Anda di halaman 1dari 43

PERKULIAHAN : XIII-XIV

GEOPOLITIK INDONESIA
TIK:
Setelah mengikuti pokok bahasan ini maka mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan pengertian geopolitik, wawasan nusantara
sebagai geopolitik
Mampu menjelaskan unsur dasar geopolitik Indonesia
Mampu menjelaskan wawasan pembangunan nasional
Mampu menjelaskan bagaimana penerapan geopolitik Indonesia

Pokok Bahasan : Geopolitik Indonesia


Deskripsi Singkat : Pokok bahasan ini menjelaskan
tentang konsepsi geopolitik (dasar pengertian
geopolitik, wawasan nusantara sebagai geopolitik),
Perkembangan Wilayah Nusantara (aspek historis dan
yuridis formal, kedaulatan di ruang udara), Unsur dasar
geopolitik Indonesia (konsep dasar geopolitik, konsepsi
pelaksanaan Geopolitik Indonesia), Implementasi
Geopolitik Indonesia (wawasan pembangunan
nasional, penerapan geopolitik Indonesia).

Referensi :
1. Minto Rahayu, 2007 “Pendidikan Kewarganegaraan” Perjuangan
Menghidupi Jari Diri Bangsa. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta.
2. Noor Ms Bakry, 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. PT. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
3. Kaelan & Achmad Subaedi, 2007. “Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi, PT. Paradigma, Yogyakarta.
4. Syahrial Syahbani, dkk, 2006. “Membangun Karakter dan Kepribadian
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan” PT. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Pertanyaan Kunci
1. Jelaskan pengertian geopolitik
2. Jelaskan unsur-unsur dasar geopolitik Indonesia
3. Bagaimana implementasi geopolitik Indonesia
4. Bagaimana penerapan geopolitik di Indonesia
BAB 7
GEOPOLITIK INDONESIA
A. Konsepsi Geopolitik Indonesia
Geopolitik berasal dari kata geo (kata Yunani, geo = bumi) dan politik
(esensi politik kekuatan), geopolitik berarti kekuatan yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan letak bumi sebagai wilayah hidup dalam
menentukan alternatif kebijaksanaan untuk mewujudkan suatu tujuan.
Geopolitik Indonesia diartikan kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan letak bumi terdiri atas pelbagai pulau antara silang dunia
sebagai wilayah hidup dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional
untuk mewujudkan tujuan nasional.
Geopolitik adalah politik yang tidak lepas dari pengaruh letak dan
kondisi geografis bumi yang menjadi wilayah hidup. Politik dalam
ketatanegaraan berdasarkan tiga hal, yaitu bagaimana menyatukan bangsa
dan nusanya, bagaimana cara berpemerintahan dengan bangsa yang
majemuk, dan bagaimana mensejahterakan bangsa dan rakyatnya. Tiga hal
ini atas dasar tiga pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai
fundamen politik negara.
Politik ketatanegaraan yang mendasarkan pengaruh geografis bumi
maka yang penting adalah manusia yang hidup di atas bumi itulah berperan
sebagai penentu terhadap bumi tempatnya berada, sehingga geopolitik
adalah ilmu tentang pengaruh faktor-faktor geografi terhadap
ketatanegaraan. Keadaan geografi dan demografi Indonesia sebagai negara
terbesar di Asia Tenggara merupakan negara kepulauan (negara maritim),
dimana ± 65% terdiri atas lautan, sedang ± 35% terdiri atas daratan. Daratan
terdiri atas 17.508 pulau maupun gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang
seluruhnya ± 2.028.087 km2. Pulau-pulau yang besar antara lain Sumatra,
Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya (Papua), dan sekitar 6.044
diantaranya memakai nama. Wilayah Indonesia seluruhnya adalah ±
5.193.250 km2. Kepulauan Indonesia bertebaran sebelah menyebelah
khatulistiwa, dengan ketentuan:
 Panjang wilayah mencakup 1/8 khatulistiwa.
 Jarak terjauh utara-selatan 1.888 Km.
Jarak terjauh barat-timur 5.110 Km.
 Terletak di antara 06° 08' LU - 11° 15' LS, dan di antara 94° 45' - 141° 05'
Bujur Timur.
 Jumlah luas keseluruhan daratan pulau-pulau yang terpenting 1.849.731
km2.
 Luas lautan 2/3 dari seluruh wilayah.
 Persebaran penduduk tidak merata, ada yang padat (Jawa, Madura, dan
Bali) dan ada pula yang sangat jarang (Irian Jaya).
Kepulauan Indonesia yang terletak sebelah menyebelah khatulistiwa
ini, wilayah bagian barat adalah daratan lebih menonjol, sedangkan di bagian
timur lautan yang lebih dominan. Di samping itu pada umumnya wilayah
Indonesia adalah subur, kecuali Kalimantan yang sebagian subur dan
sebagian kurang, sedangkan Irian Jaya pada umumnya kurang subur, kecuali
daerah dataran tinggi.

1. Dasar Pengertian Geopolitik


Timbulnya pengetahuan Geopolitik berpangkal pada tinjauan para ahli
pikir dan sarjana tentang peranan faktor geografis terhadap kehidupan
makhluk dan kebudayaan. Bahwa keadaan alam di sekitarnya adalah penting
untuk tiap makhluk hidup. Kehidupan harus menyesuaikan diri dengan
keadaan alamiah. Manusia sebagai makhluk sosial budaya tidak hanya
dikelilingi oleh situasi sosiokultural semata tetapi pada hakikatnya tergantung
pula serta diliputi oleh situasi alamiah.

Frederich Ratzel (1844-1904). Perintis aliran geopolitik ialah


Frederich Ratzel, yang menyatakan dalam bukunya "Political geography"
(1897) bahwa negara merupakan organisme yang hidup dan supaya dapat
hidup subur dan kuat maka memerlukan ruangan untuk hidup, dalam bahasa
Jerman disebut Lebensraum. Negara-negara besar, kata Ratzel, mempunyai
semangat ekspansi, militerisme, optimisme.
Rudolph Kjellen (1864-1922). Geopolitik sebagai suatu istilah adalah
singkatan dari Geographical Politic, yang dicetuskan oleh seorang sarjana
ilmu politik Swedia bernama Rudolph Kjellen pada 1900, dalam rangka
mengemukakan suatu sistem politik yang menyeluruh, meliputi demopolitik,
ekonomi politik, sosiopolitik, kratopolitik, termasuk juga geopolitik. Kjellen
melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme. Kjellen menegaskan
bahwa negara adalah suatu organisme yang dianggap sebagai "prinsip
dasar".
Karl Haushofer (1869-1946). Geopolitik kemudian berubah artinya
setelah dipopulerkan oleh Karl Haushofer seorang perwira tentara di kota
Munchen, dengan mengarah ke ekspansionisme dan rasialisme. Hal ini dapat
dilihat dari rumusan Karl Haushofer: "Geopolitik adalah landasan ilmiah bagi
tindakan politik dalam perjuangan demi kelangsungan hidup suatu organisasi
negara untuk memperoleh ruang hidupnya (lebensraum)". Konsep geopolitik
yang dikembangkan oleh Karl Haushofer mencakup seluruh sistem politik
pandangan Kjellen.
Ajaran Pancasila. Konsep Karl Haushofer tidak dapat diterima oleh
bangsa Indonesia, karena sangat bertentangan dengan filsafat hidup bangsa
Indonesia. Sesuai dengan ajaran Pancasila, bangsa Indonesia merumuskan
geopolitik sebagai berikut:
Geopolitik adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan konstelasi geografis suatu negara dengan
memanfaatkan keuntungan letak geografis tersebut untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan nasional dan
penentuan-penentuan kebijaksanaan secara ilmiah berdasarkan
realita yang ada dengan cita-cita bangsa.
 Esensi Politik adalah Kekuatan
Dalam ilmu politik diajarkan bahwa esensi dari politik adalah kekuatan.
Oleh karena itu, penggunaan kekuatan tersebut sangat penting, sehingga
perlu adanya pembatasan pengertian tentang kekuatan dan penggunaannya,
sesuai nilai-nilai moral bangsa yang berbudaya dan beradab. Bangsa
Indonesia mengenal dua macam pengertian kekuatan, yaitu kekuatan fisik
dan kekuatan mental. Kekuatan fisik mencakup kekuatan jasmaniah (fisik
belaka) serta kekuatan kesejahteraan material, dan kekuatan mental
mencakup kekuatan agama, ideologi, serta ilmu pengetahuan.
Penggunaan kekuatan fisik dalam rangka pengejawantahan aspirasi
nasional suatu bangsa terutama dari superpower, sering cenderung menjurus
ke arah politik adu kekuasaan dan adu kekuatan (power politics) guna
mencapai dominasi dunia. Penggunaan kekuatan mental spiritual sebagai
hasil dari kehidupan beragama, ideologi, sistem-sistem sosial bermoral,
biasanya lebih cenderung ke arah politik persuasi melalui diplomasi atau
musyawarah. Bangsa Indonesia lebih mengutamakan kekuatan mental
daripada kekuatan fisik, untuk hidup bersama sesama bangsa.

