Anda di halaman 1dari 22

BAB 7

WAWASAN NUSANTARA

Anggota Kelompok 6 :

1. Muhammad khaireza subiarsono (225020307111073)

2. I Komang Indra Triprasada (225020307111076)

3. Muhammad Fathanudin (225020300111040)

4. Sutan Saleh Ramadan (225020307111071)

5. Fanno jadityos RH (225020300111037)

6. Reyhan Achmad Karis (225020301111033)

7. Muhammad Nabil Yulianto (225020307111065)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-nya dan berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Wawasan Nusantara”. Pada
kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
dosen pengempu mata kuliah Kewarganegaraan yang telah memberikan dan
memercayakan tugas ini kepada kami selaku mahasiswa. Kami juga berterimakasih
kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan pembuatan tugas
makalah ini. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, akan tetapi ini
merupakan langkah awal yang baik untuk memulai studi yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
membantu dan berguna untuk kita semua.
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wawasan nusantara merupakan sebuah konsep pengenalan jati diri bangsa
Indonesia yang beragam yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan
golongan masyarakatnya. Wawasan nusantara menjadi tonggaak persatuan
dan kesatuan bangsa yang didalamnya terkandung nilai-nilai penting yang
melandasi Indonesia dapat menjadi negara yang satu hingga saat ini.
Wawasan nusantara juga tidak luput dari adanya persamaan dalam
perbedaan yang tetap satu jua, sesuai dengan semboyan negara Indonesia
yaitu “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Pemahaman mengenai konsep wawasan nusantara menjadi hal yang
begitu penting untuk kita ketahui sebagai warga negara Indonesia yang
hidup dengan berbagai perbedaan yang ada.

B. Rumusan Masalah
1. Urgensi pembahasan wawasan nusantara
2. Pengertian geopolitik dan teori geopolitik
3. Geopolitik Indonesia (wawasan nusantara)
4. Dasar pemikiran geopolitik Indonesia
5. Perkembangan wilayah Indonesia dan dasar hukumnya
6. Implementasi wawasan nusantara dalam konsep otonomi daerah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui urgensi pembahasan wawasan nusantara
2. Untuk mengetahui pengertian geopolitik dan teori geopolitik
3. Untuk mengetahui geopolitik Indonesia (wawasan nusantara)
4. Untuk mengetahui dasar pemikiran geopolitik Indonesia
5. Untuk mengetahui perkembangan wilayah Indonesia dan dasar
hukumnya
6. Unruk mengetahui implementasi wawasan nusantara dalam konsep
otonomi daerah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Urgensi pembahasan wawasan nusantara


 Wawasan Nusantara
wawasan nusantara merupakan pandangan bangsa Indonesia terhadap
lingkungan tempat berada termasuk diri bangsa Indonesia itu sendiri.
Indonesia yang merupakan negara penuh keberagaman, selalu memandang
dirinya menjadi satu kesatuan, maka dari itu tercetuslah sembohyang Bhineka
Tunggal Ika yang menjadi bentuk simbolik dari wawasan nusantara.

 Arti Penting Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara ini berfungsi sebagai pondasi negara agar setiap elemen
didalamnya memiliki persepsi yang sama. Perbedaan dalam politis dan
demokrasi merupakan hal yang wajar dan justru diharapkan agar nantinya
dapat menghasilkan masyarakat yang dinamis dan kreatif, serta sinergis
sehingga bisa saling menyesuaikan menuju integritas.

B. Pengertian geopolitik dan teori geopolitik


 Pengertian geopolitik
Geopolitik berasal dari bahasa Yunani, dari kata geo dan politik. “Geo” berarti
bumi dan “Politik” politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri
(negara) dan teia yang berarti urusan (Ngadilah, 2007). Sementara dalam
bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara,
dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu.
Tindakan, cara dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh kondisi geografi
tempat masyarakat hidup. Selanjutnya geopolitik dipandang sebagai studi atau
ilmu. Geopolitik secara tradisional didefinisikan sebagai studi tentang
"pengaruh faktor geografis pada tindakan politik”. Geopolitik dimaknai
sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan
dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor–faktor
geografi, strategi dan politik suatu negara. Adapun dalam impelementasinya
diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional (Suradinata, 2001).
Pandangannya tentang wilayah, letak dan geografi suatu negara akan
mempengaruhi kebijakan atau politik negara yang bersangkutan. Terkait
dengan hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pandangan atau teori-
teorinya tentang geopolitik. Di antaranya adalah teori Geopolitik Frederich
Ratzel, teori Geopolitik Rudolf Kjellen, teori Geopolitik Karl Haushofer, teori
Geopolitik Halford Mackinder, teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan dan
teori Geopolitik Nicholas J. Spijkman.

