Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan asas kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan
populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan inipancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-
undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila pancasila.

Dalam konteks inilah maka Pancasila merupakan suatu asas


kerohanian negara, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma dan
kaidah hukum dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Kedudukan
Pancasila yang demikian ini justru mewujudkan fungsinya yang pokok
sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang manifestasinya dijabarkan
dalam suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu Pancasila
merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu UUD negara
maupun hukum dasar atau tidak tertulis atau konvensasi. Pancasila,
proklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 yang merupakan cita-cita
bangsa saling berkaitan dan kaitan itu mengarah pada pembentukan
ketatanegaraan Republik Indonesia dan segala sistem pemerintahannya.
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan kulminasi (puncak)
dari tekad bangsa untuk merdeka. Proklamasi memuat perjuangan penegakan
jiwa pancasila yang telah berabad-abad lamanya dicita-citakan. Selanjutnya
tujuan dan cita-cita proklamasi ini tercermin dalam UUD 1945 yang terbagi
dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD. Dan, UUD 1945 berlandaskan
dan didasari oleh Pancasila yang merupakan sumber tata tertib hukum
Indonesia.

1
Dalam pembukaan UUD 1945 terdapat dengan jelas maksud, tujuan
dan alasan bangsa Indonesia merdeka. Dalam pembukaan itu juga secara
resmi dan autentik dirumuskan kelima sila Pancasila dan Pancasila sebagai
falsafah negara Republik Indonesia. Pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam Pembukaan, diungkapkan secara terperinci dalam Batang Tubuh UUD
1945 yang terdiri dari 37 pasal, 4 aturan peralihan dan 2 aturan tambahan.
Secara khusus, pada pembukaan UUD 1945 dalam alinea IV, disebutkan
bahwa pemerintah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah
tumpah darah Indonesia, dan kemudian dipertegas kembali pada pasal 1 yang
mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan. Hal ini hendak
menandaskan tuntutan jiwa Pancasila, yaitu terbentuknya negara kesatuan.
Melalui prinsip-prinsip UUD 1945, sistem pemerintahan Negara Republik
Indonesia pun dibentuk. Dengan kata lain, sekali lagi, dasar sistem
pemerintahan adalah UUD 1945, yang di dalamnya terkandung muatan-
muatan Pancasila. Akan tetapi, kendati dalam perjalanan waktu sistem
pemerintahan ketatanegaraan Republik Indonesia mengalami perubahan,
sistem pemerintahan ketatanegaraan tetap berdasar pada UUD 1945.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaiman Geopolitik Indonesia ?
2. Bagaimana Otonomi Daerah ?
3. Bagaimana Konsep Astagatra ?
4. Bagaimana Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia?
5. Bagaimana Wawasan Nusantara ?

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang Geopolitik Indonesia, yaitu mengenai
Pengertian geopolitik Indonesia, Teori-teori geopolitik, serta Prospek
implementasi geopolitik Indonesia.

2
2. Untuk mengetahui tentang Otonomi daerah, yaitu mengenai Pengertian
Otonomi daerah, Tingkat desentralisasi, Manfaat desentralisasi, serta
Landasan pemerintah daerah.
3. Untuk mengetahui Konsep Astagatra, yaitu mengenai Pengertian Konsep
astagatra, Penjelasan secara umum tiap-tiap gatra di dalam astagatra,
Hubungan timbal balik antargatra serta antara trigatra dan pancagatra,
Hubungan antara trigatra dan pancagatra, Perwujudan ketahanan nasional
Indonesia dalam trigatra, serta Perwujudan ketahanan nasional Indonesia
dalam bidang pancagatra.
4. Untuk mengetahui tentang Geostrategi Indonesia, yaitu mengenai
Pengertian Geostrategi Indonesia, Konsep geostrategi Indonesia,
Perkembangan konsep geostrategi Indonesia, serta Tujuan geostrategi
Indonesia.
5. Untuk mengetahui tentang Wawasan Nusantara, yaitu mengenai
Pengertian wawasan Nusantara, Teori-teori kekuasaan, Ajaran wawasan
nasional indonesia, latar belakang filosofis wawasan nusantara,
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan nasional, Ajaran dasar
wawasan nusantara, Unsur dasar konsepsi wawasan nusantara, Hakikat
wawasan nusantara, Arah pandang, Kedudukan-fungsi- dan tujuan,
Sasaran implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan nasional,
Pemasyarakatan/ sosialisasi wawasan nusantara, Tantangan implementasi
wawasan nusantara, Prospek implementasi wawasan nusaantara, serta
Keberhasilan implementasi wawasan nusantara.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Geopolitik Indonesia


2.1.1 Pengertian Geopolitik Indonesia
Istilah geopolitik semula oleh pencetusnya, Frederich
Ratzel (1944-1904), diartikan sebagai ilmu bumi politik (Political
Geography), Istilah geopolitik dikembangkan dan diperluas lebih
lanjut oleh Rudolf Kjellen (1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-
1946) menjadi Geographical Politic. Perbedaan kedua artian
tersebut terletak pada fokus perhatiannya. Ilmu Bumi Politik
(Political Geography) mempelajari fenomena geografi dari aspek
politik, sedangkan geopolitik (Geographical Politic) mempelajari
fenomena politik dari aspek geografi. Geopolitik dapat diartikan
sebagai Ilmu Bumi Politik Terapan (Applied Political Geography).
Ada dua pengertian yang terkandung dalam konsep geopolitik
yaitu:
1) Geopolitik sebagai ilmu: memberikan wawasan obyektif akan
posisi kita sebagai suatu bangsa yang hidup berdampingan dan
saling berinteraksi dengan negara lain dalam pergaulan dunia.
2) Geopolitik sebagai ideologi (landasan ilmiah bagi tindakan
politik suatu negara): hendak menjadikan wawasan tersebut
sebagai cara pandang kolektif untuk melangsungkan,
memelihara dan mempertahankan semangat kebangsaan.
Secara geopolitik Indonesia merupakan wawasan nusantara
sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungan yang serba beragam dan bernilai strategis, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap

4
menghargai serta menghormati kebhinnekaan dalam setiap aspek
kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

2.1.2 Teori-Teori Geopolitik


a. Teori Geopolitik Fredefich Ratzel
Pokok-pokok teori Ratzel, disebut Teori Ruang, menyebutkan
bahwa:
1. Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan
organisme (makhluk hidup), yang memerlukan ruang
hidup (lebensraum) cukup agar dapat tumbuh dengan
subur melalui proses lahir, tumbuh, berkembang,
mempertahankan hidup, menyusut, dan mati.
a) Kekuatan suatu negara harus marnpu mewadahi
pertumbuhannya. Makin luas ruang dan potensi
geografi yang diternpati oleh kelompok politik dalam
arti kekuatan makin besar kemungkinan kelompok
politik itu tumbuh.
b) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya
bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup
terus dan berlangsung.
c) Apabila ruang hidup negara sudah tidak dapat
memenuhi keperluan, ruang itu dapat dipeluas dengan
mengubah batas-batas negara baik secara damai
maupun melalui jalan kekerasan atau perang.
Pandangan Ratzel tentang geopolitik menimbulkan dua aliran
kekuatan, yaitu:
a) Berfokus pada kekuatan di darat (kontinental) dan
b) Berfokus pada kekuatan di laut (maritim).
Melihat adanya efek persaingan dua aliran kekuatan
yang bersumber dari teorinya, Ratzel meletakkan dasar-dasar
suprastruktur geopolitik, yaitu bahwa kekuatan suatu negara

5
harus mampu mewadahi tumbuhan kondisi dan kedudukan
geografinya. Dengan demikian, esensi pengertian politik
adalah penggunaan kekuatan fisik dalam rangka mewujudkan
keinginan atau aspirasi nasional suatu bangsa. Hal ini seiring
kearah politik adu kekuatan dan adu kekuasaan dengan tujuan
ekspansi.

b. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen


Pokok-pokok teori Kjellen dengan tegas menyatakan
bahwa negara adalah suatu organisme hidup. Pokok teori
tersebut terinspirasi oleh pendapat Ratzel vang menyatakan
bahwa negara adalah suatu organisme yang tunduk pada
hukum biologi, sedangkan pokok teori Ratzer mencoba
menerapkan metodologi biologi teori Evolusi Darwin yang
sedang popular di Eropa pada akhir abad ke-l9 ke dalam teori
ruangnya.
Pokok-pokok teori Kjellen rnenyebutkan:
1. Negara merupakan satuan biologis, suatu organisme
hidup, yang memiliki intelektualitas. Negara
dimungkinkan untuk mendapatkan ruang yang cukup
luas agar kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat
berkembang secara bebas.
a) Negara merupakan suatu sistem politik yang
meliputi geopolitik, ekonomi politik, demo politik,
dan krato politik (politik memerintah)
b) Negara harus mampu berswasembada serta
memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologi
untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya: ke dalam
untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang
harmonis dan ke luar untuk mendapatkan batas-
batas negara yang lebih baik. Sementara

6
itukekuasaan Imperium Kontinental dapat
mengontrol kekuatan maritim.

c. Teori Geopolitik Karl Haushofer


Pokok-pokok teori Haushofer pada dasarnya
menganut teori Kjellen dan bersifat ekspansionis serta
rasial, bahkan dicurigai sebagai teori yangmenuju kepada
peperangan. Teori Haushofer berkembang di Jerman dan
mempengaruhi Adolf Hitler. Teori ini pun dikembangkan
di Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh
semangat materialisme dan fasisme. Inti teori Haushofer
adalah:
1. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya tidak terlepas dari hukum alam.
2. Kekuasaan Imperium Daratan dapat mengejar
kekuasaan Imperium Maritim untuk menguasai
pengawasan di laut.
3. Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan
menguasai Eropa, Afrika, dan Asia Barat (Jerman dan
Italia) serta Jepang di Asia Timur Raya.
4. Geopolitik adalah doktin negara yang menitikberatkan
perhatian kepada soal strategi perbatasan.
5. Ruang hidup bangsa dan tekanan kekuasaan ekonomi
dan sosial yang rasial mengharuskan pembagian baru
dari kekayaan alam di dunia.
6. Geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik
dalam perjuangan mendapatkan ruang hidup.

d. Teori Geopolitik Sir Halford Mackinder


Pokok teori Mackinder menganut “konsep kekuatan
darat” dan mencetuskan Wawasan Benua. Teorinya
menyatakan : Barang siapa dapat menguasai “Daerah Jantung”,

7
yaitu Eurasia (Eropa dan Asia) akan dapat menguasai “Pulau
Dunia”, yakni Eropa, Asia, dan Afrika. Barangsiapa dapat
menguasai pulau dunia akhirnya dapat menguasai dunia.

e. Teori Geopolitik Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan


Pokok teori kedua ahli tersebut menganut “konsep
kekuatan maritim” dan mencetuskan Wawasan Bahari, yaitu
kekuatan di lautan. Teorinya menyatakan: Barang siapa
menguasai lautan akan menguasai “perdagangan”. Menguasai
perdagangan berarti menguasai “kekayaandunia” sehingga
pada akhirnya akan menguasai dunia.

f. Teori Geopolitik William Mitchel, Albert Saversky, Gulio


Dauhet, dan John Frederick Charles Fuller
Keempat ahli geopolitik ini melahirkan teori Wawasan
Dirgantara, yaitu kekuatan di udara. Dengan pemikiran
bahwa di udara memiliki daya tangkis yang dapat diandalkan
untuk menangkis ancaman dan melumpuhkan kekuatan lawan.

g. Teori Geopolitik Nicholas J.Spykman


Pokok teori Spykman disebut “Teori Daerah Batas”
atau “Teori Wawasan Kombinasi”, yaitu teori yang
menggabungkan kekuatan darat,laut, dan udara yang dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
suatu negara.

2.1.3 Prosfek Implementasi Geopolitik Indonesia


Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan individu
dalam bermasyarakat, berbangsa dan dalam bernegara sedang
mengalami perubahan. Kita juga menyadari banwa faktor utama
yang mendorong terjadinya proses perubahan tersebut adalah
hadirnya nilai-nilai kehidupan baru yang dibawa oleh Negara maju

8
dengan kekuatan penetrasi globalnya. Apabila kita menolak sejarah
kehidupan manusia dan alam semesta, perubahan dalam kehidupan
itu adalah suatu hal yang wajar dan alamiah. Dalam dunia ini
sesuatu yang abadi dan kekal itu adalah perubahan. Berkaitan
dengan wawasan nusantara yang serat dengan nilai-nilai budaya
bangsa dan dibentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan
bangsa, apakah wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan dan
kesatuan itu akan hanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan
mampu bertahan dalam terapan nilai global yang menantang
wawasan persatuan bangsa, tantangan itu antara lain adalah
pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia tanpa batas, era baru
kapitalisme dan kesadaran warga Negara.
Pemerintah Negara kesatuan Republik Indonesia melalui
deklarasi tanggal 13 Desember 1957 mengajukan, bahwa NKRI
perlu laut wilayah (territory water) selebar 12 mil laut dari garis
pangkal atau garis dasar(base line) atas dasar “point to point
theory”. Dengan demikian, laut antara pulau menjadi perairan
pedalaman (internal waters). Selanjutnya laut wilayah dan laut
pedalaman dikenal sebagai laut nusantara.
Sebagai akibat konvensi hukum laut, timbul bermacam-
macam tipe perairan. Hal ini tidak terlepas pada perhatian orang
yang besar pada laut. Untuk itu dibahas beberapa masalah yang
manyangkut hukum laut, sebagai berikut:
1) Laut territorial atau laut wilayah (territorial sea): wilayah laut
yang lebarnya tidak melebihi 12 mil dari garis pangkal atau
garis dasar (base line). Garis dasar adalah garis yang
menghubungkan titik-titik terluar pulau terluar.
2) Perairan pedalaman (internal waters): wilayah laut sebelah
dalam dari daratan atau sebelah dalam dari GP. Negara pantai
mempunyai kedaulatan penuh.
3) Zona tambahan (contiguous zone): wilayah laut yang lebarnya
tidak boleh melebihi 12 mil dari laut territorial dan merupakan

9
wilayah negara pantai untuk melakukan pengawasan pabean,
fisikal, imigrasi, sanitasi dalam wilayah laut territorial.
4) Zona ekonomi eksklusif (exclusive economi zone): wilayah
laut yang tidak melebuhi 200 mil dari GP. Negara yang
bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk keperluan
eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan hayati perairan.
5) Landas kontinen (continental shelf): wilayah laut Negara pantai
meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya, terletak diluar laut
territorial sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah.
Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak melebihi
100 mil dari kedalaman 2.500 m.
6) Laut lepas (high seas) dikenal pulan sebagai laut bebas atau
laut Internasional: wilayah laut >200 mil dari garis pangkal.

Dengan adanya ketentuan diatas, maka Negara lain


menuntut beberapa hak yang sebenarnya adalah jaminan dari
negara kepulauan, sebagai berikut:
a. Lintas: berlayar/ bernavigasi melalui laut territorial, termaksud
masuk dan keluar perairan pedalaman untuk singgah disalah
satu pelabuhan.
b. Lintas damai: bernavigasi melalui laut territorial suatu Negara
sepanjang tidak merugikan kedamaian, ketertiban atau
keamanan Negara yang bersangkutan.
c. Lintas transit: bernavigasi melintasi pada selat yang digunakan
untuk pelayaran internasional antara laut lepas / ZEE yang satu
dan laut lepas / ZEE yang lain.
d. Alur laut kepulauan:
 Alur yang ditentukan oleh Negara kepulauan untuk alur
laut dan jalur penerbangan diatasnya yang cocok
digunakan untuk lintas kapal dan peaswat terbang asing.