 Wawasan Kekuatan
Sehubungan dengan konsep geopolitik sebagai suatu wawasan, yang
berintikan pada kekuatan, maka perlu juga diketahui beberapa konsep
tentang kekuatan. Kekuatan sebagai suatu wawasan dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu (1) wawasan benua, (2) wawasan bahari, (3)
wawasan dirgantara, (4) wawasan kombinasi. Wawasan kombinasi yang
mempengaruhi juga wawasan Nusantara sebagai wawasan kekuatan.
1) Wawasan Benua. Wawasan benua mendasarkan pada konsep kekuatan
di darat, yang dikemukakan oleh Sir Halford Mackinder (1861-1947) dan
Karl Haushofer. Menurut pendapat mereka, negara yang menguasai
daerah Eropa Timur maka akan menguasai daerah jantung yang berarti
menguasai pulau dunia (Eurasia-Afrika), dan yang dapat menguasai pulau
dunia adalah akan menguasai dunia.
2) Wawasan Bahari. Wawasan bahari mendasarkan pada konsep kekuatan
di lautan. Tokohnya adalah Sir Walter Raleigh (1554-1618) yang
menyatakan "siapa yang menguasai lautan akan menguasai
perdagangan, dan siapa yang menguasai perdagangan berarti akan
menguasai dunia". Tokoh lain adalah Alfred Thayer Mahan (18401914),
yang mengemukakan bahwa kekuatan laut sangat vital bagi
pertumbuhan, kemakmuran, dan keamanan nasional.
3) Wawasan Dirgantara. Wawasan dirgantara mendasarkan pada konsep
kekuatan di udara yang dikemukakan oleh Guilio Douchet (1869-1930),
J.F. Charles Fuller (1878….), William Billy Mitchell (1877-1946), A.
Savensky (1894….). Menurut konsep ini, kekuatan di udara merupakan
daya tangkis yang ampuh terhadap segala ancaman, dan dapat
melumpuhkan kekuatan lawan dengan penghancuran sehingga tidak
mampu lagi bergerak menyerang.
4) Wawasan Kombinasi. Wawasan kombinasi merupakan integrasi ketiga
wawasan, yaitu wawasan benua, wawasan bahari, dan wawasan
dirgantara, yang mencakup Pula teori daerah batas (Rimland) dari
Nicholas J. Spykman (1893-1943). Teori Spykman inilah pada dasarnya
yang melandasi wawasan kombinasi, dan banyak memberikan inspirasi
kepada Para negarawan, ahli-ahli geopolitik dan strategi untuk menyusun
kekuatan negara dewasa ini.

2. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik


Istilah "Nusantara" dipergunakan untuk menggambarkan kesatuan
wilayah laut dengan gugusan pulau-pulau di antara dua samudra dan dua
benua, atau yang terletak pada posisi silang, yaitu: silang antara samudera
Pasifik dan samudera Indonesia, dengan antara benua Asia dan benua
Australia.
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia dalam wujudnya
akan merupakan sebagai suatu gejala sosial yang bergerak dalam
menyelenggarakan dan menjamin kelangsungan hidup seluruh bangsa dan
negara Indonesia untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat,
dengan dasar persatuan nusa Indonesia yang telah terkandung dalam ajaran
Pancasila.
Bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan dan menjamin
kelangsungan hidup bangsa dalam bernegara hams memandang secara
keseluruhan utuh menyeluruh sesuai dengan semangat kekeluargaan dan
kebersamaan dalam Pancasila. Hal ini berarti bahwa bangsa dan negara
Indonesia menyelenggarakan dan menjamin kepentingan nasional. Bangsa
Indonesia dalam menyelenggarakan dan menjamin kepentingan nasional
harus memperhatikan se-gala sesuatu yang menjadi syarat dan prasyarat
yang diperlukan untuk dapat mewujudkan tujuan nasional.
Dengan pengertian-pengertian dasar di atas dapat ditegaskan bahwa:
Bagi bangsa Indonesia, wawasan nusantara adalah wawasan nasional
bangsa Indonesia yang sesuai dengan filsafat hidup bangsa serta kondisi
geografis dan sosial budaya bangsa Indonesia, yaitu (geopolitik Indonesia
dari aspek wawasan nusantara):
Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dan lingkungannya
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional. Pengertian wawasan nusantara
yang dirumuskan di Lemhannas tahun 1999 oleh Kelompok Kerja Wawasan
Nusantara:
Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Wawasan nasional sebagai geopolitik Indonesia merupakan pedoman


sistem pembinaan nasional (Sisbinas) atau tata hidup dan kehidupan negara
dan bangsa dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila. Menurut Wan Usman (Ketua
Program S-2 PKN UI) dalam lokakarya Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional di Lemhannas pada Januari 2000, menjelaskan bahwa wawasan
nusantara merupakan geopolitik Indonesia, yaitu (geopolitik Indonesia dari
aspek wawasan nusantara):
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia me-
ngenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua
aspek kehidupan yang beragam.

Dengan dasar uraian ini, jelaslah bahwa wawasan nusantara sebagai


geopolitik Indonesia, yang dalam pelaksanaannya hams dijiwai oleh nilai-nilai
luhur Pancasila sebagai aksioma kehidupan.

B. Perkembangan Wilayah Nusantara


Gagasan wawasan nusantara berpangkal tolak dari pengertian
Archipelago yang menurut Hukum Internasional berarti lautan prinsip, negara
kepulauan, yang kemudian dikaitkan dengan cita-cita proklamasi, filsafat
bangsa dan negara Indonesia, dan kepentingan-kepentingan nasional, dan
terutama sekali berlandaskan pada pokok pikiran pertama dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu negara melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
persatuan, yang akhirnya timbul menjadi gagasan wawasan nusantara.
Perkembangan wawasan nusantara pada dasarnya ada dua bagian,
pertama tentang proses gagasan wawasan nusantara, dan yang kedua
tentang hukum laut sebagai suatu aspek wawasan nusantara. Dan dilengkapi
dengan pembahasan tentang kedaulatan negara atas ruang udara.
1. Aspek Historis dan Yuridis Formal
Dalam rangka mendalami, menghayati, dan mengamalkan gagasan
wawasan nusantara maka perlu dipahami terlebih dahulu tentang pengertian
kenusantaraan. Pengertian kenusantaraan (Archipelago) sesuai asas-
asasnya, dapat dipahami juga bahwa nusantara atau negara kepulauan ialah:
 Suatu kesatuan utuh wilayah, yang batas-batasnya ditentukan oleh laut
dan di dalamnya terdapat pulau-pulau serta gugusan pulau-pulau.
Atau sering juga dirumuskan:
 Gugusan pulau-pulau dengan perairan diantaranya sebagai kesatuan
utuh, dengan unsur air sebagai penghubungnya.

a. Ordonansi Tahun 1939


Secara historis gagasan wawasan nusantara dapat dimulai sejak
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, yang masih mengikuti
Ordonansi tahun 1939. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak
menentukan batas-batas wilayah Republik Indonesia. Di dalam Pembukaan
UUD 1945 hanya tercantum "Segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia". Dengan demikian, ketentuan Ordonansi tahun
1939 (Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonnantie 1939), tentang batas-
batas laut wilayah masih berlaku, yaitu lebar laut wilayah Republik Indonesia
adalah 3 mil diukur dari garis air rendah di pantai masing-masing pulau
Indonesia.
Tata kelautan menurut Ordonansi 1939 mengikuti asas pulau demi
pulau. Asas ini membentuk Indonesia menjadi pulau-pulau yang masing-
masing dibatasi oleh laut wilayahnya selebar 3 mil diukur dari pantai pada
waktu surut. Dengan demikian, jika jarak antara pulau dengan pulau lebih
dari 6 mil, maka di luar laut-laut wilayah itu akan terdapat jalur laut bebas dan
di atasnya jalur udara bebas. Jalur bebas ini, termasuk kekayaan alamnya,
dapat dimanfaatkan secara bebas Pula oleh negara mana pun. Asas tersebut
sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang berlaku sampai 1951.
Dilihat dari segala aspek kehidupan nasional, di antaranya aspek
hankamnas, ekonomi, dan sosial, tata kelautan itu sangat tidak
menguntungkan bangsa dan negara Indonesia. Dapat dibayangkan, betapa
mudahnya armada negara-negara asing memasuki dan memanfaatkan jalur
bebas itu untuk pelbagai kepentingannya, dan juga tempat persaingan antara
negara-negara dalam mengambil dan memanfaatkan kekayaan alam dari
jalur tersebut.

b. Deklarasi Juanda 1957


Menjelang tahun 1957 ketentuan Ordonansi tersebut terasa sekali
tidak memadai lagi untuk memelihara kepentingan dan keutuhan vital
Indonesia, baik di bidang politik, ekonomi, maupun hankam. Sehingga
berdasarkan pertimbangan kesejahteraan dan keamanan untuk menjamin
kepentingan nasional negara Indonesia, Pemerintah Indonesia pada 13
Desember 1957 mengeluarkan pengumuman mengenai wilayah perairan
Republik Indonesia yang kemudian terkenal sebagai Deklarasi Juanda, yang
menyatakan:
 Segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-
pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan negara Republik
Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-
bagian yang wajar dan wilayah daratan negara Republik Indonesia, dan
merupakan bagian dari perairan nasional yang berada di bawah
kedaulatan mutlak negara Republik Indonesia.