 Teori geopolitik

1. Teori Geopolitik Fredefich Ratzel

Pokok-pokok teori Ratzel, disebut Teori Ruang, menyebutkan bahwa: a.


Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme (makhluk
hidup), yang memerlukan ruang hidup (lebensraum) cukup agar dapat
turnbuh dengan subur melalui proses lahir, tumbuh, berkembang,
mempertahankan hidup, menyusut, dan mati. b. Kekuatan suatu negara
harus marnpu mewadahi pertumbuhannya. Makin luas ruang dan potensi
geografi yang diternpati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan makin
besar kemungkinan kelompok politik itu tumbuh. c. Suatu bangsa dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam.
Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup terus dan
berlangsung. d. Apabila ruang hidup negara sudah tidak dapat memenuhi
keperluan, ruang itu dapat dipeluas dengan mengubah batas-batas negara
baik secara damai maupun melalui jalan kekerasan atau perang. Pandangan
Ratzel tentang geopolitik menimbulkan dua aliran kekuatan, yaitu (1)
berfokus pada kekuatan di darat (kontinental) dan (2) berfokus pada
kekuatan di laut (maritim). Melihat adanya efek persaingan dua aliran
kekuatan yang bersumber dari teorinya, Ratzel meletakkan dasar-dasar
suprastruktur geopolitik, yaitu bahwa kekuatan suatu negara harus mampu
mewadahi tumbuhan kondisi dan kedudukan geografinya. Dengan
demikian, esensi pengertian politik adalah penggunaan kekuatan fisik
dalam rangka rnewujudkan keinginan atau aspirasi nasional suatu bangsa.
Hal ini seiring kearah politik adu kekuatan dan adu kekuasaan dengan
tujuan ekspansi.

2. Teori Geopolitik Karl Haushofer


Pokok-pokok teori Haushofer pada dasarnya menganut teori Kjellen dan
bersifat ekspansionis serta rasial, bahkan dicurigai sebagai teori yang
menuju kepada peperangan. Teori Haushofer berkembang di Jerman dan
mempengaruhi Adolf Hitler. Teori ini pun dikembangkan di Jepang dalam
ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat materialisme dan fasisme.
Inti teori Haushofer adalah:

a. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak


terlepas dari hukum alam.

b. Kekuasaan Imperium Daratan dapat mengejar kekuasaan Imperium


Maritim untuk menguasai pengawasan di laut.

c. Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai


Eropa, Afrika, dan Asia Barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia
Timur Raya.

d. Geopolitik adalah doktin negara yang menitikberatkan perhatian


kepada soal strategi perbatasan.
e. Ruang hidup bangsa dan tekanan kekuasaan ekonomi dan sosial yang
rasial mengharuskan pembagian baru dari kekayaan alam di dunia.

f. Geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam


perjuangan mendapatkan ruang hidup.

3. Teori Geopolitik Sir Halford Mackinder

Pokok teori Mackinder menganut “konsep kekuatan darat” dan mencetuskan


Wawasan Benua. Teorinya menyatakan : Barang siapa dapat menguasai
“Daerah Jantung”, yaitu Eurasia (Eropa dan Asia) akan dapat menguasai
“Pulau Dunia”, yakni Eropa, Asia, dan Afrika. Barang siapa dapat
menguasai pulau dunia akhirnya dapat menguasai dunia.

4. Teori Geopolitik Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan

Pokok teori kedua ahli tersebut menganut “konsep kekuatan maritim” dan
mencetuskan Wawasan Bahari, yaitu kekuatan di lautan (Yates, 1943).
Teorinya menyatakan: Barang siapa menguasai lautan akan menguasai
“perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai “kekayaan
dunia” sehingga pada akhirnya akan menguasai dunia.

