PENDAHULUAN
1
Dalam pembukaan UUD 1945 terdapat dengan jelas maksud, tujuan
dan alasan bangsa Indonesia merdeka. Dalam pembukaan itu juga secara
resmi dan autentik dirumuskan kelima sila Pancasila dan Pancasila sebagai
falsafah negara Republik Indonesia. Pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam Pembukaan, diungkapkan secara terperinci dalam Batang Tubuh UUD
1945 yang terdiri dari 37 pasal, 4 aturan peralihan dan 2 aturan tambahan.
Secara khusus, pada pembukaan UUD 1945 dalam alinea IV, disebutkan
bahwa pemerintah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah
tumpah darah Indonesia, dan kemudian dipertegas kembali pada pasal 1 yang
mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan. Hal ini hendak
menandaskan tuntutan jiwa Pancasila, yaitu terbentuknya negara kesatuan.
Melalui prinsip-prinsip UUD 1945, sistem pemerintahan Negara Republik
Indonesia pun dibentuk. Dengan kata lain, sekali lagi, dasar sistem
pemerintahan adalah UUD 1945, yang di dalamnya terkandung muatan-
muatan Pancasila. Akan tetapi, kendati dalam perjalanan waktu sistem
pemerintahan ketatanegaraan Republik Indonesia mengalami perubahan,
sistem pemerintahan ketatanegaraan tetap berdasar pada UUD 1945.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang Geopolitik Indonesia, yaitu mengenai
Pengertian geopolitik Indonesia, Teori-teori geopolitik, serta Prospek
implementasi geopolitik Indonesia.
2
2. Untuk mengetahui tentang Otonomi daerah, yaitu mengenai Pengertian
Otonomi daerah, Tingkat desentralisasi, Manfaat desentralisasi, serta
Landasan pemerintah daerah.
3. Untuk mengetahui Konsep Astagatra, yaitu mengenai Pengertian Konsep
astagatra, Penjelasan secara umum tiap-tiap gatra di dalam astagatra,
Hubungan timbal balik antargatra serta antara trigatra dan pancagatra,
Hubungan antara trigatra dan pancagatra, Perwujudan ketahanan nasional
Indonesia dalam trigatra, serta Perwujudan ketahanan nasional Indonesia
dalam bidang pancagatra.
4. Untuk mengetahui tentang Geostrategi Indonesia, yaitu mengenai
Pengertian Geostrategi Indonesia, Konsep geostrategi Indonesia,
Perkembangan konsep geostrategi Indonesia, serta Tujuan geostrategi
Indonesia.
5. Untuk mengetahui tentang Wawasan Nusantara, yaitu mengenai
Pengertian wawasan Nusantara, Teori-teori kekuasaan, Ajaran wawasan
nasional indonesia, latar belakang filosofis wawasan nusantara,
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan nasional, Ajaran dasar
wawasan nusantara, Unsur dasar konsepsi wawasan nusantara, Hakikat
wawasan nusantara, Arah pandang, Kedudukan-fungsi- dan tujuan,
Sasaran implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan nasional,
Pemasyarakatan/ sosialisasi wawasan nusantara, Tantangan implementasi
wawasan nusantara, Prospek implementasi wawasan nusaantara, serta
Keberhasilan implementasi wawasan nusantara.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
menghargai serta menghormati kebhinnekaan dalam setiap aspek
kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
5
harus mampu mewadahi tumbuhan kondisi dan kedudukan
geografinya. Dengan demikian, esensi pengertian politik
adalah penggunaan kekuatan fisik dalam rangka mewujudkan
keinginan atau aspirasi nasional suatu bangsa. Hal ini seiring
kearah politik adu kekuatan dan adu kekuasaan dengan tujuan
ekspansi.
6
itukekuasaan Imperium Kontinental dapat
mengontrol kekuatan maritim.
7
yaitu Eurasia (Eropa dan Asia) akan dapat menguasai “Pulau
Dunia”, yakni Eropa, Asia, dan Afrika. Barangsiapa dapat
menguasai pulau dunia akhirnya dapat menguasai dunia.
8
dengan kekuatan penetrasi globalnya. Apabila kita menolak sejarah
kehidupan manusia dan alam semesta, perubahan dalam kehidupan
itu adalah suatu hal yang wajar dan alamiah. Dalam dunia ini
sesuatu yang abadi dan kekal itu adalah perubahan. Berkaitan
dengan wawasan nusantara yang serat dengan nilai-nilai budaya
bangsa dan dibentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan
bangsa, apakah wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan dan
kesatuan itu akan hanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan
mampu bertahan dalam terapan nilai global yang menantang
wawasan persatuan bangsa, tantangan itu antara lain adalah
pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia tanpa batas, era baru
kapitalisme dan kesadaran warga Negara.
Pemerintah Negara kesatuan Republik Indonesia melalui
deklarasi tanggal 13 Desember 1957 mengajukan, bahwa NKRI
perlu laut wilayah (territory water) selebar 12 mil laut dari garis
pangkal atau garis dasar(base line) atas dasar “point to point
theory”. Dengan demikian, laut antara pulau menjadi perairan
pedalaman (internal waters). Selanjutnya laut wilayah dan laut
pedalaman dikenal sebagai laut nusantara.
Sebagai akibat konvensi hukum laut, timbul bermacam-
macam tipe perairan. Hal ini tidak terlepas pada perhatian orang
yang besar pada laut. Untuk itu dibahas beberapa masalah yang
manyangkut hukum laut, sebagai berikut:
1) Laut territorial atau laut wilayah (territorial sea): wilayah laut
yang lebarnya tidak melebihi 12 mil dari garis pangkal atau
garis dasar (base line). Garis dasar adalah garis yang
menghubungkan titik-titik terluar pulau terluar.
2) Perairan pedalaman (internal waters): wilayah laut sebelah
dalam dari daratan atau sebelah dalam dari GP. Negara pantai
mempunyai kedaulatan penuh.
3) Zona tambahan (contiguous zone): wilayah laut yang lebarnya
tidak boleh melebihi 12 mil dari laut territorial dan merupakan
9
wilayah negara pantai untuk melakukan pengawasan pabean,
fisikal, imigrasi, sanitasi dalam wilayah laut territorial.
4) Zona ekonomi eksklusif (exclusive economi zone): wilayah
laut yang tidak melebuhi 200 mil dari GP. Negara yang
bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk keperluan
eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan hayati perairan.
5) Landas kontinen (continental shelf): wilayah laut Negara pantai
meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya, terletak diluar laut
territorial sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah.
Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak melebihi
100 mil dari kedalaman 2.500 m.
6) Laut lepas (high seas) dikenal pulan sebagai laut bebas atau
laut Internasional: wilayah laut >200 mil dari garis pangkal.
10
Alur ditentukan dengan merangkai garis sumbu pada peta,
kapal dan pesawat terbang tidak boleh melintas lebuh dari
25 mil kiri / kanan dari garis sumbu.
e. Laut lepas:
Semua bagian laut yang tidak termaksud laut teritorial,
perairan pedalaman maupun ZEE.
Laut terbuka untuk semua Negara baik berpantai maupun
tidak berpantai.
Dalam laut lepas semua Negara berhak berlayar, terbang,
riset ilmiah dan menangkap ikan.
11
2.2 Otonomi Daerah
2.2.1 Arti dan makna Otonomi Daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan
terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.Sedangkan yang dimaksud dengan
kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada
acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang
harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan
yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama
dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
Penyelengaraan Negara secara garis besar diselengarakan
dengan dua system,yakni system sentralisasi dan system
desentralisasi. System sentralisasi jika urusan yang bersangkutan
dengan aspek kehidupan dikelola ditingkat pisat.Pada hakikatnya
sifat sentralistik itu merupakan konsekuensi dari sifat negara
kesatuan.Perbuatan penyelengaraan Negara yang sentralistik dan
dipertentangkan dengan desentralisasi sudah sangat lama
diperbincangkan, namun sampai sekarang isu-isu tantang
penyelengaraan Negara yang diinginkan terus berkembang
sebagaimana dikemukakan oleh Graham (1980:219)yang
menyatakan: “the old over desentralizen dversus centralizend
12
development strategies may will be dead, but the issues are still
very much alive”.
Dalam perkembangan selanjutnya, tampaklah desentralisasi
merupakan pilihan yang dianggap terbaik untuk menyelengarakan
memerintahan, meskipun implementasinya dibeberapa Negara,
terutama dinegara ketiga masih banyak mendapat ganjalan
structural, sehingga penyelengaraan desentralisasi politik masih
setengah hati (Abdul Wahab, 1994). System dessentralisasi adalah
sebuah system yang menghendaki diserahkannya sebagian urusan
pemerintahan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah
tangganya. Denagan demikian, daerah bertanggungjawab
sepenuhnya pengelolaan, baik dari aspek perencanaan, peralatan
dan pembiayaan maupun personil dan lain-lainnya.
