Anda di halaman 1dari 13

BAB 7

WAWASAN NUSANTARA

Anggota Kelompok 6 :

1. Muhammad khaireza subiarsono (225020307111073)

2. I Komang Indra Triprasada (225020307111076)

3. Muhammad Fathanudin (225020300111040)

4. Sutan Saleh Ramadan (225020307111071)

5. Fanno jadityos RH (225020300111037)

6. Reyhan Achmad Karis (225020301111033)

7. Muhammad Nabil Yulianto (225020307111065)


MATERI PEMBAHASAN

A. Pengertian geopolitik dan teori geopolitik


B. Geopolitik Indonesia (wawasan nusantara)
C. Dasar pemikiran geopolitik Indonesia
D. Perkembangan wilayah Indonesia dan dasar hukumnya
E. Implementasi wawasan nusantara dalam konsep otonomi daerah

PEMBAHASAN

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Wawawan Nusantara

 Wawasan Nusantara
wawasan nusantara merupakan pandangan bangsa Indonesia terhadap lingkungan
tempat berada termasuk diri bangsa Indonesia itu sendiri. Indonesia yang
merupakan negara penuh keberagaman, selalu memandang dirinya menjadi satu
kesatuan, maka dari itu tercetuslah sembohyang Bhineka Tunggal Ika yang
menjadi bentuk simbolik dari wawasan nusantara.

 Arti Penting Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara ini berfungsi sebagai pondasi negara agar setiap elemen
didalamnya memiliki persepsi yang sama. Perbedaan dalam politis dan demokrasi
merupakan hal yang wajar dan justru diharapkan agar nantinya dapat
menghasilkan masyarakat yang dinamis dan kreatif, serta sinergis sehingga bisa
saling menyesuaikan menuju integritas.

B. Pengertian Geopolitik dan Teori Geopolitik


A. Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari bahasa Yunani, dari kata geo dan politik. “Geo” berarti bumi
dan “Politik” politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan
teia yang berarti urusan (Ngadilah, 2007). Sementara dalam bahasa Inggris, politics
adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk
mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Tindakan, cara dan perilaku masyarakat
dipengaruhi oleh kondisi geografi tempat masyarakat hidup. Selanjutnya geopolitik
dipandang sebagai studi atau ilmu. Geopolitik secara tradisional didefinisikan sebagai
studi tentang "pengaruh faktor geografis pada tindakan politik”. Geopolitik dimaknai
sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor–faktor geografi, strategi dan politik
suatu negara. Adapun dalam impelementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat
nasional (Suradinata, 2001). Pandangannya tentang wilayah, letak dan geografi suatu
negara akan mempengaruhi kebijakan atau politik negara yang bersangkutan. Terkait
dengan hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pandangan atau teori-teorinya
tentang geopolitik. Di antaranya adalah teori Geopolitik Frederich Ratzel, teori
Geopolitik Rudolf Kjellen, teori Geopolitik Karl Haushofer, teori Geopolitik Halford
Mackinder, teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan dan teori Geopolitik Nicholas J.
Spijkman.

B. Teori Geopolitik
1. Teori Geopolitik Fredefich Ratzel

Pokok-pokok teori Ratzel, disebut Teori Ruang, menyebutkan bahwa: a. Pertumbuhan


negara mirip dengan pertumbuhan organisme (makhluk hidup), yang memerlukan
ruang hidup (lebensraum) cukup agar dapat turnbuh dengan subur melalui proses lahir,
tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut, dan mati. b. Kekuatan suatu
negara harus marnpu mewadahi pertumbuhannya. Makin luas ruang dan potensi
geografi yang diternpati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan makin besar
kemungkinan kelompok politik itu tumbuh. c. Suatu bangsa dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul
saja yang dapat bertahan hidup terus dan berlangsung. d. Apabila ruang hidup negara
sudah tidak dapat memenuhi keperluan, ruang itu dapat dipeluas dengan mengubah
batas-batas negara baik secara damai maupun melalui jalan kekerasan atau perang.
Pandangan Ratzel tentang geopolitik menimbulkan dua aliran kekuatan, yaitu (1)
berfokus pada kekuatan di darat (kontinental) dan (2) berfokus pada kekuatan di laut
(maritim). Melihat adanya efek persaingan dua aliran kekuatan yang bersumber dari
teorinya, Ratzel meletakkan dasar-dasar suprastruktur geopolitik, yaitu bahwa
kekuatan suatu negara harus mampu mewadahi tumbuhan kondisi dan kedudukan
geografinya. Dengan demikian, esensi pengertian politik adalah penggunaan kekuatan
fisik dalam rangka rnewujudkan keinginan atau aspirasi nasional suatu bangsa. Hal ini
seiring kearah politik adu kekuatan dan adu kekuasaan dengan tujuan ekspansi.