10
 Alur ditentukan dengan merangkai garis sumbu pada peta,
kapal dan pesawat terbang tidak boleh melintas lebuh dari
25 mil kiri / kanan dari garis sumbu.
e. Laut lepas:
 Semua bagian laut yang tidak termaksud laut teritorial,
perairan pedalaman maupun ZEE.
 Laut terbuka untuk semua Negara baik berpantai maupun
tidak berpantai.
 Dalam laut lepas semua Negara berhak berlayar, terbang,
riset ilmiah dan menangkap ikan.

11
2.2 Otonomi Daerah
2.2.1 Arti dan makna Otonomi Daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan
terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.Sedangkan yang dimaksud dengan
kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada
acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang
harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan
yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama
dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
Penyelengaraan Negara secara garis besar diselengarakan
dengan dua system,yakni system sentralisasi dan system
desentralisasi. System sentralisasi jika urusan yang bersangkutan
dengan aspek kehidupan dikelola ditingkat pisat.Pada hakikatnya
sifat sentralistik itu merupakan konsekuensi dari sifat negara
kesatuan.Perbuatan penyelengaraan Negara yang sentralistik dan
dipertentangkan dengan desentralisasi sudah sangat lama
diperbincangkan, namun sampai sekarang isu-isu tantang
penyelengaraan Negara yang diinginkan terus berkembang
sebagaimana dikemukakan oleh Graham (1980:219)yang
menyatakan: “the old over desentralizen dversus centralizend

12
development strategies may will be dead, but the issues are still
very much alive”.
Dalam perkembangan selanjutnya, tampaklah desentralisasi
merupakan pilihan yang dianggap terbaik untuk menyelengarakan
memerintahan, meskipun implementasinya dibeberapa Negara,
terutama dinegara ketiga masih banyak mendapat ganjalan
structural, sehingga penyelengaraan desentralisasi politik masih
setengah hati (Abdul Wahab, 1994). System dessentralisasi adalah
sebuah system yang menghendaki diserahkannya sebagian urusan
pemerintahan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah
tangganya. Denagan demikian, daerah bertanggungjawab
sepenuhnya pengelolaan, baik dari aspek perencanaan, peralatan
dan pembiayaan maupun personil dan lain-lainnya.
Desentralisasi dan otonomi didefinisikan dalam berbagai
pengertian. Rondinelli (1981) mendefinisikan desentralisai
dengan “as a the transfer or delegation of legal and political
authority and its agencies to field organization of those agencies,
subordinate unit of government, semi autonomus public coprations,
are wide or regional development outhorities, functional
outhorities, outonomous local government, or non-government
organization” (suatu transfer atau delegasi kewenangan legal dan
politik untuk merencanakan, membuat keputusan dan mengelola
fungsi-fungsi publik dari pemertintah pusat dan agen-agennya
kepada petugas lapangan, korporasi-korporasi publik semi otonomi
atau organisasi non pemerintah). PBB pada tahun 1962
memberikan pengertian desentralisasi sebagai: pertama,
dekonsentrasai yang juga disebut dekonsentrasi birokrasi dan
administrasi; kedua, devolusi yang sering disebut desentralisasi
demokrasi dan politik (Zauhar, 1994).

13
2.2.2 Tingkat Desentralisasi
Abdul Wahab (1994) menjelaskan tingkat desentralisasi
sebagai bertikut:
1. Dekonsentralisasi, pada hakikatnya bentuk desentralisasi yang
kurang efektif, hanya sekedar pergeseran beban kerja dari
kantor-kantor pusat departemen ke pejabat staf tanpa
wewenang untuk memutuskan bagaimana fungsi-fungsi yang
dibebankan kepadanya harus dilaksanakan. Artinya, para
pejabat staf tidak diberi hal dan kewenangan dalam
perencanaan, maupun pembiayaan dan hanya kewajiban dan
tanggung jawab kepada pejabat tingkat atasnya.
2. Delegasi, bentuk lain dari desentralisasi adalah delegasi
pembuatan keputusan dan kewenangan manajemen untuk
melaksanakan fungsi-fungsi publik tertentu dan hanya
dikontrol oleh depatermen-departemen publik tertentu dan
hanya dikontrol oleh departemen-tepartemen pusat.
3. Devolusi, merupakan desentralisasi politik (political
decentralization) yang memiliki karaktersebagai berikut:
 Diberikan otonomi penuh dan kebebasan tertentu pada
pemerintah daerah serta kontrol yang relative
kecil. Pemerintah daerah harus memiliki wilayah dan
kewenangan hukum yang jelas dan berhak untuk
menjalankan kewenangan dalam menjalankan fungsi-fungsi
public dan politik atau pemerintahan. Pemerintah daerah
harus diberi corporate status dan kekuasaan yang cukup
untuk mengali sumber-sumber yang diperlukan untuk
menjalankan semua fungsinya.
 Perlu mengembangkan pemerintah daerah sebagai institusi
dalam arti bahwa ia akan dipersiapkan oleh masyrakat
didaerah sebagai organisasi yang menyediakan pelayanan
yang memuaskan kebutuhan mereka serta sebagai satuan

14
pemerintahan dimana mereka berhak untuk mempengaruhi
keputusannya.
 Adanya hubungan tinbal balik yang saling menguntungkan
serta koordinasi yang efektif antara pusat dan daerah.
Menurut Lenny Golberg (1996), devolusi akan dapat
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Memperhatikan hal sipil dan kebebasan sipil.
b) Pendanaan.
c) Fleksibelitas.
d) Variasi.
e) Pemberdayaan.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan prinsip


dari desentralisasi adalah adanya pelimpahan atau penyerahan
wewenang dari pemerintah pusat (central government) kepada
satuan-satuan pemerintahan dibawahnya untuk mengurus urusan
rumah tangganya sendiri. Wewenang untuk mengurus rumah
tangganya sendiri inilah yang disebut dengan hak otonomi.
Terdapat banyak pengertian tentang otonomi berdasarkan sudut
pandang masing-masing pakar, seperti berikut: prof Soepomo
(dalam Abdulah, 2000) otonomi sebagai prinsip penghormatan
terhadap kehidupan regional sesuai dengan riwayat, adat istiadat
dan sifat-sifatnya dalam kadar Negara kesatuan RI. Price dan
Mueller (2000) memandang otonomi sebagai seberapa banyak dan
luas otoritas pengambilan keputusan yang dimiliki suatu organisasi
/ pemerintahan. Semakin banyak dan luas otoritas pengambilan
keputusan, maka semakin tinggi tingkat otonominya. Otonomi juga
dipersiapkan sebagai keadaan dimana masyrakat membuat dan
mengatur peraturan perundangan sendiri.

15
The Liang Gie (dalam Utomo, 2000) menyebutkan
beberapa sudut pandang sebagai berikut: pertama, sudut politik
yakni sebagai permainan kekuasaan yang dapat mengarah pada
penumpukan kekuasaan yang seharusnya kepada penyebaran
kekuasaan (distribution or dispersion of power), tetapi juga
sebagai tindakan pendemokrasian untuk melatih diri dalam
mempergunakan hak-hak demokrasi. Kedua, sudut teknik
organisasi sebagai cara untuk menerapkan dan melaksanakan
pemerintahan yang efisien. Ketiga, sudut pembanguanan, otonomi
secara langsung memperhatikan dan memperlancar serta meratakan
pembangunan.

2.2.3 Manfaat desentralisasi.


Banyak manfaat yang dapat dipetik dalam politik
desentralisasi, sebagaimana yang dikemukakan beberapa pakar
sebagai berikut.
a. Desentralisasi merupakan sarana untuk memangkas
sejumlah ‘red tape’ dan prosedur yang terlalu kaku yang
biasanya merupakan ciri penerapan dan manajerial di Negara
yang sedang berkembang, sebagai akibat dari terlalu
menumpukan kekuasaan, kewenangan dan sumber-sumber
pada pemerintah pusat.
b. Desentralisasi akan memungkinkan penetrasi politik dan
administrasi atas kebijakan pemerintah nasional/pusat hingga
ke daerah-daerah pelosok/terpencil, dimana rencana
pemerintahan pusat sering tidk diketahui dan diabaikkan oleh
orang-orang desa atau digerogoti oleh elite-elite lokal dan
dukungan terhadap rencana pembangunan nasional sering amat
buruk.
c. Desentralisasi memungkinkan terwakilnya berbagai kelompok
politik, keagamaan, kesukuan/ etnis dalam proses pembuatan
keputusan pembangunan, sehingga memberikan peluang

16
terciptnya keadilan dari alokasi sumber-sumber dan investasi
pemerintahan.
2.2.4 Landasan Pemerintah Daerah.
Pemerintah daerah diatur dalam UUD 1945 pada bab VI
pasal 18. Menurut penjelasan pasal 18 UDD 1945, bahwa:
1) Daerah Indonesia dibagi dalam daerah provinsi dan daerah
provinsi dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil.
2) Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah
administrasi yang pengaturannya ditetapkan dengan undang-
undang, dan
3) Didaerah-daerah yang bersifat otonom diadakan badan
perwakilan daerah, karena didaerah pemerintahan akan
bersendi pasa permusyawaratan.

Beberapa pertimbangan supaya undang-undang ini diganti


dengan UU no. 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut.
a. System pemerintahan Negara kesatuan republik Indonesia
menurut UUD 1945 memberikan keleluasan daerah untuk
menyelengarakan otonomi daerah.
b. Penyelengaraan otonomi daerah dipandang perlu untuk peran
serta masyrakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah.
c. Otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.
d. Perlu mengakui serta menghormati hak asal usul daerah yang
bersifat istimewa.
Kewenangan otonomi luas adalah keleluasan daerah untuk
menyelengarakan pemerintahan yang mancakup kewenangan
semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dibidang politik
luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fisikal,
agama dan lain-lain.

17
Untuk mendukung keberhasilan otonomi daerah, dana
harus mencukupi sebagai sumber penerimaan pelaksanaan
desentralisasi yang diatur dengan UU No. 25 tahun 1999 tentang
pertimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah.Pembagian kewenangan (UU No. 32 / 2004 tentang
pemertintahan Daerah) tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kewenangan pemerintah (Pasal 10 ayat 3):
a. Politik luar negri
b. Pertahanan Keamanan
c. Yustisi
d. Moneter dan fisikal nasional
e. Agama
2. Kewenangan wajib pemerintah daerah profinsi (pasal 13):
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemenfaatan dan pengawasan tata ruang
c. Penyelengaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyrakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelengaraan pendidikkan dan alokasi sumber daya
manusia potensional
g. Penangulangan masalah sosial lintas kabupaten / kota
h. Pelayanan bidang ketenagkerjaan lintas kabupaten / kota
i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan
menengah termasuk lintas kabupaten / kota
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten / kota
l. Pelayanan kependudukn dan pencatatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten / kota

18
o. Penyelengaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten / kota
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
3. Kewenangan pemerintahan daerah kabupaten dan kota (pada
dasarnya sama, namun dalam skala kabupaten / kota (pasal
14)):
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemenfaatan dan pengawasan tata ruang
c. Penyelengaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyrakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelengaraan pendidikan
g. Penangulangan masalah soaial
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan
menengah
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertanahan
l. Pelayanan kependudukn dan pencatatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelayanan administrasi penanaman modal
o. Penyelengaraan pelayanan dasar lainnya
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
q. Kewenangan pemerintah daerah untuk mengelola sumber
daya alam dan sumber daya lainnya di wilayah laut
meliputi (pasal 18):
1) Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan laut
2) Pengaturan administrasi
3) Pengaturan tata ruang

19
4) Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan
oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya
oleh pemerintah
5) Ikut seta pemeliharaan keamanan
6) Ikut serta dalam pertahanan kedaulatan Negara.

Sedangkan batas wilayahnya adalah paling jauh 12


mil laut, diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan
menjadi kewenangan daerah kabupaten / kota.

20
2.3 Konsep Astagatra
2.3.1 Pengertian Astagatra
Secara etimologis, terminologi astagatra terdiri dari dua
kata, yakni asta dan gatra. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
asta artinya bentuk terikat delapan dan gatra artinya wujud, sudut
pandangan atau aspek. Maka secara harafiah, astagatra berarti
delapan aspek /sudut pandang yang terikat satu sama lain.
Dalam kehidupan nasional berbangsa dan bernegara,
konsep astagatra mencakup dua bagian besar gatra, yakni trigatra
(tiga gatra) dan pancagatra (lima gatra). Trigatra, yang terkait
dengan aspek hidup alamiah, terdiri atas: posisi dan lokasi geografi
negara, keadaan dan kekayaan alam, dan keadaan-kemampuan
penduduk. Sementara pancagatra, yang terkait dengan aspek social
/kemasyarakatan, terdiri atas: ideologi, politik, ekonomi, sosial-
budaya, dan pertahanan–keamanan (Hankam).
Antara trigatra dan pancagatra serta antargatra itu sendiri
terdapat hubungan timbal balik yang dinamakan keterhubungan
(korelasi) dan ketergantungan (interdepensi). Penjelasan mengenai
hubungan timbal balik ini dipaparkan setelah kita memahami
secara umum tiap-tiap gatra di dalam pembahasan berikut.

2.3.2 Penjelasan secara Umum Tiap-tiap Gatra di dalam Astagatra


a) Posisi dan Lokasi Geografi Negara
Posisi dan lokasi geografi suatu negara dapat memberi
petunjuk mengenai tempat negara tertentu di atas bumi. Negara
sebagai wadah suatu bangsa dengan batas nasional tertentu
yang membedakannya dari negara lain, memberikan
kemungkinan berlangsungnya perikehidupan nasional yang
sangat dipengaruhi oleh lokasi dan posisi geografi negara
tersebut.