5. Teori Geopolitik Nicholas J.Spykman

Pokok teori Spykman disebut “Teori Daerah Batas” atau “Teori Wawasan
Kombinasi”, yaitu teori yang menggabungkan kekuatan darat, laut, dan
udara yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi suatu negara.
C. Geopolitik Indonesia (wawasan nusantara)

Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia Cara pandang suatu


bangsa memandang tanah air dan beserta lingkungannya menghasilkan
wawasan nasional. Wawasan nasional itu selanjutnya menjadi pandangan atau
visi bangsa dalam menuju tuannya. Namun tidak semua bangsa memiliki
wawasan nasional Inggris adalah salah satu contoh bangsa yang memiliki
wawasan nasional yang berbunyi” Britain rules the waves”. Ini berarti tanah
inggris bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga lautnya. Adapun bangsa
Indonesia memiliki wawasan nasional yaitu wawasan nusantara.
Sebagai Wawasan nasional dari bangsa Indonesia naka wilayah Indonesia
yang terdiri dari daratan, laut dan udara diatasnya dipandang sebagai ruang
hidup (lebensraum) yang satu atau utuh. Wawasan nusantara sebagai wawasan
nasionalnya bangsa Indonesia dibangunatas pandangan geopolitik bangsa.
Pandangan bangsa Indonesia didasarkan kepada konstelasi lingkungan tempat
tinggalnya yang menghasilakan konsepsi wawasan Nusantara. Jadi wawasan
nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.
Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan
berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau
penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti memandang,
meninjau atau melihat. Wawasan artinya pandangan, tujuan, penglihatan,
tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang, cara melihat.
Kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai visi bangsa. Visi adalah
keadaan atau rumusan umum mngenai keadaan yang dinginkan. Wawasan
nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan.
Visi bangsa Indonesia sesuaidengan konsep wawasan Nusantara adalah menjadi
bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.
Berdasarkan uraian di atas, konsepsi Wawasan Nusantara dibangun atas
geopolitik bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki pandangan sendiri
mengenai wilayah yang dikaitkan dengan politik/kekuasaan. Wawasan
Nusantara sebagai wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham
kekuasaan dan geopolitik bangsa Indonesia (HAN, Sobana : 2005). Wawasan
Nusantara dapat dikatakan sebagai penerapan teori geopolitik dari bangsa
Indonesia. (Chaidir Basrie : 2002).
Oleh karena itu, bangsa Indonesia juga menolak paham ekspansionisme
dan adu kekuatan yang berkembang di Barat. Bangsa Indonesia juga menolak
paham rasialisme, karena semua manusia mempunyai martabat yang sama, dan
semua bangsa memiliki hak dan kewajiban yang sama berdasarkan nilai-nilai
Ketuhanan dan Kemanusiaan yang universal.
Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham
kebangsaaan atau nasionalisme yang membentuk suatu wawasan kebangsaan
dengan menolak pandangan Chauvisme. Bangsa Indonesia selalu terbuka untuk
menjalin kerjasama antar bangsa yang saling menolong dan saling
menguntungkan. Semua ini dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dan
ketertiban dunia.
Oleh karena itu, wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia. Hal ini
dipahami berdasarkan pengertian bahwa dalam wawasan nusantara terkandung
konsepsi geopolitik Indonesia, yaitu unsur ruang, yang kini berkembang tidak
saja secara fisik geografis, melainkan dalam pengertian secara keseluruhan
(Suradinata; Sumiarno: 2005).

D. Dasar pemikiran geopolitik Indonesia


Dalam membina dan mengembangkan wawasan nasionalnya, bangsa
indonesia selalu berpijak pada kondisi nyata yang terdapat dalam
lingkungannya sendiri. Oleh karena itu Wawasan nusantara (nasional) dibentuk
dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan
falsafah Pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan
pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dasar
pemikiran yang melatarbelakangi pengembangan Wawasan nusantara dapat
dilihat dari:
1. Falsafah Pancasila

Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan


Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, daya pikir dan sadar akan
keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya, lingkungannya, alam
semesta dan penciptanya. Kesadaran ini menumbuhkan cipta, karsa dan karya
untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya dari generasi ke
generasi. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah
bersemayam dan berkembang dalam hati sanubari dan kesadaran bangsa
Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila mendasari pengembangan Wawasan nusantara, antara lain


gotong royong. Suatu nilai khas dari bangsa Indonesia. Gotong royong bukan
hanya sekedar tolong-menolong, peduli atau empati. Gotong royong merupakan
kerja kolektif dari berbagai elemen masyarakat dalam mambangun jalan,
misalnya, yang bertujuan untuk kebaikan bersama. Nilai-nilai ketuhanan juga
mengarahkan kita untuk memahami Tuhan bukan yang satu, tetapi Tuhan dalam
arti mutlak yang harus diakui keberadaannya. Lebih dari sekedar itu, nilai-nilai
ketuhanan, seperti kabaikan, kejujuran, kasih sayang, rahmat dan seterusnya
hendaknya dapat diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa.