2. Teori Geopolitik Karl Haushofer

Pokok-pokok teori Haushofer pada dasarnya menganut teori Kjellen dan bersifat
ekspansionis serta rasial, bahkan dicurigai sebagai teori yang menuju kepada
peperangan. Teori Haushofer berkembang di Jerman dan mempengaruhi Adolf Hitler.
Teori ini pun dikembangkan di Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh
semangat materialisme dan fasisme. Inti teori Haushofer adalah:
 a. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari
hukum alam.
 b. Kekuasaan Imperium Daratan dapat mengejar kekuasaan Imperium Maritim untuk
menguasai pengawasan di laut.
 c. Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika, dan
Asia Barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia Timur Raya.
 d. Geopolitik adalah doktin negara yang menitikberatkan perhatian kepada soal
strategi perbatasan. e. Ruang hidup bangsa dan tekanan kekuasaan ekonomi dan sosial
yang rasial mengharuskan pembagian baru dari kekayaan alam di dunia. f. Geopolitik
adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan mendapatkan ruang
hidup,
 e. Ruang hidup bangsa dan tekanan kekuasaan ekonomi dan sosial yang rasial
mengharuskan pembagian baru dari kekayaan alam di dunia.
 f. Geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan
mendapatkan ruang hidup,
3. Teori Geopolitik Sir Halford Mackinder

Pokok teori Mackinder menganut “konsep kekuatan darat” dan mencetuskan Wawasan
Benua. Teorinya menyatakan : Barang siapa dapat menguasai “Daerah Jantung”, yaitu
Eurasia (Eropa dan Asia) akan dapat menguasai “Pulau Dunia”, yakni Eropa, Asia,
dan Afrika. Barang siapa dapat menguasai pulau dunia akhirnya dapat menguasai
dunia.

4. Teori Geopolitik Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan

Pokok teori kedua ahli tersebut menganut “konsep kekuatan maritim” dan
mencetuskan Wawasan Bahari, yaitu kekuatan di lautan (Yates, 1943). Teorinya
menyatakan: Barang siapa menguasai lautan akan menguasai “perdagangan”.
Menguasai perdagangan berarti menguasai “kekayaan dunia” sehingga pada akhirnya
akan menguasai dunia.

5. Teori Geopolitik Nicholas J.Spykman

Pokok teori Spykman disebut “Teori Daerah Batas” atau “Teori Wawasan
Kombinasi”, yaitu teori yang menggabungkan kekuatan darat, laut, dan udara yang
dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi suatu negara.
C.
Fanno