21
Secara umum, berdasarkan lokasinya, dikenal dua jenis
negara yaitu negara dikelilingi daratan dan negara dikelilingi
lautan. Negara dikelilingi daratan (misalnya Laos, Swiss,
Afghanistan) memiliki lingkungan yang bersifat serba daratan
atau serba benua. Ciri ini mempengaruhi dan menentukan cara
pandang di segala bidang kehidupan nasionalnya. Negara
dikelilingi lautan terbagi dua, yakni negara kepulauan
(archipelagic state) dan negara pulau (island state). Yang
dimaksud dengan negara kepulauan adalah negara yang terjadi
dari kumpulan pulau-pulau dan bentuk-bentuk alamiah lain
yang mempunyai hubungan erat satu sama lain, sehingga
membentuk satu keutuhan geografis, ekonomis, dan politis.
Arti klasik dari archipelago adalah lautan yang diseraki pulau-
pulau. Artinya, unsur laut lebih besar dari unsur daratan.
Sementara negara pulau adalah negara yang mempunyai unsur
daratan lebih besar daripada unsur laut.

b) Keadaan dan Kekayaan Alam


Setiap anggota masyarakat hidup berkembang biak dan
mempertahankan diri dengan cara memanfaatkan alam dan
kekayaan yang diperoleh di tanah airnya. Hal ini merupakan
kodrat dan fungsi utama semua makhluk Tuhan. Pemanfaatan
itu harus berkembang seirama dengan perkembangan
penduduk itu sendiri dalam segala dimensinya.
Kekayaan alam suatu negara ialah segala sumber dan
potensi alam yang didapatkan di bumi, laut, dan di udara yang
berada di wilayah kekuasaan suatu negara. Kekayaan alam
yang ada di atmosfer meliputi sinar matahari, oksigen, karbon-
dioksida, dan sebagainya. Kekayaan alam yang ada di
permukaan bumi meliputi tanah, perairan laut dan darat
(makanan protein-hewani), gunung, sumber hidrologi,

22
klimatologi, fauna, dan flora. Sementara kekayaan alam yang
ada di dalam bumi mencakup mineral minyak bumi, uranium,
bijih besi, batubara, gas alam, air tanah, dan sebagainya. Salah
satu sifat khusus sumber alam ialah distribusinya yang tidak
teratur dan merata di bumi ini, sehingga dilihat dari segi
sumber alam dikenal adanya negara yang kaya dan miskin.

c) Keadaan dan Kemampuan Penduduk


Penduduk adalah manusia yang mendiami suatu tempat
atau wilayah tertentu. Yang termasuk dalam masalah
kependudukan adalah soal yang menyangkut jumlah
penduduk, komposisi penduduk, dan distribusi penduduk.
Jumlah penduduk berubah karena kematian, kelahiran,
pendatang baru (imigran), dan orang yang meninggalkan
wilayahnya (emigran). Segi positif dari pertambahan penduduk
ialah pertambahan angkatan kerja untuk menambah kapasitas
produksi. Segi negatifnya ialah bila pertumbuhan penduduk
tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan
pertumbuhan penduduk tidak diikuti usaha peningkatan
kualitas /keterampilan penduduk.
Komposisi penduduk adalah susunan penduduk
menurut umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa dan tingkat
pendidikan, dan sebagainya. Komposisi penduduk tersebut
juga dipengaruhi oleh faktor kematian, kelahiran, dan migrasi.
Distribusi penduduk adalah proses penyebaran
penduduk. Distribusi penduduk yang ideal adalah distribusi
yang sekaligus dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan
keamanan yaitu penyebaran merata. Kenyataan menunjukkan
bahwa manusia ingin bertempat tinggal di daerah yang
memungkinkan jaminan kehidupan ekonomi semaksimal
mungkin, yakni di daerah perekonomian strategis.

23
d) Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani, idein (melihat)
dan logos (ilmu).Istilah ideologi pertama sekali dikemukakan
A. Destult de Tracy (1836) untuk menyebut cabang filsafat
yang dinamainya science des idees. Ilmu ini mendasari
pedagogi, etika, dan politik.Secara praktis, ideologi berarti
ilmu tentang (terjadinya) cita-cita, gagasan atau buah pikiran.
Kalau arti itu diterapkan pada negara, maka ideologi dapat
dirumuskan sebagai berikut: kesatuan gagasan dasar yang
disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang
manusia dan kehidupannya baik yang individu maupun yang
sosial, jadi termasuk hidup bernegara. Di dalam ideologi
terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-
citakan oleh bangsa. Keampuhan ideologi tergantung pada
rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta
menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia. Suatu
ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan
merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri.
Ideologi adalah Suatu sistem nilai yang merupakan
kebulatan ajaran yang memberikan motivasi. Di dalam
ideologi terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang
dicita-citakan oleh bangsa. Keampuhan ideologi tergantung
pada rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi
serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia.
Suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran /falsafah
dan merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri.
Keampuhan ideologi suatu bangsa bergantung kepada
rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta
menjamin aspirasi hidup dan kehidupan manusia. Tiap-tiap
bangsa dapat mengembangkan falsafah dan ideologinya sendiri
sesuai dengan hakikat kepribadian bangsa itu. Ideologi negara
itu merupakan sistem nilai yang mencakup segenap nilai hidup

24
dan kehidupan bangsa serta negara. Untuk mencapai ketahanan
nasional diperlukan penghayatan dan pengamalan ideologi
secara sungguh-sungguh.

e) Politik
Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani. Pada
zaman klasik Yunani, negara atau lebih tepat negara-kota
disebut polis. Plato (kira-kira tahun 347 sM) menamakan
bukunya tentang negara politeia. Aristoteles, murid Plato,
menyebut karangannya tentang soal-soal kenegaraan dengan
politikon. Maka ’politik’ mendapat arti seni mengatur dan
mengurus negara dan ilmu kenegaraan. Politik mencakup
semua kebijaksanaan/tindakan yang bermaksud mengambil
bagian dalam urusan kenegaraan/pemerintahan termasuk yang
menyangkut penetapan bentuk, tugas dan lingkup urusan
negara.
Pada umumnya suatu sistem politik mampu memenuhi
lima fungsi utama, yakni mempertahankan pola, mengatur dan
menyelesaikan ketegangan/konflik, penyesuaian, penyampaian
tujuan dan penyatuan (integrasi). Fungsi ”mempertahankan
pola” yang dimaksud disini adalah kemampuan
mempertahankan tata cara kebiasaan, norma, dan prosedur
yang berlaku. Berhasil tidaknya hal tersebut tergantung kepada
penerimaan dan pengakuan masyarakat. Perselisihan dan
konflik yang timbul di dalam masyarakat memerlukan tata cara
dan prosedur penyelesaian entah berupa konsultasi,
perundingan, perbincangan, dan sebagainya. Berkaitan dengan
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, suatu sistem
politik harus mampu beradaptasi dengan struktur yang serba
dinamis baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Suatu sistem politik tidak mungkin bersifat statis/kaku. Sistem
politik juga harus mampu mencapai tujuan nasional yang

25
sudah ditentukan dan disepakati oleh masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, sistem sosial dalam suatu negara harus
diintegrasikan oleh sistem politik. Ancaman, hambatan, dan
gangguan terhadap sistem sosial dapat berupa rasa tidak puas,
ketegangan, perpecahan, disintegrasi, dan sebagainya.

f) Ekonomi
Kata ekonomi berasal dari dua kata Yunani, yaknioikos
(rumah tangga) dan nomos (aturan, peraturan). Maka secara
harafiah, ekonomi berarti aturan mengenai hidup rumah
tangga. Bilamana orang mendapat hasil sebesar-besarnya
dengan pengeluaran, usaha dan alat sesedikit mungkin,maka ia
disebut sebagai bertindak ekonomis rasional. Lebih luas,
perekonomian dapat diartikan sebagai:
1) Aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat meliputi:
produksi, distribusi, dan konsumsi barang-barang jasa.
2) Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
secara individu maupun kelompok, serta cara-cara yang
dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat untuk
memenuhi kebutuhan.

Sistem perekonomian yang diterapkan oleh suatu


negara akan memberi corak terhadap kehidupan perekonomian
negara yang bersangkutan. Sistem perekonomian liberal
dengan orientasi pasar secara murni akan sangat peka terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar, sebaliknya sistem perekonomian
sosialis dengan sifat perencanaan dan pengendalian oleh
pemerintah kurang peka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.
Tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan terhadap
kelangsungan ekonomi suatu bangsa pada hakikatnya
ditujukan kepada faktor produksi dan pengolahannya. Karena

26
itu, pembinaan ekonomi pada dasarnya merupakan penentuan
kebijaksanaan ekonomi dan pembinaan faktor produksi serta
pengolahannya di dalam produksi.

g.) Sosial-Budaya
Kehidupan sosial terkait dengan pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat di mana nilai-nilai kebersamaan,
perasaan senasib, sepenanggungan, dan solidaritas merupakan
unsur-unsur pemersatu. Sementara budaya adalah sistem nilai
yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta rasa
dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta
merupakan kekuatan pendukung penggerak kehidupan.
Kebudayaan diciptakan oleh faktor organ biologis manusia,
lingkungan alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan
sejarah. Dalam setiap kebudayaan daerah terdapat nilai budaya
yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya asing (local genuis).
Local genuis itulah pangkal segala kemampuan budaya daerah
untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kebudayaan nasional merupakan hasil interaksi dari
budaya-budaya suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar)
yang kemudian diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa.
Interaksi budaya harus berjalan secara wajar dan alamiah tanpa
unsur paksaan dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya.
Dalam setiap masyarakat, empat unsur utama berikut ini
mendukung eksistensinya, yaitu struktur sosial, pengawasan
sosial, media sosial, dan standar sosial. Struktur sosial
merupakan masyarakat yang terbagi ke dalam kelompok-
kelompok tertentu demi memudahkan pelaksanaan tugas
masing-masing di dalam masyarakat. Pengawasan sosial
merupakan sistem dan prosedur yang mengatur kegiatan dan
tindakan anggota masyarakat serta ilmu pengetahuan dan ilmu
teknik empiris yang digunakan manusia untuk membina

27
lingkungannya. Media sosial berperan penting dalam relasi
sosial di dalam masyarakat. Landasan material untuk
melakukan kegiatan dengan alat transportasi dan landasan
spiritual untuk mengadakan komunikasi dengan bahasa.Bahasa
dan alat transportasi merupakan media sosial yang perlu untuk
relasi sosial. Sementara standar sosial adalah ukuran untuk
memiliki, meneliti dan menyeleksi sikap yang sebaik-baiknya.

h.) Pertahanan-Keamanan
Pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari
luar negeri. Sementara, keamanan diarahkan untuk
menghadapi ancaman dari dalam negeri. Pertahanan-keamanan
adalah daya upaya rakyat semesta dengan angkatan bersenjata
sebagai inti dan merupakan salah satu fungsi utama pemerintah
/negara dalam menegakkan ketahanan nasional dengan tujuan
mencapai keamanan bangsa dan negara, serta keamanan
perjuangannya. Hal ini dilaksanakan dengan menyusun,
mengerahkan dan menggerakkan seluruh potensi dan kekuatan
masyarakat dalam seluruh bidang kehidupan nasional secara
terintegrasi dan terkoordinasi.

2.3.3 Hubungan Timbal Balik Antargatra serta antara Trigatra dan


Pancagatra
a. Hubungan Antargatra di dalam Trigatra
1) Antara geografi dan kekayaan alam: kekayaan alam baik
kualitas maupun kuantítas perlu sekali diinventarisasi. Juga
mengenai lokasinya karena di dalam perencanaan dan
penggunaan sumber alam dan lokasinya terdapat hubungan
yang erat. Misalnya, industri baja berdekatan dengan lokasi
bijih besi, batubara, dan minyak bumi.
2) Antara geografi dan penduduk: distribusi penduduk sangat
penting dan mempengaruhi secara langsung ketahanan

28
nasional. Mata pencaharian penduduk juga dipengaruhi
oleh keadaan geografi sekelilingnya. Distribusi penduduk
erat hubungannya dengan masalah transmigrasi dan pusat-
pusat pengembangan.
3) Antara kekayaan alam dan penduduk: kekayaan alam
mempunyai manfaat nyata, jika telah diolah oleh penduduk
yang memiliki kemampuan dan teknologi untuk itu.
Penduduk harus mempunyai potensi kekayaan alam yang
ada di negaranya dan mampu membina serta
melestarikannya untuk dimanfaatkan di kemudian hari.

b. Hubungan Antargatra di dalam Pancagatra


1) Ideologi sebagai falsafah hidup bangsa dan landasan ideal
negara, bernilai penentu dalam pemeliharaan kelangsungan
hidup bangsa dan pencapaian tujuan nasionalnya.
2) Tingkah laku politik seseorang dipengaruhi oleh bermacam
hal yang saling berkaitan. Ia dipengaruhi oleh kecerdasan
dan kesadaran berpolitik, tingkat kemakmuran ekonomi,
ketaatan beragama, keakraban sosial, rasakeamanan, dan
sebagainya. Situasi politik yang kacau membahayakan
ketahanan nasional, demikian sebaliknya.
3) Ketahanan ekonomi berhubungan erat dengan ketahanan di
bidang ideologi, politik, sosial- budaya, dan pertahanan-
keamanan yang berfungsi sebagai penunjang.
4) Keadaan sosial yang serasi, stabil dinamik, berbudaya, dan
berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana
aman dan damai. Kemegahan sosial budaya suatu bangsa
biasanya mencerminkan tingkat kesejahteraan nasionalnya,
baik fisik, materi, maupun mental kejiwaan.
5) Ketahanan di bidang pertahanan keamanan memerlukan
juga penunjang gatra lain. Keadaan stabil, maju, dan
berkembang di bidang ideologi, politik, ekonomi, dan

29
sosial-budaya memperkokoh pertahanan-keamanan
nasional. Pertahanan-keamanan yang lemah akan
melemahkan ketahanan nasional suatu bangsa.

2.3.4 Hubungan Antara Trigatra dan Pancagatra


Ketahanan nasional pada hakikatnya bergantung kepada
kemampuan bangsa/negara dalam mempergunakan aspek
alamiahnya sebagai dasar penyelenggaraan kehidupan nasional
disegala bidang. Ketahanan nasional mengandung pengertian
keutuhan dimana terdapat hubungan erat antargatra di dalam
keseluruhan kehidupan nasional. Kelemahan di salah satu bidang
dapat mengakibatkan kelemahan di bidang lain dan mempengaruhi
kondisi keseluruhan. Ketahanan nasional bukan merupakan suatu
penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan ditentukan
oleh struktur atau konfigurasi aspeknya secara struktural dan
fungsional.

2.3.5 Perwujudan Ketahanan Nasional Indonesia dalam Trigatra


a. Aspek Lokasi dan Posisi Geografis Wilayah Indonesia
Jika kiata melihat letak geografis wilayah Indonesia
dalam peta dunia, maka akan nampak jelas bahwa wilayah
negara Indonesia merupkan suatu kepulauan yang terdirir dari
daerah air dengan ribuan pulau-pulau di dalamnya. Indonesia
berada di tengah-tengah lintas silang dunia; benua Asia di
sebelah utara dan Australia di sebelah selatan serta Samudra
Hindia di sebelah barat dan Samudra Pasifik di sebelah timur.
Menurut catatan yang umum, Indonesia terdiri dari
wilayah lautan dengan 13.667 pulau besar dan
kecil.Diperkirakan bahwa 3.000 pulau di antaranya didiami
oleh penduduk.Luas pulau-pulau diperkirakan 735.000 mil
persegi, sedangkan luas perairannya ditaksir tiga sampai empat
kali luas tanah/pulau-pulau tersebut. Jarak antara ujung barat

30
sampai ujung timur kira-kira 3.200 mil. Sedangkan jarak antara
ujung utara sampai ujung selatan kira-kira 1.100 mil. Secara
geografis kepulauan Indonesia dapat dibagi dalam empat
kelompok pulau-pulau:
1) Sunda Besar yang terdiri atas Pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi.
2) Sunda Kecil yang dikenal sebagai Nusa Tenggara, yang
terdiri dari pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores,
dan Timor.
3) Maluku yang terdiri atas pulau-pulau di antara Sulawesi
dan Irian Jaya, yakni Halmahera, Buru, Seram, Amboina,
dan
4) Irian Jaya.