Dari pernyataan Deklarasi Juanda ini kemudian ditentukan juga bahwa:


 Batas lautan teritorial lebarnya 12 mil diukur dari garis yang
menghubungkan titik-titik ujung terluar pada pulau-pulau Negara
Indonesia.
Ketentuan dalam Deklarasi Juanda ini, lebar laut wilayah Indonesia
menjadi 12 mil, lebar tersebut diukur dari garis-garis dasar yang
menghubungkan titik terluar dari pulau-pulau terluar dalam wilayah Republik
Indonesia, yang selanjutnya disebut dengan teori antar titik atau teori titik ke
titik (point to point theory).
Teori antar titik dengan jelas menegaskan: membentuk garis dasar
wilayah Republik Indonesia dengan menarik garis lurus antar titik terluar
pulau-pulau terluar Indonesia. Dengan demikian lautan di sebelah dalam
garis dasar tersebut merupakan perairan wilayah Indonesia dan berada di
bawah kedaulatan mutlak negara Republik Indonesia. Asas nusantara yang
diterapkan ini memasukkan kepulauan Indonesia ke dalam satu kesatuan
yang utuh menyeluruh.
Teori antartitik ini didasarkan atas yurisprudensi keputusan Mahkamah
Internasional tahun 1951, sehubungan dengan sengketa perikanan antara
Inggris dan Norwegia (Anglo Norwegian Fisheries Case), dan diterapkan
pada konsep kenusantaraan (archipelago). Konsep ini kemudian berkembang
menjadi wawasan nusantara, yang dimaksudkan untuk menjamin keutuhan
wilayah nasional, dan memandang nusantara sebagai suatu kesatuan yang
bulat.
Pengumuman Pemerintah tanggal 13 Desember 1957 dibawa ke
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958. Kebanyakan delegasi dari negara-
negara lain kurang dapat memahami permasalahan dan argumentasi
Indonesia, karena masalahnya memang baru. Kemudian pengumuman
Pemerintah tersebut dituangkan ke dalam Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang (PERPU) Nomor 4/ PrP/ 1960 tentang Perairan Indonesia
tanggal 18 Februari 1960, supaya mempunyai dasar hukum yang kuat.
Berdasarkan PERPU nomor 4 tahun 1960 tersebut, luas wilayah negara
Indonesia menjadi 5.193.250 km2, dengan perincian sebagai berikut: luas
daratan 2.027.087 km2, dan luas perairan nasional menjadi 3.166.163 km2.
c. Landas Kontinen Indonesia 1969
Bangsa Indonesia dalam usaha meningkatkan perjuangan untuk
pengakuan gagasan wawasan nusantara sebagai manifestasi semangat
persatuan dan kesatuan dalam Pancasila, Pemerintah Indonesia pada 17
Februari 1969 mengeluarkan lagi pengumuman yang menjelaskan tentang
landas kontinen negara Republik Indonesia. Pengumuman Pemerintah ini
merupakan perluasan konsep Nusantara tahun 1957 yang perbedaannya
sebagai berikut:
 Konsep Nusantara tahun 1957 merupakan konsep kewilayahan nasional.
 Konsep Nusantara tahun 1969 lebih banyak sebagai konsep politik dan
ketatanegaraan, yang didasarkan atas konsep kewilayahan nasional
tahun 1957.
Pengumuman Pemerintah Indonesia tanggal 17 Februari 1969 tentang
landas kontinen Indonesia sampai kedalaman laut 200 m, yang memuat
pokok-pokok sebagai berikut:
 Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas kontinen
Indonesia adalah milik eksklusif negara Republik Indonesia.
 Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landas
kontinen dengan negara-negara tetangga melalui perundingan.
 Jika tidak ada perjanjian garis batas, maka batas landas kontinen
Indonesia adalah suatu garis yang ditarik di tengah-tengah antara pulau
terluar Indonesia dengan titik luar wilayah negara tetangga.
 Ketentuan-ketentuan di atas tidak akan mempengaruhi sifat serta status
dan perairan di atas landas kontinen Indonesia sebagai laut lepas,
demikian juga ruang udara di atasnya.
 Pengumuman Pemerintah Republik Indonesia terse-but sesuai dengan
kebiasaan praktik negara dan dibenarkan pula oleh Hukum Internasional
bahwa suatu negara pantai mempunyai penguasaan dan yurisdiksi yang
eksklusif atas kekayaan mineral dan kekayaan lainnya dalam dasar laut
dan tanah di dalamnya di landas kontinen.

 Perjanjian dengan Negara Tetangga


Dengan dasar pengumuman tersebut, Pemerintah Indonesia merasa
penting untuk menyelesaikan soal garis landas kontinen dengan negara
tetangga sebelum ditemukan deposit (endapan mineral) agar
penyelesaiannya lebih mudah. Penandatanganan perjanjian dengan negara
tetangga dilaksanakan sebagai berikut:
 Perjanjian Republik Indonesia dengan Malaysia, ten-tang Penetapan
Garis Batas Landas Kontinen kedua Negara, di Selat Malaka dan Laut
Cina Selatan, ditandatangani pada 27 Oktober 1969, mulai berlaku
tanggal 7 November 1969.
 Perjanjian Republik Indonesia dengan Thailand, tentang Landas Kontinen
Selat Malaka bagian Utara dan Laut Andaman, ditandatangani tanggal 17
Desember 1971, dan berlaku mulai tanggal 7 April 1972.
 Persetujuan Republik Indonesia dengan Malaysia dan Thailand, mengenai
landas kontinen bagian utara, tanggal 21 Desember 1971 dan berlaku 16
Juli 1973.
 Persetujuan Republik Indonesia dengan Australia, tentang penetapan atas
batas dasar laut tertentu, di Laut Arafuru, di depan pantai selatan Pulau
Irian, dan di depan pantai utara Irian, tanggal 18 Mei 1971 dan berlaku
mulai tanggal 19 November 1973.
 Persetujuan Republik Indonesia dengan Australia, tentang penetapan
batas-batas dasar laut tertentu, di daerah Laut Timor dan Laut Arafuru
sebagai tambahan pada persetujuan tanggal 18 Mei 1971, tanggal 9
Oktober 1972.
 Persetujuan Republik Indonesia dengan India, tentang penetapan garis
batas landas kontinen antara kedua negara, yaitu batas antara Sumatra
dan Nikobar, ditandatangani dan mulai berlaku tanggal 8 Agustus 1974.
Persetujuan batas kontinen dengan negara tetangga di atas telah
menguatkan pendirian bahwa negara Republik Indonesia mempunyai
kedaulatan atas kekayaan alam di landas kontinen seluas sekitar 800.000
mil2atau sekitar 2.072.000 km2. Indonesia mempunyai penguasaan penuh
dan hak eksklusif atas kekayaan alam di landas kontinen Indonesia,
pemilikannya ada pada negara Indonesia. Selanjutnya Pengumuman
Pemerintah tentang landas kontinen tahun 1969 supaya lebih kuat
kedudukan hukumnya, dikukuhkan dengan Undang-undang no. 1 tahun 1973
ten-tang Landas Kontinen Indonesia.