Dalam prakteknya ini berarti antara agama tidak ada yang bertentangan sebab
setiap agama mengajarkan kebaikan. Nilai kemanusiaan Indonesia juga menjadi
dasar wawasan nusantara yang kemudian melahirkan HAM. Dalam filsafat
Pancasila juga mengedepankan kepentingan masyarakat yang lebih luas harus
lebih diutamakan, tanpa mematikan kepentingan golongan. Pengambilan
keputusan yang menyangkut kepentingan Bersama diusahakan melalui
musyawarah mufakat. Kemakmuran yang hendak dicapai oleh masingmasing
warganya tidak merugikan orang lain. Sikap tersebut mewarnai Wawasan
nusantara yang dianut dan dikembangkan bangsa Indonesia. Semua nilai filsafat
hidup dari Pancasila tersebut menjadi dasar pijakan untuk kita dalam melihat
diri dan lingkungan.
2. Aspek Kewilayahan Indonesia

Kondisi obyektif geografi Nusantara, yang merupakan untaian ribuan pulau


yang tersebar dan terbentang di khatulistiwa dan letak posisi yang strategis.
Wilayah Indonesia saat 17 Agustus 1945 masih mengikuti Territoriale Zee En
Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939, di mana lebar laut wilayah
Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing masing pantai
pulau Indonesia. Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957, Penentuan
batas laut teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang
menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau negara
Indonesia kepulauan Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau besar maupun
kecil yang berada pada batas-batas astronomi berikut: Utara : 06 08 LU
Selatan : 11 15 LS Barat : 94 45 BT Timur : 141 05 BT Dan jarak Utara –
Selatan : + 1.888 km Barat – Timur : + 5.110 km

Kondisi objektif geografi Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau, memiliki
karakteristik yang berbeda dengan negara lain. Pengaruh geografi merupakan
suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan karena mengandung beraneka
ragam kekayaan alam (baik di dalam maupun di permukaan bumi) dan jumlah
penduduk yang besar. Dengan demikian secara kontekstual kondisi geografi
Indonesia mengandung keunggulan sekaligus kelemahan/kerawanan. Kondisi
ini perlu diperhitungkan dan dicermati dalam perumusan geopolitik Indonesia.

3. Aspek Sosial Budaya

Masyarakat Indonesia sejak awal terbentuk dengan ciri kebudayaan yang sangat
beragam yang muncul karena pengaruh ruang hidup berupa kepulauan di mana
ciri alamiah tiap-tiap pulau berbeda beda. Dari tinjauan sosial budaya tersebut,
pada akhirnya dipahami bahwa proses social dalam keseluruhan upaya menjaga
persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi dan melakukan hal-
hal positif diantara serta masyarakat tentang eksistensi budaya yang sangat
beragam namun memiliki semangat untuk membina kehidupan secara harmonis.
Menurut ahli antropologi, tidak mungkin ada masyarakat kalau tidak ada
kebudayaan, dan sebaliknya. Kebudayaan hanya mungkin ada di dalam
masyarakat. Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing
memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan. Oleh karena itu, tata
kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antargolongan
masyarakat mengandung potensi konflik yang besar, terlebih lagi kasadaran
nasional masyarakat masih relatif rendah dan jumlah masyarakat yang terdidik
relatif terbatas.

4. Aspek Kesejarahan Bangsa Indonesia

Perjuangan bangsa Indonesia memerdekaan diri menjadi sebuah negara


berdaulat dari belenggu penjajahan tentu dibentuk dan terbentuk faktor-faktor
historis yang memicunya. Selain itu, perumusan cita-cita, tujuan, dasar negara,
dan falsafah hidup bangsa tumbuh dan berkembang dari latar belakang
sejarahnya.