Pegunungan Indonesia mengenal dua rantai


pegunungan. Yang pertama, dimulai dari Burma dan menyebar
ke arah tenggara Sumatera – Jawa – Kepulauan Nusa Tenggara
sampai ke Timor, dari sini belok setengah lingkaran ke Seram
– Amboina – Buru sampai Sulawesi. Yang kedua, dimulai dari
Jepang dan menyebar ke arah barat daya sampai ke Filipina
terus ke Kepulauan Indonesia sebelah timur. Kedua rantai
pegunungan itu bertemu di pulau-pulau Sulawesi dan
Halmahera di mana terlihat suatu silang dari dua rantai
pegunungan, yang satu membujur dari utara ke selatan, yang
lain dari timurkebarat.
Indonesia terletak di daerah katulistiwa, sehingga
mempunyai iklim tropis, yang mengenal musim hujan dan
musim kemarau. Letaknya adalah 60 lintang utara dan 110
lintang selatan dan antara 950 dan 1410 bujur timur. Mengenai
posisi perbatasan, di sebelah timur wilayah Indonesia
berbatasan dengan wilayah Papua Nugini dan Australia.

31
Sedangkan di sebelah utara, Indonesia berbatasan dengan
India, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam.

b. Aspek Keadaan Kekayaan Alam


Sumber-sumber alam terdapat di atmosfir, di
permukaan bumi termasuk laut dan perairan dan di dalam
bumi. Oleh karena itu, sumber-sumber alam sesungguhnya
mempunyai arti yang sangat luas. Indonesia sangat beruntung
di antara negara-negara berkembang karena kekayaan alamnya.
Bukan hanya tanahnya yang subur, iklimnya bagus dan airnya
penuh ikan, dan buminya mengandung beraneka bahan
tambang yang tinggi harganya.
Mengenai kekayaan alam ini, UUD 1945, pasal 33 ayat
3 menetapkan: ”Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.” Tambahan penjelasan,
kekayaan alam ini adalah ”pokok-pokok kemakmuran rakyat”
dan oleh karena itu harus ”dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat.”
Untuk mengolah hasil tambang dalam negeri diperlukan
biaya yang besar, tenaga ahli dan pembeli yang mengolahnya
terus. Sejak 1967 pemerintah mengizinkan dan merangsang
perusahaan-perusahaan asing untuk menambahkan modal
dalam pertambangan, khususnya dalam eksplorasi. Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN) bab IV tentang ”pertambangan”
mengaturdemikian: Dalam pembangunan pertambangan perlu
dilanjutkan dan ditingkatkan inventarisasi dan pemetaan […]
dengan memanfaatkan teknologi yang tepat guna sehingga
produksi dan ekspor pertambangan serta penerimaan negara
semakin meningkat. Pembangunan pertambangan juga
diarahkan untuk lebih memperluas kesempatan kerja dan

32
mengembangkan penyediaan kebutuhan bahan baku untuk
industri dalam negeri.

c. Aspek Penduduk
Menurut pencatatan penduduk pada tahun 1971, jumlah
penduduk seluruh Indonesia adalah 115.014.282 orang di mana
untuk Jawa-Madura tercatat jumlah kira-kira 75.000.000 jiwa,
sedangkan di luar Jawa-Madura diperkirakan 40.000.000 jiwa.
Bangsa Indonesia kini sedang mempersiapkan sensus penduduk
modern yang ke enam yang akan diselenggarakan pada tahun
2010 (Sensus-sensus penduduk sebelumnya diselenggarakan
pada tahun-tahun 1961,1971,1980,1990dan2000).
Menurut Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk
Indonesia berjumlah sekitar 205.1 juta jiwa, menempatkan
Indonesia sebagai negara ke-empat terbesar setelah Cina, India
dan Amerika Serikat. Sekitar 121 juta atau 60.1 persen di
antaranya tinggal di pulau Jawa, pulau yang paling padat
penduduknya dengan tingkat kepadatan 103 jiwa per kilometer
per segi. Penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan sekitar
234.2 juta. Dalam Sensus Penduduk 2010 (SP2010) yang akan
datang diperkirakan akan dicacah penduduk yang bertempat
tinggal di sekitar 65 juta rumahtangga. Untuk keperluan
pencacahan ini akan dipekerjakan sekitar 600 ribu pencacah
yang diharapkan berasal dari wilayah setempat sehingga
mengenali wilayah kerjanya secara baik. Pencacah dilatih
secara intensif selama tiga hari sebelum diterjunkan ke
lapangan.
Mengenai komposisi penduduk ditinjau dari umur dapat
dikemukakan bahwa penduduk Indonesia termasuk dalam
penduduk yang muda, mengingat kurang lebih 40% terdiri atas
golongan yang berusia di bawah 15 tahun (termasuk golongan

33
non-produktif) dan hanya sekitar 8% terdiri dari golongan
berusia 55 tahun ke atas.

2.3.6 Perwujudan Ketahanan Nasional Indonesia dalam Bidang


Pancagatra
a. Ketahanan di Bidang Ideologi
Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik
kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan serta gangguan yang dari luar/dalam, langsung/tidak
langsung dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan
ideologi bangsa dan negara Indonesia. Bagi bangsa Indonesia,
ideologi negara, yakni Pancasila, merupakan tatanan nilai yang
digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya bangsa
Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh
sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup
semua nilai yang terkandung di dalamnya.
Keampuhan Pancasila sebagai ideologi negara
bergantung kepada nilai yang dikandungnya yang dapat
memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan
manusia, baik secara pribadi, sebagai makhluk sosial maupun
sebagai warga negara sesuai kodrat dan kehendak Tuhan Yang
Maha Esa. Sila pertama dari Pancasila yang merupakan nilai
tertinggi ialah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Rangkaian nilai
tersebut tidak langsung identik dengan agama, meskipun
mempunyai kaitan yang erat. Rangkaian nilai tersebut adalah
konkretisasi dari ajaran semua agama dan berfungsi sebagai
pemersatu kehidupan antarumat beragama yang menciptakan
kekuatan keagamaan mental dan spiritual, di dalam ketahanan
nasional. Nilai tertinggi tersebut menjiwai dan meliputi nilai-
nilai sila berikutnya dalam Pancasila.

34
Di dalam nilai kemanusiaan tersimpul cita-cita
kemanusiaan yang memandang manusia sebagai makhluk
Tuhan yang harus menjamin adanya toleransi, tolong-
menolong, hormat-menghormati, dan jiwa gotong-royong. Nilai
persatuan Indonesia merupakan faktor pengikat yang menjamin
persatuan Indonesia yang terutama bersifat persatuan spiritual
dan merupakan paduan hasrat untuk hidup bersama di dalam
kesukaan, penderitaan, dan penanggulangan. Nilai kerakyatan
dijelmakan oleh persatuan yang real dan wajar. Kedaulatan
berada di tangan rakyat atas dasar-dasar musyawarah untuk
mufakat. Demokrasi tanpa pimpinan dapat menjelma menjadi
anarki. Oleh karena itu perlu diciptakan keseimbangan antara
kepemimpinan dengan kerakyatan yang sudah dijiwai oleh
persatuan spiritual (nasional) berlandaskan pada nilai
Ketuhanan yang mutlak.Inilah yang kita sebut dengan
demokrasi Pancasila. Sementara nilai keadilan sosial menjamin
kesejahteraan dan kemakmuran secara menyeluruh dan merata.
Jelaslah bahwa Pancasila sebagai falsafah negara merupakan
sistem nilai yang mencakup segenap nilai hidup dan kehidupan
bangsa serta negara.

b. Ketahanan di Bidang Politik


Sejak Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia telah
mengenal dan mempraktikkan beberapa sistem politik. Mula-
mula bangsa Indonesia mempraktikkan sistem Demokrasi
Liberal. Sistem pemerintahan ini dapat dikatakan “stabil” dalam
arti bahwa sistem Demokrasi Liberal ini dapat bertahan
bertahun-tahun. Namun, sistem ini tidak dapat menghasilkan
pemerintahan yang stabil. Pada akhirnya, bangsa Indonesia lalu
menganut sistem Demokrasi Terpimpin. Walaupun sistem ini
mula-mula dilaksanakan dalam rangka kembali kepada UUD

35
1945, namun dalam pelaksanaannya timbul penyelewengan-
penyelewengan sehingga kekuasaan terpusat pada seorang saja
tanpa adanya kontrol yang efektif. Sistem ini mendekati sistem
diktator. Kemudian sistem beralih pada Demokrasi Pancasila.
Sistem inilah yang sekarang diusahakan untuk dilaksanakan.
Walaupun sistem ini belum terlaksana secara optimal, namun
sistem tersebut telah dapat menghasilkan stabilitas dalam
bidang politik.
Demokrasi Pancasila maksudnya demokrasi atau
kedaulatan rakyat yang didasari dan dijiwai oleh segenap sila
Pancasila secara integratif. Hal ini berarti bahwa dalam
menggunakan hak-hak demokrasi haruslah selalu disertai
dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
menurut keyakinan agama masing-masing, harus menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan sesuai martabat dan harkat manusia,
harus menjamin dan memperkokoh persatuan bangsa, harus
melaksanakan kerakyatan yang bermusyawarah/perwakilan dan
harus memanfaatkannya demi mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
berdasarkan kekeluargaan kegotong-royongan yang ditujukan
kepada kesejahteraan, yang mengandung unsur-unsur
berkesadaran religius menolak ateisme, berdasarkan kebenaran,
kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia,
berkeseimbangan, dalam arti menuju keseimbangan antara
individu dan masyarakat manusia dengan Tuhannya secara lahir
dan batin. Dalam Demokrasi Pancasila sistem pengorganisasian
negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan
rakyat, dan keluhuran manusia sebagai makhluk Tuhan dalam
bidang politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan
keamanan, diakui, ditata, dan dijamin atas dasar gagasan negara

36
Pancasila.

Hubungan bangsa Indonesia dengan negara-negara lain


dilaksanakan dengan memegang prinsip politik yang bebas
aktif.Bebas artinya bahwa Indonesia tidak memihak pada
kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila.
Aktif artinya bahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan luar
negerinya, Indonesia tidak bersikap pasif-reaktif atas kejadian-
kejadian internasionalnya, melainkan bersifat aktif. Artinya,
Indonesia mendudukkan dirinya sebagai subyek dalam
hubungan luar negerinya, sehingga tidak dapat dikendalikan
oleh haluan politik negara lain yang berdasarkan pada
kepentingan-kepentingan nasional negara lain itu sendiri.
Berkaitan dengan sistem politik luar negeri bangsa Indonesia
ini, Mohammad Hatta pernah mengatakan di hadapan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada tahun 1948 demikian:
[…]mestikah kita bangsa Indonesia, yang memperjuangkan
kemerdekaan bangsa dan negara kita hanya harus memilih
antara pro-Rusia atau pro-Amerika? Apakah tak ada pendirian
yang lain yang harus kita ambil dalam mengejar cita-cita kita?
Pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus kita ambil
ialah supaya kita jangan menjadi obyek dalam pertarungan
politik internasional, melainkan kita harus tetap menjadi subyek
yang berhak menentukan sikap sendiri, berhak
memperjuangkan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia yang
merdeka seluruhnya.
Dasar-dasar pokok politik luar negeri Indonesia adalah:
 Politik luar negeri diabdikan untuk kepentingan nasional
dan khususnya untuk kepentingan pembangunan;

37
 Memurnikan kembali pelaksanaan politik luar negeri yang
bebas aktif tetapi anti imperialisme dan kolonialisme dalam
segala bentuknya;
 Turut ambil bagian dalam usaha-usaha mewujudkan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, khususnya stabilitas di wilayah
Asia Tenggara, tanpa mengurangi kemampuan kita untuk
melaksanakan pembangunan nasional.

c. Ketahanan di Bidang Ekonomi


Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara telah
ditegaskan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata
material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah
negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan
itu bangsa Indonesia tidak boleh meninggalkan dua landasan
pokoknya, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dalam hal ini UUD
1945 (pasal 27a dan 33) menetapkan bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan,
di mana negara menguasai bidang-bidang kegiatan yang vital,
bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya.Hal ini ditentukan untuk mengusahakan kemakmuran
rakyat yang sebesar-besarnya. Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal-pasal
mengenai ekonomi ini disusun oleh Muhammad Hatta, yang
mengatakan dengan kekeluargaan dimaksudkan ‘koperasi’.
Pada tahun 1980, Prof. Dr. Mubyarto, dosen dan ahli
ekonomi dari Universitas Gajah Mada, memperkenalkan sistem
perekonomian Pancasila. Secara ringkas lima ciri khas sistem
ini dijabarkan sebagai berikut:

38
 Koperasi sebagai sokoguru, karena koperasi merupakan
bentuk paling konkrit dari usaha bersama;
 Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomis,
sosial, dan moral;
 Adanya kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah
pemerataan sosial;
 Nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi; dan
 Adanya keseimbangan antara perencanaan di tingkat
nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi.

Dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi


banyak tantangan dan kesulitan yang harus diatasi. Salah satu
kesulitan yang dihadapi dalam meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan bangsa Indonesia terletak dalam struktur ekonomi
Indonesia itu sendiri. Ada beberapa kelemahan yang melekat
pada struktur tersebut. Pada saat ini struktur ekonomi Indonesia
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Sebagian dari produksi nasional berasal dari sektor
pertanian, yang banyak bergantung kepada alam;
2) Sebagian besar dari rakyat kita hidup dari sektor pertanian,
yang baru dalam tingkat menggunakan teknologi
sederhana;
3) Sebagian dari ekspor kita terdiri dari bahan-bahan mentah
yang banyak dipengaruhi oleh perubahan keadaan dunia.
Pembangunan ekonomi bangsa Indonesia didasarkan
kepada demokrasi (yang berlandaskan Pancasila). Yang
dimaksud dengan demokrasi ekonomi ini ialah turut
sertanya masyarakat secara aktif dalam kegiatan
pembangunan. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban
memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap

39
pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat
bagi ekonomi itu.
Di dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi harus
diperhatikan bahwa di samping meningkatkan pendapatan
nasional harus dijamin pula pembagian pendapatan yang merata
bagi seluruh rakyat sesuai dengan rasa keadilan. Pertumbuhan
serta pemerataan merupakan dua hal yang cukup penting dalam
kerangka membentuk suatu ketahanan nasional. Tanpa ada
pertumbuhan sebagai suatu proses pembangunan dan
pemerataan pendapatan sebagai upaya menyejahterakan
penduduk secara adil, maka ketahanan nasional hanya tinggal di
awang-awang saja. Dalam membentuk suatu ketahanan nasional
dibutuhkan adanya kondisi dinamis yang merupakan hasil
integritas pertumbuhan ekonomi serta pemerataan oleh
pemerintah baik dalam perekonomian, sosial, politik maupun
budaya. Memang, dalam perjalanan bangsa Indonesia, harus
diakui bahwa ketahanan di bidang ekonomi ini merupakan mata
rantai yang paling lemah dalam rangkaian ketahanan nasional.
Akibat dari bidang ekonomi yang lemah akan tercermin pada
kualitas manusianya.
Dalam pelaksanaan pertumbuhan ekonomi maupun
pemerataan pada daerah yang kurang berkembang dan daerah
yang miskin, adalah hal yang penting untuk mempersiapkan
penduduk yang mampu berpartisipasi aktif dalam ketahanan
nasional. Ketahanan nasional yang mapan akan memacu
kembali pertumbuhan maupun pemerataan dalam bidang
ekonomi. Di sudut lain, penduduk yang sehat, harapan hidup
yang tinggi, pendapatan yang tinggi akan berarti kualitas
penduduk menjadi tinggi. Hal ini merupakan modal yang besar
dalam ketahanan nasional.