 Perjanjian Garis Batas Laut dan Perbatasan


Disamping persetujuan mengenai garis batas landas kontinen,
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengadakan pula
perjanjian garis batas laut wilayah dan perjanjian perbatasan (meliputi
perbatasan darat dan laut) dengan negara tetangga sebagai berikut:
 Perjanjian antara Republik Indonesia dan Malaysia, tentang penetapan
garis batas laut Wilayah kedua Negara di Selat Malaka, ditandatangani
pada 17 Maret 1970.
 Perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Singapura, tentang
penetapan garis batas laut Wilayah kedua Negara di Selat Singapura,
ditandatangani tanggal 25 Mei 1973.
 Perjanjian antara Republik Indonesia dan Australia mengenai Garis-garis
Batas Tertentu antara Papua New Guinea, ditandatangani tanggal 12
Februari 1973.
d. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia 1980
Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan semangat persatuan dan
kesatuan wilayah nusantara, pada 1980 mengeluarkan pengumuman tentang
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), tanggal 21 Maret 1980, yang
menyatakan bahwa Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia selebar 200 mil diukur
dari garis pangkal wilayah laut negara Indonesia. Pengumuman Pemerintah
ini mempunyai akibat yang sangat luas, baik bagi Indonesia maupun negara-
negara lain yang bersangkutan. Bagi negara Indonesia, pengumuman
tersebut akan menambah luas wilayah laut yang berada di bawah yurisdiksi
nasional Indonesia dengan lebih dari dua kali luas wilayah laut berdasarkan
PERPU Nomor 4 Tahun 1960 tentang perairan Indonesia.
Pengumuman Pemerintah tentang ZEEI ini dilakukan berdasarkan
beberapa pertimbangan, yang menurut perkiraan, pada 2000 penduduk dunia
akan berlipat jumlahnya (terutama Negara Kesatuan Republik Indonesia)
sehingga kebutuhan akan meningkat, sedangkan hasil perikanan tidak
mencukupi. Sebagai negara pantai yang masih berkembang, me-rasa perlu
melindungi sumber-sumber daya hayati maupun nonhayati yang berada di
luar wilayahnya, untuk menjamin kebutuhan bangsa Indonesia pada masa
yang akan datang. Dan dasar pertimbangan ini terutama didorong oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
1) Semakin terbatasnya Persediaan Ikan
Pada 2000 permintaan dunia akan ikan untuk bahan makanan akan
meningkat, karena bertambahnya jumlah penduduk dunia. Sedangkan hasil
perikanan dunia akan berada di bawah tingkat permintaan. Mengingat
perkiraan tersebut bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim merasakan
perlu dan sangat mendesaknya kebutuhan untuk melindungi sumber-sumber
daya hayati yang berada di laut. Perlindungan semacam itu hanya dapat
diberikan secara efektif dengan mengumumkan Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia.
2) Pembangunan Nasional Indonesia
Dalam rangka usaha pembangunan, sumber daya alam yang terdapat
di laut sampai ke batas 200 mil dari garis-garis pangkal, dasar lautnya dan
tanah di bawahnya dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan
bangsa, sehingga seyogianyalah dilindungi dan dikelola dengan cara yang
tepat. Sumber-sumber ini merupakan suatu modal dasar pembangunan
nasional guna mencapai kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia di semua
bidang kehidupan nasional sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
3) Zona Ekonomi Eksklusif sebagai rezim hukum Internasional
Sampai saat ini telah ada sebanyak kurang lebih 90 negara yang telah
mengeluarkan pernyataan tentang Zona Ekonomi Eksklusif ataupun Zona
Perikanan yang lebarnya 200 mil. Kenyataan menunjukkan praktik negara
yang konsisten sehingga ada konvensi ataupun tidak ada konvensi hukum
laut yang Baru, Zona Ekonomi Eksklusif telah menjadi bagian dan hukum
internasional kebiasaan.
e. Konvensi Hukum Laut 1982
Melalui konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional III di New
York tanggal 30 April 1982, pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan
dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Law of
the Sea) atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut
yang sering disebut Konvensi Hukum Laut Internasional, memberikan
perluasan yurisdiksi negara-negara pantai di lautan bebas. Dan kemudian
ditandatangani di Teluk Montego, Jamaica, pada 10 Desember 1982 oleh 117
negara peserta termasuk Indonesia (kecuali Amerika dan 3 negara lainnya),
yang antara lain mengakui asas negara kepulauan (Archipelagic State
Principle) dan menerima asas Zona Ekonomi Eksklusif. Hal yang sangat
menguntungkan Indonesia dari konvensi tersebut ialah diterimanya asas
nusantara sebagai asas hukum internasional. Hasil konvensi tersebut
disahkan pada Agustus 1983 dalam seminar Konvensi Hukum Laut
Internasional di New York.
Dengan dasar diterimanya asas nusantara sebagai asas hukum
internasional, maka salah rumusan:
"Negara Republik Indonesia adalah satu kesatuan wilayah laut yang di
dalamnya terhampar 17.508 buah pulau besar dan kecil sebagai satu
kewilayahan darat dan dinaungi oleh satu kesatuan wilayah udara".

Demikian juga sebagai kelanjutan diterimanya asas nusantara sebagai


asas hukum internasional untuk negara Indonesia, maka Pengumuman
Pemerintah tentang ZEEI supaya kuat kedudukannya dalam hukum
Indonesia disahkan dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun
1983, tanggal 18 Oktober 1983. Hal ini berarti bahwa segala sumber hayati
maupun nonhayati yang terdapat di bawah permukaan laut, di dasar laut, dan
di bawah laut, menjadi hak eksklusif negara Republik Indonesia. Akibat
ketentuan tersebut, penangkapan ikan oleh kapal-kapal asing menjadi
terbatas daerahnya, dan segala kegiatan penelitian, eksplorasi, dan
eksploitasi harus memperoleh izin Pemerintah Republik Indonesia.
Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 tersebut melalui Undang-undang
Nomor 17 tahun 1985 pada 31 Desember 1985. Dan sejak 16 November
1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara dan menjadi hukum
positif sejak 16 November 1994. Perjuangan bangsa Indonesia dalam
menyatukan wilayah nusantara di forum internasional memerlukan waktu
selama dua puluh lima tahun. Hal ini karena yang menjadi soal utama dalam
hukum laut internasional adalah: Apakah laut dapat dimiliki oleh suatu negara
atau tidak.
Selama ini, sejarah hukum laut internasional mengenal pertarungan
antara dua konsepsi pokok, yaitu:
 Res Nullius, yang menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang
mempunyainya, dan karena itu dapat diambil dan dimiliki oleh masing-
masing negara.
 Res Communis, yang menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat
dunia, dan karena itu tidak dapat diambil atau dimiliki oleh masing-masing
negara.
2. Kedaulatan di Ruang Udara
Perkembangan konsep wawasan nusantara atas dasar pemikiran
historis dan yuridis formal khusus tentang konsep kewilayahan, maka perlu
dibahas Pula mengenai kedaulatan negara atas ruang udara. Konsep tentang
ruang udara ini ada dua teori dasar, yaitu: (1) Teori udara bebas, dan (2) Teori
kedaulatan negara.
1) Teori Udara Bebas
Teori udara bebas (The Air Freedom Theory) menyatakan bahwa
udara bersifat bebas, oleh karena itu tidak dimiliki oleh negara tertentu.
Pengikut teori udara bebas ini terbagi menjadi dua kelompok aliran, yaitu:
 Kebebasan ruang udara tanpa batas. Ruang udara adalah bebas, dapat
digunakan oleh siapa pun juga, tidak ada negara yang mempunyai hak
dan kedaulatan di ruang udara.
 Kebebasan ruang udara terbatas:
 Negara kolong (negara bawah) berhak mengambil tindakan tertentu untuk
memelihara keamanan dan keselamatannya. Penganut aliran ini (pada
pertemuan di Gent Belgia 1906), memutuskan bahwa ruang udara adalah
bebas, negara tidak mempunyai hak apa pun pada waktu perang atau
damai, negara hanya dapat mengatur segala sesuatu yang berhubungan
dengan kelangsungan hidupnya.
 Kebebasan ruang udara dengan penetapan wilayah di daerah mana hak-
hak tertentu dapat dilaksanakan.
2) Teori Kedaulatan Udara
Teori kedaulatan negara di udara (The Air Souvereignity Theory)
menyatakan bahwa negara berdaulat atas ruang udara di atas wilayah
negara. Pengikut teori kedaulatan udara ini terkelompok dalam beberapa
pendapat:
 Negara kolong berdaulat penuh, hanya dibatasi oleh ketinggian tertentu di
ruang udara.
 Negara kolong berdaulat penuh, tetapi dibatasi oleh hak lintas damai bagi
pesawat negara asing.
 Negara kolong berdaulat penuh tanpa batas ke atas.
 Jarak dan Batas Ruang Udara
Konvensi Chicago tahun 1944 menetapkan tentang pengertian ruang
udara sebagai jalur ruang udara di atmosfer yang berisikan cukup udara yang
memungkinkan pesawat udara dapat bergerak. Jarak ketinggian kedaulatan
negara di atmosfer ditentukan oleh kesanggupan pesawat udara mencapai
ketinggian. Dengan demikian, batas tersebut berubah sesuai dengan
kemajuan teknologi.
Dalam teori kedaulatan negara di udara perlu juga diketahui khusus
yang berhubungan dengan teori kedaulatan suatu negara terbatas, yaitu:
 Teori Keamanan. Teori keamanan menyatakan bahwa suatu negara
mempunyai kedaulatan atas wilayah udaranya sampai yang diperlukan
untuk menjaga keamanannya. Fauchille yang menganut teori ini mula-
mula menyatakan bahwa ketinggian 1.500 meter (1901) tetapi kemudian
diturunkannya menjadi 500 meter (1910).
 Teori Penguasaan. Pada 1951 Cooper telah mengajukan teorinya yang
menyatakan bahwa kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan
negara yang bersangkutan untuk menguasai ruang udara yang ada di
atas wilayahnya secara fisik dan ilmiah.
 Teori Ruang Udara. Teori udara Schachter menyatakan bahwa wilayah
udara itu haruslah sampai suatu ketinggian di mana udara masih cukup
mampu mengangkat atau mengapungkan balon dan pesawat udara. Pada
saat ini ketinggian tersebut berada di sekitar 30 mil dan permukaan bumi.
Sehubungan dengan kedaulatan negara di ruang udara, maka
bagaimana cara menarik garis batas ruang udara tersebut. Hal ini ada dua
cara, yaitu:
 Menarik garis lurus pusat bumi ke batas wilayah negara ke arah angkasa,
yang mengakibatkan bahwa wilayah udara lebih luas dari wilayah darat
dan laut.
 Menarik garis tegak lurus dari perbatasan wilayah negara ke angkasa,
yang berarti ada kantong-kantong udara bebas mengingat bentuk bumi
yang bulat.

