WAWASAN NUSANTARA
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 65
bumi yang menjadi wilayah hidup. Dalam hal ini tentu saja manusia yang
hidup di atas bumi itulah yang berperan sebagai penentu terhadap bumi
tempatnya berada.
Sebenarnya geopolitik telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang
lalu tetapi pengertiannya baru disadari pada abad ke-20. Pada abad ke-19
Friederich Ratzel (1897) mengemukakan geopolitik sebagai pelengkap ilmu
bumi politik. Hubungan antara ilmu bumi politik dan geopolitik baru
kemudian dijelaskan oleh Karl Hausofer (1896-1946).
Dalam ilmu bumi politik yang dilaksanakan pada waktu yang lalu,
pengertian geopolitik itu diarahkan kepada pengertian ekspansi (perluasan)
wilayah. Hal ini dapat dilihat dari rumusan Karl Haushofer: “Geopolitik
adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan demi
kelangsungan hidup suatu organisasi negara untuk memperoleh ruang
hidupnya” (lebensraum).
Inti politik ialah kekuatan. Karena penggunaan kekuatan itu sangat
penting, perlu ada pengertian serta pembatasan arti kekuatan dan
penggunaannya sesuai dengan nilai-nilai moral.
Kita mengenal dua macam kekuatan, yaitu kekuatan fisik yang
mencakup kekuatan jasmaniah (fisik belaka) serta kekuatan kesejahteraan
material dan kekuatan mental (agama, ideologi, ilmu). Dalam prakteknya,
penggunaan kekuatan fisik terutama oleh negara-negara besar sering
cenderung ke arah politik adu kekuasaan dan adu kekuatan. Penggunaan
kekuatan spiritual sebagai hasil kehidupan agama dan ideologi misalnya,
sering cenderung ke arah politik persuasi melalui diplomasi dan
musyawarah.
Friederich Ratzel mengatakan bahwa dalam hal-hal tertentu negara
dapat disamakan dengan suatu organisme. Menurut keyakinannya, struktur
politik dan geografi dapat dibandingkan dengan organisme biologis.
Inti pendapat Ratzel ialah konsep ruang yang ditempati oleh
kelompok-kelompok politik. Ia mencoba terus mengembangkan “hukum”
tentang ekspansi negara-negara. Menurut “hukum” itu perkembangan
kebudayaan yang terwujud dalam bentuk gagasan, kegiatan perutusan, dan
produksi harus diimbangi dengan pemekaran (perluasan) wilayah. Untuk
membuktikan keunggulannya negara harus dapat mengambil dan
menguasai satuan-satuan politik yang berdekatan terutama yang bernilai
ekonomis dan strategis. Menurut pandangan ini, dalam perjuangan
mempertahankan kelangsungan hidup suatu bangsa, hukum alam tetap
berlaku: hanya yang unggul dapat bertahan dan hidup terus (survival of the
fittest).
66 | WAWASAN NUSANTARA |
Ratzel berpendapat bahwa sebagai organisme, negara mengalami
siklus hidup seperti manusia: lahir, tumbuh berkembang, mencapai puncak
kemudian menyusut dan mati. Sesuai dengan siklus tersebut, batas-batas
negara hanya bersifat sementara: jika ruang hidup suatu negara sudah tidak
sesuai lagi dengan keperluan negara/bangsa, bangsa itu dapat mengubah
batas-batasnya, dengan jalan damai atau dengan jalan kekerasan melalui
perang. (Teori Ratzel di atas disebut teori ruang).
Rudolf Kjellen kemudian melanjutkan teori Ratzel. Ia mengatakan
bahwa negara itu tidak saja merupakan suatu organisme, tetapi juga
memilliki kemampuan intelektual. Kjellen merumuskan negara dalam suatu
sistem politik yang mencakup bidang-bidang geopolitik, ekonomi politik,
demopolitik dan kratopolitik.
Dalam mengejar kekuatan, negara tidak boleh hanya mengikuti
hukum ekspansi saja atau bergantung kepada pembekalan luar; suatu negara
harus mampu berswasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan
dan teknologinya. Artinya, negara harus dapat meningkatkan kekuatan
nasionalnya. Pengembangan kekuatan nasional itu bertujuan:
1) Ke dalam, untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang harmonis.
2) Ke luar, untuk memperoleh batas-batas negara yang lebih baik.
Selanjutnya, mengenai perebutan kekuatan kontinental dan maritim,
Kjellen berpendapat bahwa pada akhirnya kekuatan kontinental dapat
mengalahkan kekuatan maritim dan memperoleh kekuasaan pengawasan di
lautan juga.
Karl Haushofer menjadikan geopolitik sebagai ajaran politik yang
meliputi ajaran-ajaran ekspansionisme dari Nazi Jerman dengan bentuk-
bentuk ajaran politik geografi, menitikberatkan pada soal-soal strategi
perbatasan, ruang hidup bangsa, dan tekanan-tekanan rasial, ekonomi dan
sosial sebagai faktor-faktor yang mengharuskan pembagian baru dari
kekayaan alam dunia.
Pokok-pokok teori Karl Haushofer yang didasarkan pada pandangan
Ratzel dan Kjellen:
1) Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan mengejar kekuasaan
imperium maritim dan akan menguasai pengawasan di lautan.
2) Beberapa negara besar di dunia akan timbul (Jerman, Italia, Jepang) dan
akan menguasai Eropa, Afrika, dan Asia Barat.
Ajaran Karl Haushofer berkembang pesat dan mencapai puncaknya
ketika Jerman di bawah kekuasan Adolf Hitler. Di Asia ajaran itu
dikembangkan di Jepang dalam Hoko Ichiu yang dilandasi semangat
milliterisme dan fasisme.
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 67
Sehubungan dengan konsep geopolitik dan geostrategi, perlu pula
diketahui beberapa konsep kekuatan.
1) Konsep kekuatan di darat (Wawasan Benua) yang dikemukakan oleh Sir
Halford Mackinder (1861-1947) dan Karl Haushofer. Menurut pendapat
mereka, negara yang menguasai daerah jantung (Erasia) akan
menguasai pulau dunia dan yang dapat menguasai pulau dunia akan
menguasai dunia.
2) Konsep kekuatan di lautan (Wawasan Bahari) yang dikemukakan oleh
Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alferd Thayer Mahan. Menurut
pendapat mereka, negara yang menguasai lautan akan menguasai
perdagangan. Menguasai perdagangan berarti menguasai dunia.
3) Konsep kekuatan di udara (Wawasan Dirgantara); dicetuskan oleh
Mitchell (1877-1946), A. Savensky (1894-...), Guilio Douchet (1869-1930),
dan J.F. Charles Fuller (1878-....). Menurut konsep ini kekuatan di udara
merupakan daya tangkis yang ampuh terhadap segala ancaman.
4) Teori daerah batas (Rimland) dari Nicholas Spykman merupakan
wawasan gabungan yang banyak diikuti oleh ahli geopolitik/
geostartegi dan negarawan dalam menyusun kekuatan negara dewasa
ini.
Pengaruh teori ruang hidup (lebensraum) maupun teori daerah
jantung tidak terlepas dari keinginan membentuk lingkungan atau wilayah
pengaruh baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
geopolitik sesudah Perang Dunia II tidak berbeda dengan yang dilaksanakan
sebelumnya.