40
d. Ketahanan di Bidang Sosial-Budaya
Menurut para ahli antropologi, tidak mungkin ada
masyarakat (sosial) apabila tidak ada kebudayaan. Sebaliknya,
kebudayaan hanya mungkin ada di dalam masyarakat (sosial).
Dengan demikian, ada hubungan timbal balik di antara
masyarakat (sosial) dan kebudayaan.
Menurut definisi yang umum dari para ahli,
kebudayaan adalah segala daya upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Hal itu meliputi sistem peralatan dan
teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem dan
organisasi kemasyarakatan, bahasa, sistem religi dan pandangan
hidup, kesenian dan sistem pengetahuan.Masyarakat yang
hidup dalam suatu tempat tertentu hidup berdasarkan unsur-
unsur kebudayaan tersebut. Kebudayaan nasional bangsa
Indonesia sendiri merupakan hasil interaksi dari budaya-budaya
suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian
diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Interaksi budaya
harus berjalan secara wajar dan alamiah tanpa unsur paksaan
dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya. Kebudayaan
nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan
Indonesia. Identitas bangsa Indonesia adalah manusia dan
masyarakat yang memiliki sifat-sifat dasar:
 Religius;
 Kekeluargaan;
 Hidup serba selaras;
 Kerakyatan.

Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam


kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai
kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan
membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa

41
kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersatu, cinta tanah air,
berkualitas, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba
selaras, serasi, dan seimbang serta kemampuan menangkal
penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
Disadari sepenuhnya bahwa tidak semua kebudayaan
yang akan datang dari luar adalah jelek. Tetapi kita harus
waspada terhadap pengaruh dari luar yang dapat membahayakan
atau merusak kepribadian bangsa Indonesia. Dalam hal ini tidak
dapat dikesampingkan kemungkinan pihak luar dengan sengaja
menyebar pengaruhnya dengan tujuan untuk merusak kehidupan
masyarakat kita. Terhadap serangan-serangan semacam inilah
bangsa Indonesia perlu waspada dan harus memiliki daya tahan
untuk menanggulanginya. Untuk itu, bangsa Indonesia harus
bersatu padu menghadapi segala kemungkinan yang buruk.
Perihal pentingnya rasa kesatuan ini, Prof. Dr. Sartono
Kartodirdjo mengatakan: Salah satu prinsip nasionalisme ialah
kesatuan (unity). Hal ini jelas menonjol dalam perkembangan
nasionalisme baik di Barat maupun luar Eropa. Kalau
perkembangan nasionalisme itu secara saksama dikaji, jelaslah
bahwa yang menjadi tujuan gerakan nasionalis tidak lain ialah
membentuk negara-nasion, bertolak dari aneka ragam
komunitas, agama, bahasa, kultur, dan sebagainya […]
Indonesia sebagai kesatuan regional memang mencakup suatu
kompleksitas yang terdiri atas komunitas- komunitas etnik, yang
pada gilirannya memuat satuan-satuan kultural yang kompleks
serta komprehensif meliputi unsur linguistik, sistem
kekerabatan, hukum adat, folklore, adat-istiadat, sistem
kepercayaan, dan sebagainya. Homogenitas satuan etnis
bertahan sampai jaman modern tidak lain karena kontak satu
sama lain.

42
Fenomena lain yang terdapat dalam negara-negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia adalah hasrat yang
besar untuk mengadakan pembangunan. Bangsa yang adil dan
makmur hanya dapat dicapai dengan jalan pembangunan. Telah
dimaklumi oleh para ahli ekonomi bahwa berhasil tidaknya
pembangunan tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor
ekonomis saja, tetapi juga oleh faktor-faktor non-ekonomis
seperti: demografis, struktur masyarakat, dan mental. Dalam
pembahasan bidang sosial budaya dalam arti sempit, maka
faktor yang paling relevan adalah struktur masyarakat dan
mental. Struktur masyarakat Indonesia dapat dilihat dalam
bingkai diferensiasi sosial (seperti golongan sosial pegawai,
guru, dll) dan stratifikasi sosial (seperti lapisan sosial bawah,
menengah, dan atas). Sementara mentalitas terkait dengan ciri
atau sifat yang secara khas melekat dengan orang atau bangsa.
Menurut Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi, mentalitas
bangsa Indonesia belum cocok dengan semangat pembangunan.
Untuk itu mentalitas bangsa ini harus diubah. Usaha untuk
mengubah mentalitas itu, menurut Koentjaraningrat, adalah
melalui prosedur pendidikan baik pendidikan formal maupun
informal, salah satunya agama.
Kita tahu, pendidikan merupakan hal yang strategis dan
fundamental bagi perkembangan sejarah dunia maupun sejarah
umat manusia. Melalui pendidikan manusia mempertinggi
eksistensinya sebagai manusia dalam tataran kultural.
Pendidikan adalah sarana transformasi yang dalam sejarah
peradaban manusia terbukti dapat mengubah dunia. Pendidikan
adalah suatu fungsi internal dalam proses kebudayaan melalui
mana manusia dibentuk dan membentuk dirinya. Untuk itu,
pendidikan adalah juga bagian dari kebudayaan.

43
Pendidikan itu sendiri harus ditanamkan sejak dini bagi
anak-anak bangsa Indonesia. Mereka adalah masa depan yang
akan membangun bangsa ini. Ki Hajar Dewantara menandaskan
demikian: Kekuatan rakyat itulah jumlah kekuatan tiap-tiap
rakyat itu. Segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa
tak akan berhasil, kalau tidak dimulai dari bawah. Sebaliknya
rakyat yang sudah kuat, akan pandai melakukan segala usaha
yang perlu untuk kemakmuran negeri. Mendidik anak itulah
mendidik rakyat.Keadaan dalam hidup dan penghidupan kita
pada zaman sekarang itulah buahnya pendidikan yang kita
terima dari orang tua pada waktu kita masih kanak-kanak.
Sebaliknya, anak-anak yang pada waktu ini kita didik, kelak
akan menjadi warga negara kita.

e. Ketahanan di Bidang Pertahanan-Keamanan (Hankam)


Pertahanan Keamanan Indonesia artinya Kesemestaan
daya upaya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu sistem
ketahanan keamanan negara dalam mempertahankan dan
mengamankan negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan
bangsa dan negara Republik Indonesia. Pasal 30 UUD 1945
berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara. Mengingat bahwa ruang
lingkup pertahanan dan keamanan itu meliputi seluruh bidang
kehidupan negara dan rakyat, mengingat pula bahwa setiap
warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan nasional (Hankamnas),
maka sudah sewajarnya jikalau rakyat dan seluruh potensi
nasional harus dikerahkan dalam usaha ini.Artinya, pertahanan
dan keamanan negara Republik Indonesia dilaksanakan dengan
menyusun, mengerahkan, menggerakkan seluruh potensi
nasional termasuk kekuatan masyarakat di seluruh bidang
kehidupan nasional secara terintegrasi dan terkoordinasi.

44
Penyelenggaraan ketahanan dan keamanan secara
nasional merupakan salah satu fungi utama dari pemerintahan
dan negara Republik Indonesia dengan TNI dan Polri sebagai
intinya, guna menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam
rangka mewujudkan ketahanan nasional Indonesia.Wujud
ketahanan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal
bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat
yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan
dan keamanan negara yang dinamis, mengamankan
pembangunan dan hasil-hasilnya serta kemampuan
mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala
bentuk ancaman.Pertahanan diarahkan untuk menghadapi
ancaman dari luar negeri dan hal ini secara khusus menjadi
tanggung jawab Tentara Nasional Indonesia (TNI).Keamanan
diarahkan untuk menghadapi ancaman dari dalam negeri dan hal
secara khusus menjadi tanggung jawab Polri.TNI dapat
dilibatkan untuk ikut menangani masalah keamanan apabila
diminta Polri, yang sudah tidak mampu lagi karena eskalasi
ancaman yang meningkat ke keadaan darurat.
Secara geografis ancaman dari luar akan menggunakan
wilayah laut dan udara untuk memasuki wilayah Indonesia. Oleh
karena itu, pembangunan postur kekuatan pertahanan keamanan
masa depan perlu diarahkan kepada pembangunan kekuatan
pertahanan dan keamanan secara proporsional dan seimbang
antara unsur-unsur utama. Kekuatan Pertahanan adalah
Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara
(AU).Dan unsur utama KeamananadalahPolri.
Menurut ajaran dan paham Pertahanan dan Keamanan Nasional
(Hankamnas) kita yaitu Catur Darma Eka Karma, ancaman-
ancaman yang dapat merongrong bangsa Indonesia dapat
berbentuk:

45
 Dalam negeri: subversi dan pemberontakan dari kekuatan-
kekuatan dalam tubuh masyarakat Indonesia sendiri;
 Luar negeri: Infiltrasi, subversi, dan intervensi dari
kekuatan imperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya, invasi oleh kekuatan-kekuatan
musuh melalui darat, laut, dan udara.

46
2.4 Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia
2.4.1 Pengertian Geostrategi Indonesia
Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan
strategi diartikan sebagai usaha dengan menggunakan segala
kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya
dengan kehidupan suatu negara, geostrategi diartikan sebagai
metode atau aturan-aturan untuk mewujdkan cita-cita dan tujuan
melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang
bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang
terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih
baik, lebih aman dan bermartabat.Pada awalnya geostrategi
diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan militer atau perang.
Di Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam
Mukadimah UUD 1945, melalui proses pembangunan nasional.
Karena tujuan itulah maka ia menjadi doktrin pembangunan dan
diberi nama Ketahanan Nasional. Mengingat geostrategi Indonesia
memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi
pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, dan
lebih aman.
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa
baik pada masa lampau, kini, mendatang. Geostrategi menjadi
sangat penting, karena setiap bangsa yang telah menegara,
membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negaranya
sebagai ruang hidup nasional untuk menentukan kebijakan, sarana
dan sarana perwujudan kepentingan dan tujuan nasional melalui
pembangunan, sehingga bangsa itu tetap eksis dalam arti ediologis,
politis, ekonomis, sosial budaya dan Hankam.

47
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para
penyelengaraan Negara, agar dalam hidup berbangsa dan bernegara
dalam lingkup nasional bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi
nasional bangsa Indonesia dalam memanfaatkan wilayah Negara
republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional guna merancang
arahan tentang kebijakan, sarana dan sarana pembangunan untuk
mencapai kepentingan dan tujuan nasional tersebut diatas.

Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud konsepsi ‘k


etahanan Nasional’.
 geostrategi
Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi
geografi Negara untuk menentukan kebijakan, tujuan, sarana-
sarana untuk mencapai tujuan nasional, geostrategi dapat pula
dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam
upaya mewujudkan tujuan publik.
 Pengertian geostrategi Indonesia
Merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografis
Negara Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan dan
sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional bangsa
Indonesia. Geostrategi Indonesia memberikan arahan tentang
bagaimana merancang strategi pembangunan guna
mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman dan sejahtera.
Oleh karena itu, geostrategi Indonesia bukanlah merupakan
geo-politik untuk kepentingan politik dan perang, tetapi untuk
kepentingan kesejahteraan dan keamanan.

48
Geostrategi Indonesia tiada lain adalah ketahanan nasional.
Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamik suatu bangsa
yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, baik yang datang dari
luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsug
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa
dan Negara serta perjuangan mengejar tujuan nasional. Tannas
diperlukan bukan hanya konsepsi politik saja melainkan sebagai
kebutuhan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah,
seperti Law and order, Welfare and prosperity, Defence and
security, Juridical justice and social justice, freedom of the people.

2.4.2 Konsep geostrategi Indonesia


Konsep geostrategi Indonesia pada hakekatnya bukan
mengembangkan kekuatan untuk penguasaan terhadap wilayah di
luar Indonesia atau untuk ekspansi terhadap negara lain, tetapi
konsep strategi yang didasarkan pada kondisi metode, atau cara
untuk mengembangkan potensi kekuatan nasional yang ditujukan
untuk pengamanan dan menjaga keutuhan kedaulatan Negara
Indonesia dan pembangunan nasional dari kemungkinan gangguan
yang datang dari dalam maupun dari luar negeri. Untuk
mewujudkan geostrategis Indonesia akhirnya dirumuskan Bangsa
Indonesia dengan Ketahanan Nasional Republik Indonesia.

2.4.3 Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia


Konsep geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh
Bung Karno pada tanggal 10 Juni 1948 di Kotaraja.Namun
sayangnya gagasan ini kurang dikembangkan oleh para pejabat
bawahan, karena seperti yang kita ketahui wilayah NKRI diduduki
oleh Belanda pada akhir Desember 1948, sehingga kurang
berpengaruh. Dan akhirnya, setelah pengakuan kemerdekaan 1950
garis pembangunan politik berupa “ Nation and character and

49
building “ yang merupakan wujud tidak langsung dari geostrategi
Indonesia yakni sebagai pembangunan jiwa bangsa.

Berikut beberapa tahapan geostrategi Indonesia dari awal


pembentukan hingga sekarang :
1) Pada awalnya, geostrategi Indonesia digagas oleh Sekolah Staf
dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) Bandung tahun
1962. Konsep geostrategi Indonesia yang terumus adalah
pentingnya pengkajian terhadap perkembangan lingkungan
strategi di kawasan Indonesia yang ditandai dengan meluasnya
pengaruh komunis. Geostrategi Indonesia pada saat itu
dimaknai sebagai strategi untuk mengembangkan dan
membangun kemampuan territorial dan kemampuan gerilya
untuk menghadapi ancaman komunis di Indonesia.
2) Pada tahun 1965-an Lembaga Ketahanan Nasional
mengembangkan konsep geostrategi Indonesia yang lebih maju
dengan rumusan sebagai berikut : bahwa geostrategi Indonesia
harus berupa sebuah konsep strategi untuk mengembangkan
keuletan dan daya tahan, juga pengembangan kekuatan
nasional untuk menghadapi dan menangkal ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik bersifat internal
maupun eksternal.Gagasan ini agak lebih progresif tapi tetap
terlihat sebagai konsep geostrategi Indonesia awal dalam
membangun kemampuan nasional sebagai faktor kekuatan
pengangguh bahaya.
3) Sejak tahun 1972 Lembaga Ketahanan Nasional terus
melakukan pengkajian tentang geostrategi Indonesia yang lebih
sesuai dengan konstitusi Indonesia. Pada era itu konsepsi
geostrategi Indonesia dibatasi sebagai metode untuk
mengembangkan potensi ketahanan nasional dalam
menciptakan kesejahteraan menjaga indentitas kelangsungan
serta integritas nasional.