 Kedaulatan Ruang Udara Republik Indonesia


Berdasarkan teori-teori kedaulatan negara di ruang udara, bangsa
Indonesia menentukan bahwa batas atas wilayah kedaulatan ruang udara
untuk Indonesia mengikuti sistem cerobong: Batas wilayah udara ditarik
vertikal dari batas wilayah ke bawah dan ke atas. Sistem ini untuk melindungi
wilayah Indonesia dari gangguan pesawat lain di ruang udara, yang dapat
mengganggu keamanan wilayah nusantara. Dengan tuntutan lebar wilayah
laut sampai 200 mil dapat menyatukan wilayah Indonesia yang dinaungi
wilayah udara yang sangat luas.
Wilayah Republik Indonesia berdasarkan uraian di atas terdiri atas tiga
dimensi, yakni wilayah daratan, wilayah perairan, dan wilayah udara. Wilayah
di darat dan di laut persoalan hukumnya sudah selesai, sedang tuntutan
bangsa Indonesia mengenai wilayah negara di udara masih perlu
diperjuangkan di forum internasional ketentuan hukumnya.
Akhirnya, dengan waktu selama dua puluh lima tahun, konsep wilayah
yang menyeluruh, yang sesuai dengan Wawasan Nusantara dilengkapi
dengan wilayah di ruang udara di mana Orbit Geo Stasioner sejauh 36.000
km, dinyatakan sebagai wilayah Republik Indonesia, berdasarkan Penjelasan
pasal 30 Undang-undang No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia.
C. Unsur Dasar Geopolitik Indonesia
Geopolitik Indonesia sebagai fenomena atau gejala sosial harus dilihat
sebagai gejala dinamis, yang selalu mengusahakan persatuan dan kesatuan.
Persatuan merupakan suatu proses, yaitu usaha ke arah bersatu untuk
menjadikan keseluruhan ke arah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, atau
dengan istilah lain sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat satu,
yaitu mutlak tidak dapat terbagi dan terpisah dari yang lain. Dan sebagai
gejala sosial yang dinamis, geopolitik harus selalu berkembang terus yang
konsisten dan relevan, dengan berlandaskan konsepsi dasar dan konsepsi
pelaksana geopolitik Indonesia.
1. Konsepsi Dasar Geopolitik Indonesia
Konsepsi dasar geopolitik terdiri atas dua unsur yaitu: unsur wadah
(contour) dan unsur isi (content). Unsur wadah terdiri atas tiga subunsur,
yaitu unsur bentuk wujud, tata inti organisasi, dan tata kelengkapan
organisasi. Sedang unsur isi juga terdiri atas tiga sub-unsur, yaitu unsur cita-
cita, sifat dan ciri, dan cara kerja.
a. Unsur Wadah
Dalam membicarakan unsur wadah (contour), ini perlu diuraikan
tentang asas archipelago atau asas nusantara. Archipelago berasal dari kata:
"archi" yang berarti penting, dan "pelagus" yang berarti laut atau wilayah
lautan, sehingga archipelago berarti "wilayah laut dengan kumpulan pulau di
dalamnya". Adapun arti klasik, archipelago adalah lautan yang diseraki pulau-
pulau.
Unsur wadah merupakan ruang hidup bangsa saling berinteraksi
dalam kerangka hidup bernegara, yang meliputi tiga sub-unsur, yaitu: (1)
batas ruang lingkup atau bentuk wujud, (2) tata susunan pokok atau tata inti
organisasi, (3) tata susunan pelengkap atau tata kelengkapan organisasi.
1) Bentuk Wujud
Batas ruang lingkup atau bentuk wujud pada dasarnya telah diuraikan
dalam asas archipelago atau asas nusantara, yang kemudian diuraikan lebih
lanjut bahwa geopolitik Indonesia ini mewujudkan diri dalam bentuk
nusantara dan posisi silang yang manunggal utuh menyeluruh.
a) Bentuk Nusantara
Pengertian nusantara harus dibedakan dari rangkaian pulau. Bangsa
Indonesia mengartikan nusantara sebagai berikut: Suatu kesatuan utuh
wilayah yang batas-batasnya ditentukan oleh lautan serta di dalamnya
terdapat pulau-pulau dan gugusan pulau-pulau. Dalam bentuk wujud
nusantara, maka batas-batas negara ditentukan oleh lautan dengan di
dalamnya pulau-pulau serta gugusan pulau-pulau yang satu dengan yang
lain dihubungkan, tidak dipisahkan oleh lautan, dan lautan sebagai
penghubung antara pulau yang satu dengan pulau lainnya sebagai kesatuan.
Pengertian nusantara tersebut di atas dibedakan juga arti ke dalam dan arti
keluar, yang keduanya dirumuskan sebagai berikut:
Ke dalam : Nusantara itu menunjukkan sifat dan ciri sebagai satu
kesatuan wilayah laut dengan pulau-pulau dan gugusan
pulau-pulau di dalamnya, yang merupakan satu kesatuan
utuh dengan segenap unsur-unsurnya yang manunggal.

Ke luar : Nusantara yang letak geografisnya di antara dua benua dan


dua samudra, sehingga berada di persimpangan jalan,
memiliki sifat dan ciri sebagai posisi silang dengan segala
konsekuensinya memberikan wujud kepribadian tersendiri.

b) Posisi Silang
Wilayah suatu negara pada dasarnya akan mempengaruhi
sekelompok manusia yang mendiaminya, yang disebut bangsa yang
menegara. Demikian juga nusantara yang merupakan satu kesatuan wilayah
laut dan yang terletak di posisi silang di antara dua benua dan dua samudra,
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tata kehidupan sosial
budaya dan perikehidupan nasional Indonesia, yaitu:
 Posisi silang menyebabkan nusantara menjadi lintasan pengaruh sosial
budaya dari pelbagai penjuru. Oleh karena, sikap terbuka bangsa
Indonesia terhadap pengaruh luar dan kemampuan adaptasinya yang
masih rendah, maka pengaruh-pengaruh itu masuk tanpa saringan,
sehingga dapat mengancam kehidupan nasional terutama bidang
kesatuan sosial budaya.
 Dalam hubungan antar bangsa, jika timbul ketegangan karena salah satu
negara kepentingannya terancam, maka nusantara yang terletak pada
posisi silang, secara langsung atau tidak langsung akan menerima akibat
dari ketegangan tersebut yang kemudian dapat juga mengancam dan
menghambat pembangunan nasional.
 Pada umumnya, negara-negara besar berusaha menanamkan
pengaruhnya di bidang politik dan ideologi. Jika hal ini terjadi di
nusantara, maka akan pecahlah kesatuan dan persatuan politik dan
ideologi nasional. Hal ini akan mengancam juga kesatuan di bidang politik
dan di bidang ideologi, yang berarti juga mengancam stabilitas nasional.
 Kekayaan yang melimpah di nusantara, tenaga kerja banyak serta murah,
pasaran yang luas bagi hasil industri modern, sehingga merupakan daya
tarik bagi negara-negara yang tidak mempunyai unsur-unsur tersebut.
Jika nusantara ini tidak tangguh di bidang kesatuan ekonomi, maka hal
tersebut merupakan sumber yang tidak menguntungkan bagi nusantara.
Sehubungan dengan konsekuensi negatif seperti diatas, agar dapat
mempertahankan kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan menuju ke
tujuan yang dicita-citakan bangsa Indonesia sesuai dengan ajaran Pancasila,
maka bangsa Indonesia harus cukup kuat dan tangguh lahir maupun batin,
dan hams dapat bersikap bebas aktif. Hal ini berarti, bahwa bangsa
Indonesia harus memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berhubungan
dengan se-gala kekuatan yang melintasinya, dengan syarat bahwa hubungan
itu tidak boleh membahayakan keselamatan bangsa Indonesia dan hams
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