Sebagaimana telah jamak kita ketahui, Konsep bernegara kita yang


diproklamirkan sejak 18 Agustus 1945 tidak lahir begitu saja, melainkan
tumbuh dan berevolusi dari bibit-bibit kerajaan yang tersebar dalam wilayah
Nusantara. Kedatuan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit adalah dua contoh
manifestasi kesadaran persatuan bangsa dalam wilayah luas Nusantara.

Meskipun belum ada konsep rasa kebangsaan seperti dirujuk dalam pengertian
negara modern, namun mereka telah mempunyai konsep-konsep bernegara yang
solid dan padu. Konsep persatuan dalam keberbedaan misalnya muncul dan
termanifestasi dalam konsep Kerajaan Majapahit seperti tertulis dalam Negara
Kartagama (dikarang oleh Empu Tantular): Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrua. Sebuah konsep bernegara yang berusaha
mengatur/mengelola perbedaan-perbedaan yang berlangsung dalam masyarakat
plural dalam sebuah persatuan. Konsep Nusantara juga adalah konsep yang
berasal dari kata Nuswantoro yang merupakan wilayah luas
taklukkan/kekuasaan majapahit yang merentang di seluruh penjuru, seperti
sekarang dikenal sebagai Nusantara itu.

Setelah kedatangan penjajah Eropa di bumi Nusantara, bangsa Indonesia benar-


benar telah merasakan kepedihan dan penderitaan. Namun penjajahan ini justru
menyadarkan para pendiri bangsa untuk bertekad memerdekaan diri, merebut
wilayah luas Nusantara yang dulu merupakan warisan nenek-moyang dari
kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya, dan memproklamirkan
pendirian negara Indonesia yang berdaulat dan mempunyai akar persatuan di
masa lalu. Dari uraian di atas, maka wawasan nusantara (nasional Indonesia)
telah diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menginginkan terpecahnya
dalam lingkungan bangsa dan negara Indonesia yang akan melemahkan
perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional.

E. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya

Indonesia memiliki dinamika yang sangat beragam terutama yaitu pada proses
perkembanan wilayah Negara Indonesia. Sejak berakhirnya kependudukan
Jepang dan Belanda yang merupakan sebagai negara penjajah yang pernah
menjajah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bangsa Indonesia mulai bersiap
untuk menyiapkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah
satunya adalah mempersiapkan Wilayah Negara Indonesia. Wilayah Indonesia
dahulu tidak seluah saat ini, dahulu wilayah Indonesia hanya terdiri dari
beberapa lokasi. Dalam proses perkembangan Wilayah Indonesia dimulai saat
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Proses perkembangan
wilayah Indonesia beserta dasar hukumnya akan dibahas sebagai berikut.

a. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945 hingga 13 Desember


1957)
Indonesia mengklaim dan mengembangkan wilayah Indonesia dimulai
saat proklamasi kemerdekaan Indonesia. Proklamsi kemerdekaan
Indonesia menjadi titik balik bagi Indonesia untuk dapat berdiri sebagai
negara yang bebas dari aturan negara penjajah. Sebelum kemerdekaan
Indonesia, 17 Agustus 1945, Aturan mengenai wilayah Indonesi masih
mengikuti Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie (TZMKO)
tahun 1939. Aturan tersebut mengatur tentang lebar laut wilayah
Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing pantai di
Indonesia. Penetapan lebar wilayah ini tentu tidak mendukung konsep
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

b. Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957)


Deklarasi ini merupakan sebagai dorongan titik balik bangsa Indonesia
dalam mengembangkan dan menetapkan wilayah Indonesia yang
sebelumnya mengacu pada aturan Teriotoriale Zee en Maritieme
Kringen Ordonantie. Deklarasi ini menyatakan bentuk geografis dari
negara Indonesia adalah archiphelegeo yang terdiri dari kepulauan atau
kumpulan pulau yang ada di wilayah Indonesia. Berikut isi deklarasi
Djuanda:

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang


mempunyai corak tersendiri;
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah
merupakan satu kesatuan;
3. Ketentuan ordinansi 1939ntentang Ordonansi dapat memecah
belah keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut
mengandung suatu tujuan:
 Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik
Indonesia yang utuh dan bulat;
 Untuk menentukan batas-batas wilayyah NKRI, sesuai
dengan asas negara kepulauan; dan
 Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih
menjamin keamanan dan keselamatan NKRI.

c. Deklarasi Landas Kontinen (17 Februari 1969)