Bagaimana rumusan bangsa Indonesia tentang geopolitik dan
geostrategi? Bangsa Indonesia tidak dapat menerima rumusan Karl
Haushofer dan rumusan-rumusan lain yang pada prinsipnya sama karena
bertentangan dengan Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, geopolitik
merupakan pandangan baru dalam mempertimbangkan faktor-faktor
geografis wilayah negara untuk mencapai tujuan nasionalnya. Jelasnya,
Geopolitik adalah kebijaksanaan dalam rangka mencapai tujuan nasional
dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis negara berdasarkan
pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis tersebut. Sedangkan
Geostrategi ialah kebijaksanaan dalam menentukan tujuan-tujuan dan
sarana-sarana, serta cara penggunaan sarana-sarana tersebut guna mencapai
tujuan nasional dengan memanfaatkan konstelasi geografis negara.
Geopolitik Indonesia dikembangkan sesuai dengan Pancasila,
sehingga tidak mengandung unsur-unsur ekspansionisme maupun
kekerasan. Geopolitik dan geostrategi bagi bangsa Indonesia hanya
68 | WAWASAN NUSANTARA |
merupakan pembenaran dari kepentingan-kepentingan dan cita-cita
nasional. Agar berhasil guna, bangsa Indonesia harus memilliki
kemampuan-kemampuan statis maupun dinamis di bidang kesejahteraan
dan keamanan.
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 69
kesatuan bulat, penerapan asas tersebut menimbulkan perubahan-perubahan
radikal yang sungguh revolusioner dalam tata kelautan Indonesia.
Tata kelautan menurut Ordonansi 1939 mengikuti asas Pulau Demi
Pulau. asas ini menjadikan Indonesia menjadi pulau-pulau yang masing-
masing dibatasi oleh wilayahnya selebar 3 mill diukur dari pantai pada
waktu surut. Dengan demikian, jika jarak antara pulau dengan pulau lebih
dari 6 mill, maka di luar laut-laut wilayah itu akan terdapat jalur laut bebas
dan di atasnya jalur udara bebas. Jalur bebas ini termasuk kekayaan
alamnya, dapat dimanfaatkan secara bebas pula oleh negara mana pun. Asas
tersebut sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang berlaku sampai 1951.
Dilihat dari segala aspek kehidupan nasional, di antaranya aspek
Hankamnas dan ekonomi/sosial, tata kelautan itu sangat tidak
menguntungkan bangsa dan negara Indonesia. Anda dapat membayangkan,
betapa mudahnya armada negara-negara asing memasuki dan
memanfaatkan jalur bebas itu untuk berbagai kepentingan mereka. Belum
lagi kalau diingat persaingan antar negara-negara dalam mengambil dan
memanfaatkan kekayaan alam dari jalur tersebut: Dapatkah kita
memenangkan persaingan itu?
Berdasarkan pertimbangan kesejahteraan dan keamanan untuk
menjamin kepentingan nasional negara Indonesia, pemerintah
mengeluarkan pengumuman mengenai wilayah perairan Republik
Indonesia. Asas nusantara yang diterapkan itu memasukkan kepulauan
Indonesia ke dalam satu kesatuan yang bulat utuh. Batas wilayah ditentukan
berdasarkan Point to Point Theory yaitu: dengan menarik garis lurus antara
titik terluar pulau terluar, yang membentuk garis dasar (lihat peta wilayah
Republik Indonesia menurut Asas Nusantara). Lautan di sebelah dalam garis
dasar tersebut merupakan perairan dalam Indonesia dan berada di bawah
kedaulatan mutlak negara Republik Indonesia.
Asas Nusantara di atas sesuai dengan Archiplegic Principle yang
mulai diterima berlakunya berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah
Internasional tahun 1951, sehubungan dengan sengketa perikanan antara
Inggris dan Norwegia (Anglo-Norwegian Fisheries Case).
Pada tahun 1969 pemerintah Indonesia mengeluarkan pengumuman
tentag landas kontinen Indonesia sampai kedalaman laut 200 m, yang
memuat pokok-pokok sebagai berikut:
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat kontinen Indonesia adalah
millik eksklusif negara Republik Indonesia.
2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan dari garis batas landas
kontinen dengan negara-negara tetangga melalui perundingan.
70 | WAWASAN NUSANTARA |
3) Jika tidak ada perjanjian garis batas, maka batas landas kontinen
Indonesia ialah suatu garis yang ditarik di tengah-tengah antara pulau
terluar Indonesia dan titik terluar wilayah negara tetangga.
4) Tuntutan (claim) di atas tidak mempengaruhi sifat dan status perairan di
atas landas kontinen serta udara di atas perairan itu.
Tuntutan melalui pengumuman pemerintah di atas merupakan
penerapan pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
Kalau dibandingkan isi pengumuman tahun 1957 dan tahun 1969,
terlihatlah perbedaan mengenai sifat konsep nusantara. Konsep tahun 1957
merupakan konsep kewilayahan, sedang konsep tahun 1969 lebih
merupakan konsep politik dan ketatanegaraan. Selanjutnya pada tahun 1980
Indonesia mengumumkan Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) selebar 200
mill dari garis dasar.
Perjuangan Indonesia berkenaan dengan penerapan asas nusantara
itu berlangsung selama lebih dari 20 tahun. Tindakan Indonesia menentukan
laut teritorial berdasarkan asas nusantara, pada mulanya mendapat banyak
tantangan, terutama dari negara-negara besar yang memilliki kemampuan
teknologi, peralatan, serta modal. Negara-negara itu kebanyakan menganut
paham lautan bebas.
Agar jelas dalam hubungan ini kita bahas dulu beberapa hal yang
penting berkenaan dengan hukum laut. Sejak berabad-abad yang lalu telah
dikenal dua anggapan pokok mengenai hak atas laut:
1) Res Nullius, yang beranggapan bahwa laut itu tidak ada yang memilliki,
sehingga dapat diambil atau dimilliki oleh siapa saja.
2) Res Communis, yang menyatakan bahwa laut itu millik bersama
masyarakat dunia, sehingga tidak dapat diambil atau dimilliki oleh
siapa pun.
Pada awal abad ke-17 (1609) Grotius, seorang ahli hukum bangsa
Belanda, mengemukakan tulisan Mare Liberum (lautan bebas) yang
mengatakan bahwa “laut tidak dapat dijadikan millik suatu negara karena
tidak dapat dikuasai dengan tindakan okupasi, sehingga dengan demikian,
menurut sifatnya, laut adalah bebas dari kedaulatan mana pun”. Tulisan itu
ditentang oleh J. Seldon dari Inggris yang menulis Mare Clausum (lautan
tertutup), yang menyatakan bahwa lautan itu dapat dikuasai oleh suatu
negara. Tentu saja, tulisan-tulisan itu ditulis untuk kepentingan
negara/bangsa masing-masing.
Dalam kenyataan sejarah, kita lihat memang ada negara-negara yang
menyatakan pemillikannya atas laut tertentu (Portugis, Spanyol, Venisia,
Genoa, Swedia, Denmark), meskipun sampai batas-batas tertentu harus
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 71
memperhitungkan kebebasan berlayar bagi bangsa lain. Pada abad-abad
berikutnya diakui hak pemillikan atas laut selebar 3 mill sepanjang pantai.