D. Geopolitik Indonesia (Wawasan Nusantara)


Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia Cara pandang suatu bangsa
memandang tanah air dan beserta lingkungannya menghasilkan wawasan nasional. Wawasan
nasional itu selanjutnya menjadi pandangan atau visi bangsa dalam menuju tuannya. Namun
tidak semua bangsa memiliki wawasan nasional Inggris adalah salah satu contoh bangsa yang
memiliki wawasan nasional yang berbunyi” Britain rules the waves”. Ini berarti tanah inggris
bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga lautnya. Adapun bangsa Indonesia memiliki wawasan
nasional yaitu wawasan nusantara.
Sebagai Wawasan nasional dari bangsa Indonesia naka wilayah Indonesia yang terdiri
dari daratan, laut dan udara diatasnya dipandang sebagai ruang hidup (lebensraum) yang satu
atau utuh. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasionalnya bangsa Indonesia dibangunatas
pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan kepada konstelasi
lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilakan konsepsi wawasan Nusantara. Jadi wawasan
nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.
Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal dari
kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi.
Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti memandang, meninjau atau melihat. Wawasan
artinya pandangan, tujuan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang,
cara melihat.
Kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau
rumusan umum mngenai keadaan yang dinginkan. Wawasan nasional merupakan visi bangsa
yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuaidengan konsep
wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.
Berdasarkan uraian di atas, konsepsi Wawasan Nusantara dibangun atas geopolitik
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki pandangan sendiri mengenai wilayah yang
dikaitkan dengan politik/kekuasaan. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional dibentuk
dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik bangsa Indonesia (HAN, Sobana : 2005).
Wawasan Nusantara dapat dikatakan sebagai penerapan teori geopolitik dari bangsa Indonesia.
(Chaidir Basrie : 2002).
Oleh karena itu, bangsa Indonesia juga menolak paham ekspansionisme dan adu kekuatan
yang berkembang di Barat. Bangsa Indonesia juga menolak paham rasialisme, karena semua
manusia mempunyai martabat yang sama, dan semua bangsa memiliki hak dan kewajiban yang
sama berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang universal.
Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaaan atau
nasionalisme yang membentuk suatu wawasan kebangsaan dengan menolak pandangan
Chauvisme. Bangsa Indonesia selalu terbuka untuk menjalin kerjasama antar bangsa yang saling
menolong dan saling menguntungkan. Semua ini dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian
dan ketertiban dunia.
Oleh karena itu, wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia. Hal ini dipahami
berdasarkan pengertian bahwa dalam wawasan nusantara terkandung konsepsi geopolitik
Indonesia, yaitu unsur ruang, yang kini berkembang tidak saja secara fisik geografis, melainkan
dalam pengertian secara keseluruhan (Suradinata; Sumiarno: 2005).
Fathan Dasar Pemikiran Geopolitik di Indonesia

Dalam membina dan mengembangkan wawasan nasionalnya, bangsa indonesia selalu berpijak
pada kondisi nyata yang terdapat dalam lingkungannya sendiri. Oleh karena itu Wawasan
nusantara (nasional) dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang
berlandaskan falsafah Pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan
pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dasar pemikiran yang
melatarbelakangi pengembangan Wawasan nusantara dapat dilihat dari:

A. Falsafah Pancasila
Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang
mempunyai naluri, akhlak, daya pikir dan sadar akan keberadaannya yang serba terhubung
dengan sesamanya, lingkungannya, alam semesta dan penciptanya. Kesadaran ini menumbuhkan
cipta, karsa dan karya untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya dari
generasi ke generasi. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah bersemayam
dan berkembang dalam hati sanubari dan kesadaran bangsa Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila mendasari pengembangan Wawasan nusantara, antara lain gotong royong.
Suatu nilai khas dari bangsa Indonesia. Gotong royong bukan hanya sekedar tolong-menolong,
peduli atau empati. Gotong royong merupakan kerja kolektif dari berbagai elemen masyarakat
dalam mambangun jalan, misalnya, yang bertujuan untuk kebaikan bersama. Nilai-nilai
ketuhanan juga mengarahkan kita untuk memahami Tuhan bukan yang satu, tetapi Tuhan dalam
arti mutlak yang harus diakui keberadaannya. Lebih dari sekedar itu, nilai-nilai ketuhanan,
seperti kabaikan, kejujuran, kasih sayang, rahmat dan seterusnya hendaknya dapat
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa.

Dalam prakteknya ini berarti antara agama tidak ada yang bertentangan sebab setiap agama
mengajarkan kebaikan. Nilai kemanusiaan Indonesia juga menjadi dasar wawasan nusantara
yang kemudian melahirkan HAM. Dalam filsafat Pancasila juga mengedepankan kepentingan
masyarakat yang lebih luas harus lebih diutamakan, tanpa mematikan kepentingan golongan.
Pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan Bersama diusahakan melalui
musyawarah mufakat. Kemakmuran yang hendak dicapai oleh masingmasing warganya tidak
merugikan orang lain. Sikap tersebut mewarnai Wawasan nusantara yang dianut dan
dikembangkan bangsa Indonesia. Semua nilai filsafat hidup dari Pancasila tersebut menjadi dasar
pijakan untuk kita dalam melihat diri dan lingkungan.