Pengaturan mengenai wilayah Indonesia dan batas-batasnya berbasis


pada Deklarasi Landas Kontinen yang berlaku hingga saat ini. Deklarasi
ini memantapkan konsep wawasan Nusantara dan juga merupakan suatu
bentuk upaya untuk mewudjukan amanat undang-undang seperti yang
terkandung dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi, “bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasasi oleh
negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat”.
Asas-asas pokok yang terkandung dalanm Deklarasi Landas Kontinen
sebagai berikut:

 Segala sumber daya kekayaan alam yang terdapat di dalam landas


kontinen Indonesia milik eksklusif adalah milik negara Republik
Indonesia.
 Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landas
kontinen dengan negara tetangga melalui perundingan.
 Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang
ditarik di tengah-tengah pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar
negara tetangga.
 Klaim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan di atas
landas landas kontinen Indonesia maupun udara di atasnya.
Dasar hukum untuk Deklarasi Landas kontinen adalah Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1969 dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1973 tentang
landas kontinen dengan dasar wilayah perairan Indonesia.

d. Zona Ekonomi Eksklusif (21 Maret 1980)

Pada dasarnya aturan mengenai Zona Ekonomi Eksklusif mengatur


tentang jalur laut selebar 200 mil ke arah laut terbuka dan diukur sejak
garis dasar. Zona Ekonomi Eksklusif memberikan keutungan bagi
Indonesia yaitu, menjadi negara yang mengambil kesempatan pertama
untuk memanfaatkan sumber daya laut yang ada. Dasar hukum yang
mendasar diberlakukannya Zona Ekonomi Eksklusif adalah Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1983 dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1985 yang berisi tentang perikanan. Isi undang-undang Zona Ekonomi
Eksklusif antara lain:

 Sumber daya alam hayati adalah semua jenis binatang dan tumbuhan
termasuk bagian-bagiannya yang terdapat di dasar laut dan ruang air
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;
 Sumber daya alam non hayati adalah unsur alam bukan sumber daya
alam hayati yang terdapat di dasar laut dan tanah di bawahnya serta
ruang air Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;
 Penelitian ilmiah adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
penelitian mengenai semua aspek kelautan di permukaan air, ruang air,
dasar laut, dan tanah di bawahnya di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia;
 Konservasi sumber daya alam adalah segala upaya yang bertujuan untuk
melindungi dan melestarikan sumber daya alam di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia; dan
 Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut adalah segala upaya yang
bertujuan untuk menjaga dan memelihara keutuhan ekosistem laut di
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

e. Hukum Laut Internasional (1982)

Hukum Laut Internasional yang resmi sejak 10 Desember 1982 merupakan


kaidah yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas kawasan
perairan yang berada di bawah yuridiksi nasional. Hukum Laut Internasional
diresmikan oleh PBB berlaku sejak ditandatanginanya hukum tersebut. Isi
dari hukum laut internasional ini adalah:

1. Memuat hal-hal yang sudah baku seperti pengaturan laut bebas, Hak Lintas
Damai, dan Hak Pengejaran Seketika.
2. Memuat hal-hal yang tergolong penyempurnaan seperti pengaturan landas
kontinen.
3. Ketegasan mengenai lebar laut teritorial sejauh 12 mil dari garis pangkal.
4. Memuat konsepsi baru di bidang hukum seperti negara kepulauan, ZEE, ahli
teknologi kelautan, dasar samudera dalam, laut, negara tertutup, dan negara
setengah tertutup.
F. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Konsep Otonomi Daerah

Wawasan Nusantara menghendaki adanya persatuan bangsa dan keutuhan


wilayah nasional. Pandangan untuk tetap perlunya persatuan bangsa dan keutuhan
wilayah ini merupakan modal berharga dalam melaksanakan pembangunan.
Wawasan Nusantara juga mengajarkan perlunya kesatuan sistem politik, sistem
ekonomi, sistem sosial, sistem budaya dan sistem pertahanan-keamanan dalam
lingkup negara nasional Indonesia. cerminan dari semangat persatuan itu diwujudkan
dalam bentuk negara kesatuan. Walaupun demikian, semangat negara kesatuan
jangan sampai mengarah pada negara kekuasaan, negara menguasai segala aspek
kehidupan bermasyarakat termasuk menguasai hak dan kewenangan yang ada di
daerah di Indonesia. Tiap-tiap daerah hendaknya diberi kewenangan mengatur dan
mengelola sendiri dalam rangka mendapatkan keadilan dan kemakmuran.

