
4) Wawasan Kombinasi. Wawasan kombinasi merupakan integrasi ketiga
wawasan, yaitu wawasan benua, wawasan bahari, dan wawasan
dirgantara, yang mencakup Pula teori daerah batas (Rimland) dari
Nicholas J. Spykman (1893-1943). Teori Spykman inilah pada dasarnya
yang melandasi wawasan kombinasi, dan banyak memberikan inspirasi
kepada Para negarawan, ahli-ahli geopolitik dan strategi untuk menyusun
kekuatan negara dewasa ini.
b) Posisi Silang
Wilayah suatu negara pada dasarnya akan mempengaruhi
sekelompok manusia yang mendiaminya, yang disebut bangsa yang
menegara. Demikian juga nusantara yang merupakan satu kesatuan wilayah
laut dan yang terletak di posisi silang di antara dua benua dan dua samudra,
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tata kehidupan sosial
budaya dan perikehidupan nasional Indonesia, yaitu:
Posisi silang menyebabkan nusantara menjadi lintasan pengaruh sosial
budaya dari pelbagai penjuru. Oleh karena, sikap terbuka bangsa
Indonesia terhadap pengaruh luar dan kemampuan adaptasinya yang
masih rendah, maka pengaruh-pengaruh itu masuk tanpa saringan,
sehingga dapat mengancam kehidupan nasional terutama bidang
kesatuan sosial budaya.
Dalam hubungan antar bangsa, jika timbul ketegangan karena salah satu
negara kepentingannya terancam, maka nusantara yang terletak pada
posisi silang, secara langsung atau tidak langsung akan menerima akibat
dari ketegangan tersebut yang kemudian dapat juga mengancam dan
menghambat pembangunan nasional.
Pada umumnya, negara-negara besar berusaha menanamkan
pengaruhnya di bidang politik dan ideologi. Jika hal ini terjadi di
nusantara, maka akan pecahlah kesatuan dan persatuan politik dan
ideologi nasional. Hal ini akan mengancam juga kesatuan di bidang politik
dan di bidang ideologi, yang berarti juga mengancam stabilitas nasional.
Kekayaan yang melimpah di nusantara, tenaga kerja banyak serta murah,
pasaran yang luas bagi hasil industri modern, sehingga merupakan daya
tarik bagi negara-negara yang tidak mempunyai unsur-unsur tersebut.
Jika nusantara ini tidak tangguh di bidang kesatuan ekonomi, maka hal
tersebut merupakan sumber yang tidak menguntungkan bagi nusantara.
Sehubungan dengan konsekuensi negatif seperti diatas, agar dapat
mempertahankan kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan menuju ke
tujuan yang dicita-citakan bangsa Indonesia sesuai dengan ajaran Pancasila,
maka bangsa Indonesia harus cukup kuat dan tangguh lahir maupun batin,
dan hams dapat bersikap bebas aktif. Hal ini berarti, bahwa bangsa
Indonesia harus memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berhubungan
dengan se-gala kekuatan yang melintasinya, dengan syarat bahwa hubungan
itu tidak boleh membahayakan keselamatan bangsa Indonesia dan hams
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.