50
4) Terhitung mulai tahun 1974 geostrategi Indonesia ditegaskan
dalam bentuk rumusan ketahanan nasional sebagai kondisi
metode dan doktrin dalam pembangunan nasional.

2.4.4 Tujuan Geostrategi Indonesia


Berbagai konsep dasar serta pengembangan geostrategi Indonesia
pada dasarnya bertujuan untuk:
1. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional baik
yang berbasis pada aspek ideologi, politik, sosial budaya,
bahkan aspek-aspek alamiah. Hal ini untuk upaya kelestarian
dan eksistansi hidup Negara dan Bangsa dalam mewujudkan
cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
2. Menunjang tugas pokok pemerintah Indonesia dalam :
a. Menegakkan hukum dan ketertiban (law and order)
b. Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and
prosperity)
c. Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and
prosperity)
d. Terwujudnya keadilan hukum & keadilan sosial ( yuridical
justice & social justice)
e. Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan
diri (freedom of the people)

Geostrategi Indonesia berawal dari kesadaran bahwa


bangsa dan negara ini mengandung sekian banyak anasir-anasir
pemecah belah yang setiap saat dapat meledak dan mencabik-cabik
persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam era kepemimpinan Habibie
dapat disaksikan dengan jelas bagaimana hal itu terjadi beserta
akibatnya. Tidak hanya itu saja, tatkala bangsa kita lemah karena
sedang berada dalam suasana tercabik-cabik maka serentak pulalah
harga diri dan kehormatan dengan mudah menjadi bahan tertawaan
di forum internasional. Disitulah ketidakberdayaan kita menjadi

51
tontonan masyarakat internasional, yang sekaligus, apabila kita
sekalian sadar, seharusnya menjadi pelajaran berharga.

52
2.5 Wawasan Nusantara
2.5.1 Wawasan Nasional Suatu Bangsa
Suatu bangsa yang telah menegara, dalam kehidupannya
tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Pengaruh itu timbul
dari hubungan timbal balik antara filosofi bangsa, ideologi, aspirasi
serta cita-cita dan kondisi sosial masyarakat, budaya, tradisi,
keadaan alam, wilayah serta pengalaman sejarahnya.
Pemerintah dan rakyat memerlukan suatu konsepsi berupa
wawasan nasional untuk menyelenggarakan kehidupannya.
Wawasan ini dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup,
keutuhan wilayah serta jati diri bangsa.Kata “wawasan” itu sendiri
berasal dari wawas (bahasa jawa) yang artinya melihat atau
memandang. Dengan penambahan akhiran “an”kata ini secara
harfiah berarti: cara penglihatan atau cara tinjau atau cara pandang.

Kehidupan suatu bangsa dan negara senantiasa dipengaruhi


oleh perkembangan lingkungan strategis. Karena itu, wawasan itu
harus mampu memberi inspirasi pada suatu bangsa dalam
menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan
oleh lingkungan strategis dan dalam mengejar kejayaannya. Dalam
mewujudkan aspirasi dan perjuangan, suatu bangsa perlu
memperhatikan tiga faktor:

a. Bumi atau ruang di mana bangsa itu hidup.


b. Jiwa, tekad, dan semangat manusianya atau rakyatnya.
c. Lingkungan sekitarnya.

Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa


yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya dalam
eksistensinya yang serba terhubung (melalui interaksi dan
interrelasi) dan dalam pembangunannya di lingkungan nasional
(termasuk lokal dan proposional), regional, serta global.

53
2.5.2 Teori-Teori Kekuasaan
Beberapa teori paham kekuasaan sebagai berikut:

1. Paham-paham Kekuasaan
Perumusan wawasan nasional lahir berdasarkan
pertimbangan dan pemikiran mengenai sejauh mana konsep
oprasionalnya dapat diwujudkan dan di pertanggungjawabkan.
Karena itu, dibutuhkan landasan teori yang dapat mendukung
rumusan Wawasan Nasional tersebut antara lain:
1) Paham Machiavelli (Abad XVII)
Dalam bukunya tentang politik yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dengan judul “the prince”,
Machiavelli memberikan pesan tentang cara membentuk
kekuasaan politik yang besar agar sebuah negara dapat
berdiri dengan kokoh. Di dalamnya terkandung beberapa
postulat dan cara pandang tentang bagaimana memelihara
kekuasaan politik. Menurut Machiavelli, sebuah negara
akan bertahan apabila menerapkan dalil-dalil berikut:
pertama, segala cara dihalalkan dalam merebut dan
mempertahankan kekuasaan; kedua, untuk memjaga
kekuasaan rezim, politik adu domba (“divide et impera”)
adalah sah; dan ketiga, dalam dunia politik (yang
disamakan dengan kehidupan binatang buas), yang kuat
pasti dapat bertahan dan menang.
2) Paham Kaisar Napoleon Bonaparte (abad XVIII)
Kaisar Napoleon merupakan tokoh revolusioner di bidang
cara pandang, selain penganut yang baik dari Machiavelli.
Napoleon berpendpat bahwa perang di masa depan akan
merupakan perang total yang mengerahkan segala daya
upaya dan kekuatan nasional. Dia berpendapat bahwa
kekuatan politik harus didampingi oleh kekuatan logistik
dan ekonomi nasional. Kekuatan ini juga perlu didukung
oleh oleh kondisi sosial budaya berupa ilmu pengetahuan

54
dan teknologi demi terbentuknya kekuatan hankam untuk
menduduki dan menjajah negara-negara di sekitar Prancis.
Karena itu terjadi invasi militer besar-besaran Napoleon
terhadap negara-negara tetangga dan pada akhirnya ia
tersandung di Rusia. Ketiga postulat Machiavelli telah
diimplementasikan dengan sempurna oleh Napoleon,
namun menjadi bumerang bagi dirinya sehinnga pada akhir
kariernya ia di buang ke pulau Elba.
3) Paham Jenderal Clausewitz (abad XVIII)
Menurut Clausewitz, perang adalah kelanjutan politik
dengan cara lain. Baginya, peperangan adalah sah-sah saja
untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa. Pemikiran
inilah yang membenarkan prusia berekspansi sehingga
menimbulkan Perang Dunia 1 dengan kekalahan di pihak
prusia atau kekaisaran Jerman.
4) Paham Feurbach dan Hegel
Paham materialisme Feurbach dan teori sintesis Hegel
menimbulkan dua aliran besar Barat yang berkembang di
dunia, yaitu kapitalisme di satu pihak dan komunisme di
pihak lain. Pada abad XVII paham perdagangan bebas
yang merupakan nenek moyang liberalisme sedang marak.
Saat itu orang-orang berpendapat bahwa ukuran
keberhasilan ekonomi suatu negara adalah seberapa besar
surplus ekonominya, terutama diukur dengan emas. Paham
ini memicu nafsu kolonialisme negara Eropa Barat dalam
mencari emas ke tempat lain. Inilah yang memotivasi
Columbus untuk mencari daerah baru, kemudian magellan,
dan lain-lainnya. Paham ini pula yang mendorong Belanda
untuk melakukuan perdagangan (VOC) dan pada akhirnya
menjajah Nusantara selama 3, 5 abad.

55
5) Paham Lenin (abad XIX)
Menurutnya, perang adalah kelanjutan politik dengan cara
kekerasan. Bagi Leninisme/komunisme, perang atau
pertumpahan darah atau revolusi di seluruh dunia adalah
sah dalam kerangka mengkomunikasikan seluruh bangsa di
dunia. Karena itu, selama perang dingin, baik Uni Soviet
maupun RRC berlomba-lomba untuk mengekspor paham
komunis ke seluruh dunia. G.30 S/PKI adalah salah satu
komoditi ekspor RRC pada tahun 1965. Sejarah selanjutnya
menunjukkan bahwa paham komunisme ternyata berakhir
secara tragis seperti runtuhnya Uni Soviet.
6) Paham Lucian W. Pye dan Sidney
Dalam buku Political Culture and Political Development
(Princeton University Press 1972), mereka mengatakan:
“The political culture of society consist of the system of
empirical believe exspressive symbol and values which
devidens the situation in political action take place. It
provides the subjective orientation to politics. The political
culture of society is highly significant aspec of the political
system. Para ahli tersebut menjelaskan adanya unsur-unsur
subyektivitas dan psikologis dalam tatanan dinamaka
kehidupan politik suatu bangsa. Kemantapan suatu sistem
politik dapat dicapai apabila sistem tersebut berakar pada
kebudayaan politik bangsa yang bersangkutan. Dengan
demikian proyeksi eksistensi kebudayaan politik tidak
semata-mata ditentukan oleh kondisi-kondisi obyektif tetapi
juga subyektif dan psikologis.

56
2.5.3 Ajaran Wawasan Nasional Indonesia
Wawasan Nasional Indonesia merupakan wawasan yang
dikembangkan berdasarkan teori wawasan nasional secara
universal. Wawasan tersebut dibentuk dan dijiwai oleh paham
kekuasaan bangsa Indonesia dan geopolitik Indonesia.
a. Paham Kekuasaan Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi
pancasila menganut paham tentang perang dan damai: ”Bangsa
Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta kemerdekaan.
“Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan
ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal tersebut
mengandung benih-benih persengketaan dan ekspansionisme.
Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa
: Ideologi digunakan sebagai landasan idiil dalam menentukan
politik nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi
geografi indonesia dengan segala aspek kehidupan nasionalnya.
Tujuannya adalah agar bangsa indonesia dapat menjamin
kepentingan bangsa dan negaranya ditengah-tengah
perkembangan dunia.

1) Geopolitik Indonesia
Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang
dikembangkan di Indonesia didasarkan pada pemahaman
tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan
kondisi dan konstelasi geografi indonesia. Sedangkan
paham tentang negara indonesia menganut paham negara
kepulauan, yaitu paham yang dikembangkan dari asas
archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman
archipelago di negara-negara Barat pada umumnya.
Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa
menurut paham Barat, laut berperan sebagai “Pemisah”
pulau, sedangkan menurut paham indonesia laut adalah

57
“Penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu-
kesatuan yang utuh sebagai “Tanah air” dan disebut negara
kepulauan.

2) Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia


Wawasan nasional indonesia dibentuk dan dijiwai
oleh pemahaman kekuasaan bangsa indonesia yang
berlandaskan falsafah pancasila dan oleh pandangan
geopolitik indonesia yang berlandaskan pemikiran
kewilayahan dan kehidupan bangsa indonesia. Karena itu,
pembahasan latar belakang filosofis sebagai dasar
pemikiran pembinaan dan pengembangan wawasan
nasional indonesia ditinjau dari:
a. Latar belakang pemikiran berdasarkan falsafah
Pancasila
b. Latar belakang pemikiran aspek Kewilayahan
Nusantara
c. Latar belakang pemikiran aspek Sosial Budaya Bangsa
Indonesia
d. Latar belakang pemikiran aspek Kesejarahan Bangsa
Indonesia

2.5.4 Latar Belakang Filosofis Wawasan Nusantara

a. Pemikiran Berdasarkan Falsafah Pancasila


Nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah bersemayam
dan berkembang dalam hati sanubari dan kesadaran bangsa
indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga tercakup dalam penggalian
dan pengembangan wawasan nasional sebagai berikut:
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dlam sila Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia
menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap

58
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
2) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, bangsa
indonesia mengakui, menghargai, dan memberikan hak
dan kebebasan yang sama kepada setiap warganya untuk
menerapkan hak asasi manusia (HAM).

3) Sila Persatuan Indonesia


Dengan sila Persatuan Indonesia, bangsa indonesia lebih
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.

4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Dengan sila kerkyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
bangsa indonesia mengakui bahwa pengambilan
keputusan yang menyangkut kepentingan bersama
diusahakan melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia, bangsa indonesia mengakui dan menghargai
warganya untuk mencapai kesejahteraan yang setinggi-
tingginya sesuai hasil karya dan usahanya masing-
masing.

Dari uraian diatas tampak bahwa wawasan nasional yang


dianut dan dikembangkan oleh bangsa indonesia merupakan
pancaran dari Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa
indonesia. karena itu, wawasan nasional indonesia menghendaki
terciptanya persatuan dan kesatuan tanpa menghilangkan ciri,

59
sifat, dan karakter dari kebhinekaan unsur-unsur pembentuk
bangsa (suku bangsa, etnis, golongan, serta daerah itu sendiri).

b. Pemikiran Berdasarkan Aspek KewilayahanNusantara


Geografi adalah wilayah yang tersedia dan
terbentuksecara lamiah oleh alam nyata. Kondisi obyektif
geografis sebagai modal dalam pembentukan suatu negara
merupakan suatu ruang gerak hidup suatu bangsa yang di
dalamnya terdapat sumber kekayaan alam dan penduduk yang
memepengaruhi keputusan/kebijaksanaan politik negara
tersebut. Karena itu, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
fungsi maupun pengaruh geografi terhadap sikap dan tata laku
negara yang bersangkutan merupakan suatu fenomena yang
mutlak diperhitungkan. Demikian pula sebaliknya, dampak
sikap dan tata laku negara terhadap kondisi geografis sebagai
tata hubungan antara manusia dan wadah lingkungannya perlu
diperhitungkan.
Kondisi obyektif geografis Nusantara, yang merupakan
untaian ribuan pulau yang tersebar dan terbentang di
khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat
strategis, memiliki karakteristik yang berbeda dari negara lain.
Wawasan Nasional Indonesia yang memperhatikan dan
mempertimbangkan kondisi dan konstelasi geografis indonesia
mengharuskan tetap terpeliharanya keutuhan dan kekompakan
wilayah, serta dihargainya dan dijaganya ciri, karakter serta
kemampuan (keunggulan dan kelemahan) masing-masing
daerah, dan diupayakannya pemanfaatan niali lebih dari
geografis indonesia.

60
c. Pemikiran Berdasakan Aspek Sosial Budaya
Sosial budaya, sebagai salah satu aspek kehidupan
nasional disamping politik, ekonomi, serta pertahanan dan
keamanan adalah faktor dinamik masyarakat yang terbentuk
oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir batin yang
memungkinkan berlangsungnya hubungan sosial diantara
anggotanya. Masyarakat indonesia sejak awal terbentuk dengan
ciri kebudayaan yang sangat beragam yang muncul karena
pengaruh ruang hidup berupa kepulauan dimana ciri alamiah
tiap-tiap pulau berbeda-beda. Berdasarkan ciri dan sifat
kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi negara
republik indonesia, tampak secara jelas betapa heterogen serta
uniknya masyarakat indonesia yang terdiri dari ratusan suku
bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa
daerah, agama dan kepercayaannya sendiri. Karena itu, tata
kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antar
golongan masyarakat mengandung potensi konflik yang sangat
besar, terlebih lagi kesadaran nasional masyarakat relatif masih
rendah dan jumlah masyarakat terdidik relatif masih terbatas.
Proses sosial dalam keseluruhan upaya menjaga
persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi
diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang
sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina
kehidupan bersama secara harmonis. Wawasan kebangsaan atau
wawasan nasional indonesia diwarnai oleh keinginan untuk
menumbuhsuburkan faktor-faktor positif, mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa, dan mengurangi atau kalau
dapat menghilangkan pengaruh negatif dari faktor-faktor yang
dapat menimbulkan disintegrasi bangsa.