Dalam praktek selanjutnya penentuan lebar laut wilayah ini diikuti dengan
penentang jalur tambahan (contiguous zone) untuk berbagai keperluan
(perikanan, kesehatan, netralitas, Hankam, Yurisdiksi kriminal, Yurisdiksi
sipil). Lebar laut tambahan ini sangat beragam. Amerika Serikat misalnya,
menentukan lebar beratur-ratus mill.
Pengumuman Pemerintah tanggal 13 Desember 1957 dibawa ke
Konferensi Hukum Laut PBB I/1958. Kebanyakan delegasi dari negara-
negara lain kurang dapat memahami permasalahan dan argumentasi
Indonesia, karena soalnya memang baru. Kemudian pengumuman itu
dituangkan ke dalam Peraturan Pemerintah Pengganti UU (PERPU) yang
dengan UU No. 1 tahun 1961 (Lembaran Negara No. 3/61), ditetapkan
menjadi UU No. 4/Prp tahun 1960. Dengan demikian tersusunlah suatu tata
lautan Indonesia menurut hukum nasional.
Pada tahun 1960 rumusan-rumusan hukum dalam PERPU No.
4/1960 itu dibawa ke Konperensi Hukum Laut PBB II di Jenewa. Konferensi
ini juga belum mampu memberikan pengesahan terhadap “asas negara
nusantara” yang diterapkan oleh Indonesia. Pada tanggal 25 Juli 1962
pemerintah mengundangkan PP No. 8/1962 tentang “Lalu-lintas laut damai
kendaraan air asing dalam perairan Indonesia”.
Sementara itu, di bidang pertahanan keamanan, sebagai pengaruh
konsep-konsep kekuatan yang ada, dianut wawasan yang berdiri sendiri-
sendiri. Angkatan Darat memilliki Wawasan Buana, Angkatan Laut
memilliki Wawasan Bahari, Angkatan Udara memilliki Wawasan
Dirgantara. Hal ini pernah mengakibatkan pergeseran kekuatan di antara
angkatan-angkatan itu, yang tentu saja sangat membahayakan negara.
Karena itu pimpinan negara dan ABRI segera mengambil tindakan. Pada
tahun 1966 diadakan seminar Hankam I yang mengintegrasikan Angkatan
darat, Laut, Udara, dan POLRI ke dalam satu wawasan berdasarkan
kebulatan dan keutuhan wilayah. Wawasan ini disebut “Wawasan
Nusantara”. Pada seminar inilah nama Wawasan Nusantara mulai
dipergunakan. Wawasan Nusantara dinyatakan sebagai Wawasan
Hankamnas.
Wawasan tersebut mencakup lima pokok perwujudan kepulauan
nusantara sebagai satu kesatuan wilayah, satu kesatuan politik, satu
kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial-budaya, dan satu kesatuan
pertahanan keamanan. Wawasan itu kemudian dijabarkan ke dalam
“Rumusan Lemhanas” tahun 1972. Selanjutnya, dalam Ketetapan No. IV
72 | WAWASAN NUSANTARA |
MPR tahun 1973, Ketetapan No. IV MPR tahun 1983 Wawasan Nusantara
dinyatakan sebagai Wawasan Pembangunan.
Perjuangan wawasan nusantara di dunia internasional ditingkatkan,
terutama sesudah Indonesia pada tahun 1971 menjadi anggota penuh
Commite on the Peaceful Uses of the Sea-Bed and the Ocean Floor beyond the Limits
of National Jurisdiction yang merupakan badan persiapan Konferensi Hukum
Laut PBB II. Asas negara kepulauan/wawasan nusantara makin luas dikenal
dan makin banyak memperoleh dukungan.
Indonesia belum berhasil sepenuhnya dalam perjuangan di dunia
internasional, namun sementara itu beberapa perjanjian berhasil diadakan:
1) Perjanjian Republik Indonesia-Malaysia di Kuala Lumpur pada tanggal
27 Oktober 1969, mengenai landas kontinen Selat Malaka dan Laut
Natuna (Laut Cina Selatan); berlaku mulai tanggal 7 November 1969.
2) Republik Indonesia-Thailand, di Bangkok tanggal 17 Desember 1971,
mengenai landas kontinen Selat Malaka Utara dan Laut Andaman;
berlaku mulai 7 April 1972.
3) Republik Indonesia-Malaysia dan Thailand, di Kuala Lumpur tanggal 21
Desember 1971, mengenai landas kontinen Selat Malaka bagian Utara;
berlaku mulai tanggal 16 Juli 1973.
4) Republik Indonesia-Australia, di Canbera tanggal 18 Mei 1971,
mengenai penetapan garis batas dasar laut tertentu (Laut Arafuru dan
daerah Utara Irian Jaya-Papua Nugini).
5) Republik Indonesia-Singapura, di Jakarta tanggal 25 Mei 1973, mengenai
penetapan garis batas laut wilayah; berlaku sejak tanggal 30 Agustus
1974.
6) Republik Indonesia-India, di Jakarta tanggal 8 Agustus 1974; mengenai
garis batas landas kontinen Laut Andaman; berlaku sesudah
penandatanganan.
7) Republik Indonesia-Australia, di Jakarta tanggal 9 Oktober 1973,
mengenai penetapan garis batas daerah-daerah dasar laut di Selatan
pulau Tanimbar dan pulau Timer; berlaku mulai tanggal 8 November
1973.
Pada tanggal 21 Maret 1980, pemerintah Indonesia mengumumkan
Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) selebar 200 mill diukur dari garis
dasar. Pengumuman Pemerintah ini disahkan dengan UU RI No. 5/1983
tanggal 18-11-1983. Ini berarti bahwa segala sumber hayati yang terdapat di
bawah permukaan laut, di dasar laut, dan di bawah laut menjadi hak
eksklusif negara Republik Indonesia. Akibatnya penangkapan ikan oleh
kapal-kapal asing menjadi terbatas daerahnya dan segala kegiatan penelitian,
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 73
eksplorasi, dan eksploitasi harus memperoleh izin pemerintah Republik
Indonesia.
Tindakan sehubungan dengan ZEEI itu dilakukan berdasarkan
beberapa pertimbangan. Menurut perkiraan, pada tahun 2000 penduduk
dunia akan berlipat jumlahnya sehingga kebutuhan ikan meningkat,
sedangkan hasil perikanan tidak mencukupi. Sebagai negara pantai yang
masih berkembang, negara Indonesia merasa perlu melindungi sumber-
sumber hayati yang berada di luar wilayahnya, untuk menjamin kebutuhan
bangsa Indonesia pada masa yang akan datang.
Pada tahun 1982 Konvensi Hukum Laut memberikan perluasan
yurisdiksi negara-negara pantai di lautan bebas. Azas Zone Ekonomi
Eksklusif diterima. Hal lain yang sangat menguntungkan Indonesia dari
konvensi tersebut ialah diterimanya asas nusantara sebagai asas hukum
internasional. Hasil konvensi tersebut disahkan pada bulan Agustus 1983
dalam seminar Konvensi Hukum Laut Internasional di New York.
Dengan demikian, sahlah rumusan “Negara Republik Indonesia
adalah satu kesatuan wilayah laut yang di dalamnya terhampar 17.508 buah
pulau besar dan kecil sebagai satu kewilayahan darat dan dinaungi oleh satu
kesatuan wilayah udara”. (Lihat peta).