B. Aspek Kewilayahan Indonesia


Kondisi obyektif geografi Nusantara, yang merupakan untaian ribuan pulau yang tersebar dan
terbentang di khatulistiwa dan letak posisi yang strategis. Wilayah Indonesia saat 17 Agustus
1945 masih mengikuti Territoriale Zee En Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939, di mana
lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing masing pantai
pulau Indonesia. Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957, Penentuan batas laut
teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang
terluar pada pulau-pulau negara Indonesia kepulauan Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau
besar maupun kecil yang berada pada batas-batas astronomi berikut: Utara : 06 08 LU Selatan :
11 15 LS Barat : 94 45 BT Timur : 141 05 BT Dan jarak Utara – Selatan : + 1.888 km Barat –
Timur : + 5.110 km

Kondisi objektif geografi Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau, memiliki karakteristik yang
berbeda dengan negara lain. Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang mutlak
diperhitungkan karena mengandung beraneka ragam kekayaan alam (baik di dalam maupun di
permukaan bumi) dan jumlah penduduk yang besar. Dengan demikian secara kontekstual kondisi
geografi Indonesia mengandung keunggulan sekaligus kelemahan/kerawanan. Kondisi ini perlu
diperhitungkan dan dicermati dalam perumusan geopolitik Indonesia.

C. Aspek Sosial Budaya


Masyarakat Indonesia sejak awal terbentuk dengan ciri kebudayaan yang sangat beragam yang
muncul karena pengaruh ruang hidup berupa kepulauan di mana ciri alamiah tiap-tiap pulau
berbeda beda. Dari tinjauan sosial budaya tersebut, pada akhirnya dipahami bahwa proses social
dalam keseluruhan upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi
dan melakukan hal-hal positif diantara serta masyarakat tentang eksistensi budaya yang sangat
beragam namun memiliki semangat untuk membina kehidupan secara harmonis.

Menurut ahli antropologi, tidak mungkin ada masyarakat kalau tidak ada kebudayaan, dan
sebaliknya. Kebudayaan hanya mungkin ada di dalam masyarakat. Indonesia terdiri atas ratusan
suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan. Oleh
karena itu, tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antargolongan
masyarakat mengandung potensi konflik yang besar, terlebih lagi kasadaran nasional masyarakat
masih relatif rendah dan jumlah masyarakat yang terdidik relatif terbatas.

D. Aspek Kesejarahan Bangsa Indonesia


Perjuangan bangsa Indonesia memerdekaan diri menjadi sebuah negara berdaulat dari belenggu
penjajahan tentu dibentuk dan terbentuk faktor-faktor historis yang memicunya. Selain itu,
perumusan cita-cita, tujuan, dasar negara, dan falsafah hidup bangsa tumbuh dan berkembang
dari latar belakang sejarahnya.

Sebagaimana telah jamak kita ketahui, Konsep bernegara kita yang diproklamirkan sejak 18
Agustus 1945 tidak lahir begitu saja, melainkan tumbuh dan berevolusi dari bibit-bibit kerajaan
yang tersebar dalam wilayah Nusantara. Kedatuan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit adalah dua
contoh manifestasi kesadaran persatuan bangsa dalam wilayah luas Nusantara.

Meskipun belum ada konsep rasa kebangsaan seperti dirujuk dalam pengertian negara modern,
namun mereka telah mempunyai konsep-konsep bernegara yang solid dan padu. Konsep
persatuan dalam keberbedaan misalnya muncul dan termanifestasi dalam konsep Kerajaan
Majapahit seperti tertulis dalam Negara Kartagama (dikarang oleh Empu Tantular): Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua. Sebuah konsep bernegara yang berusaha
mengatur/mengelola perbedaan-perbedaan yang berlangsung dalam masyarakat plural dalam
sebuah persatuan. Konsep Nusantara juga adalah konsep yang berasal dari kata Nuswantoro yang
merupakan wilayah luas taklukkan/kekuasaan majapahit yang merentang di seluruh penjuru,
seperti sekarang dikenal sebagai Nusantara itu.

Setelah kedatangan penjajah Eropa di bumi Nusantara, bangsa Indonesia benar-benar telah
merasakan kepedihan dan penderitaan. Namun penjajahan ini justru menyadarkan para pendiri
bangsa untuk bertekad memerdekaan diri, merebut wilayah luas Nusantara yang dulu merupakan
warisan nenek-moyang dari kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya, dan
memproklamirkan pendirian negara Indonesia yang berdaulat dan mempunyai akar persatuan di
masa lalu. Dari uraian di atas, maka wawasan nusantara (nasional Indonesia) telah diwarnai oleh
pengalaman sejarah yang tidak menginginkan terpecahnya dalam lingkungan bangsa dan negara
Indonesia yang akan melemahkan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasional.
Nabil
reza

Anda mungkin juga menyukai