Penyelenggaraan otonomi yang dibebankan pada setiap


Kabupaten/Kota/Provinsi haruslah otonomi daerah yang bertanggung jawab yakni,
berupa perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan
kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul
oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan
kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang
serasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan
NKRI (Winarno, 2014:208).

Permasalahan kesenjangan pembangunan pada era orde baru menyulut api


kemarahan bagi warga yang berada di luar Pulau Jawa. Pembangunan yang
tersentralisasi di Pulau Jawa dan pembagian keuangan yang tidak seimbang lebih
banyak terpusat sehingga menumbuhkan benih-benih disintegrasi bangsa. Era
reformasi mencoba menerapkan cara desentralisasi dengan tujuan pembangunan
kesejahteraan baik secara rohani dan jasmani dapat merata. Nantinya pembangunan
yang merata ke seluruh warga Indonesia akan menumbuhkan semangat nasionalisme
dalam jiwa bangsa yang nantinya berpengaruh pada keutuhan NKRI.
Penyelenggaraan otonomi daerah merupakan salah satu pengamalan Pancasila sila ke
5, yakni mewujudkan keadilan sosial. Pada masa orde baru yang hanya mempercayai
sumber daya manusia (SDM) dari Pulau Jawa untuk mengelola daerah-daerah di
Indonesia. Bahkan, dalam pikiran orang luar Jawa sudah ter-mindset “orang Jawa
pintar-pintar”, sehingga kebanyakan yang duduk di pemerintahan daerah bukan orang
asli daerah tersebut melainkan banyak yang dari Jawa. Dengan adanya otonomi SDM
di luar Pulau Jawa diberi kewenangan dan tanggung jawab untuk mengelola
daerahnya sendiri untuk mewujudkan kesejahteraan wilayahnya dan warganya. Tidak
dapat dipungkiri bahwa hanya orang-orang yang asli dari daerah tersebut yang
mengelola daerahnya dengan sebaik-baiknya, tentunya mewujudkan kesejahteraan
yang diimbangi dengan kelestarian kearifan lokal di masing-masing daerah.

Pada akhirnya, otonomi daerah tidak bertentangan dengan visi Wawasan


Nusantara. Otonomi atau desentralisasi adalah cara atau strategi yang dipilih agar
penyelenggaraan NKRI dapat menciptakan pembangunan yang berkeadilan dan
merata di seluruh wilayah tanah air. Pengalaman penyelenggaraan bernegara yang
dilakukan secara tersentralisasi justru banyak menimbulkan ketidakadilan di daerah.
Keadilan adalah prasyarat bagi terwujudnya persatuan bangsa dan keutuhan wilayah
sebagaimana hakekat Wawasan Nusantara (Winarno, 2014:209). Suatu negara yang
berusaha untuk menciptakan keadilan bagi warga negaranya maka warga negara
tersebut akan mencintai tanah airnya sehingga setiap warga negara mempunyai
kesadaran untuk menjaga keutuhan NKRI.
BAB III

PENUTUP

Wawasan nusantara bermula dari wawasan kewilayahan dengan


dicetuskannya Deklarasi Djuanda. Keluarnya Deklarasi Djuanda 1957 membuat
wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah. Laut bukan lagi pemisah pulau,
tetapi laut sebagai penghubung pulau-pulau Indonesia. Melalui perjuangan di forum
internasional, Indonesia akhirnya diterima sebagai negara kepulauan (Archipelago
state) berdasarkan hasil keputusan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut (UNCLOS). Akan tetapi disamping memberikan potensi keunggulan
(positif) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan, bisa juga hal
ini mengundang potensi negatif yang bisa mengancam keutuhan bangsa dan wilayah.
Wawasan nusantara sebagai konsepsi kewilayahan selanjutnya dikembangkan sebagai
konsepsi politik kenegaraan sebagai cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungan tempat tinggalnya sebagai satu kesatuan wilayah dan persatuan bangsa.
Esensi dari wawasan nusantara adalah kesatuan atau keutuhan wilayah dan persatuan
bangsa, mencakup di dalamnya pandangan akan satu kesatuan politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Anda mungkin juga menyukai