61
d. Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-citanya pada
umumnyatumbuh dan berkembang dari latar belakang
sejarahnya. Sejarah indonesia pun diawali dari negara-negara
kerajaan tradisional yang pernah ada diwilayah Nusantara
melalui kedatuan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Kedua
kerajaan tersebut bertujuan mewujudkan kesatuan wilayah.
Meskipun saat itu belum timbul adanya rasa kebangsaan, namun
sudah timbul semangat bernegara. Wawasan Kebangsaan atau
Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah
yang tidak menginginkan terulangnya perpecahan dalam
lingkungan bangsa dan negara indonesia yang akan melemahkan
perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan bersama
agar bangsa indonesia setara dengan bangsa lain.

2.5.5 Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Nasional


a. Pengantar Implementasi Wawasan Nusantara
Dalam rangka menerapkan wawasan nusantara, kita
sebaiknya terlebih dahulu mengerti dan memahami pengertian,
ajaran dasar, hakikat, asas, kedudukan, fungsi serta tujuan dari
wawasan nusantara. Wawasan nusantara dalam kehidupan
nasional yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan harus tercermin dalam pola
pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa
mengutamakan bangsa dan negara kesatuan republik indonesia
diatas kepentingan pribadi dan atau golongan. Dengan
demikian, wawasan nusantara menjadi nilai yang menjiwai
segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku setiap
strata diseluruh wilayah negara, sehingga menggambarkan sikap
dan perilaku, paham serta semangat kebangsaan atau

62
nasionalisme yang tinggi yang merupakan identitas atau jati diri
bangsa indonesia.

b. Pengertian Wawasan Nusantara


Berdasarkan teori-teori tentang wawasan, latar belakang
falsafah Pancasila, latar belakang pemikiran aspek kewilayahan,
aspek sosial budaya, dan aspek kesejarahan, terbentuklah suatu
Wawasan Nasional Indonesia yang disebut Wawasan Nusantara
dengan rumusan pengertian yang sampai saat ini berkembang
sebagai berikut:
1) Pengertian Wawasan Nusantara berdasarkan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1993 dan 1998
tentang GBHN adalah sebagai berikut:
“Wawasan Nusantara yang merupakan Wawasan Nasional
yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD
1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya dan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional”.
2) Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof. DR. Wan
Usman (Ketua Program S-2 PKN-UI):
“Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara
kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.”
Ia juga menjelaskan bahwa Wawasan Nusantara merupakan
Geopolitik Indonesia.
3) Pengertian Wawasan Nusantara menurut Kelompok Kerja
Wawasan Nusantara, yang diusulkan menjadi Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dibuat di Lemhannas
tahun 1999 adalah sebagai berikut:

63
“Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya yang serba beragam dan berniali
strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.”

2.5.6 Ajaran Dasar Wawasan Nusantara


Gagasan untuk menjamin persatuan dan kesatuan dalam
kebhinnekaan tersebut merupakan cara pandang bangsa indonesia
tentang diri dan lingkungannya, yang dikenal dengan istilah
Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia dan
diberi nama WawasanNusantara, disingkat “Wasantra”.

Pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran


dasar Wawasan Nusantara ialah WawasanNusantara sebagai
Geopolitik Indonesia, yaitu “Cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam
dan berniali strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.”

a. Landasan Idiil: Pancasial


Pancasila telah diakui sebagai ideologi dan dasar negara
yang terumuskan dalam Pembukaan UUD1945. Pada
hakikatnya, Pancasila mencerminkan nilai keseimbangan,
keserasian, keselarasan, persatuan dan kesatuan, kekeluargaan,
dan kebersamaan dan kearifan dalam membina kehidupan
nasional. Perpaduan niali-nilai tersebut mampu mewadahi
kebhinekaan seluruh aspirasi bangsa indonesia. Pancasila
merupakan sumber motivasi bagi perjuangan seluruh bangsa
indonesia dalam tekadnya untuk menata kehidupan

64
didalamnegara kesatuan republik indonesia secara berdaulat
dan mandiri. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan
dasar negara mempunyai kekuatan hukim yang mengikat para
penyelenggara, para peemimpin pemerintahan, dan seluruh
rakyat indonesia.
Wawasan nusantara pada hakikatnya merupakan
pancaran dari falsafah pancasila yang diterapkan dalamkondisi
nyata indonesia. dengan demikian, Pancasila sebagai falsafah
bangsa indonesia telah dijadikan landasan idiil dan dasar negara
sesuia dengan yang tercantum pada Pembukaan UUD 1945.
Karena itu, Pancasila sudah seharusnya serta sewajarnya
menjadi landasan idiil wawasan nusantara.
b. Landasa Konstitusional: UUD 1945
UUD 1945 merupakan konstitusi dasar yang menjaddi
pedoman pokok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Bangsa indonesia bersepakat bahwa indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
berrkedaulatan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Perrmusyawaratan rakyat. Karena itu, negara mengatasi segala
papaham golongan, kelompok, dan perseorangan serta
menghendaki persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek dan
dimensi kehidupan nasional. Artinya, kepentingan negara
dalam segala aspek dan perwujudannya lebih diutamakan diatas
kepentingan golongan, kelompok, dan perseorangan
berdasarkan aturan, hukum, perundang-undangan yang berlaku
yang memperhatikan hak asasi manusia (HAM), aspirasi
masyarakat, dan kepentingan daerah yang berkembang saat ini.

2.5.7 Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara


Konsepsi Wawasan Nusantara terdiri dari tiga unsur dasar:
Wadah (contour), Isi (content), dan Tata laku (conduct). Ketiganya
dijelaskan sebagai berikut:

65
a. Wadah (contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki
kekayaan alam dan penduduk dengan aneka ragam budaya.
Setelah menegara dalam negara kesatuan republik Indonesia,
bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang
merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud
suprastruktur politik. Sementara itu, wadah dalam kehidupan
bermasyarakat adalah berbagai lembaga dalam wujud
infrastruktur adalah berbagai lembaga dalam wujud
infrastruktur politik.
b. Isi (Content)
Isi adala aspirasi bangsa yang berkembangdi
masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut dua hal yang
esensial yaitu:

1. Realisasi aspirasi bangsa bangsa sebagai kesepakatan


bersama serta pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.
2. Persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan yang meliputi
semua aspek kehidupan nasional .

c. Tata laku (conduct)


Tata laku melupakan hasil interaksi antara wadah dan
isi,yang terdiri dari tata laku batiniah dan lahiriah.tata laku
batiniah mencerminkan jiwa,semangat,dan mentalitas yang
baik dari bangsa indonesia,sedangkan tata laku lahiriah
tercermin dalam tindakan,perbuatan,dan prilaku dari bangsa
indonesia.kedua tersebut akan mencerminkan indentitas jati diri
atau kepribadian bangsa indonesia berdasarkan kekeluargaan
dan kebersamaan yang memiliki rasa bangsa dan cinta kepada
bangsa dan tanah air sehingga menimbuhkan nasionalisme
yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

66
2.5.8 Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat wawasan nusantara adalah ketuhanan
nusantara,dalam pengertian:cara pandang yang selalu utuh
menyeluruh dalam lingkup nusantara demi epentingan nasional.
Hal tersebut berarti bahwa setiap warga bangsa aparatur negara
harus berfikir, bersikap,dan bertindak secara utuh menyeluruh demi
kepentingan bangsa dan negara indonesia.demikian juga produk
yang dihasilkan oleh lembaga negara harus dalam lingkup dan
demi kepentingan bangsa dan negara indonesia,tanpa
menghilangkn kepentingan lainnya, seperti kepentingan
daerah,golongan,dan orang per orang.

a. Asas Wawasan Nusantara


Asas wawasan nusantara merupakan ketentuan-
ketentuan atau kaidah-kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati,
dipelihara, dan diciptakan demi tetap taat dan setianya
komponen pembentuk bangsa indonesia (suku bangsa atau
golongan) terhadap kesepakatan bersama. Harus disadari bahwa
jika asas wawasan nusantara diabaikan, komponen pembentuk
kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan bersama
tersebut, yang berarti bahwa tercerai berainya bangsa dan negara
indonesia .
Asas Wawasan nusantara terdiri dari: kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, keadilan, kejujuran, solidaritas,
kerjasama, dan kesetian terhadap ikrar atau kesepakatan
bersama demi terpiliharanya persatuan dan kesatuan dalam
kebbhinekaan.
Adapun rincian dari asas tersebut:

1. Kepentingan yang sama. Ketika menegakkan dan merebut


kemerdekaan, kepentingan bersama bangsa indonesia
adalah menghadapi penjajahan secara fisik dari bangsa
lain.sekarang bangsa indonesia harus menghadapi jenis

67
“penjajahan” yang berbeda dari negara asing.misalnya,
kehidupan dalam negri bangsa indonesia adalah
menghadapi penjajahan secara fisik dari bangsa
lain.sekarang,bangsa indonesia harus menghadapi jenis
“penjajahan” yang berbeda dari negara
asing.misalnya,kehiduapan dalam negri bangsa indonesia
mendapat tekanan dan paksaan baik secara halus maupun
kasar dengan cara adu domba dan pecah-belah bangsa
dengan menggunakan dalih HAM, demokrasi,dan
lingkungan hidup.sementara itu,tujuan yang sama adalah
tercapainya kesejahteraan dan rasa aman yang lebih baik
daripada sebelumnya.
2. Keadilan, yang berati kesesuaian pembagian hasil dengan
andil, jerih payah usaha, dan kegiatan baik orang
perorangan, golongan, kelompok, maupun daerah.
3. Kejujuran, yang berarti keberanian berpikir, berkata, dan
bertindak sesuai realita serta ketentuan yang benar biarpun
realita atau ke tentuan itu pahit dan kurang enak di
dengarnya. Demi kebenaran dan kemajuan bangsa dan
negara,hal ini harus dilakukan.
4. Solidaritas, yang berarti diperlukannya rasa setia kawan,
mau memberi dan berkorban bagi orang lain tanpa
meninggalkan ciri dan kerakter budaya masing –masing.
5. Kerja sama berarti adanya kordinasi, saling pengertian yang
didasarkan atas kesetaraan sehingga kerja kelompok, baik
kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar, dapat
tercapai demi terciptanya sinergi yang lebih baik.
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi
bangsa dan mendirikan negara indonesia, yang di mulai,
dicetuskan, dan dirintis oleh boedi oetomo pada tahun
1908, sumpah pemuda tahun 1928, dan proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945. Kesetiaan

68
terhadap kesepakatan bersama ini sangatlah penting dan
menjadi tonggak utama terciptanya persatuan dan kesatuan
dalam kebinekaan. Jika kesetiaan terhadap kesepakatan
bersama ini goyah apalagi ambruk, dapat dipastikan bahwa
persatu dan kesatuan dalam kebhinekaan bangsa indonesia
akan hancur berantakan pula.ini berarti hilangnya negara
kesatuan indonesia.

2.5.9 Arah Pandang


Dengan latar belakan budaya, budaya, sejarah, kondisi,
konstrelasi geografi, dan perkembangan lingkungan strategis, arah
pandang wawasan nusantara meliputi arah pandang ke dalam dan
ke luar.

a. Arah pandang ke Dalam


Arah pandang ke dalam bertujuan menjamin perwujudan
Persatuan kesatuan segenap aspek kehidupn nasional,baik aspek
alamiah maupun aspek sosial.Arah pandang ke dalam
mengandung arti bahwa negara bangsa indonesia harus peka dan
berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin
faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan harus
mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan
kesatuan dalam kebhinekaan.
b. Arah Pandang ke Luar
Arah pandang ke luar ditunjukkan demi terjaminnya
kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah maupun
kehidupan dalam negeri serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial, serta kerja sama dan sikap saling hormat dan
menghormati. Arah pandang dan ke luar mengandung arti
bahwa dalam kehidupan internasionalnya, bangsa indonesia
harus berusaha mengamankan kepentingan nasionalnya dalam
semua aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial budaya

69
maupun pertahanan dan keamanan demi tercapainya tujuan
nasional sesuai dengan yang tertera pada pembukaan UUD
1945.

2.5.10 Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan


a. Kedudukan
1) Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa
indonesia merupakan ajaran yang di yakini kebenarannya
oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan
penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, wawasan
nusantara menjadi landasan visional dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional.
2) Wawasan nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat
dari stratifikasinya sebagai berikut:
a) Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar
negara berkedudukan sebagai landasan idiil.
b) Undang- Undang dasar 1945 sebagai landasan konstitusi
negara, berkedudukan sebagai landasan konstitusional.
c) Wawasan nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan
sebagai landasan visional.
d) Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional,
berkedudukan sebagai landasan kosepsional.
e) GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai
kebijaksanaan dasar nasional, berkedudukan sebagai
landasan oprasional.

70
2.5.11 Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan
Nasional
Sebagai cara pandangan dan visi nasional Indonesia,
Wawasan Nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan
tuntunan bagi setiap individu bangsa Indonesia dalam membangun
dan memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Karena itu, implementasi atau penerapan Wawasan
Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola
tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan pribadi atau
kelompok sendiri. Dengan kata lain, Wawasan Nusantara menjadi
pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam
rangka, menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai
permasalahan menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Implementasi Wawasan Nusantara senantiasa
berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara
utuh dan menyeluruh sebagai berikut:
a. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik
akan menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan
dinamis.
b. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi
akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin
pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara merata dan adil.
c. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan sosial
budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang
mengakui, menerima, dan menghormati segala bentuk
perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus
karunia Sang Pencipta.
d. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan hankam
akan menumbuh-kembangkan kesadaran cinta tanah air dan
bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara
pada setiap warga negara Indonesia.

71
2.5.12 Pemasyarakatan/Sosialisasi Wawasan Nusantara
Untuk mempercepat tercapainya tujuan Wawasan
Nusantara, disamping implementasi seperti tersebut di atas, perlu
juga dilakukan pemasyarakatan materi Wawasan Nusantara kepada
seluruh masyarakat Indonesia. Pemasyarakatan Wawasan
Nusantara tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Menurut sifat/cara penyimpanannya, yang dapat dilaksanakan
sebagai berikut:
 Langsung, yang terdiri dari ceramah, diskusi, dialog, tatap
muka.
 Tidak langsung, yang terdiri dari media elektronik, media
cetak.
b. Menurut metode penyampaian yang berupa:
 Keteladanan. Melalui metode penularan keteladanan dalam
sikap perilaku kehidupan sehari-hari kepada lingkungannya,
terutama dengan memberiakan contoh-contoh berpikir,
bersikap dan bertindak mementingkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan atau golongan,
sehingga timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta
tanah air.
 Edukasi, yakni melalui metode pendekatan formal dan
informal. Pendidikan formal ini dimulai dari tingkat taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi, pendidikan karier di
semua strata dan bidang profesi, penataran atau kursus-
kursus, dan sebagainya. Sedangkan pendidikan non formal
dapat dilaksanakan di lingkungan rumah/keluarga,
dilingkungan pemukiman, pekerjaan, dan organisasi
kemasyarakatan.
 Komunikasi. Tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi
Wawasan Nusantara melalui metode komunikasi adalah
tercapainya hubungan komunikatif secara baik yang akan
mampu menciptakan iklim yang saling menghargai,

72
menghormati, mawas diri, dan tenggang rasa sehingga
tercipta kesatuan bahasa dan tujuan tentang Wawasan
Nusantara.
 Integrasi. Tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakatan
/sosialisasi Wawasan Nusantara melalui metode integrasi
adalah terjalinnya persatuan dan kesatuan.

Dalam melaksanakan pemasyarakatan, lingkup materi


Wawasan Nusantara yang disampaikan hendaknya disesuaikan
dengan tingkat, jenis, serta lingkunagn pendidikan agar materi
yang disampaikan tersebut dapat dimengerti dan dipahami.

2.5.13 Tantangan Implementasi Wawasan Nasional

a. Pemberdayaan Masyarakat
1) John Naisbit. Dalam bukunya Global Paradox, ia menulis
“To be a global powers, the company must give more role to
the smallest part.”
Pada intinya, Global Paradox memberikan pesan
bahwa negara harus dapat memberikan peranan sebesar-
besarnya kepada rakyatnya.Pemberdayaan masyarakat
dalam arti memberikan peran dalam bentuk aktivitas dan
partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional
hanya dapat dilaksanakan oleh negara-negara yang sudah
maju yang menjalankan Buttom up Planning. Sedangkan
negara-negara berkembang, seperti Negara Kesatuan
Republik Indonesia, masih melaksanakan program Top
Down Planning karena keterbatasan kualitas SDM. Karena
itu, NKRI memerlukan landasan operasional berupa GBHN
(Garis-garis Besar Haluan Negara).
2) Kondisi Nasional. Pembangunan Nasional secara
menyeluruh belum merata, sehinnga masih ada beberapa
daerah yang tertinggal pembangunannya sehinnga

73
menimbulkan keterbelakangan aspek kehidupannya.
Kondisi tesebut menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan
sosial di masyarakat. Apabila kondisi ini berlarut-larut, di
kaitkan dengan pemberdayaan masyarakat, perlu ada
prioritas utama pembangunan daerah tertinngal agar
masyarakat dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam
pembangunan di seluruh aspek kehidupan, yang
pelaksanaanya diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia (UURI) Nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan Daerah.

Pesan Global Paradox dan kondisi nasional mengenai


pemberdayaan masyarakat di atas dapat menjadi tantangan
Wawasan Nusantara.

b. Dunia Tanpa Batas

1) Dengan perkembangan IPTEK yang sangat modern,


khususnya di bidang teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi, dunia seakan-akan sudah menyatu menjadi
kampung sedunia. Keterbatasan kualitas SDM Indonesia di
bidang IPTEK merupakan tantangan serius, mengingat
penguasaan IPTEK merupakan nilai tambah untuk berdaya
saing di percaturan global.
2) Kenichi Omahe dengan dua bukunya yang terkenal
Borderless World dan The End of Nation State mengatakan
bahwa dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas
wilayah negara dalam arti geogarafi dan politik relatif masih
tetap, namun kehidupan dalam satu negara tidak mungkin
dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi,
investasi, industri, dan konsumen yang makin
individualistis. Kenichi Omahe memberikan pesan bahwa
untuk dapat menghadapi kekuatan global, suatu negara harus

74
megurangi peranan pemerintah pusat dan lebih memberikan
peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Dengan
memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah
daerah, pemerintah memberikan kesempatan berpartisipasi
yang lebih luas kepada masyarakat.

c. Era Baru Kapitalisme


1) Sloan dan Zureker. Dalam bukunya Dictionary of
Economics, dua penulis ini menyebutkan bahwa kapitalisme
adalah suatu sistem ekonomi berdasarkan hak milik swasta
atas macam-macam barang dan kebebasan individu untuk
mengadakan perjanjian dengan pihak lain,untuk
berkecimpung dalam aktivitas ekonomi yang dipilihnya
sendiri berdasarkan kepentingannya sendiri, dan untuk
mencapai laba bagi diri sendiri. Di era baru kapitalisme,
sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan
melakukan aktivitas secara luas dan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat memerlukan strategi baru, yaitu
adanya keseimbangan.
2) Lester Thurow. Di dalam bukunya, The Fuure of Capitalism,
ia menegaskan antara lain bahwa untuk dapat bertahan
dalam era baru kapitalisme, kita harus membuat strategi
baru, yaitu keseimbangan antara paham individualis dan
sosialis. Era baru kapitalisme tidak terlepas dari globalisasi,
dimana negara-negara kapitalis, yaitu negara-nagara maju
berusaha mempertahankan eksistensinya di bidang
ekeonomi dengan menekan negara-negara berkembang
melalui isu global yang mencakup demokratisasi, HAM
(Hak Asasi Manusia), dan lingkungan hidup. Stratgi baru
yang ditegaskan oleh Lester Thurow pada dasarnya telah
tertuang dalam nilai-nilai falsafah bangsa indonesia, yaitu
pancasila yang mengamanatkan kehidupan yang serasi,

75
selaras dan seimbang antara individu, masyarakat, bangsa,
serta semesta dan penciptanya.

Dari uraian di atas tampak bahwa kapitalisme yang


semula dipraktekkan untuk kuntungan diri sendiri kemudian
berkembang menjadi strategi baru guna mempertahankan paham
kapitalisme di era globalisasi dengan menekan negara-negara
berkembang, termasuk indonesia, melalui isu global. Hal ini
sangat perlu diwaspadai karena merupakan tantangan bagi
Wawasan Nusantara.

d. Kesadaran Warga Negara


1) Pandangan Bangsa Indonesia tentang Hak dan Kewajiban.
Bangsa indonesia melihat hak tidak terlepas dari kewajiban.
Manusia indonesia, baik sebagai warga negara maupun
sebagai warga masyarakat, mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Kesadaran Bela Negara. Pada waktu merebut dan
mempertahankan kemerdekaan, indonesia menunjukkan
kesadaran bela negara yang optimal, dimana seluruh rakyat
bersatu padu berjuang tanpa mengenal perbedaan , pamrih
dan sikap menyerah yang timbul dari jiwa heroisme dan
patriotisme karena perasaan senasib dan sepenanggungan
dan setia kawan dalam perjuangan fisik mengusir penjajah.
Di dalam perjuanagan non fisik, kesadaran bela negara
mengalami penurunan yang tajam apabila dibangdingkan
dengan perjuangan fisik. Hal ini tampak dari kurangnya rasa
persatuan dan kesatuan bangsa dan adanya beberapa daerah
yang ingin memisahkan diri dari NKRI sehingga mengarah
ke desintegrasi bangsa.

76
2.5.14 Prospek Implementasi Wawasan Nusantara
Beberapa teori mengemukakan pandangan global sebagai berikut:
a. Global paradox memberikan pesan bahwa negara harus mampu
memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.
b. Bordeles World dan The End Of Nation State mengatakan
bahwa batas wilayah geografi relatif tetap, tetapi kekuatan
ekonomi dan budaya global akan menembus batas tersebut.
Selanjutnya pemerintah daerah perlu diberi peranan yang lebih
berarti.
c. Laster Thurow dalam bukunya The Future of Capitalism
memberi gambaran bahwa strategi baru kapitalisme adalah
mengupayakan keseimbangan antara kepentingan individu
(kelompok) dan masyarakat banyak serta antara negara maju
dan negara berkembang.
d. Hezel Hardezon dalam bukunya Building Win Win World
mengatakan bahwa perlu ada perubahan nuansa perang
ekonomi menjadi masyarakat dunia yang bekerja sama
memanfaatkan teknologi yang bersih lingkungan serta
mewujudkan pemerintah yang lebih demokratis.
e. Ian marison dalam bukunya The Second Curir menjelaskan
bahwa dalam era baru timbul adanya peran pasar, konsumen,
dan teknologi baru yang lebih besar yang membantu
terwujudnya masyarakat baru.
2.5.15 Keberhasilan Implementasi Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara juga perlu diimplementasikan dalam
kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keaamanan serta dalam upaya menghadapi tantangan-tantangan
dewasa ini. Kareana itu, setiap warga negara indonesia perlu
memiliki kesadaran untuk:
a. Mengerti, memahami dan menghayati hak dan kewajiban
waraga negara serta hubungan warga negara dengan negara,

77
sehingga sadar sebagai bangsa indonesia yang cinta tanah air
berdasarkan pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara.
b. Mengerti, memahami, dan menghayati bahwa di dalam
menyelenggarakan kehidupannya negara memerlukan
konsepsi Wawasan Nusantara, sehingga sadar sebagai warga
negara yang memiliki Wawasan Nusantara guna mencapai
cita-cita dan tujuan nasional.
Untuk mengetuk hati nurani setiap warga negara
indonesia agar sadar bermasyarakat, bebangsa dan bernegara,
diperlukan pendekatan dengan program yang teratur, terjadwal
dan terarah.

78
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Ada dua pengertian yang terkandung dalam konsep geopolitik yaitu:
3) Geopolitik sebagai ilmu : memberikan wawasan obyektif akan
posisi kita sebagai suatu bangsa yang hidup berdampingan dan
saling berinteraksi dengan negara lain dalam pergaulan dunia.
4) Geopolitik sebagai ideologi (landasan ilmiah bagi tindakan
politik suatu negara): hendak menjadikan wawasan tersebut
sebagai cara pandang kolektif untuk melangsungkan,
memelihara dan mempertahankan semangat kebangsaan.
Secara geo-politik Indonesia merupakan wawasan
nusantara sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungan yang serba beragam dan bernilai
strategis, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dan tetap menghargai serta menghormati kebhenikaan dalam setiap
aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

3.1.2 Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan


kepadadaerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

79
3.1.3 Secara etimologis, terminologi astagatra terdiri dari dua kata, yakni
asta dan gatra. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, asta artinya
bentuk terikat delapan dan gatra artinya wujud, sudut pandangan
atau aspek. Maka secara harafiah, astagatra berarti delapan
aspek/sudut pandang yang terikat satu sama lain. Ketahanan
Nasional di Indonesia mengenal konsep Astagatra (8 aspek
kehidupan), yang terdiri dari :

Trigatra (Aspek Alamiah)


1. Geografi
2. Kekayaan Alam
3. Kependudukan
Pancagatra (Aspek Sosial)
1. Ideologi
2. Politik
3. Ekonomi
4. Sosial Budaya
5. Hankam
3.1.4 Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional
bangsa Indonesia dalam memanfaatkan wilayah Negara republik
Indonesia sebagai ruang hidup nasional guna merancang arahan
tentang kebijakan, sarana dan sarana pembangunan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional tersebut diatas.
Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud konsepsi ‘keta
hanan Nasional’.
 geostrategi
Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan
konstelasi geografi Negara untuk menentukan kebijakan,
tujuan, sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional,
geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi
lingkungan dalam upaya mewujudkan tujuan publik.

80
 Pengertian geostrategic Indonesia
Merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi
geografis Negara Indonesia untuk menentukan kebijakan,
tujuan dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional
bangsa Indonesia. Geostrategi Indonesia memberikan arahan
tentang bagaimana merancang strategi pembangunan guna
mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman dan sejahtera.
Oleh karena itu, geostrategi Indonesia bukanlah merupakan
geo-politik untuk kepentingan politik dan perang, tetapi untuk
kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
3.1.5 Wawasan nusantara adalah cara pandang suatu bangsa yang telah
menegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya
yang serba terhubung (melalui interaksi dan interrelasi) dan dalam
pembangunannya di lingkungan nasional (termasuk lokal dan
proposional), regional, serta global.

3.2 Saran

3.2.1 Sebagai warga Indonesia kita seharusnya ikut berpatisipasi dalam


hal pembangunan bangsa, agar tercapainya tujuan dan cita-cita
bangsa indonesia.

3.2.2 Sebagai masyarakat bangsa Indonesia yang telah mempelajari dan


memahami Wawasan Nusantara kita seharusnya mampu mengubah
cara pandang dan sikap Bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk
geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dimana dalam
mengimplementasikannya kita harus mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk mencapai
tujuan nasional. Dengan begitu NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) tetap satu dan kokoh.

81
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Wahab, S. 2000. Desentralisasi dan Pembangunan Untuk Rakyat Miskin.


Malang: PPS UB.

Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Predana Media.

__________2004. Himpunan Perundang-undangan. Undang-Undang No 25 tahun


2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Jakarta:
Fokusmedia.

Basrie, Chaidir. 2005. Politik Nasional dan Strategi Nasional Perwujudannya


Dalam Perencanaan Barbangsa dan Bernegara. Jakarta: Dirjendikti,
Makalah SUSCADOS Angkatan I 2005.

Budiarto, M. 1980. Wawasan Nusantara dalam Peraturan Perundang-undangan


Negara Republik Indonesia. Shalia Indonesia.

Dasaputro, ST. Munadjat. 1978. Wawasan Nusantara (dalam Ilmu Politik dan
Hukum). Buku I, Alumni Bandung.

Dasaputro, ST. Munadjat. 1980. Wawasan Nusantara (dalam Implementasi dan


implikasi hukumnya). Buku II, Alumni Bandung.

Dasaputro, ST. Munadjat. 1982. Wawasan Nusantara (dalam Hukum Laut


Internasional). Buku III dan IV, Alumni Bandung.

Dasaputro, ST. Munadjat. 1983. Wawasan Nusantara (dalam Gejolak Teknologi


dan Konstitusi Laut & Samudera). Buku V, Alumni Bandung.

Dasaputro, ST. Munadjat. 1983. Wawasan Nusantara (dalam Azas dan Filsafat
serta Metodologi). Buku VI, Alumni Bandung.

82
Dasaputro, ST. Munadjat. 1983. Wawasan Nusantara (dalam strategi
Pembangunan dan Ketahanan Nasional untuk Menyongsong Konvensi
Hukum Laut Baru). Buku VII, Alumni Bandung.

Departemen Luar Negeri. 1976. Wawasan Negara Nusantara dan Hukum Laut
Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri.

Effendi, N.K.1991.Polstranas (Suatu Pengantar Pengkajian Mendukung


Implementasi Wawasan Nusantara-Tannas). Lemhannas. GBHN 1999-
2004 (Tap MPR No.IV/MPR/1999)

Imanuel. 2013. Pencasila Dalam Konteks NKRI. Artikel.(Online),


(http://imanuelbtn.blogspot.com/2013/pancasila-dalam-konteks-nkri.html)
diakses 19 Juni 2013.

Lopa, Baharuddin. 1985. Pola Implementasi Wawasan Nusantara. Intisari Ujung


Pandang.

Mansoer, Handan, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia.

Purnomo, Dwi, Danang. 2015. Pendidikan Pancasila Dalam Konteks NKRI.


Makalah . (Online),
(http://pendidikanpancasiladalamkonteksnkri.blogspot.com/) diakses 28
Oktober 2015.

Soeminarno, Slamet. 2005, Geopolitik Indonesia. Jakarta: Dirjendikti, Makalah


SUSCADOS Angkatan I 2005.

Sugiarto, Ahmad. 2013. Pendidikan Pancasila Dalam Konteks ketatanegaraan


NKRI. Makalah. (Online), (http://pend-
pancasila.blogspot.com/2013/12/makalah-pancasila-dalam-konteks.html)
diakses Desember 2013.

Suwarso. 1981. Wawasan Nusantara. Ketahanan Nasional Keamanan Nasional.


Cetakan I, Hak Cipta.

UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.

83
84

Anda mungkin juga menyukai