c) Manunggal Utuh Menyeluruh


Sebagaimana dinyatakan di atas, geopolitik Indonesia mempunyai
bentuk wujud manunggal utuh menyeluruh, sebagai perwujudan persatuan
dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan merupakan hal yang mutlak bagi geo-
politik dan sekaligus juga dalam semua aspek kehidupan nasional. Bentuk
wujud sebagai sifat dan ciri manunggal utuh menyeluruh ini meliputi:
 Manunggal di bidang wilayah
Wilayah Republik Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau besar dan kecil,
hams dijaga dan diusahakan tetap menjadi satu kesatuan wilayah
nasional dengan se-gala segi dan kekayaannya.
 Manunggal di bidang bangsa
Bangsa Indonesia terdiri atas pelbagai macam suku dan pelbagai macam
Bahasa serta agama harus diusahakan terwujudnya satu kesatuan
bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
 Manunggal di bidang ideologi
Bangsa Indonesia yang bersifat bhinneka dituntut demi tetap utuhnya
untuk memiliki satu ideologi bangsa dan negara, yaitu Pancasila sebagai
filsafat hidup bangsa dan dasar filsafat negara Republik Indonesia.
 Manunggal di bidang politik
Oleh karena bangsa Indonesia menganut satu ideologi Pancasila, maka
perlu dibina kestabilan politik sebagai pelaksanaan ideologi yang
disesuaikan dengan ruang dan waktu.
 Manunggal di bidang ekonomi
Kekayaan wilayah Indonesia baik potensial maupun efektif adalah modal
dan milik bersama bangsa. Pengembangan ekonomi hams berimbang di
seluruh daerah tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki daerah.
 Manunggal di bidang sosial
Perikehidupan masyarakat Indonesia adalah satu kehidupan homogen
dengan tingkat kemajuan yang selaras, serasi dan seimbang sesuai
dengan kemajuan zaman.
 Manunggal di bidang kebudayaan
Kebudayaan Indonesia adalah satu, corak ragam budaya
menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan
landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya.
 Manunggal di bidang pertahanan keamanan
Seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan pertahanan
keamanan, ancaman dan gangguan terhadap satu daerah merupakan
ancaman seluruh bangsa dan negara Indonesia.
 Manunggal di bidang psikologi
Secara psikologis bangsa Indonesia merasa dirinya merupakan satu
kesatuan bangsa dan tanah air Indonesia, serta mempunyai satu cita-cita
yang sama dalam hidup bernegara.
Disamping itu selain orientasi hidup manunggal, wawasan nusantara
juga hams berkeseimbangan, artinya berimbang antara dunia dan akhirat,
berimbang hidup yang berhubungan dengan kejiwaan dan keragaan,
berimbang antara material dan spiritual, berimbang antara kebutuhan
nasional dan internasional, berimbang antara sifat individu dan sifat sosial,
serta berimbang juga manusia berpribadi mandiri dan sebagai makhluk
Tuhan.
2) Tata Inti Organisasi
Sarana untuk mengetahui tata susunan pokok atau tata inti organisasi
sesuatu negara ialah dengan memahami isi yang terkandung dalam Undang-
Undang Dasarnya. Tata inti organisasi negara Indonesia tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945, yang menyangkut bentuk dan kedaulatan
negara, kekuasaan pemerintahan negara, sistem pemerintahan, dan sistem
perwakilan.
a) Bentuk dan Kedaulatan
 Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (Ps. 1
(1) UUD 1945). Hal ini merupakan penjabaran isi alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 hal ketiga, yaitu tentang bentuk negara, yang
dirumuskan dalam anak kalimat: ".... yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
 Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar (Ps. 1 (2) (III) UUD 1945).
Sebelum amandemen: Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (Ps. 1 (2) UUD
1945).
b) Kekuasaan Pemerintah
 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar (Ps. 4 (1) UUD 1945).
 Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (Ps. 5 (1) (I) UUD 1945).
Sebelum amandemen: Presiden memegang kekuasaan membentuk
undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (Ps. 5 (1)
UUD 1945).
 Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya (Ps. 5 (2) UUD 1945).
c) Sistem Pemerintahan
Sistem Dasar:
 Sistem Negara Hukum. Indonesia ialah negara berdasar atas hukum dan
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka.
 Sistem Konstitusional. Pemerintahan Indonesia berdasarkan atas sistem
konstitusi dan tidak berdasarkan absolutisme.
Sistem Pelaksana:
 Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan Rakyat.
Sebelum amandemen: Kekuasaan Negara yang Tertinggi ditangan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).
 Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi
disamping MPR.
Sebelum amandemen: Presiden ialah penyelenggara pemerintahan
negara yang tertinggi di bawah Majelis.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
 Menteri negara ialah Pembantu Presiden, dan tidak bertanggung jawab
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
 Kekuasaan kepala negara tidak tak-terbatas.
d) Sistem Perwakilan
 Dalam sistem perwakilan, kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah
kuat. Dewan tidak dapat dibubarkan oleh Presiden, karena Dewan
merupakan wakil-wakil dan rakyat dalam sistem kedaulatan rakyat.
 Anggota DPR semuanya menjadi anggota MPR. DPR dapat senantiasa
mengawasi tindakan-tindakan Presiden. Jika Dewan menganggap bahwa
Presiden sungguh melanggar Haluan Negara yang ditetapkan oleh UUD
atau oleh MPR, maka Dewan dapat meminta Majelis mengadakan sidang
istimewa untuk meminta pertanggungjawaban Presiden.
3) Tata Kelengkapan Organisasi
Di samping tata inti organisasi, agar tujuan nasional dapat tercapai
dengan tertib dan mantap sesuai dengan yang dicita-citakan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, maka diperlukan suatu tata
susunan pelengkap atau tata kelengkapan organisasi, antara lain: aparatur
negara, kesadaran politik masyarakat, media pers, dan partisipasi rakyat.
 Aparatur Negara
Aparatur negara ini harus mampu untuk mendorong menggerakkan
serta mengarahkan usaha-usaha pembangunan ke sasaran yang telah
ditetapkan untuk kepentingan rakyat banyak. Hal ini dapat tercapai jika dapat
diciptakan stabilitas nasional yang termasuk juga stabilitas politik.
 Kesadaran Politik Masyarakat
Kunci lain dalam pemantapan stabilitas politik juga terletak pada
kesadaran politik seluruh masyarakat, setiap orang, setiap partai politik,
setiap organisasi masyarakat, setiap organisasi fungsional maupun profesi,
dan juga seluruh tubuh pemerintahan.
 Media Pers
Pers yang diharapkan adalah pers yang sehat, dalam arti pers yang
bebas dan bertanggung jawab, jujur dan efektif dengan tulisan-tulisan yang
memberikan penjelasan-penjelasan yang jujur, edukatif dan bertanggung
jawab, melaksanakan fungsi sebagai penyalur suara masyarakat dan sebagai
alat kontrol masyarakat terhadap pemerintah, lembaga-lembaga negara, dan
masyarakat itu sendiri.
 Partisipasi Rakyat
Mengikutsertakan rakyat dalam segala kegiatan kenegaraan yang
langsung menyangkut pembangunan. Saluran-saluran yang efektif dalam
membina dan mengembangkan partisipasi rakyat antara lain adalah
lembaga-lembaga rakyat musyawarah desa, lembaga-lembaga perwakilan
rakyat, perguruan tinggi, dan mass media.
B. Unsur Isi
Unsur dasar isi (content) merupakan salah satu unsur yang
membentuk konsepsi dasar geopolitik Indonesia, yaitu perilaku bangsa yang
dipengaruhi oleh ruang hidupnya. Unsur isi terdiri atas tiga subunsur, yaitu:
(1) cita-cita geopolitik Indonesia, (2) sifat dan ciri geopolitik Indonesia, (3) dan
cara kerja geopolitik Indonesia.
1. Cita-cita
Cita-cita geopolitik Indonesia berpedoman pada isi yang terkandung
dalam tiap-tiap alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, terutama
dalam alinea kedua dan keempat, khusus tentang cita-cita mengisi
kemerdekaan dan tujuan negara.
Pembukaan Alinea Kedua
Sesuai yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 alinea kedua, yaitu dalam Negara Indonesia yang merdeka hams diisi
dengan: bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Tiga hal ini merupakan cita-cita
untuk mengisi kemerdekaan, yang kemudian diangkat menjadi cita-cita
nasional atau sejalan dengan cita-cita geopolitik Indonesia, yaitu dengan
modal bersatu nusa dan bangsanya, untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur, harus berkedaulatan rakyat atau rakyat yang berdaulat. Tiga konsep
dasar ini merupakan rumusan singkat tiga pokok pikiran yang terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945.
Pembukaan Alinea Keempat
Cita-cita geopolitik Indonesia sebagaimana yang dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yang isinya ada
empat hal. Dari empat hal yang akan diuraikan adalah hal yang pertama
tentang tujuan negara, yaitu:
“……. untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, "