Satu hal lagi yang perlu dibahas sehubungan dengan konsep
kewilayahan ialah yang berhubungan dengan kedaulatan atas ruang udara.
Dalam hal ini ada beberapa teori:
1) Teori udara bebas (The Air Freedom Theory): Udara bersifat bebas, tidak
dimilliki oleh negara tertentu.
2) Teori kedaulatan udara (The Air Seuvereignity Theory): Negara
berkedaulatan atas ruang udara di atas wilayah negara.
Pengikut teori bebas terbagi menjadi tiga kelompok aliran:
(1) Kebebasan udara tanpa batas: ruang udara dapat digunakan oleh siapa
pun, tidak ada yang berhak memillikinya.
(2) Kebebasan udara dengan hak khusus negara kolong: negara kolong
mempunyai hak-hak khusus yang tidak tergantung pada ketinggian.
Pada pertemuan di Gent negara-negara penganut aliran ini memutuskan
bahwa negara tidak mempunyai hak apa pun pada waktu perang atau
damai; negara kolong hanya dapat mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan kelangsungan hidupnya.
(3) Kebebasan dalam udara dengan penetapan wilayah/zone teritorial bagi
negara kolong untuk melaksanakan haknya.
Penganut teori kedaulatan udara terkelompok dalam pendapat-
pendapat:
74 | WAWASAN NUSANTARA |
(1) Negara kolong berdaulat penuh, hanya dibatasi oleh ketinggian tertentu
di ruang udara.
(2) Negara kolong berdaulat penuh, tetapi dibatasi oleh hak lintas damai
bagi pesawat negara asing.
(3) Negara kolong berdaulat penuh tanpa batas ke atas.
Konvensi Chicago tahun 1944 menetapkan pengertian ruang udara
sebagai jalur ruang udara di atmosfer yang berisi cukup udara yang
memungkinkan pesawat udara bergerak. Jarak ketinggian kedaulatan negara
di atmosfer ditentukan oleh kesanggupan pesawat udara mencapai
ketinggian. Dengan demikian, batas tersebut berubah sesuai dengan
kemajuan teknologi. Sehubungan dengan hal ini dikenal teori penguasan
Cooper, yang mengemukakan bahwa negara dapat menguasai ruang udara
sesuai dengan kemampuannya. Hal ini didasarkan atas ketetapan hukum
Konvensi Chicago yang tidak memberikan batas penguasaan udara. Ruang
udara di atas laut lepas, bebas untuk segala macam penerbangan. Akan
tetapi, teori ruang udara Schachter menyatakan bahwa ketinggian yang
dapat dicapai penerbangan oleh manusia ialah 40 mill.
Untuk menentukan batas wilayah udara itu, dikemukakan berebapa
cara. Indonesia mengikuti sistem cerobong. Batas wilayah ditarik vertikal
dari batas wilayah ke bawah dan ke atas (lihat lampiran).
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 75
tarian-tarian dan lagu-lagu dari berbagai daerah. Anda akan mengenali
persamaannya dengan tarian dan nyanyian di beberapa negara Asia.
Hal-hal di atas adalah contoh hasil proses akulturasi yang
kejadiannya berhubungan erat dengan letak dan keadaan geografis
kepulauan Indonesia.
Akan tetapi pengaruh letak dan keadaan geografis itu tidak hanya
berhenti di situ. Laut di antara pulau-pulau merupakan pintu terbuka untuk
masuknya segala bentuk ancaman baik yang langsung maupun yang tidak
langsung membahayakan, yaitu, infiltrasi, penyelundupan, buronan
internasional, lintasan kapal perang, dsb.
Pada tanggal 3 Desember 1957 pemerintah mengumumkan politik
nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia. Tindakan ini
menimbulkan protes dari pihak Belanda. Dengan dalih melindungi
kepentingannya di Irian. Belanda mengirimkan kekuatan lautnya ke sana
melalui lautan Indonesia. pelayaran penjelajahan ini dilakukan dengan teliti
karena Belanda tahu dengan tepat jalur laut mana yang merupakan lautan
bebas menurut Ordonasi 1939. peristiwa di atas tidak dapat dibiarkan terus-
menerus karena akan mengganggu kepentingan bangsa Indonesia.
76 | WAWASAN NUSANTARA |
b. Batas Laut Teritorial
Batas laut teritorial ditarik dari sebuah garis dasar, dengan jarak 12
mill laut ke luar, ke arah lautan bebas, sedangkan laut yang terletak pada
sebelah dalam garis dasar, namanya laut pedalaman. Garis dasar, adalah
garis khayal, yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau-pulau.
Jarak titik yang satu ke titik yang terjauh yang boleh dihubungkan dengan
garis dasar, tidak melebihi 200 mill. Oleh sebab itu, antara pulau Chrismas
yang merupakan wilayah Australia dan terletak di sebelah pulau Jawa, tidak
boleh ditarik garis dasar dengan titik mana pun di pantai Australia.
e. Pulau-pulau Terluar
Berdasarkan inventarisasi yang telah dilakukan oleh DISHIDROS
TNI AL, terdapat 92 pulau yang berbatasan langsung dengan negara
tetangga, di antaranya :
1) Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Rawa, Rusa, Benggala dan Rondo
berbatasan dengan India.
2) Pulau Sentut,, Tokong Malang Baru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas,
Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Subi Kecil, Kepala, Sebatik,
Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Berhala, Batu Mandi, Iyu Kecil, dan
Karimun Kecil berbatasan dengan Malaysia.
3) Pulau Nipa, Pelampong, Batu berhenti, dan Nongsa berbatasan dengan
Singapura.
4) Pulau Sebetul, Sekatung, dan Senua berbatasan dengan Vietnam.
5) Pulau Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Manterawu, Makalehi,
Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawa Ikang, Miangas, Marampit,
Intata, kakarutan dan Jiew berbatasan dengan Filipina.
6) Pulau Dana, Dana (pulau ini tidak sama dengan Pulau Dana yang
disebut pertama kali, terdapat kesamaan nama), Mangudu, Shopialoisa,
Barung, Sekel, Panehen, Nusa Kambangan, Kolepon, Ararkula,
Karaweira, Penambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu,
Batugoyan, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela dan
Meatimiarang berbatasan dengan Australia.
78 | WAWASAN NUSANTARA |
7) Pulau Leti, Kisar, Wetar, Liran, Alor, dan Batek berbatasan dengan
Timor Leste.
8) Pulau Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondo danLiki berbatasan
dengan Palau.
9) Pulau Laag berbatasan dengan Papua Nugini.
10) Pulau Manuk, Deli, Batu Kecil, Enggano, Mega, Sibarubaru, Sinyaunau,
Simuk dan wunga berbatasan dengan samudra Hindia.
Diantara 92 pulau terluar ini, ada 12 pulau yang harus mendapatkan
perhatian serius dintaranya:
1) Pulau Rondo
Pulau Rondo terletak di ujung barat laut Propinsi Nangro Aceh
Darussalam (NAD). Disini terdapat Titik dasar TD 177. Pulau ini adalah
pulau terluar di sebelah barat wilayah Indonesia yang berbatasan
dengan perairan India.
2) Pulau Berhala
Pulau Berhala terletak di perairan timur Sumatera Utara yang
berbatasan langsung dengan Malaysia. Di tempat ini terdapat Titik
Dasar TD 184. Pulau ini menjadi sangat penting karena menjadi pulau
terluar Indonesia di Selat Malaka, salah satu selat yang sangat ramai
karena merupakan jalur pelayaran internasional.
3) Pulau Nipa
Pulau Nipa adalah salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan
Singapura. Secara Administratif pulau ini masuk kedalam wilayah
Kelurahan Pemping Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Propinsi
Kepulauan Riau. Pulau Nipa ini tiba tiba menjadi terkenal karena
beredarnya isu mengenai hilangnya/tenggelamnya pulau ini atau
hilangnya titik dasar yang ada di pulau tersebut. Hal ini memicu
anggapan bahwa luas wilayah Indonesia semakin sempit. Pada
kenyataanya, Pulau Nipa memang mengalami abrasi serius akibat
penambangan pasir laut di sekitarnya. Pasir pasir ini kemudian dijual
untuk reklamasi pantai Singapura. Kondisi pulau yang berada di Selat
Philip serta berbatasan langsung dengan Singapura disebelah utaranya
ini sangat rawan dan memprihatinkan. Pada saat air pasang maka
wilayah Pulau Nipa hanya tediri dari Suar Nipa, beberapa pohon bakau
dan tanggul yang menahan terjadinya abrasi. Pulau Nipa merupakan
batas laut antara Indonesia dan Singapura sejak 1973, dimana terdapat
Titik Referensi (TR 190) yang menjadi dasar pengukuran dan penentuan
media line antara Indonesia dan Singapura. Hilangnya titik referensi ini
dikhawatirkan akan menggeser batas wilayah NKRI. Pemerintah
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 79
melalui DISHIDROS TNI baru-baru ini telah menanam 1000 pohon
bakau, melakukan reklamasi dan telah melakukan pemetaan ulang di
pulau ini, termasuk pemindahan Suar Nipa (yang dulunya tergenang
air) ke tempat yang lebih tinggi.
4) Pulau Sekatung
Pulau ini merupakan pulau terluar Propinsi Kepulauan Riau di sebelah
utara dan berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan. Di pulau ini
terdapat Titik Dasar TD 030 yang menjadi Titik Dasar dalam
pengukuran dan penetapan batas Indonesia dengan Vietnam.
5) Pulau Marore
Pulau ini terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara, berbatasan
langsung dengan Mindanau Filipina. Di pulau ini terdapat Titik Dasar
TD 055.
6) Pulau Miangas
Pulau ini terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara, berbatasan
langsung dengan Pulau Mindanau Filipina. Di pulau ini terdapat Titik
Dasar TD 056.
7) Pulau Fani
Pulau ini terletak Kepulauan Asia, Barat Laut Kepala Burung Propinsi
Irian Jaya Barat, berbatasan langsung dengan Negara kepulauanPalau.
Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 066.
8) Pulau Fanildo
Pulau ini terletak di Kepulauan Asia, Barat Laut Kepala Burung
Propinsi Irian Jaya Barat, berbatasan langsung dengan Negara
kepulauanPalau. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 072.
9) Pulau Bras
Pulau ini terletak di Kepulauan Asia, Barat Laut Kepala Burung
Propinsi Irian Jaya Barat, berbatasan langsung dengan Negara
Kepualuan Palau. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 072A.
10) Pulau Batek
Pulau ini terletak di Selat Ombai, Di pantai utara Nusa Tenggara Timur
dan Oecussi Timor Leste. Dari Data yang penulis pegang, di pulau ini
belum ada Titik Dasar
11) Pulau Marampit
Pulau ini terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara, berbatasan
langsung dengan Pulau Mindanau Filipina. Di pulau ini terdapat Titik
Dasar TD 057.
80 | WAWASAN NUSANTARA |
12) Pulau Dana
Pulau ini terletak di bagian selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur,
berbatasan langsung dengan Pulau Karang Ashmore Australia. Di
pulau ini terdapat Titik Dasar TD 121.
82 | WAWASAN NUSANTARA |
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini.
Bentuk dan luas wilayah Nusantara pada saat masih berlakunya “Territoriale
Zee En Maritieme Kringen Ordinantie” tahun 1939 warisan perundang-
undangan Kolonial.
DASAR HUKUM
TZMKO TAHUN 1939 NO. 442
DASAR HUKUM
DEKLARASI JUANDA 1957
UU NO. 4 PRP 1960
DASAR HUKUM
- PENGUMUMAN PEMERINTAH RI TAHUN 1969 TENTANG
LANDAS KONTINEN
- UU NO. 1 TAHUN 1973
- UNCLOS TAHUN 1982
- UU NO. 17 TAHUN 1985
84 | WAWASAN NUSANTARA |
PETA POLITIK WILAYAH RI
DARI DESEMBER 1999 S/D SEKARANG
DASAR HUKUM
- PENGUMUMAN PEMERINTAH RI TAHUN 1969 TENTANG
LANDAS KONTINEN
- UU NO. 1 TAHUN 1973
- UNCLOS 1982
- UU NO. 17 TAHUN 1985
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 85
GAMBAR GSO INDONESIA
DAN BATAS DIRGANTARA NASIONAL
86 | WAWASAN NUSANTARA |
mempertimbangkan kondisi dan konstelasi geografis Indonesia,
mengharuskan tetap terpeliharanya keutuhan dan kekompakan wilayah,
akan tetapi tetap menghargai dan menjaga ciri, karakter dan kemampuan
(keunggulan dan kelemahan) masing-masing daerah dan harus mampu
memanfaatkan nilai lebih dari geografi Indonesia tersebut.
2. Aspek Kehidupan
a. Latar Belakang Sosial Budaya
Budaya atau kebudayaan, dalam arti etimologis adalah segala
sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan budi manusia. Karena manusia tidak
hanya bekerja dengan kekuatan budinya, melainkan juga dengan perasaan
fantasi atau imajinasi dan dengan kehendaknya, maka lebih lengkap jika
kebudayaan diungkapkan sebagai citra, rasa, dan karsa (budi, perasaan, dan
kehendak).
Sosial budaya sebagai salah satu aspek kehidupan nasional
(disamping politik, ekonomi dan Hankam) adalah faktor dinamik
masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir batin
yang memungkinkan hubungan sosial di antara anggota-anggotanya.
Masyarakat Indonesia sejak awalnya terbentuk dengan ciri
kebudayaan yang sangat beragam oleh pengaruh ruang hidup berupa
kepulauan dengan ciri alamiah tia-tiap pulau yang berbeda-beda pula.
Bahkan perbedaan ciri alamiah antara pulau-pulau yang satu dengan lainnya
sangat besar sehingga membawa pengaruh pada perbedaan karakter
masyarakatnya dengan sangat mencolok. Disamping perbedaan-perbedaan
berkaitan dengan ruang hidup, masyarakat Indonesia dapat pula dibedakan
berdasarkan ras dan etnik. Pengaruh/faktor alamiah itu membentuk
perbedaan-perbedaan secara khas kebudayaan masyarakat di tiap- tiap
daerah dan sekaligus menampakkan perbedaan-perbedaan daya tanggap
inderawi serta pola tingkah laku kehidupan baik dalam hubungan vertikal
maupun horisontal. Secara universal kebudayaan masyarakat yang
heterogen tersebut mempunyai unsur-unsur penting yang sama yaitu,
pertama sistem religi dan upacara keagamaan; kedua, sistem masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan; ketiga, sistem pengetahuan; keempat, bahasa;
kelima, kesenian (budaya dalam arti sempit); keenam, sistem mata pencarian;
dan ketujuh, sistem teknologi dan peralatan.
Dengan perbedaan ciri alamiah dan unsur-unsur penting
kebudayaan sebagaimana dijelaskan di atas, dapat dibedakan secara lahiriah
antara orang Jawa dengan orang Batak, atau antara orang Manado dengan
orang Irian (Papua), baik dalam penampilan pribadi maupun dalam
hubungan kelompok (masyarakat). Dari ciri ruang hidup yang menjadi asal
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 87
usul suatu masyarakat dengan mudah pula dapat dikenali perbedaan umum
antara masyarakat pantai (nelayan) yang pemberani (menentang alam),
dinamik, agresif dan terbuka, dengan masyarakat petani (agraris) yang
teratur (mengikuti ritme alam), mementingkan keakraban, kurang terbuka
(pandai menyembunyikan perasaan), atau antara masyarakat desa yang
masih memegang teguh nilai-nilai religius, kekerabatan dan paguyuban,
dengan masyarakat kota yag cenderung materialistik, individual dan
patembayan.
Sesuai dengan sifatnya, kebudayaan merupakan warisan yang
bersifat memaksa bagi masyarakat yang bersangkutan. Artinya, setiap
generasi yang lahir dari suatu masyarakat dengan serta merta mewarisi
norma-norma budaya dari generasi sebelumnya (nenek moyang), yang
sekaligus menangani dirinya dengan segala peraturan atau keharusan yang
mesti dijalani dan yang tidak boleh dilanggar (ditabukan). Warisan budaya
diterima secara emosional, dan bersifat mengikat kedalam (cohesivness)
secara kuat. Oleh karena itu dapat dipahami bila ikatan budaya yang
emosional itu menjadi sangat sensitif sifatnya. Ketersinggungan budaya,
walaupun secara rasional dianggap tidak berarti (sepele), dapat meluapkan
emosi masyarakat, bahkan dengan mudah memicu terjadinya konflik antar
golongan masyarakat secara meluas dan tidak rasional. Disamping itu
warisan budaya juga membentuk ikatan pada setiap individu atau masyaraat
dengan daerah asal budaya. Dengan demikian kebudayaan dapat
membentuk sentimen-sentimen kelompok, suku dengan daerah asalnya
(parochial). Bahkan sentimen-sentimen kelompok tersebut seringkali
dijadikan perisai atau benteng pelindung terhadap ketidakmampuan
individu-individu yang menghadapi tantangan lingkungan yang dianggap
mengancam eksistensi budayanya.
Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi
geografi negara Republik Indonesia, tergambarkan secara jelas betapa sangat
heterogen serta uniknya masyarakat Indonesia yang terdiri dari ratusan suku
bangsa dengan masing-masing adat istiadatnya, bahasa daerahnya, agama
dan kepercayaannya. Oleh karena itu dalam prospektif budaya tata
kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antar golongan
masyarakat mengandung potensi konflik yang sangat besar, terlebih dengan
kesadaran nasional masyarakat yang relatif masih rendah sejalan dengan
masih terbatasnya jumlah masyarakat terdidik.
Bangsa Indonesia yang menegara pada 17 Agustus 1945 adalah hasil
dari suatu proses perjuangan panjang yang secara embrional muncul melalui
kesepakatan moral dan politik sejak pergerakan Budi Utomo tahun 1908.
88 | WAWASAN NUSANTARA |
Dalam perspektif budaya, kehendak bersatu membentuk persatuan bangsa
tersebut merupakan proses sosial yang didorong oleh kesadaran segenap
kelompok masyarakat untuk bersama-sama membangun satu tatanan
kehidupan baru sebagai satu masyarakat yang besar, dengan tetap mengakui
dan menerima eksistensi budaya masyarakat asal dengan segala perbedaan ciri
dan sifatnya. Sebagai suatu proses sosial, kehendak mewujudkan persatuan
bangsa dalam satu kesatuan wilayah negara Republik Indonesia tersebut
mengandung unsur dinamik. Artinya, nilai persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia tidak akan terwujud secara lengkap dan sempurna hanya dengan
sekali usaha bersama berupa ikrar bersama (Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928) atau secara politik (Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945). Proses
sosial untuk menjaga dan memelihara nilai persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia harus terus menerus dilakukan sejalan dengan dinamika
lingkungan yang terus berkembang. Besarnya potensi konflik antar golongan
masyarakat yang setiap saat membuka peluang terjadinya disintegrasi
semakin mendorong perlunya dilakukan proses sosial yang akomodatif.
Proses sosial tersebut mengharuskan setiap kelompok masyarakat budaya
untuk saling membuka diri, memahami eksistensi budaya masing-masing,
serta mau menerima dan memberi (take and give), untuk itu keteguhan setiap
warga atau kelompok masyarakat atau suku bangsa terhadap
ikrar/kesepakatan bersama akan sangat menentukan kelangsungan hidup
negara dan bangsa Indonesia dalam mencapai tatanan masyarakat yang
harmonis. Disamping itu bangsa Indonesia harus selalu ingat akan apa yang
pernah dialaminya dimana bentrokan yang menelan korban terjadi di
beberapa tempat, baik yang diakibatkan perbedaan agama, ingin merdeka
atau memisahkan diri, perbedaan etnis dan sebagainya.
Dari tinjauan sosial budaya seperti tersebut di atas, pada akhirnya
dipahami bahwa proses sosial dalam keseluruhan upaya menjaga persatuan
nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi atau kesatuan cara
pandang diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang
sangat beragam namun memilliki semangat untuk membina kehidupan
bersama secara harmonis, sehingga wawasan kebangsaan atau wawasan
nasional Indonesia diwarnai oleh keinginan untuk menumbuhsuburkan
faktor-faktor positif, terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa serta
berusaha untuk mengurangi pengaruh negatif dari faktor-faktor yang dapat
menimbulkan disintegrasi bangsa atau kalau dapat menghilangkannya.
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 89
b. Tinjauan Kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-citanya pada umumnya
tumbuh dan berkembang akibat latar belakang sejarah. Demikian juga
sejarah Indonesia diawali dari negara-negara kerajaan tradisional yang
pernah ada di wilayah Nusantara melalui kedatuan Sriwijaya dan kerajaan
Majapahit. Kedua kerajaan tersebut landasannya adalah mewujudkan
kesatuan wilayah, meskipun belum timbul rasa kebangsaan, namun sudah
timbul semangat bernegara. Kaidah-kaidah sebagai negara modern, seperti:
rumusan falsafah negara belum jelas, konsepsi cara pandang belum ada,
yang ada berupa slogan-slogan seperti yang ditulis Mpu Tantular, Bhinneka
Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangrwa. Untuk selanjutnya Bhineka Tunggal
Ika diangkat oleh Bangsa Indonesia sebagai sesanti dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Runtuhnya Sriwijaya dan
Majapahit antara lain disebabkan oleh karena belum adanya kesepakatan
bersama untuk menjadi satu kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam
satu kesatuan negara yang utuh.
Dalam perjuangan berikutnya nuansa kebangsaan mulai muncul
sejak tahun 1900-an yang ditandai dari lahirnya sebuah konsep baru dan
modern. Konsep baru dan modern ini berbeda secara prinsipil baik “dasar”
maupun “tujuan” keberadaannya dengan kerajaan tradisional sebelumnya.
Wujud konsep baru dan modern ialah lahirnya Proklamasi Kemerdekaan
dan proklamasi penegakan negara merdeka. Kehadiran penjajahan telah
merapuhkan budaya Nusantara oleh budaya barat yang disebut
“Renaisance”. Penjajahan tersebut mengakibatkan penderitaan dan kepahitan
yang sangat panjang, namun disisi lain menimbulkan semangat, senasib
sepenanggungan untuk bertekad memerdekakan diri yang merupakan awal
“semangat kebangsaan”, yang diwadahi dalam organisasi Boedi Oetomo (20
Mei 1908), yang sekarang disebut “Kebangkitan Nasional”. Semangat inilah
yang merupakan modal dari konsepsi atau cara pandang kebangsaan atau
“Wawasan Kebangsaan Indonesia” yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda
(28 Oktober 1928), Satu Nusa, Satu bangsa, dan menjunjung tinggi Bahasa
Nasional Indonesia dan pada kongres Pemuda tersebut untuk pertama kali
lagu Indonesia Raya dikumandangkan.
Dengan semangat kebangsaan tersebut melalui perjuangan
berikutnya menghasilkan Proklamasi 17 Agustus 1945, di mana Indonesia
mulai menegara. Proklamasi kemerdekaan harus dipertahankan dengan
semangat persatuan yang esensinya adalah “mempertahankan persatuan
Bangsa Indonesia dan menjaga kesatuan Wilayah Negara Republik
Indonesia”.
90 | WAWASAN NUSANTARA |
Batas wilayah Negara RI merupakan warisan kolonial Hindia
Belanda di mana batas wilayah perairan ditentukan dan diakui berdasarkan
Territoriale Zee En Martitieme Kringen Ordonnantie (TZMKO),1939, dimana
laut teritorial selebar 3 mill laut dari garis pangkal masing-masing pulau.
Dengan menggunakan undang-undang kolonial tersebut, Indonesia
secara politik dan ekonomi sangat dirugikan, karena belum terwujudnya
Tanah dan Air dalam satu kesatuan yang utuh. Melalui proses perjuangan
yang panjang (± 28 tahun) Indonesia berhasil merubah batas wilayah
perairan dari 3 mill laut menjadi 12 mill laut, melalui Deklarasi Djuanda (13
Desember 1957), yang sekaligus merupakan kehendak politik RI dalam
menyatukan Tanah dan Air RI, menjadi satu kesatuan hingga terwujud
kesatuan wilayah RI dan sejak saat itu kata Nusantara resmi mulai
digunakan dalam istilah “konsepsi nusantara” sebagai nama dari Deklarasi
Djuanda. Sedangkan kata “Nusantara” itu berasal dari kata Nusa yang
berarti pulau dan kata Antara. Jadi artinya adalah pulau-pulau yang terletak
diantara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudra (Pasifik dan
Hindia).
Konsepsi Nusantara yang dilandaskan pada semangat kekompakan
mengacu pada konstelasi geografi RI sebagai negara kepulauan, dikukuhkan
menjadi UU No 4/Prp tahun 1960 yaitu:
1) Perairan Indonesia ialah laut wilayah Indonesia beserta perairan
pedalaman Indonesia.
2) Laut wilayah Indonesia ialah jalur laut 12 mill laut.
3) Perairan pedalaman Indonesia ialah semua perairan yang terletak pada
sisi dalam dari garis dasar, sebagai yang dimaksud pada ayat 2.
Konsepsi Nusantara mengilhami masing-masing Angkatan untuk
mengembangkan wawasan berdasarkan matranya masing-masing yang
terdiri dari Wawasan Benua Angkatan Darat Republik Indonesia, Wawasan
Bahari Angkatan Laut Republik Indonesia, Wawasan Dirgantara Angkatan
Udara Republik Indonesia. Untuk menghindari berkembangnya wawasan
masing-masing yang tidak menguntungkan karena mangancam
kekompakan ABRI disusunlah Wawasan Hankamnas yang terpadu dan
terintegrasi sebagai hasil seminar Hankam I tahun 1966 yang diberi nama
Wawasan Nusantara Bahari yang terdiri dari: Wawasan Nusantara
merupakan konsepsi dalam memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia
dimana diperlukan keserasian antara Wawasan Bahari, Wawasan
Dirgantara, Wawasan Benua sebagai pengejawantahan segala dorongan-
dorongan (motives) dan rangsangan-rangsangan (drives) dalam usaha
mencapai aspirasi-aspirasi bangsa dan tujuan negara Indonesia. Sedangkan
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 91
Wawasan Bahari adalah Wawasan masa depan yang merupakan suatu
pandangan, satu aspek falsafah hidup satu bangsa dimana penggunaan dan
penguasaan lautan adalah mutlak untuk perkembangan kesejahteraan dan
kejayaan negara serta bangsa dimasa mendatang.
Pada Rapat Kerja Hankam tahun 1967, diputuskan untuk
menamakan Wawasan Hankamnas sebagai Wawasan Nusantara.
Selanjutnya pada November 1972 Lembaga Pertahanan Nasional
(Lemhannas) melakukan penelitian dan pengkajian segala bahan dan data
Wawasan Nusantara untuk sampai kepada perumusannya yang lebih terurai
agar dapat bertegak sebagai wawasan nasional. Pada tahun 1973 Wawasan
Nusantara diangkat dalam Tap: IV/MPR/1973 tentang GBHN dalam bab II
huruf “E”.
Perjuangan di dunia internasional untuk diakuinya wilayah
Nusantara sesuai dengan Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957,
merupakan rangkaian perjuangan yang cukup panjang untuk memperoleh
pengukuhan bagi asas negara kepulauan di forum internasional. Dimulai
sejak konferensi PBB tentang Hukum Laut pada tahun 1958, kemudian yang
kedua tahun 1960 dan akhirnya pada konferensi ketiga tahun 1982, pokok-
pokok asas negara Kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 82
(United Nations Convention on the Law Of the Sea atau Konvensi Perserikatan
Bangsa-bangsa tentang Hukum Laut).
Dari uraian tersebut di atas, maka Wawasan Kebangsaan atau
Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang
menginginkan tidak terulangnya lagi perpecahan dalam lingkungan bangsa
dan negara Indonesia yang akan melemahkan perjuangan dalam mengisi
kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil
kesepakatan bersama, agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain.
92 | WAWASAN NUSANTARA |
BAB VI
LANDASAN WAWASAN NUSANTARA
2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional Wawasan Nusantara adalah Undang-
Undang Dasar 1945, karena undang-undang dasar itulah yang merupakan
konstitusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Wujudnya antara lain dalam bentuk negara kesatuan serta penguasaan oleh
negara atas bumi, air, dan dirgantara.
2. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-
cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Menyadari bahwa untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat
maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut di atas bangsa
Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan dalam kehidupan nasional yang berupa politik, ekonomi, sosial
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 93
budaya dan hankam. Oleh karena itu Isi menyangkut dua hal yang esensial,
yakni:
a) Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama, dan
perwujudannya, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.
b) Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek
kehidupan nasional
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 95
BAB VII
IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 97
4. Kehidupan Bidang Pertahanan Keamanan
Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan pertahanan
keamanan diharapkan akan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran
cinta tanah air dan bangsa. Cinta tanah air dan bangsa tersebut lebih lanjut
akan membentuk jiwa setiap warga negara Indonesia dalam upaya bela
negara. Jiwa bela negara bukan berarti hanya bersifat fisik belaka, tetapi juga
bela negara dalam pengertian nonfisik. Dari sinilah diharapkan warga
negara Indonesia siap menghadapi setiap ancaman yang membahayakan
kehidupan bangsa dan negara.
Kesiapan warga negara Indonesia sesuai dengan jiwa bela negaranya
akan mengantisipasi setiap ancaman sekecil apapun yang akan
membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan negara dari mana pun
datangnya. Ancaman di masa mendatang akan lebih serius mengingat
tantangan ke depan sebagai suatu fase yang disikapi sebagai kehidupan
yang mengarah kepada globalisasi. Tanpa jiwa bela negara maka
dimungkinkan Bangsa dan Negara Indonesia di masa mendatang akan selalu
terpuruk dan menjadi obyek pengaruh negara lain.
Dalam pembinaan seluruh aspek kehidupan nasional sebagaimana
gambaran di atas, implementasi Wawasan Nusantara tercermin dan menjadi
nilai dalam setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada setiap
strata di seluruh wilayah Negara Indonesia. Di samping itu, implementasi
Wawasan Nusantara juga dapat diterapkan ke dalam segala pranata sosial
yang berlaku di dalam masyarakat dalam nuansa kebhinekaan sehingga
akan tercipta dinamika kehidupan sosial yang akrab, peduli, toleran, hormat
dan taat pada hukum. Kesemuanya itu menggambarkan, bahwa Wawasan
Nusantara akan mengarahkan warga negara Indonesia akan sikap, faham,
dan semangat kebangsaan yang tinggi sebagai jati diri Bangsa Indonesia.
Itulah yang disebut dengan Nasionalisme Indonesia.
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 99
batas pengaruh asing yaitu pengaruh negara tetangga terhadap wilayah
Indonesia. Batas imajiner inilah yang dinamakan Daerah Frontier.
Daerah frontier yang terbentuk bersifat dinamis, artinya dapat
bergeser sesuai dengan kadar pengaruh pemerintah terhadap masyarakat
yang bersangkutan. Pengaruh efektif pemerintah pusat tidak lagi mencakup
seluruh wilayah kedaulatan Indonesia, tetapi dikurangi dengan luas wilayah
sampai dengan batas frontier yang sudah dipengaruhi oleh kekuatan asing
dari seberang perbatasan. Pengaruh asing dapat berawal dari pengaruh
budaya atau pengaruh ekonomi. Akan tetapi pengaruh tersebut apabila tidak
ditangani secara efektif dapat berkembang menjadi permasalahan politik
yang berujung pada kehendak memisahkan diri dari masyarakat di daerah
frontier. Dengan demikian daerah frontier berdampak pada hilangnya
wilayah yang berada di bawah kedaulatan Negara Indonesia.
Pemahaman atas kondisi dan konstelasi Indonesia serta posisinya di
antara negara-negara lain yang relatif lebih maju dan sejahtera, kesadaran
akan kemungkinan terjadinya daerah frontier harus selalu dihidupkan.
Kenyataan ini didukung oleh kondisi persaingan global yang
memungkinkan munculnya daerah frontier lebih luas lagi. Dalam posisi
yang demikian Wawasan Nusantara dapat diartikan memberikan pengaruh
positif terutama dalam penyelenggaraan negara dalam upaya
menghilangkan atau mencegah timbulnya daerah frontier tersebut.
Ada beberapa prinsip kebijaksanaan yang dapat dikembangkan
dalam mengatasi munculnya daerah frontier sebagai berikut:
1) Adanya perbaikan sistem sirkulasi di seluruh wilayah negara, terutama
pada daerah-daerah terpencil dan sepanjang daerah perbatasan negara.
Hal tersebut untuk menghilangkan rasa keterpencilan atau rasa
keterasingan sebagian masyarakat serta meningkatkan efektivitas
komunikasi antar golongan masyarakat dan antar daerah di dalam
wilayah Negara Indonesia. Di samping itu, perbaikan sistem sirkulasi
dapat menghilangkan efektivitas pengawasan dan pengendalian
masyarakat oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2) Upaya membangun pusat-pusat pertumbuhan di daerah terpencil atau
daerah perbatasan sesuai dnegan potensi daerah tersebut. Pembangunan
ini diarahkan untuk mewujudkan percepatan pemerataan kesejahteraan
rakyat. Pembangunan juga diharapkan memberi daya tarik baru yang
mampu mengalihkan perhatian masyarakat di daerah perbatasan dari
tempat pertumbuhan di negara-negara tetangga.
3) Upaya menjalin kerjasama dalam bidang budaya, ekonomi dan politik
dengan negara tetangga yang berbatasan. Kerjasama ini dimaksudkan
Soal-Soal Latihan
1. Relasi negara dengan lingkunganya mendasari perumusan wawasan
nasional.
a. Mengapa bangsa-bangsa perlu memilliki wawasan nasional?
b. Jelaskan wawasan nasional bangsa Indonesia!
2. Suatu konsep muncul tak lepas dari sesuatu yang melatarbelakanginya,
termasuk juga halnya dengan konsep Wawasan Nusantara.
Jelaskan latar belakang timbulnya Wawasan Nusantara!
3. Bicara masalah Wawasan Nusantara tak lepas dari konsep Geopolitik.
a. Apa yang dimaksud dengan Geopolitik itu. Jelaskan!
b. Jelaskan kaitan antara Wawasan Nusantara dengan Geopolitik!
c. Mengapa Geopolitik tiap-tiap negara itut idak sama. Jelaskan
pendapat saudara?
4. Arah pandang Wawasan Nusantara adalah keluar dan kedalam.
a. Jelaskan arah pandang Wawasan Nusantara keluar dan kedalam!
b. Apakah ada kaitannya antara arah pandang Wawasan Nusantara?
5. Bicara Wawasan Nusantara terkait dengan Pancasila dan UUD 1945.
Jelaskan kaitan antara Wawasan Nusantara dengan Pancasila. Wawasan
Nusantara dengan UUD 1945!
6. Wawasan Nusantara sebagai wawasan pembangunan bangsa dan
negara Indonesia.
a. Jelaskan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan Wawasan
Nusantara digunakan sebagai wawasan pembangunan!
b. Terangkan unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam
membangun satu kesatuan di bidang politik!
7. Dalam upaya pembelaan negara merupakan suatu kehormatan, hak dan
kewajiban bagi setiap WNI.
Topik Diskusi
1. Kondisi geografis Indonesia dalam perspektif Wawasan Nusantara.
2. Pluralitas masyarakat Indonesia dalam perspektif Wawasan Nusantara.
3. Kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi dalam perspektif
Wawasan Nusantara.
4. Aktualisasi Wawasan Nusantara dalam era Otonomi Daerah.
5. Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut untuk kesejahteraan
masyarakat.