Desentralisasi dan otonomi didefinisikan dalam berbagai
pengertian. Rondinelli (1981) mendefinisikan desentralisai
dengan “as a the transfer or delegation of legal and political
authority and its agencies to field organization of those agencies,
subordinate unit of government, semi autonomus public coprations,
are wide or regional development outhorities, functional
outhorities, outonomous local government, or non-government
organization” (suatu transfer atau delegasi kewenangan legal dan
politik untuk merencanakan, membuat keputusan dan mengelola
fungsi-fungsi publik dari pemertintah pusat dan agen-agennya
kepada petugas lapangan, korporasi-korporasi publik semi otonomi
atau organisasi non pemerintah). PBB pada tahun 1962
memberikan pengertian desentralisasi sebagai: pertama,
dekonsentrasai yang juga disebut dekonsentrasi birokrasi dan
administrasi; kedua, devolusi yang sering disebut desentralisasi
demokrasi dan politik (Zauhar, 1994).
13
2.2.2 Tingkat Desentralisasi
Abdul Wahab (1994) menjelaskan tingkat desentralisasi
sebagai bertikut:
1. Dekonsentralisasi, pada hakikatnya bentuk desentralisasi yang
kurang efektif, hanya sekedar pergeseran beban kerja dari
kantor-kantor pusat departemen ke pejabat staf tanpa
wewenang untuk memutuskan bagaimana fungsi-fungsi yang
dibebankan kepadanya harus dilaksanakan. Artinya, para
pejabat staf tidak diberi hal dan kewenangan dalam
perencanaan, maupun pembiayaan dan hanya kewajiban dan
tanggung jawab kepada pejabat tingkat atasnya.
2. Delegasi, bentuk lain dari desentralisasi adalah delegasi
pembuatan keputusan dan kewenangan manajemen untuk
melaksanakan fungsi-fungsi publik tertentu dan hanya
dikontrol oleh depatermen-departemen publik tertentu dan
hanya dikontrol oleh departemen-tepartemen pusat.
3. Devolusi, merupakan desentralisasi politik (political
decentralization) yang memiliki karaktersebagai berikut:
Diberikan otonomi penuh dan kebebasan tertentu pada
pemerintah daerah serta kontrol yang relative
kecil. Pemerintah daerah harus memiliki wilayah dan
kewenangan hukum yang jelas dan berhak untuk
menjalankan kewenangan dalam menjalankan fungsi-fungsi
public dan politik atau pemerintahan. Pemerintah daerah
harus diberi corporate status dan kekuasaan yang cukup
untuk mengali sumber-sumber yang diperlukan untuk
menjalankan semua fungsinya.
Perlu mengembangkan pemerintah daerah sebagai institusi
dalam arti bahwa ia akan dipersiapkan oleh masyrakat
didaerah sebagai organisasi yang menyediakan pelayanan
yang memuaskan kebutuhan mereka serta sebagai satuan
14
pemerintahan dimana mereka berhak untuk mempengaruhi
keputusannya.
Adanya hubungan tinbal balik yang saling menguntungkan
serta koordinasi yang efektif antara pusat dan daerah.
Menurut Lenny Golberg (1996), devolusi akan dapat
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Memperhatikan hal sipil dan kebebasan sipil.
b) Pendanaan.
c) Fleksibelitas.
d) Variasi.
e) Pemberdayaan.
15
The Liang Gie (dalam Utomo, 2000) menyebutkan
beberapa sudut pandang sebagai berikut: pertama, sudut politik
yakni sebagai permainan kekuasaan yang dapat mengarah pada
penumpukan kekuasaan yang seharusnya kepada penyebaran
kekuasaan (distribution or dispersion of power), tetapi juga
sebagai tindakan pendemokrasian untuk melatih diri dalam
mempergunakan hak-hak demokrasi. Kedua, sudut teknik
organisasi sebagai cara untuk menerapkan dan melaksanakan
pemerintahan yang efisien. Ketiga, sudut pembanguanan, otonomi
secara langsung memperhatikan dan memperlancar serta meratakan
pembangunan.
16
terciptnya keadilan dari alokasi sumber-sumber dan investasi
pemerintahan.
2.2.4 Landasan Pemerintah Daerah.
Pemerintah daerah diatur dalam UUD 1945 pada bab VI
pasal 18. Menurut penjelasan pasal 18 UDD 1945, bahwa:
1) Daerah Indonesia dibagi dalam daerah provinsi dan daerah
provinsi dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil.
2) Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah
administrasi yang pengaturannya ditetapkan dengan undang-
undang, dan
3) Didaerah-daerah yang bersifat otonom diadakan badan
perwakilan daerah, karena didaerah pemerintahan akan
bersendi pasa permusyawaratan.
17
Untuk mendukung keberhasilan otonomi daerah, dana
harus mencukupi sebagai sumber penerimaan pelaksanaan
desentralisasi yang diatur dengan UU No. 25 tahun 1999 tentang
pertimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah.Pembagian kewenangan (UU No. 32 / 2004 tentang
pemertintahan Daerah) tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kewenangan pemerintah (Pasal 10 ayat 3):
a. Politik luar negri
b. Pertahanan Keamanan
c. Yustisi
d. Moneter dan fisikal nasional
e. Agama
2. Kewenangan wajib pemerintah daerah profinsi (pasal 13):
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemenfaatan dan pengawasan tata ruang
c. Penyelengaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyrakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelengaraan pendidikkan dan alokasi sumber daya
manusia potensional
g. Penangulangan masalah sosial lintas kabupaten / kota
h. Pelayanan bidang ketenagkerjaan lintas kabupaten / kota
i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan
menengah termasuk lintas kabupaten / kota
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten / kota
l. Pelayanan kependudukn dan pencatatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten / kota
18
o. Penyelengaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten / kota
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
3. Kewenangan pemerintahan daerah kabupaten dan kota (pada
dasarnya sama, namun dalam skala kabupaten / kota (pasal
14)):
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemenfaatan dan pengawasan tata ruang
c. Penyelengaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyrakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelengaraan pendidikan
g. Penangulangan masalah soaial
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan
menengah
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertanahan
l. Pelayanan kependudukn dan pencatatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelayanan administrasi penanaman modal
o. Penyelengaraan pelayanan dasar lainnya
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
q. Kewenangan pemerintah daerah untuk mengelola sumber
daya alam dan sumber daya lainnya di wilayah laut
meliputi (pasal 18):
1) Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan laut
2) Pengaturan administrasi
3) Pengaturan tata ruang
19
4) Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan
oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya
oleh pemerintah
5) Ikut seta pemeliharaan keamanan
6) Ikut serta dalam pertahanan kedaulatan Negara.
20
2.3 Konsep Astagatra
2.3.1 Pengertian Astagatra
Secara etimologis, terminologi astagatra terdiri dari dua
kata, yakni asta dan gatra. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
asta artinya bentuk terikat delapan dan gatra artinya wujud, sudut
pandangan atau aspek. Maka secara harafiah, astagatra berarti
delapan aspek /sudut pandang yang terikat satu sama lain.
Dalam kehidupan nasional berbangsa dan bernegara,
konsep astagatra mencakup dua bagian besar gatra, yakni trigatra
(tiga gatra) dan pancagatra (lima gatra). Trigatra, yang terkait
dengan aspek hidup alamiah, terdiri atas: posisi dan lokasi geografi
negara, keadaan dan kekayaan alam, dan keadaan-kemampuan
penduduk. Sementara pancagatra, yang terkait dengan aspek social
/kemasyarakatan, terdiri atas: ideologi, politik, ekonomi, sosial-
budaya, dan pertahanan–keamanan (Hankam).
Antara trigatra dan pancagatra serta antargatra itu sendiri
terdapat hubungan timbal balik yang dinamakan keterhubungan
(korelasi) dan ketergantungan (interdepensi). Penjelasan mengenai
hubungan timbal balik ini dipaparkan setelah kita memahami
secara umum tiap-tiap gatra di dalam pembahasan berikut.
21
Secara umum, berdasarkan lokasinya, dikenal dua jenis
negara yaitu negara dikelilingi daratan dan negara dikelilingi
lautan. Negara dikelilingi daratan (misalnya Laos, Swiss,
Afghanistan) memiliki lingkungan yang bersifat serba daratan
atau serba benua. Ciri ini mempengaruhi dan menentukan cara
pandang di segala bidang kehidupan nasionalnya. Negara
dikelilingi lautan terbagi dua, yakni negara kepulauan
(archipelagic state) dan negara pulau (island state). Yang
dimaksud dengan negara kepulauan adalah negara yang terjadi
dari kumpulan pulau-pulau dan bentuk-bentuk alamiah lain
yang mempunyai hubungan erat satu sama lain, sehingga
membentuk satu keutuhan geografis, ekonomis, dan politis.
Arti klasik dari archipelago adalah lautan yang diseraki pulau-
pulau. Artinya, unsur laut lebih besar dari unsur daratan.
Sementara negara pulau adalah negara yang mempunyai unsur
daratan lebih besar daripada unsur laut.
22
klimatologi, fauna, dan flora. Sementara kekayaan alam yang
ada di dalam bumi mencakup mineral minyak bumi, uranium,
bijih besi, batubara, gas alam, air tanah, dan sebagainya. Salah
satu sifat khusus sumber alam ialah distribusinya yang tidak
teratur dan merata di bumi ini, sehingga dilihat dari segi
sumber alam dikenal adanya negara yang kaya dan miskin.
23
d) Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani, idein (melihat)
dan logos (ilmu).Istilah ideologi pertama sekali dikemukakan
A. Destult de Tracy (1836) untuk menyebut cabang filsafat
yang dinamainya science des idees. Ilmu ini mendasari
pedagogi, etika, dan politik.Secara praktis, ideologi berarti
ilmu tentang (terjadinya) cita-cita, gagasan atau buah pikiran.
Kalau arti itu diterapkan pada negara, maka ideologi dapat
dirumuskan sebagai berikut: kesatuan gagasan dasar yang
disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang
manusia dan kehidupannya baik yang individu maupun yang
sosial, jadi termasuk hidup bernegara. Di dalam ideologi
terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-
citakan oleh bangsa. Keampuhan ideologi tergantung pada
rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta
menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia. Suatu
ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan
merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri.
Ideologi adalah Suatu sistem nilai yang merupakan
kebulatan ajaran yang memberikan motivasi. Di dalam
ideologi terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang
dicita-citakan oleh bangsa. Keampuhan ideologi tergantung
pada rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi
serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia.
Suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran /falsafah
dan merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri.
Keampuhan ideologi suatu bangsa bergantung kepada
rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta
menjamin aspirasi hidup dan kehidupan manusia. Tiap-tiap
bangsa dapat mengembangkan falsafah dan ideologinya sendiri
sesuai dengan hakikat kepribadian bangsa itu. Ideologi negara
itu merupakan sistem nilai yang mencakup segenap nilai hidup
24
dan kehidupan bangsa serta negara. Untuk mencapai ketahanan
nasional diperlukan penghayatan dan pengamalan ideologi
secara sungguh-sungguh.
e) Politik
Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani. Pada
zaman klasik Yunani, negara atau lebih tepat negara-kota
disebut polis. Plato (kira-kira tahun 347 sM) menamakan
bukunya tentang negara politeia. Aristoteles, murid Plato,
menyebut karangannya tentang soal-soal kenegaraan dengan
politikon. Maka ’politik’ mendapat arti seni mengatur dan
mengurus negara dan ilmu kenegaraan. Politik mencakup
semua kebijaksanaan/tindakan yang bermaksud mengambil
bagian dalam urusan kenegaraan/pemerintahan termasuk yang
menyangkut penetapan bentuk, tugas dan lingkup urusan
negara.
Pada umumnya suatu sistem politik mampu memenuhi
lima fungsi utama, yakni mempertahankan pola, mengatur dan
menyelesaikan ketegangan/konflik, penyesuaian, penyampaian
tujuan dan penyatuan (integrasi). Fungsi ”mempertahankan
pola” yang dimaksud disini adalah kemampuan
mempertahankan tata cara kebiasaan, norma, dan prosedur
yang berlaku. Berhasil tidaknya hal tersebut tergantung kepada
penerimaan dan pengakuan masyarakat. Perselisihan dan
konflik yang timbul di dalam masyarakat memerlukan tata cara
dan prosedur penyelesaian entah berupa konsultasi,
perundingan, perbincangan, dan sebagainya. Berkaitan dengan
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, suatu sistem
politik harus mampu beradaptasi dengan struktur yang serba
dinamis baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Suatu sistem politik tidak mungkin bersifat statis/kaku. Sistem
politik juga harus mampu mencapai tujuan nasional yang
25
sudah ditentukan dan disepakati oleh masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, sistem sosial dalam suatu negara harus
diintegrasikan oleh sistem politik. Ancaman, hambatan, dan
gangguan terhadap sistem sosial dapat berupa rasa tidak puas,
ketegangan, perpecahan, disintegrasi, dan sebagainya.
f) Ekonomi
Kata ekonomi berasal dari dua kata Yunani, yaknioikos
(rumah tangga) dan nomos (aturan, peraturan). Maka secara
harafiah, ekonomi berarti aturan mengenai hidup rumah
tangga. Bilamana orang mendapat hasil sebesar-besarnya
dengan pengeluaran, usaha dan alat sesedikit mungkin,maka ia
disebut sebagai bertindak ekonomis rasional. Lebih luas,
perekonomian dapat diartikan sebagai:
1) Aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat meliputi:
produksi, distribusi, dan konsumsi barang-barang jasa.
2) Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
secara individu maupun kelompok, serta cara-cara yang
dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat untuk
memenuhi kebutuhan.
26
itu, pembinaan ekonomi pada dasarnya merupakan penentuan
kebijaksanaan ekonomi dan pembinaan faktor produksi serta
pengolahannya di dalam produksi.
g.) Sosial-Budaya
Kehidupan sosial terkait dengan pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat di mana nilai-nilai kebersamaan,
perasaan senasib, sepenanggungan, dan solidaritas merupakan
unsur-unsur pemersatu. Sementara budaya adalah sistem nilai
yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta rasa
dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta
merupakan kekuatan pendukung penggerak kehidupan.
Kebudayaan diciptakan oleh faktor organ biologis manusia,
lingkungan alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan
sejarah. Dalam setiap kebudayaan daerah terdapat nilai budaya
yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya asing (local genuis).
Local genuis itulah pangkal segala kemampuan budaya daerah
untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kebudayaan nasional merupakan hasil interaksi dari
budaya-budaya suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar)
yang kemudian diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa.
Interaksi budaya harus berjalan secara wajar dan alamiah tanpa
unsur paksaan dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya.
Dalam setiap masyarakat, empat unsur utama berikut ini
mendukung eksistensinya, yaitu struktur sosial, pengawasan
sosial, media sosial, dan standar sosial. Struktur sosial
merupakan masyarakat yang terbagi ke dalam kelompok-
kelompok tertentu demi memudahkan pelaksanaan tugas
masing-masing di dalam masyarakat. Pengawasan sosial
merupakan sistem dan prosedur yang mengatur kegiatan dan
tindakan anggota masyarakat serta ilmu pengetahuan dan ilmu
teknik empiris yang digunakan manusia untuk membina
27
lingkungannya. Media sosial berperan penting dalam relasi
sosial di dalam masyarakat. Landasan material untuk
melakukan kegiatan dengan alat transportasi dan landasan
spiritual untuk mengadakan komunikasi dengan bahasa.Bahasa
dan alat transportasi merupakan media sosial yang perlu untuk
relasi sosial. Sementara standar sosial adalah ukuran untuk
memiliki, meneliti dan menyeleksi sikap yang sebaik-baiknya.
h.) Pertahanan-Keamanan
Pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari
luar negeri. Sementara, keamanan diarahkan untuk
menghadapi ancaman dari dalam negeri. Pertahanan-keamanan
adalah daya upaya rakyat semesta dengan angkatan bersenjata
sebagai inti dan merupakan salah satu fungsi utama pemerintah
/negara dalam menegakkan ketahanan nasional dengan tujuan
mencapai keamanan bangsa dan negara, serta keamanan
perjuangannya. Hal ini dilaksanakan dengan menyusun,
mengerahkan dan menggerakkan seluruh potensi dan kekuatan
masyarakat dalam seluruh bidang kehidupan nasional secara
terintegrasi dan terkoordinasi.
28
nasional. Mata pencaharian penduduk juga dipengaruhi
oleh keadaan geografi sekelilingnya. Distribusi penduduk
erat hubungannya dengan masalah transmigrasi dan pusat-
pusat pengembangan.
3) Antara kekayaan alam dan penduduk: kekayaan alam
mempunyai manfaat nyata, jika telah diolah oleh penduduk
yang memiliki kemampuan dan teknologi untuk itu.
Penduduk harus mempunyai potensi kekayaan alam yang
ada di negaranya dan mampu membina serta
melestarikannya untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
29
sosial-budaya memperkokoh pertahanan-keamanan
nasional. Pertahanan-keamanan yang lemah akan
melemahkan ketahanan nasional suatu bangsa.
30
sampai ujung timur kira-kira 3.200 mil. Sedangkan jarak antara
ujung utara sampai ujung selatan kira-kira 1.100 mil. Secara
geografis kepulauan Indonesia dapat dibagi dalam empat
kelompok pulau-pulau:
1) Sunda Besar yang terdiri atas Pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi.
2) Sunda Kecil yang dikenal sebagai Nusa Tenggara, yang
terdiri dari pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores,
dan Timor.
3) Maluku yang terdiri atas pulau-pulau di antara Sulawesi
dan Irian Jaya, yakni Halmahera, Buru, Seram, Amboina,
dan
4) Irian Jaya.
31
Sedangkan di sebelah utara, Indonesia berbatasan dengan
India, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam.
32
mengembangkan penyediaan kebutuhan bahan baku untuk
industri dalam negeri.
c. Aspek Penduduk
Menurut pencatatan penduduk pada tahun 1971, jumlah
penduduk seluruh Indonesia adalah 115.014.282 orang di mana
untuk Jawa-Madura tercatat jumlah kira-kira 75.000.000 jiwa,
sedangkan di luar Jawa-Madura diperkirakan 40.000.000 jiwa.
Bangsa Indonesia kini sedang mempersiapkan sensus penduduk
modern yang ke enam yang akan diselenggarakan pada tahun
2010 (Sensus-sensus penduduk sebelumnya diselenggarakan
pada tahun-tahun 1961,1971,1980,1990dan2000).
Menurut Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk
Indonesia berjumlah sekitar 205.1 juta jiwa, menempatkan
Indonesia sebagai negara ke-empat terbesar setelah Cina, India
dan Amerika Serikat. Sekitar 121 juta atau 60.1 persen di
antaranya tinggal di pulau Jawa, pulau yang paling padat
penduduknya dengan tingkat kepadatan 103 jiwa per kilometer
per segi. Penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan sekitar
234.2 juta. Dalam Sensus Penduduk 2010 (SP2010) yang akan
datang diperkirakan akan dicacah penduduk yang bertempat
tinggal di sekitar 65 juta rumahtangga. Untuk keperluan
pencacahan ini akan dipekerjakan sekitar 600 ribu pencacah
yang diharapkan berasal dari wilayah setempat sehingga
mengenali wilayah kerjanya secara baik. Pencacah dilatih
secara intensif selama tiga hari sebelum diterjunkan ke
lapangan.
Mengenai komposisi penduduk ditinjau dari umur dapat
dikemukakan bahwa penduduk Indonesia termasuk dalam
penduduk yang muda, mengingat kurang lebih 40% terdiri atas
golongan yang berusia di bawah 15 tahun (termasuk golongan
33
non-produktif) dan hanya sekitar 8% terdiri dari golongan
berusia 55 tahun ke atas.
34
Di dalam nilai kemanusiaan tersimpul cita-cita
kemanusiaan yang memandang manusia sebagai makhluk
Tuhan yang harus menjamin adanya toleransi, tolong-
menolong, hormat-menghormati, dan jiwa gotong-royong. Nilai
persatuan Indonesia merupakan faktor pengikat yang menjamin
persatuan Indonesia yang terutama bersifat persatuan spiritual
dan merupakan paduan hasrat untuk hidup bersama di dalam
kesukaan, penderitaan, dan penanggulangan. Nilai kerakyatan
dijelmakan oleh persatuan yang real dan wajar. Kedaulatan
berada di tangan rakyat atas dasar-dasar musyawarah untuk
mufakat. Demokrasi tanpa pimpinan dapat menjelma menjadi
anarki. Oleh karena itu perlu diciptakan keseimbangan antara
kepemimpinan dengan kerakyatan yang sudah dijiwai oleh
persatuan spiritual (nasional) berlandaskan pada nilai
Ketuhanan yang mutlak.Inilah yang kita sebut dengan
demokrasi Pancasila. Sementara nilai keadilan sosial menjamin
kesejahteraan dan kemakmuran secara menyeluruh dan merata.
Jelaslah bahwa Pancasila sebagai falsafah negara merupakan
sistem nilai yang mencakup segenap nilai hidup dan kehidupan
bangsa serta negara.
35
1945, namun dalam pelaksanaannya timbul penyelewengan-
penyelewengan sehingga kekuasaan terpusat pada seorang saja
tanpa adanya kontrol yang efektif. Sistem ini mendekati sistem
diktator. Kemudian sistem beralih pada Demokrasi Pancasila.
Sistem inilah yang sekarang diusahakan untuk dilaksanakan.
Walaupun sistem ini belum terlaksana secara optimal, namun
sistem tersebut telah dapat menghasilkan stabilitas dalam
bidang politik.
Demokrasi Pancasila maksudnya demokrasi atau
kedaulatan rakyat yang didasari dan dijiwai oleh segenap sila
Pancasila secara integratif. Hal ini berarti bahwa dalam
menggunakan hak-hak demokrasi haruslah selalu disertai
dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
menurut keyakinan agama masing-masing, harus menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan sesuai martabat dan harkat manusia,
harus menjamin dan memperkokoh persatuan bangsa, harus
melaksanakan kerakyatan yang bermusyawarah/perwakilan dan
harus memanfaatkannya demi mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
berdasarkan kekeluargaan kegotong-royongan yang ditujukan
kepada kesejahteraan, yang mengandung unsur-unsur
berkesadaran religius menolak ateisme, berdasarkan kebenaran,
kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia,
berkeseimbangan, dalam arti menuju keseimbangan antara
individu dan masyarakat manusia dengan Tuhannya secara lahir
dan batin. Dalam Demokrasi Pancasila sistem pengorganisasian
negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan
rakyat, dan keluhuran manusia sebagai makhluk Tuhan dalam
bidang politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan
keamanan, diakui, ditata, dan dijamin atas dasar gagasan negara
36
Pancasila.
37
Memurnikan kembali pelaksanaan politik luar negeri yang
bebas aktif tetapi anti imperialisme dan kolonialisme dalam
segala bentuknya;
Turut ambil bagian dalam usaha-usaha mewujudkan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, khususnya stabilitas di wilayah
Asia Tenggara, tanpa mengurangi kemampuan kita untuk
melaksanakan pembangunan nasional.
38
Koperasi sebagai sokoguru, karena koperasi merupakan
bentuk paling konkrit dari usaha bersama;
Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomis,
sosial, dan moral;
Adanya kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah
pemerataan sosial;
Nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi; dan
Adanya keseimbangan antara perencanaan di tingkat
nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi.
39
pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat
bagi ekonomi itu.
Di dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi harus
diperhatikan bahwa di samping meningkatkan pendapatan
nasional harus dijamin pula pembagian pendapatan yang merata
bagi seluruh rakyat sesuai dengan rasa keadilan. Pertumbuhan
serta pemerataan merupakan dua hal yang cukup penting dalam
kerangka membentuk suatu ketahanan nasional. Tanpa ada
pertumbuhan sebagai suatu proses pembangunan dan
pemerataan pendapatan sebagai upaya menyejahterakan
penduduk secara adil, maka ketahanan nasional hanya tinggal di
awang-awang saja. Dalam membentuk suatu ketahanan nasional
dibutuhkan adanya kondisi dinamis yang merupakan hasil
integritas pertumbuhan ekonomi serta pemerataan oleh
pemerintah baik dalam perekonomian, sosial, politik maupun
budaya. Memang, dalam perjalanan bangsa Indonesia, harus
diakui bahwa ketahanan di bidang ekonomi ini merupakan mata
rantai yang paling lemah dalam rangkaian ketahanan nasional.
Akibat dari bidang ekonomi yang lemah akan tercermin pada
kualitas manusianya.
Dalam pelaksanaan pertumbuhan ekonomi maupun
pemerataan pada daerah yang kurang berkembang dan daerah
yang miskin, adalah hal yang penting untuk mempersiapkan
penduduk yang mampu berpartisipasi aktif dalam ketahanan
nasional. Ketahanan nasional yang mapan akan memacu
kembali pertumbuhan maupun pemerataan dalam bidang
ekonomi. Di sudut lain, penduduk yang sehat, harapan hidup
yang tinggi, pendapatan yang tinggi akan berarti kualitas
penduduk menjadi tinggi. Hal ini merupakan modal yang besar
dalam ketahanan nasional.
40
d. Ketahanan di Bidang Sosial-Budaya
Menurut para ahli antropologi, tidak mungkin ada
masyarakat (sosial) apabila tidak ada kebudayaan. Sebaliknya,
kebudayaan hanya mungkin ada di dalam masyarakat (sosial).
Dengan demikian, ada hubungan timbal balik di antara
masyarakat (sosial) dan kebudayaan.
Menurut definisi yang umum dari para ahli,
kebudayaan adalah segala daya upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Hal itu meliputi sistem peralatan dan
teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem dan
organisasi kemasyarakatan, bahasa, sistem religi dan pandangan
hidup, kesenian dan sistem pengetahuan.Masyarakat yang
hidup dalam suatu tempat tertentu hidup berdasarkan unsur-
unsur kebudayaan tersebut. Kebudayaan nasional bangsa
Indonesia sendiri merupakan hasil interaksi dari budaya-budaya
suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian
diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Interaksi budaya
harus berjalan secara wajar dan alamiah tanpa unsur paksaan
dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya. Kebudayaan
nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan
Indonesia. Identitas bangsa Indonesia adalah manusia dan
masyarakat yang memiliki sifat-sifat dasar:
Religius;
Kekeluargaan;
Hidup serba selaras;
Kerakyatan.
41
kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersatu, cinta tanah air,
berkualitas, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba
selaras, serasi, dan seimbang serta kemampuan menangkal
penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
Disadari sepenuhnya bahwa tidak semua kebudayaan
yang akan datang dari luar adalah jelek. Tetapi kita harus
waspada terhadap pengaruh dari luar yang dapat membahayakan
atau merusak kepribadian bangsa Indonesia. Dalam hal ini tidak
dapat dikesampingkan kemungkinan pihak luar dengan sengaja
menyebar pengaruhnya dengan tujuan untuk merusak kehidupan
masyarakat kita. Terhadap serangan-serangan semacam inilah
bangsa Indonesia perlu waspada dan harus memiliki daya tahan
untuk menanggulanginya. Untuk itu, bangsa Indonesia harus
bersatu padu menghadapi segala kemungkinan yang buruk.
Perihal pentingnya rasa kesatuan ini, Prof. Dr. Sartono
Kartodirdjo mengatakan: Salah satu prinsip nasionalisme ialah
kesatuan (unity). Hal ini jelas menonjol dalam perkembangan
nasionalisme baik di Barat maupun luar Eropa. Kalau
perkembangan nasionalisme itu secara saksama dikaji, jelaslah
bahwa yang menjadi tujuan gerakan nasionalis tidak lain ialah
membentuk negara-nasion, bertolak dari aneka ragam
komunitas, agama, bahasa, kultur, dan sebagainya […]
Indonesia sebagai kesatuan regional memang mencakup suatu
kompleksitas yang terdiri atas komunitas- komunitas etnik, yang
pada gilirannya memuat satuan-satuan kultural yang kompleks
serta komprehensif meliputi unsur linguistik, sistem
kekerabatan, hukum adat, folklore, adat-istiadat, sistem
kepercayaan, dan sebagainya. Homogenitas satuan etnis
bertahan sampai jaman modern tidak lain karena kontak satu
sama lain.
42
Fenomena lain yang terdapat dalam negara-negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia adalah hasrat yang
besar untuk mengadakan pembangunan. Bangsa yang adil dan
makmur hanya dapat dicapai dengan jalan pembangunan. Telah
dimaklumi oleh para ahli ekonomi bahwa berhasil tidaknya
pembangunan tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor
ekonomis saja, tetapi juga oleh faktor-faktor non-ekonomis
seperti: demografis, struktur masyarakat, dan mental. Dalam
pembahasan bidang sosial budaya dalam arti sempit, maka
faktor yang paling relevan adalah struktur masyarakat dan
mental. Struktur masyarakat Indonesia dapat dilihat dalam
bingkai diferensiasi sosial (seperti golongan sosial pegawai,
guru, dll) dan stratifikasi sosial (seperti lapisan sosial bawah,
menengah, dan atas). Sementara mentalitas terkait dengan ciri
atau sifat yang secara khas melekat dengan orang atau bangsa.
Menurut Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi, mentalitas
bangsa Indonesia belum cocok dengan semangat pembangunan.
Untuk itu mentalitas bangsa ini harus diubah. Usaha untuk
mengubah mentalitas itu, menurut Koentjaraningrat, adalah
melalui prosedur pendidikan baik pendidikan formal maupun
informal, salah satunya agama.
Kita tahu, pendidikan merupakan hal yang strategis dan
fundamental bagi perkembangan sejarah dunia maupun sejarah
umat manusia. Melalui pendidikan manusia mempertinggi
eksistensinya sebagai manusia dalam tataran kultural.
Pendidikan adalah sarana transformasi yang dalam sejarah
peradaban manusia terbukti dapat mengubah dunia. Pendidikan
adalah suatu fungsi internal dalam proses kebudayaan melalui
mana manusia dibentuk dan membentuk dirinya. Untuk itu,
pendidikan adalah juga bagian dari kebudayaan.
43
Pendidikan itu sendiri harus ditanamkan sejak dini bagi
anak-anak bangsa Indonesia. Mereka adalah masa depan yang
akan membangun bangsa ini. Ki Hajar Dewantara menandaskan
demikian: Kekuatan rakyat itulah jumlah kekuatan tiap-tiap
rakyat itu. Segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa
tak akan berhasil, kalau tidak dimulai dari bawah. Sebaliknya
rakyat yang sudah kuat, akan pandai melakukan segala usaha
yang perlu untuk kemakmuran negeri. Mendidik anak itulah
mendidik rakyat.Keadaan dalam hidup dan penghidupan kita
pada zaman sekarang itulah buahnya pendidikan yang kita
terima dari orang tua pada waktu kita masih kanak-kanak.
Sebaliknya, anak-anak yang pada waktu ini kita didik, kelak
akan menjadi warga negara kita.
44
Penyelenggaraan ketahanan dan keamanan secara
nasional merupakan salah satu fungi utama dari pemerintahan
dan negara Republik Indonesia dengan TNI dan Polri sebagai
intinya, guna menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam
rangka mewujudkan ketahanan nasional Indonesia.Wujud
ketahanan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal
bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat
yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan
dan keamanan negara yang dinamis, mengamankan
pembangunan dan hasil-hasilnya serta kemampuan
mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala
bentuk ancaman.Pertahanan diarahkan untuk menghadapi
ancaman dari luar negeri dan hal ini secara khusus menjadi
tanggung jawab Tentara Nasional Indonesia (TNI).Keamanan
diarahkan untuk menghadapi ancaman dari dalam negeri dan hal
secara khusus menjadi tanggung jawab Polri.TNI dapat
dilibatkan untuk ikut menangani masalah keamanan apabila
diminta Polri, yang sudah tidak mampu lagi karena eskalasi
ancaman yang meningkat ke keadaan darurat.
Secara geografis ancaman dari luar akan menggunakan
wilayah laut dan udara untuk memasuki wilayah Indonesia. Oleh
karena itu, pembangunan postur kekuatan pertahanan keamanan
masa depan perlu diarahkan kepada pembangunan kekuatan
pertahanan dan keamanan secara proporsional dan seimbang
antara unsur-unsur utama. Kekuatan Pertahanan adalah
Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara
(AU).Dan unsur utama KeamananadalahPolri.
Menurut ajaran dan paham Pertahanan dan Keamanan Nasional
(Hankamnas) kita yaitu Catur Darma Eka Karma, ancaman-
ancaman yang dapat merongrong bangsa Indonesia dapat
berbentuk:
45
Dalam negeri: subversi dan pemberontakan dari kekuatan-
kekuatan dalam tubuh masyarakat Indonesia sendiri;
Luar negeri: Infiltrasi, subversi, dan intervensi dari
kekuatan imperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya, invasi oleh kekuatan-kekuatan
musuh melalui darat, laut, dan udara.
46
2.4 Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia
2.4.1 Pengertian Geostrategi Indonesia
Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan
strategi diartikan sebagai usaha dengan menggunakan segala
kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya
dengan kehidupan suatu negara, geostrategi diartikan sebagai
metode atau aturan-aturan untuk mewujdkan cita-cita dan tujuan
melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang
bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang
terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih
baik, lebih aman dan bermartabat.Pada awalnya geostrategi
diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan militer atau perang.
Di Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam
Mukadimah UUD 1945, melalui proses pembangunan nasional.
Karena tujuan itulah maka ia menjadi doktrin pembangunan dan
diberi nama Ketahanan Nasional. Mengingat geostrategi Indonesia
memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi
pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, dan
lebih aman.
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa
baik pada masa lampau, kini, mendatang. Geostrategi menjadi
sangat penting, karena setiap bangsa yang telah menegara,
membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negaranya
sebagai ruang hidup nasional untuk menentukan kebijakan, sarana
dan sarana perwujudan kepentingan dan tujuan nasional melalui
pembangunan, sehingga bangsa itu tetap eksis dalam arti ediologis,
politis, ekonomis, sosial budaya dan Hankam.
47
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para
penyelengaraan Negara, agar dalam hidup berbangsa dan bernegara
dalam lingkup nasional bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi
nasional bangsa Indonesia dalam memanfaatkan wilayah Negara
republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional guna merancang
arahan tentang kebijakan, sarana dan sarana pembangunan untuk
mencapai kepentingan dan tujuan nasional tersebut diatas.
48
Geostrategi Indonesia tiada lain adalah ketahanan nasional.
Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamik suatu bangsa
yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, baik yang datang dari
luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsug
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa
dan Negara serta perjuangan mengejar tujuan nasional. Tannas
diperlukan bukan hanya konsepsi politik saja melainkan sebagai
kebutuhan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah,
seperti Law and order, Welfare and prosperity, Defence and
security, Juridical justice and social justice, freedom of the people.
49
building “ yang merupakan wujud tidak langsung dari geostrategi
Indonesia yakni sebagai pembangunan jiwa bangsa.
50
4) Terhitung mulai tahun 1974 geostrategi Indonesia ditegaskan
dalam bentuk rumusan ketahanan nasional sebagai kondisi
metode dan doktrin dalam pembangunan nasional.
51
tontonan masyarakat internasional, yang sekaligus, apabila kita
sekalian sadar, seharusnya menjadi pelajaran berharga.
52
2.5 Wawasan Nusantara
2.5.1 Wawasan Nasional Suatu Bangsa
Suatu bangsa yang telah menegara, dalam kehidupannya
tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Pengaruh itu timbul
dari hubungan timbal balik antara filosofi bangsa, ideologi, aspirasi
serta cita-cita dan kondisi sosial masyarakat, budaya, tradisi,
keadaan alam, wilayah serta pengalaman sejarahnya.
Pemerintah dan rakyat memerlukan suatu konsepsi berupa
wawasan nasional untuk menyelenggarakan kehidupannya.
Wawasan ini dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup,
keutuhan wilayah serta jati diri bangsa.Kata “wawasan” itu sendiri
berasal dari wawas (bahasa jawa) yang artinya melihat atau
memandang. Dengan penambahan akhiran “an”kata ini secara
harfiah berarti: cara penglihatan atau cara tinjau atau cara pandang.
53
2.5.2 Teori-Teori Kekuasaan
Beberapa teori paham kekuasaan sebagai berikut:
1. Paham-paham Kekuasaan
Perumusan wawasan nasional lahir berdasarkan
pertimbangan dan pemikiran mengenai sejauh mana konsep
oprasionalnya dapat diwujudkan dan di pertanggungjawabkan.
Karena itu, dibutuhkan landasan teori yang dapat mendukung
rumusan Wawasan Nasional tersebut antara lain:
1) Paham Machiavelli (Abad XVII)
Dalam bukunya tentang politik yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dengan judul “the prince”,
Machiavelli memberikan pesan tentang cara membentuk
kekuasaan politik yang besar agar sebuah negara dapat
berdiri dengan kokoh. Di dalamnya terkandung beberapa
postulat dan cara pandang tentang bagaimana memelihara
kekuasaan politik. Menurut Machiavelli, sebuah negara
akan bertahan apabila menerapkan dalil-dalil berikut:
pertama, segala cara dihalalkan dalam merebut dan
mempertahankan kekuasaan; kedua, untuk memjaga
kekuasaan rezim, politik adu domba (“divide et impera”)
adalah sah; dan ketiga, dalam dunia politik (yang
disamakan dengan kehidupan binatang buas), yang kuat
pasti dapat bertahan dan menang.
2) Paham Kaisar Napoleon Bonaparte (abad XVIII)
Kaisar Napoleon merupakan tokoh revolusioner di bidang
cara pandang, selain penganut yang baik dari Machiavelli.
Napoleon berpendpat bahwa perang di masa depan akan
merupakan perang total yang mengerahkan segala daya
upaya dan kekuatan nasional. Dia berpendapat bahwa
kekuatan politik harus didampingi oleh kekuatan logistik
dan ekonomi nasional. Kekuatan ini juga perlu didukung
oleh oleh kondisi sosial budaya berupa ilmu pengetahuan
54
dan teknologi demi terbentuknya kekuatan hankam untuk
menduduki dan menjajah negara-negara di sekitar Prancis.
Karena itu terjadi invasi militer besar-besaran Napoleon
terhadap negara-negara tetangga dan pada akhirnya ia
tersandung di Rusia. Ketiga postulat Machiavelli telah
diimplementasikan dengan sempurna oleh Napoleon,
namun menjadi bumerang bagi dirinya sehinnga pada akhir
kariernya ia di buang ke pulau Elba.
3) Paham Jenderal Clausewitz (abad XVIII)
Menurut Clausewitz, perang adalah kelanjutan politik
dengan cara lain. Baginya, peperangan adalah sah-sah saja
untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa. Pemikiran
inilah yang membenarkan prusia berekspansi sehingga
menimbulkan Perang Dunia 1 dengan kekalahan di pihak
prusia atau kekaisaran Jerman.
4) Paham Feurbach dan Hegel
Paham materialisme Feurbach dan teori sintesis Hegel
menimbulkan dua aliran besar Barat yang berkembang di
dunia, yaitu kapitalisme di satu pihak dan komunisme di
pihak lain. Pada abad XVII paham perdagangan bebas
yang merupakan nenek moyang liberalisme sedang marak.
Saat itu orang-orang berpendapat bahwa ukuran
keberhasilan ekonomi suatu negara adalah seberapa besar
surplus ekonominya, terutama diukur dengan emas. Paham
ini memicu nafsu kolonialisme negara Eropa Barat dalam
mencari emas ke tempat lain. Inilah yang memotivasi
Columbus untuk mencari daerah baru, kemudian magellan,
dan lain-lainnya. Paham ini pula yang mendorong Belanda
untuk melakukuan perdagangan (VOC) dan pada akhirnya
menjajah Nusantara selama 3, 5 abad.
55
5) Paham Lenin (abad XIX)
Menurutnya, perang adalah kelanjutan politik dengan cara
kekerasan. Bagi Leninisme/komunisme, perang atau
pertumpahan darah atau revolusi di seluruh dunia adalah
sah dalam kerangka mengkomunikasikan seluruh bangsa di
dunia. Karena itu, selama perang dingin, baik Uni Soviet
maupun RRC berlomba-lomba untuk mengekspor paham
komunis ke seluruh dunia. G.30 S/PKI adalah salah satu
komoditi ekspor RRC pada tahun 1965. Sejarah selanjutnya
menunjukkan bahwa paham komunisme ternyata berakhir
secara tragis seperti runtuhnya Uni Soviet.
6) Paham Lucian W. Pye dan Sidney
Dalam buku Political Culture and Political Development
(Princeton University Press 1972), mereka mengatakan:
“The political culture of society consist of the system of
empirical believe exspressive symbol and values which
devidens the situation in political action take place. It
provides the subjective orientation to politics. The political
culture of society is highly significant aspec of the political
system. Para ahli tersebut menjelaskan adanya unsur-unsur
subyektivitas dan psikologis dalam tatanan dinamaka
kehidupan politik suatu bangsa. Kemantapan suatu sistem
politik dapat dicapai apabila sistem tersebut berakar pada
kebudayaan politik bangsa yang bersangkutan. Dengan
demikian proyeksi eksistensi kebudayaan politik tidak
semata-mata ditentukan oleh kondisi-kondisi obyektif tetapi
juga subyektif dan psikologis.
56
2.5.3 Ajaran Wawasan Nasional Indonesia
Wawasan Nasional Indonesia merupakan wawasan yang
dikembangkan berdasarkan teori wawasan nasional secara
universal. Wawasan tersebut dibentuk dan dijiwai oleh paham
kekuasaan bangsa Indonesia dan geopolitik Indonesia.
a. Paham Kekuasaan Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi
pancasila menganut paham tentang perang dan damai: ”Bangsa
Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta kemerdekaan.
“Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan
ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal tersebut
mengandung benih-benih persengketaan dan ekspansionisme.
Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa
: Ideologi digunakan sebagai landasan idiil dalam menentukan
politik nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi
geografi indonesia dengan segala aspek kehidupan nasionalnya.
Tujuannya adalah agar bangsa indonesia dapat menjamin
kepentingan bangsa dan negaranya ditengah-tengah
perkembangan dunia.
1) Geopolitik Indonesia
Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang
dikembangkan di Indonesia didasarkan pada pemahaman
tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan
kondisi dan konstelasi geografi indonesia. Sedangkan
paham tentang negara indonesia menganut paham negara
kepulauan, yaitu paham yang dikembangkan dari asas
archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman
archipelago di negara-negara Barat pada umumnya.
Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa
menurut paham Barat, laut berperan sebagai “Pemisah”
pulau, sedangkan menurut paham indonesia laut adalah
57
“Penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu-
kesatuan yang utuh sebagai “Tanah air” dan disebut negara
kepulauan.
58
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
2) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, bangsa
indonesia mengakui, menghargai, dan memberikan hak
dan kebebasan yang sama kepada setiap warganya untuk
menerapkan hak asasi manusia (HAM).
59
sifat, dan karakter dari kebhinekaan unsur-unsur pembentuk
bangsa (suku bangsa, etnis, golongan, serta daerah itu sendiri).
60
c. Pemikiran Berdasakan Aspek Sosial Budaya
Sosial budaya, sebagai salah satu aspek kehidupan
nasional disamping politik, ekonomi, serta pertahanan dan
keamanan adalah faktor dinamik masyarakat yang terbentuk
oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir batin yang
memungkinkan berlangsungnya hubungan sosial diantara
anggotanya. Masyarakat indonesia sejak awal terbentuk dengan
ciri kebudayaan yang sangat beragam yang muncul karena
pengaruh ruang hidup berupa kepulauan dimana ciri alamiah
tiap-tiap pulau berbeda-beda. Berdasarkan ciri dan sifat
kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi negara
republik indonesia, tampak secara jelas betapa heterogen serta
uniknya masyarakat indonesia yang terdiri dari ratusan suku
bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa
daerah, agama dan kepercayaannya sendiri. Karena itu, tata
kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antar
golongan masyarakat mengandung potensi konflik yang sangat
besar, terlebih lagi kesadaran nasional masyarakat relatif masih
rendah dan jumlah masyarakat terdidik relatif masih terbatas.
Proses sosial dalam keseluruhan upaya menjaga
persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi
diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang
sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina
kehidupan bersama secara harmonis. Wawasan kebangsaan atau
wawasan nasional indonesia diwarnai oleh keinginan untuk
menumbuhsuburkan faktor-faktor positif, mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa, dan mengurangi atau kalau
dapat menghilangkan pengaruh negatif dari faktor-faktor yang
dapat menimbulkan disintegrasi bangsa.
61
d. Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-citanya pada
umumnyatumbuh dan berkembang dari latar belakang
sejarahnya. Sejarah indonesia pun diawali dari negara-negara
kerajaan tradisional yang pernah ada diwilayah Nusantara
melalui kedatuan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Kedua
kerajaan tersebut bertujuan mewujudkan kesatuan wilayah.
Meskipun saat itu belum timbul adanya rasa kebangsaan, namun
sudah timbul semangat bernegara. Wawasan Kebangsaan atau
Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah
yang tidak menginginkan terulangnya perpecahan dalam
lingkungan bangsa dan negara indonesia yang akan melemahkan
perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan bersama
agar bangsa indonesia setara dengan bangsa lain.
62
nasionalisme yang tinggi yang merupakan identitas atau jati diri
bangsa indonesia.
63
“Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya yang serba beragam dan berniali
strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.”
64
didalamnegara kesatuan republik indonesia secara berdaulat
dan mandiri. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan
dasar negara mempunyai kekuatan hukim yang mengikat para
penyelenggara, para peemimpin pemerintahan, dan seluruh
rakyat indonesia.
Wawasan nusantara pada hakikatnya merupakan
pancaran dari falsafah pancasila yang diterapkan dalamkondisi
nyata indonesia. dengan demikian, Pancasila sebagai falsafah
bangsa indonesia telah dijadikan landasan idiil dan dasar negara
sesuia dengan yang tercantum pada Pembukaan UUD 1945.
Karena itu, Pancasila sudah seharusnya serta sewajarnya
menjadi landasan idiil wawasan nusantara.
b. Landasa Konstitusional: UUD 1945
UUD 1945 merupakan konstitusi dasar yang menjaddi
pedoman pokok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Bangsa indonesia bersepakat bahwa indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
berrkedaulatan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Perrmusyawaratan rakyat. Karena itu, negara mengatasi segala
papaham golongan, kelompok, dan perseorangan serta
menghendaki persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek dan
dimensi kehidupan nasional. Artinya, kepentingan negara
dalam segala aspek dan perwujudannya lebih diutamakan diatas
kepentingan golongan, kelompok, dan perseorangan
berdasarkan aturan, hukum, perundang-undangan yang berlaku
yang memperhatikan hak asasi manusia (HAM), aspirasi
masyarakat, dan kepentingan daerah yang berkembang saat ini.
65
a. Wadah (contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki
kekayaan alam dan penduduk dengan aneka ragam budaya.
Setelah menegara dalam negara kesatuan republik Indonesia,
bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang
merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud
suprastruktur politik. Sementara itu, wadah dalam kehidupan
bermasyarakat adalah berbagai lembaga dalam wujud
infrastruktur adalah berbagai lembaga dalam wujud
infrastruktur politik.
b. Isi (Content)
Isi adala aspirasi bangsa yang berkembangdi
masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut dua hal yang
esensial yaitu:
66
2.5.8 Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat wawasan nusantara adalah ketuhanan
nusantara,dalam pengertian:cara pandang yang selalu utuh
menyeluruh dalam lingkup nusantara demi epentingan nasional.
Hal tersebut berarti bahwa setiap warga bangsa aparatur negara
harus berfikir, bersikap,dan bertindak secara utuh menyeluruh demi
kepentingan bangsa dan negara indonesia.demikian juga produk
yang dihasilkan oleh lembaga negara harus dalam lingkup dan
demi kepentingan bangsa dan negara indonesia,tanpa
menghilangkn kepentingan lainnya, seperti kepentingan
daerah,golongan,dan orang per orang.
67
“penjajahan” yang berbeda dari negara asing.misalnya,
kehidupan dalam negri bangsa indonesia adalah
menghadapi penjajahan secara fisik dari bangsa
lain.sekarang,bangsa indonesia harus menghadapi jenis
“penjajahan” yang berbeda dari negara
asing.misalnya,kehiduapan dalam negri bangsa indonesia
mendapat tekanan dan paksaan baik secara halus maupun
kasar dengan cara adu domba dan pecah-belah bangsa
dengan menggunakan dalih HAM, demokrasi,dan
lingkungan hidup.sementara itu,tujuan yang sama adalah
tercapainya kesejahteraan dan rasa aman yang lebih baik
daripada sebelumnya.
2. Keadilan, yang berati kesesuaian pembagian hasil dengan
andil, jerih payah usaha, dan kegiatan baik orang
perorangan, golongan, kelompok, maupun daerah.
3. Kejujuran, yang berarti keberanian berpikir, berkata, dan
bertindak sesuai realita serta ketentuan yang benar biarpun
realita atau ke tentuan itu pahit dan kurang enak di
dengarnya. Demi kebenaran dan kemajuan bangsa dan
negara,hal ini harus dilakukan.
4. Solidaritas, yang berarti diperlukannya rasa setia kawan,
mau memberi dan berkorban bagi orang lain tanpa
meninggalkan ciri dan kerakter budaya masing –masing.
5. Kerja sama berarti adanya kordinasi, saling pengertian yang
didasarkan atas kesetaraan sehingga kerja kelompok, baik
kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar, dapat
tercapai demi terciptanya sinergi yang lebih baik.
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi
bangsa dan mendirikan negara indonesia, yang di mulai,
dicetuskan, dan dirintis oleh boedi oetomo pada tahun
1908, sumpah pemuda tahun 1928, dan proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945. Kesetiaan
68
terhadap kesepakatan bersama ini sangatlah penting dan
menjadi tonggak utama terciptanya persatuan dan kesatuan
dalam kebinekaan. Jika kesetiaan terhadap kesepakatan
bersama ini goyah apalagi ambruk, dapat dipastikan bahwa
persatu dan kesatuan dalam kebhinekaan bangsa indonesia
akan hancur berantakan pula.ini berarti hilangnya negara
kesatuan indonesia.
69
maupun pertahanan dan keamanan demi tercapainya tujuan
nasional sesuai dengan yang tertera pada pembukaan UUD
1945.
70
2.5.11 Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan
Nasional
Sebagai cara pandangan dan visi nasional Indonesia,
Wawasan Nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan
tuntunan bagi setiap individu bangsa Indonesia dalam membangun
dan memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Karena itu, implementasi atau penerapan Wawasan
Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola
tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan pribadi atau
kelompok sendiri. Dengan kata lain, Wawasan Nusantara menjadi
pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam
rangka, menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai
permasalahan menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Implementasi Wawasan Nusantara senantiasa
berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara
utuh dan menyeluruh sebagai berikut:
a. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik
akan menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan
dinamis.
b. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi
akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin
pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara merata dan adil.
c. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan sosial
budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang
mengakui, menerima, dan menghormati segala bentuk
perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus
karunia Sang Pencipta.
d. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan hankam
akan menumbuh-kembangkan kesadaran cinta tanah air dan
bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara
pada setiap warga negara Indonesia.
71
2.5.12 Pemasyarakatan/Sosialisasi Wawasan Nusantara
Untuk mempercepat tercapainya tujuan Wawasan
Nusantara, disamping implementasi seperti tersebut di atas, perlu
juga dilakukan pemasyarakatan materi Wawasan Nusantara kepada
seluruh masyarakat Indonesia. Pemasyarakatan Wawasan
Nusantara tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Menurut sifat/cara penyimpanannya, yang dapat dilaksanakan
sebagai berikut:
Langsung, yang terdiri dari ceramah, diskusi, dialog, tatap
muka.
Tidak langsung, yang terdiri dari media elektronik, media
cetak.
b. Menurut metode penyampaian yang berupa:
Keteladanan. Melalui metode penularan keteladanan dalam
sikap perilaku kehidupan sehari-hari kepada lingkungannya,
terutama dengan memberiakan contoh-contoh berpikir,
bersikap dan bertindak mementingkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan atau golongan,
sehingga timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta
tanah air.
Edukasi, yakni melalui metode pendekatan formal dan
informal. Pendidikan formal ini dimulai dari tingkat taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi, pendidikan karier di
semua strata dan bidang profesi, penataran atau kursus-
kursus, dan sebagainya. Sedangkan pendidikan non formal
dapat dilaksanakan di lingkungan rumah/keluarga,
dilingkungan pemukiman, pekerjaan, dan organisasi
kemasyarakatan.
Komunikasi. Tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi
Wawasan Nusantara melalui metode komunikasi adalah
tercapainya hubungan komunikatif secara baik yang akan
mampu menciptakan iklim yang saling menghargai,
72
menghormati, mawas diri, dan tenggang rasa sehingga
tercipta kesatuan bahasa dan tujuan tentang Wawasan
Nusantara.
Integrasi. Tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakatan
/sosialisasi Wawasan Nusantara melalui metode integrasi
adalah terjalinnya persatuan dan kesatuan.
a. Pemberdayaan Masyarakat
1) John Naisbit. Dalam bukunya Global Paradox, ia menulis
“To be a global powers, the company must give more role to
the smallest part.”
Pada intinya, Global Paradox memberikan pesan
bahwa negara harus dapat memberikan peranan sebesar-
besarnya kepada rakyatnya.Pemberdayaan masyarakat
dalam arti memberikan peran dalam bentuk aktivitas dan
partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional
hanya dapat dilaksanakan oleh negara-negara yang sudah
maju yang menjalankan Buttom up Planning. Sedangkan
negara-negara berkembang, seperti Negara Kesatuan
Republik Indonesia, masih melaksanakan program Top
Down Planning karena keterbatasan kualitas SDM. Karena
itu, NKRI memerlukan landasan operasional berupa GBHN
(Garis-garis Besar Haluan Negara).
2) Kondisi Nasional. Pembangunan Nasional secara
menyeluruh belum merata, sehinnga masih ada beberapa
daerah yang tertinggal pembangunannya sehinnga
73
menimbulkan keterbelakangan aspek kehidupannya.
Kondisi tesebut menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan
sosial di masyarakat. Apabila kondisi ini berlarut-larut, di
kaitkan dengan pemberdayaan masyarakat, perlu ada
prioritas utama pembangunan daerah tertinngal agar
masyarakat dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam
pembangunan di seluruh aspek kehidupan, yang
pelaksanaanya diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia (UURI) Nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan Daerah.
74
megurangi peranan pemerintah pusat dan lebih memberikan
peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Dengan
memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah
daerah, pemerintah memberikan kesempatan berpartisipasi
yang lebih luas kepada masyarakat.
75
selaras dan seimbang antara individu, masyarakat, bangsa,
serta semesta dan penciptanya.
76
2.5.14 Prospek Implementasi Wawasan Nusantara
Beberapa teori mengemukakan pandangan global sebagai berikut:
a. Global paradox memberikan pesan bahwa negara harus mampu
memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.
b. Bordeles World dan The End Of Nation State mengatakan
bahwa batas wilayah geografi relatif tetap, tetapi kekuatan
ekonomi dan budaya global akan menembus batas tersebut.
Selanjutnya pemerintah daerah perlu diberi peranan yang lebih
berarti.
c. Laster Thurow dalam bukunya The Future of Capitalism
memberi gambaran bahwa strategi baru kapitalisme adalah
mengupayakan keseimbangan antara kepentingan individu
(kelompok) dan masyarakat banyak serta antara negara maju
dan negara berkembang.
d. Hezel Hardezon dalam bukunya Building Win Win World
mengatakan bahwa perlu ada perubahan nuansa perang
ekonomi menjadi masyarakat dunia yang bekerja sama
memanfaatkan teknologi yang bersih lingkungan serta
mewujudkan pemerintah yang lebih demokratis.
e. Ian marison dalam bukunya The Second Curir menjelaskan
bahwa dalam era baru timbul adanya peran pasar, konsumen,
dan teknologi baru yang lebih besar yang membantu
terwujudnya masyarakat baru.
2.5.15 Keberhasilan Implementasi Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara juga perlu diimplementasikan dalam
kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keaamanan serta dalam upaya menghadapi tantangan-tantangan
dewasa ini. Kareana itu, setiap warga negara indonesia perlu
memiliki kesadaran untuk:
a. Mengerti, memahami dan menghayati hak dan kewajiban
waraga negara serta hubungan warga negara dengan negara,
77
sehingga sadar sebagai bangsa indonesia yang cinta tanah air
berdasarkan pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara.
b. Mengerti, memahami, dan menghayati bahwa di dalam
menyelenggarakan kehidupannya negara memerlukan
konsepsi Wawasan Nusantara, sehingga sadar sebagai warga
negara yang memiliki Wawasan Nusantara guna mencapai
cita-cita dan tujuan nasional.
Untuk mengetuk hati nurani setiap warga negara
indonesia agar sadar bermasyarakat, bebangsa dan bernegara,
diperlukan pendekatan dengan program yang teratur, terjadwal
dan terarah.
78
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Ada dua pengertian yang terkandung dalam konsep geopolitik yaitu:
3) Geopolitik sebagai ilmu : memberikan wawasan obyektif akan
posisi kita sebagai suatu bangsa yang hidup berdampingan dan
saling berinteraksi dengan negara lain dalam pergaulan dunia.
4) Geopolitik sebagai ideologi (landasan ilmiah bagi tindakan
politik suatu negara): hendak menjadikan wawasan tersebut
sebagai cara pandang kolektif untuk melangsungkan,
memelihara dan mempertahankan semangat kebangsaan.
Secara geo-politik Indonesia merupakan wawasan
nusantara sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungan yang serba beragam dan bernilai
strategis, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dan tetap menghargai serta menghormati kebhenikaan dalam setiap
aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
79
3.1.3 Secara etimologis, terminologi astagatra terdiri dari dua kata, yakni
asta dan gatra. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, asta artinya
bentuk terikat delapan dan gatra artinya wujud, sudut pandangan
atau aspek. Maka secara harafiah, astagatra berarti delapan
aspek/sudut pandang yang terikat satu sama lain. Ketahanan
Nasional di Indonesia mengenal konsep Astagatra (8 aspek
kehidupan), yang terdiri dari :
80
Pengertian geostrategic Indonesia
Merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi
geografis Negara Indonesia untuk menentukan kebijakan,
tujuan dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional
bangsa Indonesia. Geostrategi Indonesia memberikan arahan
tentang bagaimana merancang strategi pembangunan guna
mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman dan sejahtera.
Oleh karena itu, geostrategi Indonesia bukanlah merupakan
geo-politik untuk kepentingan politik dan perang, tetapi untuk
kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
3.1.5 Wawasan nusantara adalah cara pandang suatu bangsa yang telah
menegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya
yang serba terhubung (melalui interaksi dan interrelasi) dan dalam
pembangunannya di lingkungan nasional (termasuk lokal dan
proposional), regional, serta global.
3.2 Saran
81
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Predana Media.
Dasaputro, ST. Munadjat. 1978. Wawasan Nusantara (dalam Ilmu Politik dan
Hukum). Buku I, Alumni Bandung.
Dasaputro, ST. Munadjat. 1983. Wawasan Nusantara (dalam Azas dan Filsafat
serta Metodologi). Buku VI, Alumni Bandung.
82
Dasaputro, ST. Munadjat. 1983. Wawasan Nusantara (dalam strategi
Pembangunan dan Ketahanan Nasional untuk Menyongsong Konvensi
Hukum Laut Baru). Buku VII, Alumni Bandung.
Departemen Luar Negeri. 1976. Wawasan Negara Nusantara dan Hukum Laut
Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri.
83
84