Dengan dasar tujuan tersebut dan dengan menyadari letak kedudukan


geografis pada posisi silang, Indonesia memandang ke segenap penjuru
lingkungan, yang juga bertitik pangkal pada pokok pikiran pertama dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai pancaran sila ketiga
Pancasila, sehingga geopolitik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
keamanan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia, dan melaksanakan
ketertiban dunia serta perdamaian bagi seluruh umat manusia. Oleh karena
itu, berdasarkan Pancasila geopolitik Indonesia tidak semata-mata
memperhatikan kepentingan Indonesia sendiri, tetapi juga secara asasi telah
menerima beban kewajiban kodrati untuk senantiasa memperhatikan
lingkungan. Dan dalam ikut membina kesejahteraan dan perdamaian dunia
berdasar atas tiga konsep: kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Konsep dasar tujuan negara yang berhubungan dengan kehidupan
sesama bangsa.
Tujuan geopolitik Indonesia sehubungan dengan kesatuan bangsa
yang utama adalah untuk mewujudkan kesatuan dan keserasian dinamis di
dalam segenap aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun
aspek sosialnya. Segenap aspek kehidupan nasional Indonesia juga selalu
menuntut dimanunggalkan secara selaras serasi seimbang, dalam kesatuan
Republik Indonesia.
2. Sifat dan Ciri-ciri
Geopolitik Indonesia harus dapat menciptakan suatu kesatuan
nusantara dan bangsa Indonesia yang utuh dan bulat, tidak terpecah-pecah
oleh kekuatan apa pun. Hal ini menunjukkan bahwa geopolitik Indonesia
memiliki sifat manunggal dengan ciri utuh menyeluruh. Sifat manunggal atau
menyatu ini merupakan titik hubungan antara unsur wadah dan unsur isi
geopolitik Indonesia.
Sifat Manunggal
Keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap aspek
kehidupan, baik aspek alamiah maupun aspek sosial. Segenap aspek
kehidupan sosial ini selalu menuntut untuk dimanunggalkan secara selaras,
serasi, seimbang, sesuai dengan makna sesanti Bhinneka Tunggal Ika yang
merupakan sifat asasi dari negara Indonesia berdasarkan Pancasila.
Ciri Utuh Menyeluruh
Ciri utuh menyeluruh bagi nusantara dan bangsa Indonesia
merupakan unsur dasar kesatuan aspek alamiah yaitu nusantara dan aspek
sosial yaitu bangsa Indonesia, sehingga merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan, yang dalam kehidupan nasional berpedoman pada isi sumpah
pemuda, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia.
3. Cara Kerja
Cara kerja dalam geopolitik Indonesia berpedoman pada Pancasila
sebagai aksioma kehidupan yang merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Dan dalam hubungan antar bangsa harus mawas diri dan berolah
budi dalam usaha meningkatkan kebudayaan sendiri.
Pedoman Pancasila
Pancasila sebagai pedoman dalam hidup berbangsa dan bernegara
merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang diyakini kebenarannya
diwujudkan dalam tata pergaulan hidup yang mampu menggugah motivasi
dan mengarahkan kehidupan yang dicita-citakan bersama. Dalam kehidupan
kenegaraan, Pancasila sebagai aksioma kehidupan dipancarkan keempat
pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 yang dijelmakan dalam pasal-
pasal Undang-Undang Dasar 1945, terutama pokok pikiran persatuan
sebagai landasan untuk menyatukan bangsa dan negara yang memberikan
arah hidup bermasyarakat dan bernegara. Dari uraian ini menegaskan bahwa
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia terkandung cita-cita
bangsa dalam bermasyarakat dan bernegara, prinsip-prinsip dasar kehidupan
bersama, serta nilai-nilai filosofis dan pedoman cara kerja, termasuk sistem
"mawas lingkungan hidup bangsa" yang dinamakan geopolitik Indonesia.
Dalam cara kerja yang berpedoman Pancasila ini jelaslah bahwa
bangsa Indonesia harus selalu berpegang pada pandangan hidup dan filsafat
hidup bangsa sebagai pedoman dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Hal ini berarti, bangsa Indonesia baik sebagai individu maupun
sebagai warga masyarakat dalam hidup bersama, harus memahami nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam filsafat hidup tersebut, serta bertekad
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan filsafat hidup
bangsa, yaitu pelaksanaan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam
bermasyarakat dan bernegara, mencakup dua hal, pelaksanaan objektif dan
pelaksanaan subjektif. Pelaksanaan objektif adalah negara yang
mengamalkan, sedang pelaksanaan subjektif adalah rakyatnya yang
mengamalkan.
Pelaksanaan objektif, yaitu pengamalan Pancasila sebagai dasar
filsafat negara dipergunakan sebagai sumber hukum dan mendasari segenap
penyelenggaraan kenegaraan. Pelaksanaan subjektif, yaitu pengamalan
Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari rakyat
dan bangsa Indonesia sebagai pedoman pola tingkah laku. Pelaksanaan
Pancasila secara murni dan konsekuen sebagai pedoman hidup, secara
langsung akan mewujudkan bangsa Indonesia selalu mawas diri dan juga
berolah budi sesuai dengan nilai-nilai luhur ajaran sila-sila Pancasila.
Mawas Diri
Bangsa Indonesia yang bersifat terbuka, dalam hubungan dan
pergaulan hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, selalu menyadari
keadaan diri bangsa Indonesia sendiri atau mawas diri. Dengan demikian
mawas diri dapat dirumuskan:
Menyadari keadaan diri bangsa Indonesia dengan sifat terbuka dalam
hubungan dan pergaulan hidup bersama dengan bangsa-bangsa
Kemampuan mawas diri sangat diperlukan karena dewasa ini orang lebih
cenderung menitikberatkan kehidupan pada segi materi, ingin cepat
menikmati hasil jerih payah, dan kurang menyadari bahwa hasil tersebut
hanya memberikan kepuasan lahiriah. Kemampuan mawas diri berguna
untuk mengatasi dan melawan kekalutan dan kekacauan yang timbul sebagai
dampak negatif pembangunan. Mawas diri menunjukkan betapa besar
keuletan dan daya tahan bangsa Indonesia dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman baik dari dalam maupun dari luar untuk
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Olah Budi
Geopolitik Indonesia berusaha untuk memperkaya dan meningkatkan
kebudayaannya atau berolah budi sepanjang dirasa tidak bertentangan
dengan rasa budaya sesuai Pancasila. Dengan demikian dapat dinyatakan:
Suatu usaha untuk memperkaya dan meningkatkan kebudayaan sendiri
sepanjang dirasa tidak bertentangan dengan rasa budaya sesuai Pancasila.
Berolah budi menunjukkan keuletan dan daya tahan bangsa Indonesia
dalam mengamankan dan mempertahankan kepribadiannya bahkan
diperkaya bagi pemekaran dan penyempurnaan dengan menambah dan
memperkaya dari hasil antar hubungan dengan bangsa lain, sehingga dapat
tetap tumbuh mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi tuntutan waktu
dengan kesegarannya, merupakan suatu usaha untuk menjalin kelangsungan
perkembangan kepribadian bangsa dan pandangan hidup bangsa yang
sesuai dengan perkembangan pemikiran bangsa Indonesia yang bersifat
dinamis
2. Konsepsi Pelaksana Geopolitik Indonesia
Tata laku (conduct) geopolitik Indonesia merupakan konsepsi
pelaksana, yaitu melaksanakan unsur isi yang diterapkan dalam unsur
wadah, atau dasar penentuan kebijaksanaan dengan memanfaatkan
keuntungan letak geografi negara, yang dibedakan menjadi dua sub-unsur
dasar, yaitu: (1) tata laku batiniah, dan (2) tata laku lahiriah. Dua tata laku
hanya dapat dibedakan tidak dapat dipisahkan, pelaksanaannya merupakan
satu kesatuan.
1) Tata Laku Batiniah
Tata laku batiniah tumbuh dan terbentuk karena kondisi dalam proses
pertumbuhan hidup yang dipengaruhi keyakinan pada suatu agama termasuk
tuntutan budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan cita-cita moral rakyat yang
luhur, yang memungkinkan berlangsungnya kebiasaan hidup, serta
dipengaruhi juga oleh kondisi lingkungan yang kemudian terwujud sebagai
landasan filsafat dan sikap mental bangsa.
Landasan Filsafat
Landasan filsafat adalah dasar pemikiran secara kritik dan sistematik
untuk mencari jawaban bagaimana cara menyatukan rakyat, bagaimana cara
berpemerintahan, dan yang utama bagaimana cara menyejahterakan rakyat.
Dalam rangka perwujudan fundamen politik negara, yang berdasar pokok
pikiran persatuan, pokok pikiran kedaulatan rakyat, dan pokok pikiran
keadilan sosial. Hal ini merupakan landasan untuk bertindak dan sebagai jiwa
dalam mewujudkan nusantara yang utuh menyeluruh, dan sebagai jiwa
tindakan bangsa dalam bermasyarakat dan bernegara.
Cara menyejahterakan rakyat bertitik tolak pada keyakinan suatu
agama sebagai landasan dasar untuk bertindak, berbudi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan cita-cita moral rakyat yang luhur sehingga
terwujud masyarakat adil dan makmur. Hal ini terkandung pada pokok pikiran
ketuhanan dan kemanusiaan sebagai fundamen moral negara.
Landasan filsafat untuk geopolitik Indonesia pada dasarnya terdiri atas
dua unsur, yaitu fundamen moral negara dan fundamen politik negara.
Fundamen moral negara adalah sila pertama dan kedua Pancasila yang
dipancarkan ke pokok pikiran keempat dalam Pembukaan UUD 1945.
Fundamen politik negara adalah sila ketiga, keempat, dan kelima yang
dipancarkan ke pokok pikiran pertama, ketiga, dan kedua dalam. Pembukaan
UUD 1945. Kedua fundamen tidak dapat dipisahkan merupakan satu
kesatuan sebagai dasar negara Indonesia.
Sikap Mental Bangsa
Jiwa bangsa Indonesia adalah bersifat kerohanian dan perwujudannya
dalam bentuk tingkah laku dan amal perbuatan disebut kepribadian bangsa,
menjelma dan tumbuh menjadi sikap mental bangsa, berupa kristalisasi nilai-
nilai luhur yang diyakini kebenarannya, sehingga menjadi sumber daya
kehidupan bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara. Oleh
karena itu, setiap gejala penyimpangan tafsiran dan penerapan jiwa bangsa,
perlu segera ditertibkan dan diubah untuk mencegah agar jangan sampai
menjadi kebiasaan. Dengan demikian sikap mental bangsa merupakan
pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia dalam
bernegara.
2. Tata Laku Lahiriah
Tata laku lahiriah dituangkan dalam suatu pola tata laksana yang
diperinci lagi menjadi tiga subunsur dasar: Tata perencanaan, tata
pelaksanaan, dan tata pengawasan. Tata laku ini berupa penerapan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam geopolitik Indonesia yang melahirkan geostrategi
Indonesia yang tangguh.
Tata Perencanaan
Tata perencanaan kehidupan bernegara sesuai Undang-Undang
Dasar 1945 dirumuskan. oleh rakyat, dalam hal ini Majelis Permusyawaratan
Rakyat sebagai penjelmaannya. Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai
jelmaan rakyat dalam sistem kedaulatan rakyat mempunyai tugas:
 Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
 Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
 Memberhentikan Presiden dan / atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya.
Tata Pelaksanaan
Tata pelaksanaan kehidupan bernegara yang dirumuskan dalam
Undang-Undang Dasar pelaksanaannya di tangan Presiden sebagai yang
diberi mandat oleh Rakyat. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan
negara yang tertinggi di samping Majelis, dalam menjalankan pemerintahan
negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah di tangan Presiden.
Tata Pengawasan
Tata pengawasan dalam kehidupan bernegara pelaksanaannya adalah
di tangan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil-wakil rakyat, yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat mengawasi Presiden dalam pelaksanaan jalannya
pemerintahan. Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil-wakil rakyat dalam
tata pengawasan dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Dalam bidang pengawasan DPR sebagai bagian utama MPR mempunyai
peranan penting terhadap badan eksekutif.
 Fungsi pengawasan, DPR mendapat bahan-bahan tentang penggunaan
uang negara dari laporan BPK.
 Fungsi pengawasan, DPR mempunyai hak-hak sebagai berikut:
 Hak interpelasi (meminta keterangan).
 Hak angket (mengadakan penyelidikan).
 Hak berpendapat (menyatakan pendapat).

D. Implementasi Geopolitik Indonesia


Pengaruh letak bumi pada posisi silang terhadap ketatanegaraan bagi
bangsa Indonesia mula pertama terasa penting dan mendesak dengan
menyatukan nusa dan bangsanya dalam rangka usaha mengembangkan
konsepsi ketahanan nasional atau geostrategi Indonesia, mengingat bangsa
Indonesia yang terdiri atas beberapa suku bangsa dan beraneka budaya
serta bermacam-macam agama, maka konsep geopolitik Indonesia perlu
dilaksanakan untuk mencapai tujuan bangsa dan negara.
Konsep geopolitik Indonesia mengingat uraian mengenai
perkembangan wilayah Indonesia dan unsur dasar geopolitik Indonesia,
dapat diberi batasan yang sedikit berbeda dengan semula, namun intinya
sama, sebagai berikut:
Pengetahuan tentang segala sesuatu dengan memanfaatkan letak
geografi negara kepulauan untuk kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan nasional yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah yang menghormati kebhinnekaan kehidupan nasional
untuk mencapai tujuan negara.
Batasan tersebut merupakan suatu ajaran tentang geopolitik
Indonesia, maka perlu pelaksanaan dan penerapannya. Adapun pelaksanaan
geopolitik Indonesia sejak wawasan nusantara diresmikan oleh MPR dengan
TAP MPR nomor IV tahun 1973, yaitu meliputi empat aspek, perwujudan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, perwujudan kepulauan
nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, perwujudan kepulauan nusantara
sebagai satu kesatuan sosial budaya, perwujudan kepulauan nusantara
sebagai satu kesatuan pertahanan dan keamanan. Di samping bangsa
Indonesia melaksanakan empat aspek juga menerapkan wawasan nusantara
sebagai geopolitik Indonesia.

1. Wawasan Pembangunan Nasional


Wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional untuk
mencapai tujuan dan cita-cita nasional adalah wawasan nusantara yang
merupakan geopolitik Indonesia. Wawasan nusantara sebagai wawasan
pembangunan nasional adalah mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah yang mencakup: kesatuan politik, kesatuan
ekonomi, kesatuan sosial budaya, dan kesatuan hankam. Empat bidang ini
merupakan pancaran dari Pancasila sebagai ideologi negara, sehingga
dalam wawasan pembangunan tidak ada istilah kesatuan ideologi yang
berlandaskan kesatuan wilayah, karena ideologi Pancasila sebagai asas
untuk menyatukan wilayah dan bangsa Indonesia.
a. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, dalam
arti:
 Kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan
matra (dimensi) seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik
bersama bangsa.
 Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan berbagai bahasa
daerah, memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan satu kesatuan bangsa
yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
 Secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu dalam
semangat persatuan, senasib sepenanggungan, sebangsa dan
setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita
Bangsa.
 Pancasila adalah satu-satunya filsafat serta ideologi bangsa dan
negara, yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa
menuju tujuannya.
 Kehidupan politik diseluruh wilayah Nusantara merupakan satu
kesatuan politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
 Seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan sistem
hukum, dalam arti bahwa hanya ada satu hukum nasional yang
mengabdi kepada kepentingan nasional.
 Bangsa Indonesia hidup berdampingan dengan bangsa lain, ikut
menciptakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial, melalui politik luar negeri bebas aktif serta
diabdikan pada kepentingan nasional.
b. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, dalam
arti:
 Kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup
masyarakat sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah Tanah
Air.
 Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh
daerah, tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam
pengembangan kehidupan ekonominya.
 Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara merupakan
satu kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
c. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial-budaya,
dalam arti:
 Masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat
kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya
keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
 Budaya Indonesia adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang
ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal
dan landasan pengembangan budaya bangsa, dengan tidak menolak
nilai-nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai budaya
bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia.
d. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan
keamanan, dalam arti:
 Ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah tertentu pada
hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
 Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
rangka pembelaan bangsa dan negara demi kelangsungan hidup
bangsa dan negara.

2. Penerapan Geopolitik Indonesia


Geopolitik Indonesia harus dijadikan pedoman dan tuntunan bagi
setiap individu bangsa dan rakyat Indonesia dalam membangun dan
memelihara tuntunan bangsa dan negara. Geopolitik Indonesia menjadi pola
yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka
menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai permasalahan
menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Geopolitik Indonesia sebagai pedoman dan tuntunan bagi bangsa
Indonesia penerapannya secara singkat dibedakan dua kelompok. Yaitu
dalam wilayah dan kehidupan nasional, atau dua aspek yaitu aspek wilayah
dan aspek poleksosbud hankam. Kehidupan nasional ada lima aspek,
sedang aspek ideologi adalah sebagai landasan ideal merupakan panduan
warga negara.
Aspek Wilayah
 Salah satu manfaat yang paling nyata dan penerapan geopolitik Indonesia
adalah di bidang wilayah. Dengan diterimanya konsepsi nusantara di
forum internasional maka terjaminlah integrasi teritorial, "semula laut
nusantara dianggap laut bebas" menjadi bagian integral dari wilayah
Indonesia. Di samping itu pengakuan terhadap landas kontinen Indonesia
dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia menghasilkan pertambahan
wilayah yang cukup besar sehingga menjadi luas wilayah Indonesia yang
semula nomor 17 di dunia menjadi nomor 7 di dunia. Dengan menerapkan
wawasan nusantara atau geopolitik Indonesia luas wilayah Indonesia
menjadi:
Luas daratan = 2.027.087 km2
Luas laut =3.166.163km2
(termasuk luas landas kontinen) = 2.200.000 km2
Luas Zona Ekonomi Eksklusif = ± 1.577.300 mil persegi.
 Pertambahan luas ruang hidup tersebut di atas menghasilkan sumber
daya alam yang cukup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia
mengingat bahwa minyak, gas bumi, dan mineral lainnya banyak yang
berada di dasar laut, baik di lepas pantai maupun di laut dalam.
 Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia
internasional termasuk tetangga dekat:
Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, India, Australia, Papua Nugini,
yang dinyatakan dengan persetujuan yang menyangkut laut teritorial
maupun landas kontinen. Persetujuan tersebut dapat dicapai karena
pemerintah dapat memberikan akomodasi kepada kepentingan negara
tetangga antara lain di bidang perikanan maupun hak lintas dari Malaysia
Barat ke Malaysia Timur atau sebaliknya.
Aspek Poleksosbud Hankam
 Penerapan geopolitik Indonesia dalam kehidupan politik akan
menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan transparan
serta dinamis. Hal tersebut tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat,
aspiratif, dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan dasar
negara persatuan dan kesatuan serta sistem negara kedaulatan rakyat
yang keduanya pancaran dan ideologi terbuka.
 Penerapan geopolitik Indonesia dalam kehidupan ekonomi akan
menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan
dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata
dan adil. Penerapan geopolitik juga mencerminkan tanggung jawab
pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan
masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestariannya.
 Penerapan geopolitik Indonesia dalam kehidupan sosial budaya akan
menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima, dan
menghormati segala bentuk perbedaan atau kebinekaan sebagai
kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa. Penerapan
geopolitik ini akan menciptakan juga kehidupan masyarakat dan bangsa
yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, anal usul daerah,
agama, serta status sosial. Penerapan geopolitik Indonesia dalam
kehidupan pertahanan keamanan akan menumbuhkembangkan
kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang kemudian membentuk sikap
bela negara pada setiap warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap
cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini, akan menjadi modal
utama yang akan menggerakkan partisipasi setiap warga negara
Indonesia dalam menghadapi segala bentuk ancaman atau setiap gejala
yang membahayakan keselamatan bangsa dan negara.
Dalam pembinaan seluruh aspek kehidupan nasional penerapan
geopolitik Indonesia harus menjadi nilai yang menjiwai segenap peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada setiap strata di seluruh wilayah
Indonesia. Dan dalam segenap pranata sosial yang berlaku di masyarakat
dalam nuansa kebhinnekaan sehingga mendinamisasikan kehidupan sosial
yang akrab, peduli, toleran, hormat, dan taat hukum. Semua ini
menggambarkan sikap dan semangat kebangsaan atau nasionalisme yang
tinggi sebagai identitas atau jati diri bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai