Anda di halaman 1dari 39

BAB V

WAWASAN NUSANTARA

A. Pengertian Wawasan Nusantara


Kehidupan suatu bangsa dalam pertumbuhan dan
perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat timbal
balik, baik bersifat fisik maupun yang bersifat nonfisik. Sejalan dengan
pemikiran tersebut suatu bangsa akan berusaha menempatkan dirinya
sehingga dapat mencapai cita-cita nasionalnya secara maksimal. Oleh karena
itu, bangsa yang bersangkutan haruslah memilliki pandangan tentang
dirinya dalam hubungan dengan lingkungan yang memungkinkan
berlangsungnya berbangsa.
Bangsa Indonesia dalam kehidupan negaranya memilliki suatu
wawasan nasional yang disebut Wawasan Nusantara. Hakikat Wawasan
Nusantara adalah cara pandang yang utuh dan menyeluruh dalam lingkup
nusantara demi kepentingan nasional Indonesia. Atau dengan pengertian yang
lengkap, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap Bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan dengan tetap menghargai dan menghormati
kebhinekaan di dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan
nasional Indonesia.
Makna yang dapat ditangkap dari pengertian tersebut, bahwa
Wawasan Nusantara mengajarkan kepada kita cara pandang dan sikap yang
benar terhadap keberadaan negara dan bangsa Indonesia yang nota bene
diwarnai oleh berbagai-bagai macam perbedaan, agar dalam kondisi
perbedaan itu dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa serta
dapat mencapai tujuan nasional. Adapun persatuan dan kesatuan yang
diwujudkan bukanlah persatuan dan kesatuan yang dibangun di atas
penyeragaman, melainkan persatuan dan kesatuan yang dibangun dengan
tetap menghargai terdapatnya perbedaan.

B. Wawasan Nusantara dan Geopolitik


Sebelum melanjutkan pembahasan tentang wawasan nusantara, baik
sebagai fenomena sosial maupun sebagai konsep kewilayahan dan konsep
politik/kenegaraan perlu diuraikan dulu konsep geopilitik dan geostrategi
yang melandasi suatu wawasan nasional.
Geopolitik (geo berasal dari bahasa Yunani, yang berarti bumi)
adalah politik yang tidak lepas dari pengaruh letak dan kondisi geografis

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 65
bumi yang menjadi wilayah hidup. Dalam hal ini tentu saja manusia yang
hidup di atas bumi itulah yang berperan sebagai penentu terhadap bumi
tempatnya berada.
Sebenarnya geopolitik telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang
lalu tetapi pengertiannya baru disadari pada abad ke-20. Pada abad ke-19
Friederich Ratzel (1897) mengemukakan geopolitik sebagai pelengkap ilmu
bumi politik. Hubungan antara ilmu bumi politik dan geopolitik baru
kemudian dijelaskan oleh Karl Hausofer (1896-1946).
Dalam ilmu bumi politik yang dilaksanakan pada waktu yang lalu,
pengertian geopolitik itu diarahkan kepada pengertian ekspansi (perluasan)
wilayah. Hal ini dapat dilihat dari rumusan Karl Haushofer: “Geopolitik
adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan demi
kelangsungan hidup suatu organisasi negara untuk memperoleh ruang
hidupnya” (lebensraum).
Inti politik ialah kekuatan. Karena penggunaan kekuatan itu sangat
penting, perlu ada pengertian serta pembatasan arti kekuatan dan
penggunaannya sesuai dengan nilai-nilai moral.
Kita mengenal dua macam kekuatan, yaitu kekuatan fisik yang
mencakup kekuatan jasmaniah (fisik belaka) serta kekuatan kesejahteraan
material dan kekuatan mental (agama, ideologi, ilmu). Dalam prakteknya,
penggunaan kekuatan fisik terutama oleh negara-negara besar sering
cenderung ke arah politik adu kekuasaan dan adu kekuatan. Penggunaan
kekuatan spiritual sebagai hasil kehidupan agama dan ideologi misalnya,
sering cenderung ke arah politik persuasi melalui diplomasi dan
musyawarah.
Friederich Ratzel mengatakan bahwa dalam hal-hal tertentu negara
dapat disamakan dengan suatu organisme. Menurut keyakinannya, struktur
politik dan geografi dapat dibandingkan dengan organisme biologis.
Inti pendapat Ratzel ialah konsep ruang yang ditempati oleh
kelompok-kelompok politik. Ia mencoba terus mengembangkan “hukum”
tentang ekspansi negara-negara. Menurut “hukum” itu perkembangan
kebudayaan yang terwujud dalam bentuk gagasan, kegiatan perutusan, dan
produksi harus diimbangi dengan pemekaran (perluasan) wilayah. Untuk
membuktikan keunggulannya negara harus dapat mengambil dan
menguasai satuan-satuan politik yang berdekatan terutama yang bernilai
ekonomis dan strategis. Menurut pandangan ini, dalam perjuangan
mempertahankan kelangsungan hidup suatu bangsa, hukum alam tetap
berlaku: hanya yang unggul dapat bertahan dan hidup terus (survival of the
fittest).

66 | WAWASAN NUSANTARA |
Ratzel berpendapat bahwa sebagai organisme, negara mengalami
siklus hidup seperti manusia: lahir, tumbuh berkembang, mencapai puncak
kemudian menyusut dan mati. Sesuai dengan siklus tersebut, batas-batas
negara hanya bersifat sementara: jika ruang hidup suatu negara sudah tidak
sesuai lagi dengan keperluan negara/bangsa, bangsa itu dapat mengubah
batas-batasnya, dengan jalan damai atau dengan jalan kekerasan melalui
perang. (Teori Ratzel di atas disebut teori ruang).
Rudolf Kjellen kemudian melanjutkan teori Ratzel. Ia mengatakan
bahwa negara itu tidak saja merupakan suatu organisme, tetapi juga
memilliki kemampuan intelektual. Kjellen merumuskan negara dalam suatu
sistem politik yang mencakup bidang-bidang geopolitik, ekonomi politik,
demopolitik dan kratopolitik.
Dalam mengejar kekuatan, negara tidak boleh hanya mengikuti
hukum ekspansi saja atau bergantung kepada pembekalan luar; suatu negara
harus mampu berswasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan
dan teknologinya. Artinya, negara harus dapat meningkatkan kekuatan
nasionalnya. Pengembangan kekuatan nasional itu bertujuan:
1) Ke dalam, untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang harmonis.
2) Ke luar, untuk memperoleh batas-batas negara yang lebih baik.
Selanjutnya, mengenai perebutan kekuatan kontinental dan maritim,
Kjellen berpendapat bahwa pada akhirnya kekuatan kontinental dapat
mengalahkan kekuatan maritim dan memperoleh kekuasaan pengawasan di
lautan juga.
Karl Haushofer menjadikan geopolitik sebagai ajaran politik yang
meliputi ajaran-ajaran ekspansionisme dari Nazi Jerman dengan bentuk-
bentuk ajaran politik geografi, menitikberatkan pada soal-soal strategi
perbatasan, ruang hidup bangsa, dan tekanan-tekanan rasial, ekonomi dan
sosial sebagai faktor-faktor yang mengharuskan pembagian baru dari
kekayaan alam dunia.
Pokok-pokok teori Karl Haushofer yang didasarkan pada pandangan
Ratzel dan Kjellen:
1) Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan mengejar kekuasaan
imperium maritim dan akan menguasai pengawasan di lautan.
2) Beberapa negara besar di dunia akan timbul (Jerman, Italia, Jepang) dan
akan menguasai Eropa, Afrika, dan Asia Barat.
Ajaran Karl Haushofer berkembang pesat dan mencapai puncaknya
ketika Jerman di bawah kekuasan Adolf Hitler. Di Asia ajaran itu
dikembangkan di Jepang dalam Hoko Ichiu yang dilandasi semangat
milliterisme dan fasisme.

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 67
Sehubungan dengan konsep geopolitik dan geostrategi, perlu pula
diketahui beberapa konsep kekuatan.
1) Konsep kekuatan di darat (Wawasan Benua) yang dikemukakan oleh Sir
Halford Mackinder (1861-1947) dan Karl Haushofer. Menurut pendapat
mereka, negara yang menguasai daerah jantung (Erasia) akan
menguasai pulau dunia dan yang dapat menguasai pulau dunia akan
menguasai dunia.
2) Konsep kekuatan di lautan (Wawasan Bahari) yang dikemukakan oleh
Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alferd Thayer Mahan. Menurut
pendapat mereka, negara yang menguasai lautan akan menguasai
perdagangan. Menguasai perdagangan berarti menguasai dunia.
3) Konsep kekuatan di udara (Wawasan Dirgantara); dicetuskan oleh
Mitchell (1877-1946), A. Savensky (1894-...), Guilio Douchet (1869-1930),
dan J.F. Charles Fuller (1878-....). Menurut konsep ini kekuatan di udara
merupakan daya tangkis yang ampuh terhadap segala ancaman.
4) Teori daerah batas (Rimland) dari Nicholas Spykman merupakan
wawasan gabungan yang banyak diikuti oleh ahli geopolitik/
geostartegi dan negarawan dalam menyusun kekuatan negara dewasa
ini.
Pengaruh teori ruang hidup (lebensraum) maupun teori daerah
jantung tidak terlepas dari keinginan membentuk lingkungan atau wilayah
pengaruh baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
geopolitik sesudah Perang Dunia II tidak berbeda dengan yang dilaksanakan
sebelumnya.
Bagaimana rumusan bangsa Indonesia tentang geopolitik dan
geostrategi? Bangsa Indonesia tidak dapat menerima rumusan Karl
Haushofer dan rumusan-rumusan lain yang pada prinsipnya sama karena
bertentangan dengan Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, geopolitik
merupakan pandangan baru dalam mempertimbangkan faktor-faktor
geografis wilayah negara untuk mencapai tujuan nasionalnya. Jelasnya,
Geopolitik adalah kebijaksanaan dalam rangka mencapai tujuan nasional
dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis negara berdasarkan
pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis tersebut. Sedangkan
Geostrategi ialah kebijaksanaan dalam menentukan tujuan-tujuan dan
sarana-sarana, serta cara penggunaan sarana-sarana tersebut guna mencapai
tujuan nasional dengan memanfaatkan konstelasi geografis negara.
Geopolitik Indonesia dikembangkan sesuai dengan Pancasila,
sehingga tidak mengandung unsur-unsur ekspansionisme maupun
kekerasan. Geopolitik dan geostrategi bagi bangsa Indonesia hanya

68 | WAWASAN NUSANTARA |
merupakan pembenaran dari kepentingan-kepentingan dan cita-cita
nasional. Agar berhasil guna, bangsa Indonesia harus memilliki
kemampuan-kemampuan statis maupun dinamis di bidang kesejahteraan
dan keamanan.

1. Dasar pemirikan Historis dan Yuridis Formal: Perkembangan Konsep


Wawasan Nusantara
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945, oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) telah
ditetapkan Undang-Undang Dasar Negara yang kemudian dikenal dengan
Undang-Undang Dasar 1945. Namun berkenaan dengan wilayah negara,
UUD 1945 tidak menentukan batas-batas wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Di dalam Pembukaan UUD 1945 hanya tercantum “segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Dengan demikian,
ketentuan ordonansi tahun 1939 tentang batas-batas laut wilayah masih berlaku.
Teritorial-Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 menentukan lebar laut
wilayah Hindia-Belanda adalah 3 mill diukur dari garis air rendah di pantai
setiap pulau. Dalam pekembangan selanjutnya, disadari bahwa ketentuan itu
tidak sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia. Sebab dengan wilayah
laut teritorial yang hanya 3 mill dari garis air rendah di pantai setiap pulau,
antara satu pulau dengan pulau lainnya terdapat lautan bebas. Hal itu jelas
mengganggu kepentingan negara Indonesia terutama dari segi pertahanan
dan keamanan, karena di laut bebas kapal-kapal asing dapat masuk-keluar
setiap saat tanpa ada yang dapat mempersoalkan, termasuk aparat
pertahanan dan keamanan kita.
Menanggapi hal itu pada tanggal 13 Desember 1957 pemerintah
Indonesia mengeluarkan pengumuman mengenai wilayah perairan
Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Juanda, yang menetapkan
lebar laut wilayah Indonesia menjadi 12 mill, lebar tersebut diukur dari
garis-garis dasar yang menghubungkan titik terluar dari pulau-pulau terluar
dalam wilayah Republik Indonesia dan selanjutnya kita sebut dengan Point
to Point Theory. Pengumuman pemerintah itu kemudian diundangkan di
dalam UU No. 4 tahun 1960 tanggal 18 Pebruari 1960 (Lembaran Negara No.
22 tahun 1960), dan dinyatakan sebagai Ketetapan MPR tahun 1973, 1978,
dan 1983, sebagai “Wawasan dalam Mencapai Tujuan Pembangunan” (lihat
GBHN 1983).
Dalam pengumuman pemerintah tanggal 13 Desember 1957, telah
ditetapkan Azas Nusantara, yang memandang nusantara sebagai suatu

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 69
kesatuan bulat, penerapan asas tersebut menimbulkan perubahan-perubahan
radikal yang sungguh revolusioner dalam tata kelautan Indonesia.
Tata kelautan menurut Ordonansi 1939 mengikuti asas Pulau Demi
Pulau. asas ini menjadikan Indonesia menjadi pulau-pulau yang masing-
masing dibatasi oleh wilayahnya selebar 3 mill diukur dari pantai pada
waktu surut. Dengan demikian, jika jarak antara pulau dengan pulau lebih
dari 6 mill, maka di luar laut-laut wilayah itu akan terdapat jalur laut bebas
dan di atasnya jalur udara bebas. Jalur bebas ini termasuk kekayaan
alamnya, dapat dimanfaatkan secara bebas pula oleh negara mana pun. Asas
tersebut sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang berlaku sampai 1951.
Dilihat dari segala aspek kehidupan nasional, di antaranya aspek
Hankamnas dan ekonomi/sosial, tata kelautan itu sangat tidak
menguntungkan bangsa dan negara Indonesia. Anda dapat membayangkan,
betapa mudahnya armada negara-negara asing memasuki dan
memanfaatkan jalur bebas itu untuk berbagai kepentingan mereka. Belum
lagi kalau diingat persaingan antar negara-negara dalam mengambil dan
memanfaatkan kekayaan alam dari jalur tersebut: Dapatkah kita
memenangkan persaingan itu?
Berdasarkan pertimbangan kesejahteraan dan keamanan untuk
menjamin kepentingan nasional negara Indonesia, pemerintah
mengeluarkan pengumuman mengenai wilayah perairan Republik
Indonesia. Asas nusantara yang diterapkan itu memasukkan kepulauan
Indonesia ke dalam satu kesatuan yang bulat utuh. Batas wilayah ditentukan
berdasarkan Point to Point Theory yaitu: dengan menarik garis lurus antara
titik terluar pulau terluar, yang membentuk garis dasar (lihat peta wilayah
Republik Indonesia menurut Asas Nusantara). Lautan di sebelah dalam garis
dasar tersebut merupakan perairan dalam Indonesia dan berada di bawah
kedaulatan mutlak negara Republik Indonesia.
Asas Nusantara di atas sesuai dengan Archiplegic Principle yang
mulai diterima berlakunya berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah
Internasional tahun 1951, sehubungan dengan sengketa perikanan antara
Inggris dan Norwegia (Anglo-Norwegian Fisheries Case).
Pada tahun 1969 pemerintah Indonesia mengeluarkan pengumuman
tentag landas kontinen Indonesia sampai kedalaman laut 200 m, yang
memuat pokok-pokok sebagai berikut:
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat kontinen Indonesia adalah
millik eksklusif negara Republik Indonesia.
2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan dari garis batas landas
kontinen dengan negara-negara tetangga melalui perundingan.

70 | WAWASAN NUSANTARA |
3) Jika tidak ada perjanjian garis batas, maka batas landas kontinen
Indonesia ialah suatu garis yang ditarik di tengah-tengah antara pulau
terluar Indonesia dan titik terluar wilayah negara tetangga.
4) Tuntutan (claim) di atas tidak mempengaruhi sifat dan status perairan di
atas landas kontinen serta udara di atas perairan itu.
Tuntutan melalui pengumuman pemerintah di atas merupakan
penerapan pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
Kalau dibandingkan isi pengumuman tahun 1957 dan tahun 1969,
terlihatlah perbedaan mengenai sifat konsep nusantara. Konsep tahun 1957
merupakan konsep kewilayahan, sedang konsep tahun 1969 lebih
merupakan konsep politik dan ketatanegaraan. Selanjutnya pada tahun 1980
Indonesia mengumumkan Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) selebar 200
mill dari garis dasar.
Perjuangan Indonesia berkenaan dengan penerapan asas nusantara
itu berlangsung selama lebih dari 20 tahun. Tindakan Indonesia menentukan
laut teritorial berdasarkan asas nusantara, pada mulanya mendapat banyak
tantangan, terutama dari negara-negara besar yang memilliki kemampuan
teknologi, peralatan, serta modal. Negara-negara itu kebanyakan menganut
paham lautan bebas.
Agar jelas dalam hubungan ini kita bahas dulu beberapa hal yang
penting berkenaan dengan hukum laut. Sejak berabad-abad yang lalu telah
dikenal dua anggapan pokok mengenai hak atas laut:
1) Res Nullius, yang beranggapan bahwa laut itu tidak ada yang memilliki,
sehingga dapat diambil atau dimilliki oleh siapa saja.
2) Res Communis, yang menyatakan bahwa laut itu millik bersama
masyarakat dunia, sehingga tidak dapat diambil atau dimilliki oleh
siapa pun.
Pada awal abad ke-17 (1609) Grotius, seorang ahli hukum bangsa
Belanda, mengemukakan tulisan Mare Liberum (lautan bebas) yang
mengatakan bahwa “laut tidak dapat dijadikan millik suatu negara karena
tidak dapat dikuasai dengan tindakan okupasi, sehingga dengan demikian,
menurut sifatnya, laut adalah bebas dari kedaulatan mana pun”. Tulisan itu
ditentang oleh J. Seldon dari Inggris yang menulis Mare Clausum (lautan
tertutup), yang menyatakan bahwa lautan itu dapat dikuasai oleh suatu
negara. Tentu saja, tulisan-tulisan itu ditulis untuk kepentingan
negara/bangsa masing-masing.
Dalam kenyataan sejarah, kita lihat memang ada negara-negara yang
menyatakan pemillikannya atas laut tertentu (Portugis, Spanyol, Venisia,
Genoa, Swedia, Denmark), meskipun sampai batas-batas tertentu harus

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 71
memperhitungkan kebebasan berlayar bagi bangsa lain. Pada abad-abad
berikutnya diakui hak pemillikan atas laut selebar 3 mill sepanjang pantai.
Dalam praktek selanjutnya penentuan lebar laut wilayah ini diikuti dengan
penentang jalur tambahan (contiguous zone) untuk berbagai keperluan
(perikanan, kesehatan, netralitas, Hankam, Yurisdiksi kriminal, Yurisdiksi
sipil). Lebar laut tambahan ini sangat beragam. Amerika Serikat misalnya,
menentukan lebar beratur-ratus mill.
Pengumuman Pemerintah tanggal 13 Desember 1957 dibawa ke
Konferensi Hukum Laut PBB I/1958. Kebanyakan delegasi dari negara-
negara lain kurang dapat memahami permasalahan dan argumentasi
Indonesia, karena soalnya memang baru. Kemudian pengumuman itu
dituangkan ke dalam Peraturan Pemerintah Pengganti UU (PERPU) yang
dengan UU No. 1 tahun 1961 (Lembaran Negara No. 3/61), ditetapkan
menjadi UU No. 4/Prp tahun 1960. Dengan demikian tersusunlah suatu tata
lautan Indonesia menurut hukum nasional.
Pada tahun 1960 rumusan-rumusan hukum dalam PERPU No.
4/1960 itu dibawa ke Konperensi Hukum Laut PBB II di Jenewa. Konferensi
ini juga belum mampu memberikan pengesahan terhadap “asas negara
nusantara” yang diterapkan oleh Indonesia. Pada tanggal 25 Juli 1962
pemerintah mengundangkan PP No. 8/1962 tentang “Lalu-lintas laut damai
kendaraan air asing dalam perairan Indonesia”.
Sementara itu, di bidang pertahanan keamanan, sebagai pengaruh
konsep-konsep kekuatan yang ada, dianut wawasan yang berdiri sendiri-
sendiri. Angkatan Darat memilliki Wawasan Buana, Angkatan Laut
memilliki Wawasan Bahari, Angkatan Udara memilliki Wawasan
Dirgantara. Hal ini pernah mengakibatkan pergeseran kekuatan di antara
angkatan-angkatan itu, yang tentu saja sangat membahayakan negara.
Karena itu pimpinan negara dan ABRI segera mengambil tindakan. Pada
tahun 1966 diadakan seminar Hankam I yang mengintegrasikan Angkatan
darat, Laut, Udara, dan POLRI ke dalam satu wawasan berdasarkan
kebulatan dan keutuhan wilayah. Wawasan ini disebut “Wawasan
Nusantara”. Pada seminar inilah nama Wawasan Nusantara mulai
dipergunakan. Wawasan Nusantara dinyatakan sebagai Wawasan
Hankamnas.
Wawasan tersebut mencakup lima pokok perwujudan kepulauan
nusantara sebagai satu kesatuan wilayah, satu kesatuan politik, satu
kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial-budaya, dan satu kesatuan
pertahanan keamanan. Wawasan itu kemudian dijabarkan ke dalam
“Rumusan Lemhanas” tahun 1972. Selanjutnya, dalam Ketetapan No. IV

72 | WAWASAN NUSANTARA |
MPR tahun 1973, Ketetapan No. IV MPR tahun 1983 Wawasan Nusantara
dinyatakan sebagai Wawasan Pembangunan.
Perjuangan wawasan nusantara di dunia internasional ditingkatkan,
terutama sesudah Indonesia pada tahun 1971 menjadi anggota penuh
Commite on the Peaceful Uses of the Sea-Bed and the Ocean Floor beyond the Limits
of National Jurisdiction yang merupakan badan persiapan Konferensi Hukum
Laut PBB II. Asas negara kepulauan/wawasan nusantara makin luas dikenal
dan makin banyak memperoleh dukungan.
Indonesia belum berhasil sepenuhnya dalam perjuangan di dunia
internasional, namun sementara itu beberapa perjanjian berhasil diadakan:
1) Perjanjian Republik Indonesia-Malaysia di Kuala Lumpur pada tanggal
27 Oktober 1969, mengenai landas kontinen Selat Malaka dan Laut
Natuna (Laut Cina Selatan); berlaku mulai tanggal 7 November 1969.
2) Republik Indonesia-Thailand, di Bangkok tanggal 17 Desember 1971,
mengenai landas kontinen Selat Malaka Utara dan Laut Andaman;
berlaku mulai 7 April 1972.
3) Republik Indonesia-Malaysia dan Thailand, di Kuala Lumpur tanggal 21
Desember 1971, mengenai landas kontinen Selat Malaka bagian Utara;
berlaku mulai tanggal 16 Juli 1973.
4) Republik Indonesia-Australia, di Canbera tanggal 18 Mei 1971,
mengenai penetapan garis batas dasar laut tertentu (Laut Arafuru dan
daerah Utara Irian Jaya-Papua Nugini).
5) Republik Indonesia-Singapura, di Jakarta tanggal 25 Mei 1973, mengenai
penetapan garis batas laut wilayah; berlaku sejak tanggal 30 Agustus
1974.
6) Republik Indonesia-India, di Jakarta tanggal 8 Agustus 1974; mengenai
garis batas landas kontinen Laut Andaman; berlaku sesudah
penandatanganan.
7) Republik Indonesia-Australia, di Jakarta tanggal 9 Oktober 1973,
mengenai penetapan garis batas daerah-daerah dasar laut di Selatan
pulau Tanimbar dan pulau Timer; berlaku mulai tanggal 8 November
1973.
Pada tanggal 21 Maret 1980, pemerintah Indonesia mengumumkan
Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) selebar 200 mill diukur dari garis
dasar. Pengumuman Pemerintah ini disahkan dengan UU RI No. 5/1983
tanggal 18-11-1983. Ini berarti bahwa segala sumber hayati yang terdapat di
bawah permukaan laut, di dasar laut, dan di bawah laut menjadi hak
eksklusif negara Republik Indonesia. Akibatnya penangkapan ikan oleh
kapal-kapal asing menjadi terbatas daerahnya dan segala kegiatan penelitian,

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 73
eksplorasi, dan eksploitasi harus memperoleh izin pemerintah Republik
Indonesia.
Tindakan sehubungan dengan ZEEI itu dilakukan berdasarkan
beberapa pertimbangan. Menurut perkiraan, pada tahun 2000 penduduk
dunia akan berlipat jumlahnya sehingga kebutuhan ikan meningkat,
sedangkan hasil perikanan tidak mencukupi. Sebagai negara pantai yang
masih berkembang, negara Indonesia merasa perlu melindungi sumber-
sumber hayati yang berada di luar wilayahnya, untuk menjamin kebutuhan
bangsa Indonesia pada masa yang akan datang.
Pada tahun 1982 Konvensi Hukum Laut memberikan perluasan
yurisdiksi negara-negara pantai di lautan bebas. Azas Zone Ekonomi
Eksklusif diterima. Hal lain yang sangat menguntungkan Indonesia dari
konvensi tersebut ialah diterimanya asas nusantara sebagai asas hukum
internasional. Hasil konvensi tersebut disahkan pada bulan Agustus 1983
dalam seminar Konvensi Hukum Laut Internasional di New York.
Dengan demikian, sahlah rumusan “Negara Republik Indonesia
adalah satu kesatuan wilayah laut yang di dalamnya terhampar 17.508 buah
pulau besar dan kecil sebagai satu kewilayahan darat dan dinaungi oleh satu
kesatuan wilayah udara”. (Lihat peta).
Satu hal lagi yang perlu dibahas sehubungan dengan konsep
kewilayahan ialah yang berhubungan dengan kedaulatan atas ruang udara.
Dalam hal ini ada beberapa teori:
1) Teori udara bebas (The Air Freedom Theory): Udara bersifat bebas, tidak
dimilliki oleh negara tertentu.
2) Teori kedaulatan udara (The Air Seuvereignity Theory): Negara
berkedaulatan atas ruang udara di atas wilayah negara.
Pengikut teori bebas terbagi menjadi tiga kelompok aliran:
(1) Kebebasan udara tanpa batas: ruang udara dapat digunakan oleh siapa
pun, tidak ada yang berhak memillikinya.
(2) Kebebasan udara dengan hak khusus negara kolong: negara kolong
mempunyai hak-hak khusus yang tidak tergantung pada ketinggian.
Pada pertemuan di Gent negara-negara penganut aliran ini memutuskan
bahwa negara tidak mempunyai hak apa pun pada waktu perang atau
damai; negara kolong hanya dapat mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan kelangsungan hidupnya.
(3) Kebebasan dalam udara dengan penetapan wilayah/zone teritorial bagi
negara kolong untuk melaksanakan haknya.
Penganut teori kedaulatan udara terkelompok dalam pendapat-
pendapat:

74 | WAWASAN NUSANTARA |
(1) Negara kolong berdaulat penuh, hanya dibatasi oleh ketinggian tertentu
di ruang udara.
(2) Negara kolong berdaulat penuh, tetapi dibatasi oleh hak lintas damai
bagi pesawat negara asing.
(3) Negara kolong berdaulat penuh tanpa batas ke atas.
Konvensi Chicago tahun 1944 menetapkan pengertian ruang udara
sebagai jalur ruang udara di atmosfer yang berisi cukup udara yang
memungkinkan pesawat udara bergerak. Jarak ketinggian kedaulatan negara
di atmosfer ditentukan oleh kesanggupan pesawat udara mencapai
ketinggian. Dengan demikian, batas tersebut berubah sesuai dengan
kemajuan teknologi. Sehubungan dengan hal ini dikenal teori penguasan
Cooper, yang mengemukakan bahwa negara dapat menguasai ruang udara
sesuai dengan kemampuannya. Hal ini didasarkan atas ketetapan hukum
Konvensi Chicago yang tidak memberikan batas penguasaan udara. Ruang
udara di atas laut lepas, bebas untuk segala macam penerbangan. Akan
tetapi, teori ruang udara Schachter menyatakan bahwa ketinggian yang
dapat dicapai penerbangan oleh manusia ialah 40 mill.
Untuk menentukan batas wilayah udara itu, dikemukakan berebapa
cara. Indonesia mengikuti sistem cerobong. Batas wilayah ditarik vertikal
dari batas wilayah ke bawah dan ke atas (lihat lampiran).

2. Dasar Pemikiran dari Segi Kepentingan Nasional


Sebagai bangsa yang telah menegara, bangsa Indonesia selalu
berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penyelenggaraan
kelangsungan hidup itu dipandang sebagai suatu kebulatan yang utuh dan
menyeluruh sesuai dengan prinsip kesatuan dan keseimbangan Pancasila.
Penyelenggaraan kelangsungan hidup sesuai dengan prinsip Pancasila itu
merupakan penyelenggaraan dan jaminan atas kepentingan Indonesia.
Untuk itu diperlukan suatu cara pandang yang utuh menyeluruh. Cara
pandang ini adalah wawasan nusantara.
Letak dan keadaan negara Indonesia mempengaruhi pula aspek-
aspek kehidupan sosial. Peristiwa yang terjadi sejak jaman prasejarah sampai
akhir-akhir ini memberikan ciri-ciri tertentu pada bangsa Indonesia
sekarang.
Perhatikanlah kata-kata berikut: meja, jendela, bendera, bahasa,
nirwana, antariksa, puasa, aljabar, kudus, derajat, unsur, aspek, fakta, trayek,
tahu, tongkang, dsb. Kata-kata tersebut berasal dari bermacam-macam
bahasa asing yang terserap ke dalam bahasa Indonesia. Perhatikan juga

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 75
tarian-tarian dan lagu-lagu dari berbagai daerah. Anda akan mengenali
persamaannya dengan tarian dan nyanyian di beberapa negara Asia.
Hal-hal di atas adalah contoh hasil proses akulturasi yang
kejadiannya berhubungan erat dengan letak dan keadaan geografis
kepulauan Indonesia.
Akan tetapi pengaruh letak dan keadaan geografis itu tidak hanya
berhenti di situ. Laut di antara pulau-pulau merupakan pintu terbuka untuk
masuknya segala bentuk ancaman baik yang langsung maupun yang tidak
langsung membahayakan, yaitu, infiltrasi, penyelundupan, buronan
internasional, lintasan kapal perang, dsb.
Pada tanggal 3 Desember 1957 pemerintah mengumumkan politik
nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia. Tindakan ini
menimbulkan protes dari pihak Belanda. Dengan dalih melindungi
kepentingannya di Irian. Belanda mengirimkan kekuatan lautnya ke sana
melalui lautan Indonesia. pelayaran penjelajahan ini dilakukan dengan teliti
karena Belanda tahu dengan tepat jalur laut mana yang merupakan lautan
bebas menurut Ordonasi 1939. peristiwa di atas tidak dapat dibiarkan terus-
menerus karena akan mengganggu kepentingan bangsa Indonesia.

3. Batas Wilayah Indonesia


a. Batas Wilayah Perairan dan Darat
Negara merupakan organisasi masyarakat yang menempati wilayah
dengan batas-batas tertentu dan tunduk pada suatu pemerintahan yang
berdaulat. Dari pengertian tersebut, wilayah dengan batas-batas tertentu
merupakan salah satu unsur yang pokok dari sebuah negara. Wilayah itu
umumnya meliputi wilayah darat, wilayah laut, dan wilayah udara.
Nama “Indonesia” untuk kepulauan nusantara, pertama-tama
diperkenalkan oleh J.R. Logan pada tahun 1850. Negara Indonesia adalah
negara kesatuan, yang berbentuk Republik. Landasan idiilnya adalah
Pancasila dan landasan konstitusionalnya adalah UUD 1945. Kedaulatan
sepenuhnya di tangan rakyat. Negara Republik Indonesia adalah negara
kepulauan, sebuah Archipologic State.
Sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang telah disepakati oleh
PBB tahun 1980, batas republik Indonesia dengan negara lain, terdiri dari 3
(tiga) jenis batas laut yaitu:
(1) Batas laut teritorial
(2) Batas landas kontinen
(3) Batas zone ekonomi ekslusif.

76 | WAWASAN NUSANTARA |
b. Batas Laut Teritorial
Batas laut teritorial ditarik dari sebuah garis dasar, dengan jarak 12
mill laut ke luar, ke arah lautan bebas, sedangkan laut yang terletak pada
sebelah dalam garis dasar, namanya laut pedalaman. Garis dasar, adalah
garis khayal, yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau-pulau.
Jarak titik yang satu ke titik yang terjauh yang boleh dihubungkan dengan
garis dasar, tidak melebihi 200 mill. Oleh sebab itu, antara pulau Chrismas
yang merupakan wilayah Australia dan terletak di sebelah pulau Jawa, tidak
boleh ditarik garis dasar dengan titik mana pun di pantai Australia.

c. Batas Landas Kontinen


Batas landas kontinen adalah dasar lautan, baik dari segi geologi
maupun segi morfologi, merupakan kelanjutan dari kontinen atau benuanya.
Lautan yang ada di atasnya adalah lautan yang dangkal (dangkalan) dengan
kedalaman tidak lebih dari 150 meter. Bagian-bagian kepulauan Indonesia
terletak pada dua landas kontinen, yaitu landas kontinen Asia dan landas
kontinen Australia.
Batas landas kontinen dari garis dasar tidak tentu jaraknya, tetapi
paling jauh 200 mill. Kalau ada dua negara atau lebih menguasai lautan di
atas landas kontinen maka batas antara negara-negara itu ditarik sama jauh
dari garis dasar masing-masing. Sebagai contoh, batas landas kontinen
antara Republik Indonesia dan Malaysia di Selat Malaka sebelah selatan,
selain ditarik di tengah-tengah antara Malaysia dan Republik Indonesia juga
berhimpit dengan batas laut teritorial kedua negara. Batas landas kontinen
antara Republik Indonesia-Malaysia dan Muang Thai di Selat Malaka sebelah
utara bertemu dekat titik dengan koordinat 980 BT – 60 LU.
Kewenangan atau hak sebuah negara dalam wilayah landas kontinen
adalah dalam memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di dalam dan
di bawah wilayah landas kontinen itu. Namun dengan kewajiban untuk
tidak mengganggu lalu-lintas pelayaran damai. Batas landas kontinen di
Laut Timur, mempunyai jalur terbuka sampai kepada batas ZEE. Jalur inilah
yang dimaksud dengan Jalur Perikanan (Fishing Corridor).

d. Batas Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE)


Pada jarak 200 mill dari garis dasar ke arah laut bebas, adalah batas
Zone Ekonomi Eksklusif bagi sebuah negara maritim. batas ZEE di samudra
Pasifik, antara kepulauan Karolina dan Maluku Utara masih harus
ditetapkan. Kewenangan negara di wilayah ZEE adalah dalam
memanfaatkan sumber daya, baik di laut maupun di bawah dasar laut.
Negara yang bersangkutan memperoleh kesempatan pertama dalam
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 77
pemanfaatan sumber tersebut. Kewajibannya adalah untuk menghormati
lalu-lintas damai di lautan itu.
Selain ketiga batas di wilayah perairan tersebut di atas, Republik
Indonesia memilliki batas di darat dengan dua negara tetangga, yaitu Irian
Jaya dengan Papua Nugini dan Kalimantan dengan Malaysia Timur. Patok-
patok batas antarnegara di Irian Jaya dan Papua Nugini baru sebanyak 24
buah untuk jarak yang panjangnya kira-kira 900 Km. Di Kalimantan jalur
batas antarnegara masih harus ditegaskan dengan pengukuran. Meskipun di
kedua daerah tersebut tadi jalur perbatasan belum lagi sempurna, namun
pos-pos lintas batas telah ada di beberapa tempat untuk memudahkan
masyarakat setempat melaksanakan hajat hidupnya sehari-hari seperti:
1) pos pengawas perbatasan, di Longbawang, kalimantan Timur.
2) pos pengawas lintas batas, di Entikong di Kalimantan Barat.
3) pos lintas batas, di pulau Serasan, Riau kepulauan dekat Kalimantan
Barat.

e. Pulau-pulau Terluar
Berdasarkan inventarisasi yang telah dilakukan oleh DISHIDROS
TNI AL, terdapat 92 pulau yang berbatasan langsung dengan negara
tetangga, di antaranya :
1) Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Rawa, Rusa, Benggala dan Rondo
berbatasan dengan India.
2) Pulau Sentut,, Tokong Malang Baru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas,
Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Subi Kecil, Kepala, Sebatik,
Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Berhala, Batu Mandi, Iyu Kecil, dan
Karimun Kecil berbatasan dengan Malaysia.
3) Pulau Nipa, Pelampong, Batu berhenti, dan Nongsa berbatasan dengan
Singapura.
4) Pulau Sebetul, Sekatung, dan Senua berbatasan dengan Vietnam.
5) Pulau Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Manterawu, Makalehi,
Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawa Ikang, Miangas, Marampit,
Intata, kakarutan dan Jiew berbatasan dengan Filipina.
6) Pulau Dana, Dana (pulau ini tidak sama dengan Pulau Dana yang
disebut pertama kali, terdapat kesamaan nama), Mangudu, Shopialoisa,
Barung, Sekel, Panehen, Nusa Kambangan, Kolepon, Ararkula,
Karaweira, Penambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu,
Batugoyan, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela dan
Meatimiarang berbatasan dengan Australia.

78 | WAWASAN NUSANTARA |
7) Pulau Leti, Kisar, Wetar, Liran, Alor, dan Batek berbatasan dengan
Timor Leste.
8) Pulau Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondo danLiki berbatasan
dengan Palau.
9) Pulau Laag berbatasan dengan Papua Nugini.
10) Pulau Manuk, Deli, Batu Kecil, Enggano, Mega, Sibarubaru, Sinyaunau,
Simuk dan wunga berbatasan dengan samudra Hindia.
Diantara 92 pulau terluar ini, ada 12 pulau yang harus mendapatkan
perhatian serius dintaranya:
1) Pulau Rondo
Pulau Rondo terletak di ujung barat laut Propinsi Nangro Aceh
Darussalam (NAD). Disini terdapat Titik dasar TD 177. Pulau ini adalah
pulau terluar di sebelah barat wilayah Indonesia yang berbatasan
dengan perairan India.
2) Pulau Berhala
Pulau Berhala terletak di perairan timur Sumatera Utara yang
berbatasan langsung dengan Malaysia. Di tempat ini terdapat Titik
Dasar TD 184. Pulau ini menjadi sangat penting karena menjadi pulau
terluar Indonesia di Selat Malaka, salah satu selat yang sangat ramai
karena merupakan jalur pelayaran internasional.
3) Pulau Nipa
Pulau Nipa adalah salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan
Singapura. Secara Administratif pulau ini masuk kedalam wilayah
Kelurahan Pemping Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Propinsi
Kepulauan Riau. Pulau Nipa ini tiba tiba menjadi terkenal karena
beredarnya isu mengenai hilangnya/tenggelamnya pulau ini atau
hilangnya titik dasar yang ada di pulau tersebut. Hal ini memicu
anggapan bahwa luas wilayah Indonesia semakin sempit. Pada
kenyataanya, Pulau Nipa memang mengalami abrasi serius akibat
penambangan pasir laut di sekitarnya. Pasir pasir ini kemudian dijual
untuk reklamasi pantai Singapura. Kondisi pulau yang berada di Selat
Philip serta berbatasan langsung dengan Singapura disebelah utaranya
ini sangat rawan dan memprihatinkan. Pada saat air pasang maka
wilayah Pulau Nipa hanya tediri dari Suar Nipa, beberapa pohon bakau
dan tanggul yang menahan terjadinya abrasi. Pulau Nipa merupakan
batas laut antara Indonesia dan Singapura sejak 1973, dimana terdapat
Titik Referensi (TR 190) yang menjadi dasar pengukuran dan penentuan
media line antara Indonesia dan Singapura. Hilangnya titik referensi ini
dikhawatirkan akan menggeser batas wilayah NKRI. Pemerintah

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 79
melalui DISHIDROS TNI baru-baru ini telah menanam 1000 pohon
bakau, melakukan reklamasi dan telah melakukan pemetaan ulang di
pulau ini, termasuk pemindahan Suar Nipa (yang dulunya tergenang
air) ke tempat yang lebih tinggi.
4) Pulau Sekatung
Pulau ini merupakan pulau terluar Propinsi Kepulauan Riau di sebelah
utara dan berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan. Di pulau ini
terdapat Titik Dasar TD 030 yang menjadi Titik Dasar dalam
pengukuran dan penetapan batas Indonesia dengan Vietnam.
5) Pulau Marore
Pulau ini terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara, berbatasan
langsung dengan Mindanau Filipina. Di pulau ini terdapat Titik Dasar
TD 055.
6) Pulau Miangas
Pulau ini terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara, berbatasan
langsung dengan Pulau Mindanau Filipina. Di pulau ini terdapat Titik
Dasar TD 056.
7) Pulau Fani
Pulau ini terletak Kepulauan Asia, Barat Laut Kepala Burung Propinsi
Irian Jaya Barat, berbatasan langsung dengan Negara kepulauanPalau.
Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 066.
8) Pulau Fanildo
Pulau ini terletak di Kepulauan Asia, Barat Laut Kepala Burung
Propinsi Irian Jaya Barat, berbatasan langsung dengan Negara
kepulauanPalau. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 072.
9) Pulau Bras
Pulau ini terletak di Kepulauan Asia, Barat Laut Kepala Burung
Propinsi Irian Jaya Barat, berbatasan langsung dengan Negara
Kepualuan Palau. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 072A.
10) Pulau Batek
Pulau ini terletak di Selat Ombai, Di pantai utara Nusa Tenggara Timur
dan Oecussi Timor Leste. Dari Data yang penulis pegang, di pulau ini
belum ada Titik Dasar
11) Pulau Marampit
Pulau ini terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara, berbatasan
langsung dengan Pulau Mindanau Filipina. Di pulau ini terdapat Titik
Dasar TD 057.

80 | WAWASAN NUSANTARA |
12) Pulau Dana
Pulau ini terletak di bagian selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur,
berbatasan langsung dengan Pulau Karang Ashmore Australia. Di
pulau ini terdapat Titik Dasar TD 121.

C. Latar Belakang Pemikiran Wawasan Nusantara


1. Aspek Kewilayahan Nusantara
Geografi adalah wilayah yang tersedia dan terbentuk secara alamiah,
demikian adanya oleh alam nyata. Kondisi obyektif geografis sebagai modal
dalam pembentukan suatu negara, merupakan suatu ruang atau wadah yang
harus dipedomani sebagai ruang gerak hidup dan kehidupan suatu yang
didalamnya terdapat sumber kekayaan alam dan insan manusianya atau
penduduk yang bermukim di wilayah tersebut berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan/kebijaksanaan politik suatu negara, oleh karena itu
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, geografis merupakan suatu
fenomena yang mutlak diperhitungkan baik fungsi maupun pengaruhnya
terhadap sikap dan tata laku negara yang bersangkutan. Demikian pula
sebaliknya perlu diperhitungkan dampak sikap dan tata laku negara
terhadap geografis sebagai tata hubungan antara manusia dan wadah
lingkungannya.
Kondisi obyektif geografi Nusantara yang merupakan untaian
ribuan pulau-pulau yang tersebar dan terbentang di khatulistiwa serta
terletak pada posisi silang yang sangat strategis, memilliki karakteristik atau
watak yang berbeda dengan negara lainnya. Wilayah Indonesia pada saat
Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 masih berlaku “Territoriale Zee
En Maritime Kringen Ordonantie” tahun 1939, dimana lebar laut wilayah
Indonesia adalah 3 mill diukur dari garis air rendah dari masing-masing
pantai pulau Indonesia. Penetapan lebar wilayah laut 3 mill tersebut tidak
menjamin kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
lebih terasa lagi bila dihadapkan kepada pergolakan-pergolakan dalam
negeri pada saat itu dan mengingat keadaan lingkungan alamnya maka
persatuan bangsa dan kesatuan wilayah negara menjadi tuntutan utama bagi
terwujudnya kemakmuran dan keamanan yang berlanjut. Atas
pertimbangan tersebut maka dimaklumkanlah “Deklarasi Djuanda” pada
tanggal 13 Desember 1957, yang berbunyi:
“...berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan
bahwa segala perairan disekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-
pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau
lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara
Indonesia dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 81
nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia. Lalu
lintas yang damai diperairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin
selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan
keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan teritorial (yang
lebarnya 12 mill) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung
yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia, ....”

Deklarasi ini menyatakan bahwa bentuk geografi Indonesia


merupakan negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil
dengan sifat dan corak tersendiri. Juga dinyatakan demi keutuhan teritorial
dan untuk melindungi kekayaan negara yang terkandung di dalamnya maka
pulau-pulau serta laut yang ada diantaranya haruslah dianggap sebagai
suatu kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk mengukuhkan asas negara
kepulauan ini ditetapkanlah Undang-Undang Nomor: 4/Prp tahun 1960
tentang Perairan Indonesia.
Maka sejak itu berubahlah luas wilayah dari ± 2 juta Km2 menjadi ±
5 juta Km2 dimana ± 65% wilayahnya terdiri dari laut/perairan, oleh karena
itu tidaklah mustahil bila negara Indonesia juga dikenal sebagai negara
kepulauan (negara maritim). Sedangkan yang ± 35% lagi adalah daratan
yang terdiri dari 17.508 buah pulau yang antara lain berupa 5 (lima) buah
pulau besar, yakni: Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya
(Papua), ± 11.808 pulau-pulau kecil belum semua diberi (ada) namanya,
dengan luas daratan dari seluruh pulau-pulau tadi ± 2.028.087 km2 dengan
panjang pantai 81.000 km dan topografi daratannya merupakan
pegunungan dengan gunung-gunung berapi, baik yang masih aktif maupun
yang sudah tidak aktif lagi.
Sekarang pengertian kata Nusantara ialah kepulauan Indonesia yang
terdiri dari 17.508 pulau besar maupun kecil dan diantara batas astronomis
sebagai berikut:
Utara : ± 060 08' LU
Selatan : ± 110 15' LS
Barat : ± 940 45' BT
Timur : ± 1410 05' BT
Dan jarak Utara - Selatan ± 1.888 km
Barat - Timur ± 5.110 km

82 | WAWASAN NUSANTARA |
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini.

PETA POLITIK WILAYAH REPUBLIK INDONESIA s.d. 13 DESEMBER


1957

Bentuk dan luas wilayah Nusantara pada saat masih berlakunya “Territoriale
Zee En Maritieme Kringen Ordinantie” tahun 1939 warisan perundang-
undangan Kolonial.
DASAR HUKUM
TZMKO TAHUN 1939 NO. 442

PETA POLITIK WILAYAH REPUBLIK INDONESIA


DARI 13 DESEMBER 1957 s.d. 17 FEBRUARI 1969
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 83
Bentuk dan luas kedaulatan wilayah Nusantara sejak “Deklarasi Djuanda
1957”

DASAR HUKUM
DEKLARASI JUANDA 1957
UU NO. 4 PRP 1960

Melalui konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional yang


ketiga tahun 1982, maka Pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan
dicantumkan dalam UNCLOS 82 (United Nation Convention on the Law Of the
Sea atau Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Tentang Hukum Laut).
Indonesia meratifikasi UNCLOS 82 tersebut melalui Undang-
Undang No. 17 tahun 1985 pada tanggal 31 Desember 1985, dan sejak tanggal
16 Nopember 1993 UNCLOS 82 telah diratifikasi oleh 60 negara sehingga
menjadi hukum positif sejak 16 Nopember 1994.

PETA POLITIK WILAYAH RI S/D DESEMBER 1999

DASAR HUKUM
- PENGUMUMAN PEMERINTAH RI TAHUN 1969 TENTANG
LANDAS KONTINEN
- UU NO. 1 TAHUN 1973
- UNCLOS TAHUN 1982
- UU NO. 17 TAHUN 1985

84 | WAWASAN NUSANTARA |
PETA POLITIK WILAYAH RI
DARI DESEMBER 1999 S/D SEKARANG

DASAR HUKUM
- PENGUMUMAN PEMERINTAH RI TAHUN 1969 TENTANG
LANDAS KONTINEN
- UU NO. 1 TAHUN 1973
- UNCLOS 1982
- UU NO. 17 TAHUN 1985

Berlakunya UNCLOS 82 akan berpengaruh dalam upaya


pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luasnya
Zone Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan Landas Kontinen Indonesia. Satu segi
UNCLOS 82 memberikan keuntungan bagi pembangunan nasional adalah
bertambah luasnya perairan yurisdiksi nasional berikut kekayaan alam yang
terkandung di laut dan dasar lautnya, serta terbukanya peluang untuk
memanfaatkan laut sebagai medium transportasi, namun dari segi lain
potensi kerawanannya bertambah besar pula. Dengan telah dikukuhkannya
wilayah darat dan laut atau perairan, maka sebagaimana perjuangan
tersebut, perjuangan bangsa Indonesia selanjtnya adalah menegakkan
kedaulatan di dirgantara yakni: wilayah Indonesia secara vertikal, terutama
dalam rangka memanfaatkan wilayah Geo Stationary Orbit (GSO) yang dapat
dijadikan kepentingan ekonomi maupun Hankam. Untuk memberikan
gambaran wilayah GSO Indonesia, maka dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 85
GAMBAR GSO INDONESIA
DAN BATAS DIRGANTARA NASIONAL

Kondisi dan konstelasi geografi Indonesia yang mengandung


beraneka ragam kekayaan alam baik yang berada di dalam maupun di atas
permukaan bumi serta potensi di udara dan ruang angkasa, dengan jumlah
penduduk yang besar, terdiri dari berbagai suku yang memilliki budaya dan
tradisi, serta pola kehidupan yang beraneka ragam.
Dengan demikian secara kontekstual, geografi Indonesia
mengandung keunggulan namun juga kelemahan/kerawanan, oleh karena
itu kondisi dan konstelasi geografi ini harus dicermati secara utuh
menyeluruh dalam merumuskan kebijakan politik yang disebut Geopolitik
Indonesia. Dengan kata lain setiap perumus kebijakan nasional harus
memilliki wawasan kewilayahan atau ruang lingkup bangsa yang diatur
politik ketatanegaraan. Oleh karena itu, Wawasan Kebangsaan atau
Wawasan Nasional Indonesia, yang memperhatikan dan

86 | WAWASAN NUSANTARA |
mempertimbangkan kondisi dan konstelasi geografis Indonesia,
mengharuskan tetap terpeliharanya keutuhan dan kekompakan wilayah,
akan tetapi tetap menghargai dan menjaga ciri, karakter dan kemampuan
(keunggulan dan kelemahan) masing-masing daerah dan harus mampu
memanfaatkan nilai lebih dari geografi Indonesia tersebut.

2. Aspek Kehidupan
a. Latar Belakang Sosial Budaya
Budaya atau kebudayaan, dalam arti etimologis adalah segala
sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan budi manusia. Karena manusia tidak
hanya bekerja dengan kekuatan budinya, melainkan juga dengan perasaan
fantasi atau imajinasi dan dengan kehendaknya, maka lebih lengkap jika
kebudayaan diungkapkan sebagai citra, rasa, dan karsa (budi, perasaan, dan
kehendak).
Sosial budaya sebagai salah satu aspek kehidupan nasional
(disamping politik, ekonomi dan Hankam) adalah faktor dinamik
masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir batin
yang memungkinkan hubungan sosial di antara anggota-anggotanya.
Masyarakat Indonesia sejak awalnya terbentuk dengan ciri
kebudayaan yang sangat beragam oleh pengaruh ruang hidup berupa
kepulauan dengan ciri alamiah tia-tiap pulau yang berbeda-beda pula.
Bahkan perbedaan ciri alamiah antara pulau-pulau yang satu dengan lainnya
sangat besar sehingga membawa pengaruh pada perbedaan karakter
masyarakatnya dengan sangat mencolok. Disamping perbedaan-perbedaan
berkaitan dengan ruang hidup, masyarakat Indonesia dapat pula dibedakan
berdasarkan ras dan etnik. Pengaruh/faktor alamiah itu membentuk
perbedaan-perbedaan secara khas kebudayaan masyarakat di tiap- tiap
daerah dan sekaligus menampakkan perbedaan-perbedaan daya tanggap
inderawi serta pola tingkah laku kehidupan baik dalam hubungan vertikal
maupun horisontal. Secara universal kebudayaan masyarakat yang
heterogen tersebut mempunyai unsur-unsur penting yang sama yaitu,
pertama sistem religi dan upacara keagamaan; kedua, sistem masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan; ketiga, sistem pengetahuan; keempat, bahasa;
kelima, kesenian (budaya dalam arti sempit); keenam, sistem mata pencarian;
dan ketujuh, sistem teknologi dan peralatan.
Dengan perbedaan ciri alamiah dan unsur-unsur penting
kebudayaan sebagaimana dijelaskan di atas, dapat dibedakan secara lahiriah
antara orang Jawa dengan orang Batak, atau antara orang Manado dengan
orang Irian (Papua), baik dalam penampilan pribadi maupun dalam
hubungan kelompok (masyarakat). Dari ciri ruang hidup yang menjadi asal
| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 87
usul suatu masyarakat dengan mudah pula dapat dikenali perbedaan umum
antara masyarakat pantai (nelayan) yang pemberani (menentang alam),
dinamik, agresif dan terbuka, dengan masyarakat petani (agraris) yang
teratur (mengikuti ritme alam), mementingkan keakraban, kurang terbuka
(pandai menyembunyikan perasaan), atau antara masyarakat desa yang
masih memegang teguh nilai-nilai religius, kekerabatan dan paguyuban,
dengan masyarakat kota yag cenderung materialistik, individual dan
patembayan.
Sesuai dengan sifatnya, kebudayaan merupakan warisan yang
bersifat memaksa bagi masyarakat yang bersangkutan. Artinya, setiap
generasi yang lahir dari suatu masyarakat dengan serta merta mewarisi
norma-norma budaya dari generasi sebelumnya (nenek moyang), yang
sekaligus menangani dirinya dengan segala peraturan atau keharusan yang
mesti dijalani dan yang tidak boleh dilanggar (ditabukan). Warisan budaya
diterima secara emosional, dan bersifat mengikat kedalam (cohesivness)
secara kuat. Oleh karena itu dapat dipahami bila ikatan budaya yang
emosional itu menjadi sangat sensitif sifatnya. Ketersinggungan budaya,
walaupun secara rasional dianggap tidak berarti (sepele), dapat meluapkan
emosi masyarakat, bahkan dengan mudah memicu terjadinya konflik antar
golongan masyarakat secara meluas dan tidak rasional. Disamping itu
warisan budaya juga membentuk ikatan pada setiap individu atau masyaraat
dengan daerah asal budaya. Dengan demikian kebudayaan dapat
membentuk sentimen-sentimen kelompok, suku dengan daerah asalnya
(parochial). Bahkan sentimen-sentimen kelompok tersebut seringkali
dijadikan perisai atau benteng pelindung terhadap ketidakmampuan
individu-individu yang menghadapi tantangan lingkungan yang dianggap
mengancam eksistensi budayanya.
Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi
geografi negara Republik Indonesia, tergambarkan secara jelas betapa sangat
heterogen serta uniknya masyarakat Indonesia yang terdiri dari ratusan suku
bangsa dengan masing-masing adat istiadatnya, bahasa daerahnya, agama
dan kepercayaannya. Oleh karena itu dalam prospektif budaya tata
kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antar golongan
masyarakat mengandung potensi konflik yang sangat besar, terlebih dengan
kesadaran nasional masyarakat yang relatif masih rendah sejalan dengan
masih terbatasnya jumlah masyarakat terdidik.
Bangsa Indonesia yang menegara pada 17 Agustus 1945 adalah hasil
dari suatu proses perjuangan panjang yang secara embrional muncul melalui
kesepakatan moral dan politik sejak pergerakan Budi Utomo tahun 1908.

88 | WAWASAN NUSANTARA |
Dalam perspektif budaya, kehendak bersatu membentuk persatuan bangsa
tersebut merupakan proses sosial yang didorong oleh kesadaran segenap
kelompok masyarakat untuk bersama-sama membangun satu tatanan
kehidupan baru sebagai satu masyarakat yang besar, dengan tetap mengakui
dan menerima eksistensi budaya masyarakat asal dengan segala perbedaan ciri
dan sifatnya. Sebagai suatu proses sosial, kehendak mewujudkan persatuan
bangsa dalam satu kesatuan wilayah negara Republik Indonesia tersebut
mengandung unsur dinamik. Artinya, nilai persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia tidak akan terwujud secara lengkap dan sempurna hanya dengan
sekali usaha bersama berupa ikrar bersama (Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928) atau secara politik (Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945). Proses
sosial untuk menjaga dan memelihara nilai persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia harus terus menerus dilakukan sejalan dengan dinamika
lingkungan yang terus berkembang. Besarnya potensi konflik antar golongan
masyarakat yang setiap saat membuka peluang terjadinya disintegrasi
semakin mendorong perlunya dilakukan proses sosial yang akomodatif.
Proses sosial tersebut mengharuskan setiap kelompok masyarakat budaya
untuk saling membuka diri, memahami eksistensi budaya masing-masing,
serta mau menerima dan memberi (take and give), untuk itu keteguhan setiap
warga atau kelompok masyarakat atau suku bangsa terhadap
ikrar/kesepakatan bersama akan sangat menentukan kelangsungan hidup
negara dan bangsa Indonesia dalam mencapai tatanan masyarakat yang
harmonis. Disamping itu bangsa Indonesia harus selalu ingat akan apa yang
pernah dialaminya dimana bentrokan yang menelan korban terjadi di
beberapa tempat, baik yang diakibatkan perbedaan agama, ingin merdeka
atau memisahkan diri, perbedaan etnis dan sebagainya.
Dari tinjauan sosial budaya seperti tersebut di atas, pada akhirnya
dipahami bahwa proses sosial dalam keseluruhan upaya menjaga persatuan
nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi atau kesatuan cara
pandang diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang
sangat beragam namun memilliki semangat untuk membina kehidupan
bersama secara harmonis, sehingga wawasan kebangsaan atau wawasan
nasional Indonesia diwarnai oleh keinginan untuk menumbuhsuburkan
faktor-faktor positif, terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa serta
berusaha untuk mengurangi pengaruh negatif dari faktor-faktor yang dapat
menimbulkan disintegrasi bangsa atau kalau dapat menghilangkannya.

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 89
b. Tinjauan Kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-citanya pada umumnya
tumbuh dan berkembang akibat latar belakang sejarah. Demikian juga
sejarah Indonesia diawali dari negara-negara kerajaan tradisional yang
pernah ada di wilayah Nusantara melalui kedatuan Sriwijaya dan kerajaan
Majapahit. Kedua kerajaan tersebut landasannya adalah mewujudkan
kesatuan wilayah, meskipun belum timbul rasa kebangsaan, namun sudah
timbul semangat bernegara. Kaidah-kaidah sebagai negara modern, seperti:
rumusan falsafah negara belum jelas, konsepsi cara pandang belum ada,
yang ada berupa slogan-slogan seperti yang ditulis Mpu Tantular, Bhinneka
Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangrwa. Untuk selanjutnya Bhineka Tunggal
Ika diangkat oleh Bangsa Indonesia sebagai sesanti dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Runtuhnya Sriwijaya dan
Majapahit antara lain disebabkan oleh karena belum adanya kesepakatan
bersama untuk menjadi satu kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam
satu kesatuan negara yang utuh.
Dalam perjuangan berikutnya nuansa kebangsaan mulai muncul
sejak tahun 1900-an yang ditandai dari lahirnya sebuah konsep baru dan
modern. Konsep baru dan modern ini berbeda secara prinsipil baik “dasar”
maupun “tujuan” keberadaannya dengan kerajaan tradisional sebelumnya.
Wujud konsep baru dan modern ialah lahirnya Proklamasi Kemerdekaan
dan proklamasi penegakan negara merdeka. Kehadiran penjajahan telah
merapuhkan budaya Nusantara oleh budaya barat yang disebut
“Renaisance”. Penjajahan tersebut mengakibatkan penderitaan dan kepahitan
yang sangat panjang, namun disisi lain menimbulkan semangat, senasib
sepenanggungan untuk bertekad memerdekakan diri yang merupakan awal
“semangat kebangsaan”, yang diwadahi dalam organisasi Boedi Oetomo (20
Mei 1908), yang sekarang disebut “Kebangkitan Nasional”. Semangat inilah
yang merupakan modal dari konsepsi atau cara pandang kebangsaan atau
“Wawasan Kebangsaan Indonesia” yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda
(28 Oktober 1928), Satu Nusa, Satu bangsa, dan menjunjung tinggi Bahasa
Nasional Indonesia dan pada kongres Pemuda tersebut untuk pertama kali
lagu Indonesia Raya dikumandangkan.
Dengan semangat kebangsaan tersebut melalui perjuangan
berikutnya menghasilkan Proklamasi 17 Agustus 1945, di mana Indonesia
mulai menegara. Proklamasi kemerdekaan harus dipertahankan dengan
semangat persatuan yang esensinya adalah “mempertahankan persatuan
Bangsa Indonesia dan menjaga kesatuan Wilayah Negara Republik
Indonesia”.

90 | WAWASAN NUSANTARA |
Batas wilayah Negara RI merupakan warisan kolonial Hindia
Belanda di mana batas wilayah perairan ditentukan dan diakui berdasarkan
Territoriale Zee En Martitieme Kringen Ordonnantie (TZMKO),1939, dimana
laut teritorial selebar 3 mill laut dari garis pangkal masing-masing pulau.
Dengan menggunakan undang-undang kolonial tersebut, Indonesia
secara politik dan ekonomi sangat dirugikan, karena belum terwujudnya
Tanah dan Air dalam satu kesatuan yang utuh. Melalui proses perjuangan
yang panjang (± 28 tahun) Indonesia berhasil merubah batas wilayah
perairan dari 3 mill laut menjadi 12 mill laut, melalui Deklarasi Djuanda (13
Desember 1957), yang sekaligus merupakan kehendak politik RI dalam
menyatukan Tanah dan Air RI, menjadi satu kesatuan hingga terwujud
kesatuan wilayah RI dan sejak saat itu kata Nusantara resmi mulai
digunakan dalam istilah “konsepsi nusantara” sebagai nama dari Deklarasi
Djuanda. Sedangkan kata “Nusantara” itu berasal dari kata Nusa yang
berarti pulau dan kata Antara. Jadi artinya adalah pulau-pulau yang terletak
diantara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudra (Pasifik dan
Hindia).
Konsepsi Nusantara yang dilandaskan pada semangat kekompakan
mengacu pada konstelasi geografi RI sebagai negara kepulauan, dikukuhkan
menjadi UU No 4/Prp tahun 1960 yaitu:
1) Perairan Indonesia ialah laut wilayah Indonesia beserta perairan
pedalaman Indonesia.
2) Laut wilayah Indonesia ialah jalur laut 12 mill laut.
3) Perairan pedalaman Indonesia ialah semua perairan yang terletak pada
sisi dalam dari garis dasar, sebagai yang dimaksud pada ayat 2.
Konsepsi Nusantara mengilhami masing-masing Angkatan untuk
mengembangkan wawasan berdasarkan matranya masing-masing yang
terdiri dari Wawasan Benua Angkatan Darat Republik Indonesia, Wawasan
Bahari Angkatan Laut Republik Indonesia, Wawasan Dirgantara Angkatan
Udara Republik Indonesia. Untuk menghindari berkembangnya wawasan
masing-masing yang tidak menguntungkan karena mangancam
kekompakan ABRI disusunlah Wawasan Hankamnas yang terpadu dan
terintegrasi sebagai hasil seminar Hankam I tahun 1966 yang diberi nama
Wawasan Nusantara Bahari yang terdiri dari: Wawasan Nusantara
merupakan konsepsi dalam memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia
dimana diperlukan keserasian antara Wawasan Bahari, Wawasan
Dirgantara, Wawasan Benua sebagai pengejawantahan segala dorongan-
dorongan (motives) dan rangsangan-rangsangan (drives) dalam usaha
mencapai aspirasi-aspirasi bangsa dan tujuan negara Indonesia. Sedangkan

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 91
Wawasan Bahari adalah Wawasan masa depan yang merupakan suatu
pandangan, satu aspek falsafah hidup satu bangsa dimana penggunaan dan
penguasaan lautan adalah mutlak untuk perkembangan kesejahteraan dan
kejayaan negara serta bangsa dimasa mendatang.
Pada Rapat Kerja Hankam tahun 1967, diputuskan untuk
menamakan Wawasan Hankamnas sebagai Wawasan Nusantara.
Selanjutnya pada November 1972 Lembaga Pertahanan Nasional
(Lemhannas) melakukan penelitian dan pengkajian segala bahan dan data
Wawasan Nusantara untuk sampai kepada perumusannya yang lebih terurai
agar dapat bertegak sebagai wawasan nasional. Pada tahun 1973 Wawasan
Nusantara diangkat dalam Tap: IV/MPR/1973 tentang GBHN dalam bab II
huruf “E”.
Perjuangan di dunia internasional untuk diakuinya wilayah
Nusantara sesuai dengan Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957,
merupakan rangkaian perjuangan yang cukup panjang untuk memperoleh
pengukuhan bagi asas negara kepulauan di forum internasional. Dimulai
sejak konferensi PBB tentang Hukum Laut pada tahun 1958, kemudian yang
kedua tahun 1960 dan akhirnya pada konferensi ketiga tahun 1982, pokok-
pokok asas negara Kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 82
(United Nations Convention on the Law Of the Sea atau Konvensi Perserikatan
Bangsa-bangsa tentang Hukum Laut).
Dari uraian tersebut di atas, maka Wawasan Kebangsaan atau
Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang
menginginkan tidak terulangnya lagi perpecahan dalam lingkungan bangsa
dan negara Indonesia yang akan melemahkan perjuangan dalam mengisi
kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil
kesepakatan bersama, agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain.

92 | WAWASAN NUSANTARA |
BAB VI
LANDASAN WAWASAN NUSANTARA

A. Landasan Wawasan Nusantara


1. Landasan Idiil
Landasan idiil Wawasan Nusantara adalah Pancasila. Hal tersebut
dikarenakan Pancasila sebagai dasar negara, termasuk mendasari
keberadaan Wawasan Nusantara. Pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara antara lain mensyukuri anugerah
konstelasi dan posisi geografi serta isi dan potensi yang dimilliki oleh
wilayah nusantara.

2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional Wawasan Nusantara adalah Undang-
Undang Dasar 1945, karena undang-undang dasar itulah yang merupakan
konstitusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Wujudnya antara lain dalam bentuk negara kesatuan serta penguasaan oleh
negara atas bumi, air, dan dirgantara.

B. Unsur Dasar Wawasan Nusantara


1. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memilliki sifat serba nusantara
dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya ialah
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Setelah menegara
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa Indonesia memilliki
organisasi kenegaraan yang merupakan wadah sebagai kegiatan kenegaraan
dalam wujud supra struktur politik, sedangkan wadah dalam kehidupan
bermasyarakat adalah sebagai kelembagaan dalam wujud infra struktur
politik.

2. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-
cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Menyadari bahwa untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat
maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut di atas bangsa
Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan dalam kehidupan nasional yang berupa politik, ekonomi, sosial

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 93
budaya dan hankam. Oleh karena itu Isi menyangkut dua hal yang esensial,
yakni:
a) Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama, dan
perwujudannya, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.
b) Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek
kehidupan nasional

3. Tata Laku (Conduct)


Tata laku merupakan hasil interaksi antara “wadah” dan “isi” yang
terdiri dari tata laku bathiniah dan lahiriah. Tata laku bathiniah
mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa
Indonesia, sedangkan Tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan,
perbuatan dan perilaku dari bangsa Indonesia, yang kedua hal tersebut akan
mencerminkan identitas jatidiri atau kepribadian bangsa Indonesia
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memilliki rasa bangga dan
cinta terhadap bangsa dan tanah airnya sehingga menumbuhkan
nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

C. Arah Pandang Wawasan Nusantara


1. Arah Pandang ke Dalam
Arah pandang ke dalam bertujuan menjamin perwujudan persatuan
kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun
aspek sosial. Arah pandang ke dalam mengandung arti bahwa bangsa
Indonesia harus peka dan berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini
mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan harus
mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan
dalam kebinnekaan.

2. Arah Pandang ke Luar


Arah padang ke luar ditujukan demi terjaminnya kepentingan
nasional dalam dunia yang serba berubah, dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial serta mengembangkan suatu kerjasama dan saling hormat
menghormati. Arah pandang ke luar, mengandung arti bahwa bangsa
Indonesia dalam semua aspek kehidupan internasional harus berusaha
untuk mengamankan kepentingan nasional dalam semua aspek kehidupan
baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan
demi tercapainya tujuan nasional sesuai yang tertera pada pembukaan UUD
1945.

94 | LANDASAN WAWASAN NUSANTARA |


D. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara
1. Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara adalah sebagai Wawasan Nasional bangsa
Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh
rakyat dengan tujuan agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan
dalam rangka mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional,
dengan demikian Wawasan Nusantara dijadikan landasan visional dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional.

2. Fungsi Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi,
dorongan serta rambu-rambu, dalam menentukan segala kebijakan,
keputusan, tindakan dan perbuatan, baik bagi penyelenggara negara di
tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat/masyarakat
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Tujuan Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang
tinggi di segala bidang/aspek kehidupan dari rakyat Indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan orang
perorangan kelompok golongan suku bangsa atau daerah. Hal tersebut
bukan berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan orang perorangan,
kelompok, suku bangsa atau daerah, akan tetapi kepentingan-kepentingan
tersebut tetap dihormati, diakui dan dipenuhi, selama tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat/rakyat banyak.
Nasionalisme yang tinggi di segala bidang kehidupan demi tercapainya
tujuan nasional tersebut sebagai pancaran dari makin meningkatnya rasa
kebangsaan, faham kebangsaan dan semangat kebangsaan yang merupakan
kesatuan yang utuh dalam jiwa rakyat bangsa Indonesia sebagai hasil
pemahaman dan penghayatan dari Wawasan Nusantara yang menjadi
landasan visional bangsa Indonesia.

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 95
BAB VII
IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA

A. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Nasional


Implementasi Wawasan Nusantara secara umum dapat dibedakan
dalam pemahaman implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan
nasional dan implementasi Wawasan Nusantara dalam hubungan antara
negara Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Wawasan Nusantara bagi Bangsa Indonesia menjadi pola pikir, pola
sikap, dan pola tindak dalam menghadapi, menyikapi, menangani berbagai
permasalahan menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Dalam pelaksanaan kehidupan nasional Indonesia, implementasi
Wawasan Nusantara tersebut mencakup bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
1. Kehidupan Bidang Politik
Dalam kehidupan bidang politik, Wawasan Nusantara diharapkan
dapat menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis.
Hal tersebut tampak dalam wujud pemeritahan yang aspiratif dan
terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
Penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis berarti membangun
sistem kenegaraan yang tertata dan sejalan sesuai dengan dinamika
masyarakat Indonesia. Dinamika kehidupan kenegaraan antara lain
dibentuknya lembaga-lembaga pemerintahan berdasarkan pada Pancasila
dan UUD 1945 dengan mengacu kepaka mekanisme lima tahunan.
Mekanisme lima tahunan tersebut diawali melalui kegiatan pemillihan
umum yang sekaligus sebagai tanda, bahwa pemerintahan yang dibangun
oleh Bangsa Indonesia berdasarkan asas-asas kedaulatan rakyat.
Penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis bukan hanya
menyangkut penataan kelembagaan negara sebagai suprastruktur politik,
tetapi juga secara sinergis dengan pembangunan infrastruktur politik.
Pembangunan infrastruktur politik merupakan wujud tanggung jawab
warga negara Indonesia dalam ikut serta menyelenggarakan negara sehingga
dengan demikian dapat dipenuhilah cita-cita masyarakat. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan berupa penataan kehidupan partai-partai politik.

2. Kehidupan Bidang Ekonomi


Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan bidang
ekonomi diharapkan akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar
96 | IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA |
menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara merata dan adil. Pemahaman tersebut mengandung
konsekuensi, bahwa pembangunan ekonomi hendaklah bertumpu kepada
kekuatan rakyat dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan
kata lain, penataan ekonomi Indonesia hendak menciptakan “ekonomi
kerakyatan”. Pembangunan ekonomi kerakyatan diarahkan secara merata
bagi seluruh rakyat di semua sudut wilayah nusantara dan dapat dinikmati
secara adil oleh mereka.
Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan bidang
ekonomi juga mencerminkan tanggung jawab pengelolaan sumber daya
alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara
timbal baik. Pengelolaan sumber daya alam yang memungkinkan
pemanfaatannya secara merata perlu dibentuk aturan yang memungkinkan
perimbangan kebutuhan bagi masyarakat setempat dan sekaligus juga
memperhatikan dana pembangunan bagi wilayah yang miskin sumber daya
alam. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan antar daerah
menjadi seimbang tanpa kekhawatiran akan terjadi kesenjangan ekonomi
antar daerah.
Pemanfaatan sumber daya alam juga mengandung makna, bahwa
pelestarian sumber daya alam merupakan tanggung jawab semua warga
negara. Hal ini dimaksudkan, bahwa apabila pemanfaatannya bagi
kepentingan rakyat secara keseluruhan maka pelestarian sumber daya alam
ini pun menjadi tanggung jawab seluruh warga negara di mana pun ia
berada. Hal ini tentu tidak akan menimbulkan kecemburuan pemanfaatan
sumber daya alam tiap-tiap daerah.

3. Kehidupan Bidang Sosial Budaya


Dalam kehidupan sosial budaya, implementasi Wawasan Nusantara
akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima,
dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai
kenyataan hidup di sekitarnya dan sekaligus sebagai karunia dari sang
Pencipta. Kenyataan kebhinekaan masyarakat Indonesia antara lain
tercermin dalam perbedaan agama, suku bangsa, bahasa daerah, dan adat
istiadat. Kesadaran akan kebhinekaan itu diharapkan dapat dipakai sebagai
modal untuk membangun kebersamaan dalam wujud persatuan dan
kesatuan bagi Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Bangsa Indonesia
diharapkan lebih mampu menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa
yang rukun dan bersatu tanpa membedakan golongan dan status sosialnya.

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 97
4. Kehidupan Bidang Pertahanan Keamanan
Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan pertahanan
keamanan diharapkan akan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran
cinta tanah air dan bangsa. Cinta tanah air dan bangsa tersebut lebih lanjut
akan membentuk jiwa setiap warga negara Indonesia dalam upaya bela
negara. Jiwa bela negara bukan berarti hanya bersifat fisik belaka, tetapi juga
bela negara dalam pengertian nonfisik. Dari sinilah diharapkan warga
negara Indonesia siap menghadapi setiap ancaman yang membahayakan
kehidupan bangsa dan negara.
Kesiapan warga negara Indonesia sesuai dengan jiwa bela negaranya
akan mengantisipasi setiap ancaman sekecil apapun yang akan
membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan negara dari mana pun
datangnya. Ancaman di masa mendatang akan lebih serius mengingat
tantangan ke depan sebagai suatu fase yang disikapi sebagai kehidupan
yang mengarah kepada globalisasi. Tanpa jiwa bela negara maka
dimungkinkan Bangsa dan Negara Indonesia di masa mendatang akan selalu
terpuruk dan menjadi obyek pengaruh negara lain.
Dalam pembinaan seluruh aspek kehidupan nasional sebagaimana
gambaran di atas, implementasi Wawasan Nusantara tercermin dan menjadi
nilai dalam setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada setiap
strata di seluruh wilayah Negara Indonesia. Di samping itu, implementasi
Wawasan Nusantara juga dapat diterapkan ke dalam segala pranata sosial
yang berlaku di dalam masyarakat dalam nuansa kebhinekaan sehingga
akan tercipta dinamika kehidupan sosial yang akrab, peduli, toleran, hormat
dan taat pada hukum. Kesemuanya itu menggambarkan, bahwa Wawasan
Nusantara akan mengarahkan warga negara Indonesia akan sikap, faham,
dan semangat kebangsaan yang tinggi sebagai jati diri Bangsa Indonesia.
Itulah yang disebut dengan Nasionalisme Indonesia.

B. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Hubungan antara Negara


Indonesia dengan Bangsa-bangsa Lain di Dunia
Implementasi Wawasan Nusantara dalam hubungannya dengan
bangsa-bangsa lain membawa implikasi dalam hal-hal sebagai berikut:
perhatian pada daerah frontier, pelaksanaan Hukum Laut Internasional, dan
pemanfaatan ruang dirgantara.
1. Perhatian pada Daerah Frontier
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepualauan
yang terbesar di dunia. Wilayah Indonesia terdiri atas rangkaian pulau-
pulau besar dan kecil sekitar 17.508 buah yang membentang seluas lebih
kurang delapan juta kilo meter persegi. Sesuai dengan posisi geografisnya,
98 | IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA |
Negara Indonesia memilliki daerah perbatasan yang berupa perbatasan di
darat dan perbatasan di laut dengan negara-negara tetangga.
Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa tersebar
secara tidak merata di seluruh wilayah negara. Sebagian besar penduduk
Indonesia tersebut berada di pusat-pusat pemerintahan dan pusat-pusat
industri atau perdagangan, akibatnya sebagian kecil yang menempati
daerah-daerah terpencil. Daerah-daerah terpencil itu sebagian besar berada
di daerah perbatasan negara.
Kehidupan di daerah-daerah terpencil termasuk daerah perbatasan
berbeda dengan kehidupan di pusat pemerintahan dan daerah perdagangan
atau industri. Kehidupan di pusat pemerintahan dan daerah industri atau
perdagangan memilliki kelengkapan sarana dan prasarana yang baik.
Namun, bagi daerah terpencil, termasuk daerah perbatasan, berlaku kondisi
sebaliknya. Kenyataan lain untuk daerah terpencil dan daerah perbatasan
adanya kondisi alam yang sulit dijangkau berupa wilayah pegunungan,
hutan lebat, atau lautan. Akibatnya sistem sirkulasi daerah-daerah
perbatasan kurang memadai.
Sulitnya sistem sirkulasi daerah-daerah perbatasan memberi dampak
sulitnya pengawasan dan pengendalian segala aktivitas penduduknya oleh
pemerintah pusat. Akibat lebih lanjut adalah rasa keterpencilan atau rasa
keterasingan yang kurang diperhatikan oleh pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah.
Rasa keterasingan sebagian masyarakat Indonesia terjadi di
sepenjang perbatasan Kalimantan dengan Serawak dan Sabah, Pulau
Miangas di propinsi Sulawesi Utara berbatasan dengan Philipina dan
wilayah Papua yang berbatasan dengan Negara Papua Nugini.
Di perbatasan Kalimantan, masyarakat Dayak lebih mudah
berinteraksi dengan anggota masyarakat di seberang perbatasan. Hal ini
menyebabkan timbulnya rasa kedekatan mereka yang lebih kuat bila
dibandingkan dengan interaksi mereka dengan masyarakat wilayah lain di
Indonesia. Hal ini apabila tidak diperhatikan dan tidak ditangani secara
cepat dan tepat, maka jalinan rasa kedekatan dengan masyarakat negara
tetangga akan semakin kuat. Oleh karena itu, tidak mustahil masyarakat
Indonesia di sepanjang perbatasan akan berpaling secara psikologis,
sosiologis dan bahkan politis kepada negara tetangga.
Perhatian kepada daerah perbatasan seperti tersebut di atas akan
menimbulkan akibat seakan-akan batas negara bergeser ke dalam wilayah
Indonesia. Kenyataan ini mengakibatkan adanya batas imajiner yang berupa

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 99
batas pengaruh asing yaitu pengaruh negara tetangga terhadap wilayah
Indonesia. Batas imajiner inilah yang dinamakan Daerah Frontier.
Daerah frontier yang terbentuk bersifat dinamis, artinya dapat
bergeser sesuai dengan kadar pengaruh pemerintah terhadap masyarakat
yang bersangkutan. Pengaruh efektif pemerintah pusat tidak lagi mencakup
seluruh wilayah kedaulatan Indonesia, tetapi dikurangi dengan luas wilayah
sampai dengan batas frontier yang sudah dipengaruhi oleh kekuatan asing
dari seberang perbatasan. Pengaruh asing dapat berawal dari pengaruh
budaya atau pengaruh ekonomi. Akan tetapi pengaruh tersebut apabila tidak
ditangani secara efektif dapat berkembang menjadi permasalahan politik
yang berujung pada kehendak memisahkan diri dari masyarakat di daerah
frontier. Dengan demikian daerah frontier berdampak pada hilangnya
wilayah yang berada di bawah kedaulatan Negara Indonesia.
Pemahaman atas kondisi dan konstelasi Indonesia serta posisinya di
antara negara-negara lain yang relatif lebih maju dan sejahtera, kesadaran
akan kemungkinan terjadinya daerah frontier harus selalu dihidupkan.
Kenyataan ini didukung oleh kondisi persaingan global yang
memungkinkan munculnya daerah frontier lebih luas lagi. Dalam posisi
yang demikian Wawasan Nusantara dapat diartikan memberikan pengaruh
positif terutama dalam penyelenggaraan negara dalam upaya
menghilangkan atau mencegah timbulnya daerah frontier tersebut.
Ada beberapa prinsip kebijaksanaan yang dapat dikembangkan
dalam mengatasi munculnya daerah frontier sebagai berikut:
1) Adanya perbaikan sistem sirkulasi di seluruh wilayah negara, terutama
pada daerah-daerah terpencil dan sepanjang daerah perbatasan negara.
Hal tersebut untuk menghilangkan rasa keterpencilan atau rasa
keterasingan sebagian masyarakat serta meningkatkan efektivitas
komunikasi antar golongan masyarakat dan antar daerah di dalam
wilayah Negara Indonesia. Di samping itu, perbaikan sistem sirkulasi
dapat menghilangkan efektivitas pengawasan dan pengendalian
masyarakat oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2) Upaya membangun pusat-pusat pertumbuhan di daerah terpencil atau
daerah perbatasan sesuai dnegan potensi daerah tersebut. Pembangunan
ini diarahkan untuk mewujudkan percepatan pemerataan kesejahteraan
rakyat. Pembangunan juga diharapkan memberi daya tarik baru yang
mampu mengalihkan perhatian masyarakat di daerah perbatasan dari
tempat pertumbuhan di negara-negara tetangga.
3) Upaya menjalin kerjasama dalam bidang budaya, ekonomi dan politik
dengan negara tetangga yang berbatasan. Kerjasama ini dimaksudkan

100 | IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA |


untuk menumbuhkan pusat-pusat kehidupan yang tidak merugikan
bagi kedaulatan wilayah negara masing-masing.

2. Implikasi Hukum Laut Internasional dan Kaitannya dengan Wawasan


Nusantara
Hukum Laut Internasional (HLI) telah mengatur secara internasional
hubungan hak, kewenangan, dan kewajiban negara atas laut. Deklarasi
Djuanda tahun 1957 merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang menegara
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam upaya
memperoleh hak dan kewenangan atas laut dalam wilayah yuridikasi
nasional yang sekaligus berimplikasi terhadap hak dan kewajibannya dalam
dunia internasional.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah
satu tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia. Kewajiban negara ini menjadikan Bangsa Indonesia harus
dapat mewujudkan kedaulatan atas wilayah yurisdiksi nasional yang
sebagian besar berupa wilayah perairan atau laut. Upaya Indonesia tersebut
mendapatkan kesepakatan berdasarkan UNCLOS tahun 1982 yang secara
legal mendukung wilayah Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam
deklarasi Djuanda sesuai dengan prinsip Wawasan Nusantara.
Rezim negara kepulauan sebagaimana dinyatakan dalam Hukum
Laut Internasional dengan tegas telah memberikan arti kesatuan wilayah
bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap keberadaan perairan
Indonesia. Di sisi lain hal tersebut berimplikasi terhadap pemenuhan
kewajiban Indonesia dalam ketentuan-ketentuan tentang pemanfaatan dan
pendayagunaan perairan laut nusantara. Seluruh laut nusantara, ruang di
atasnya, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam dan di bawah lautan
yang sebelumnya merupakan laut bebas selanjutnya dapat diolah untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia. Hak dan kewenangan terhadap laut ini
mencakup antara lain laut wilayah (laut teritorial, zona tambahan, zona
ekonomi eksklusif, landas kontinen, dan sumber daya alam yang
dikandungnya).
Kewajiban Indonesia atas laut berkenaan dengan lintas damai, lintas
transit, penyediaan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), dan keamanan
laut dari berbagai pelanggaran dan kejahatan. Di samping itu, masalah
navigasi, keselamatan jiwa di laut, pemanfaatan sumber daya kelautan bagi
umat manusia di seluruh dunia juga menjadi tanggung jawab bangsa
Indonesia. Peraturan perundang-undangan ini hendaknya dibuat dalam
rangka menjamin kepentingan keamanan dan penegakan hukum laut yang

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 101


harus segera dibuat oleh pemerintah Indonesia sehingga Negara Indonesia
mampu mengendalikan wilayah laut nusantara.
Pemerintah Indonesia dalam pembangunan kelautan dapat
mengerahkan armada niaga, armada perikanan, armada angkatan laut,
industri maritim, serta eksplorasi dan eksploitasi kelautan. Pembangunan
kelautan ini disadari membutuhkan investasi yang sangat besar, memilliki
kandungan resiko tinggi dan bersifat padat teknologi, serta titik impasnya
jangka panjang, maka pemberdayaan potensi nasional sangat diperlukan.
Pembangunan kelautan yang memadai akan mengantarkan Bangsa
Indonesia menjadi Bangsa Bahari.

Soal-Soal Latihan
1. Relasi negara dengan lingkunganya mendasari perumusan wawasan
nasional.
a. Mengapa bangsa-bangsa perlu memilliki wawasan nasional?
b. Jelaskan wawasan nasional bangsa Indonesia!
2. Suatu konsep muncul tak lepas dari sesuatu yang melatarbelakanginya,
termasuk juga halnya dengan konsep Wawasan Nusantara.
Jelaskan latar belakang timbulnya Wawasan Nusantara!
3. Bicara masalah Wawasan Nusantara tak lepas dari konsep Geopolitik.
a. Apa yang dimaksud dengan Geopolitik itu. Jelaskan!
b. Jelaskan kaitan antara Wawasan Nusantara dengan Geopolitik!
c. Mengapa Geopolitik tiap-tiap negara itut idak sama. Jelaskan
pendapat saudara?
4. Arah pandang Wawasan Nusantara adalah keluar dan kedalam.
a. Jelaskan arah pandang Wawasan Nusantara keluar dan kedalam!
b. Apakah ada kaitannya antara arah pandang Wawasan Nusantara?
5. Bicara Wawasan Nusantara terkait dengan Pancasila dan UUD 1945.
Jelaskan kaitan antara Wawasan Nusantara dengan Pancasila. Wawasan
Nusantara dengan UUD 1945!
6. Wawasan Nusantara sebagai wawasan pembangunan bangsa dan
negara Indonesia.
a. Jelaskan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan Wawasan
Nusantara digunakan sebagai wawasan pembangunan!
b. Terangkan unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam
membangun satu kesatuan di bidang politik!
7. Dalam upaya pembelaan negara merupakan suatu kehormatan, hak dan
kewajiban bagi setiap WNI.

102 | IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA |


a. Bagaimana pendapat saudara terhadap pernyataan di atas, uraikan!
b. Beri contoh apa yang dapat dilakukan bagi setiap WNI dalam
mewujudkan pernyataan tersebut!
8. Kita sadari sepenuhnya bahwa dalam kehidupan nasional Indonesia
memilliki kebhinekaan.
a. Usaha-usaha apa yang dapat kita lakukan untuk membangun
kesatuan di bidang sosial budaya.
b. Bagaimana pandangan saudara dalam menentukan masa depan
Indonesia agar dapat mempertahankan keutuhannya?
9. Menurut pandangan Wawasan Nusantara, bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi bidang politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
a. Bagaimana implementasi bidang ekonomi dalam penyelenggaraan
negara? Jelaskan.
b. Dalam kaitannya dengan Ketahahan Nasional, bidang manakah
yang dianggap paling penting? Jelaskan dan beri contoh!
10. Adanya konflik tingkat elit politik akan berdampak bagi rakyat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
a. Berikan gambaran konflik tingkat elit politik yang dimaksud? Dan
berikan contoh pula!
b. Identifikasikan dampak konflik elit politik terhadap kehidupan
bermasyarakat!

Topik Diskusi
1. Kondisi geografis Indonesia dalam perspektif Wawasan Nusantara.
2. Pluralitas masyarakat Indonesia dalam perspektif Wawasan Nusantara.
3. Kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi dalam perspektif
Wawasan Nusantara.
4. Aktualisasi Wawasan Nusantara dalam era Otonomi Daerah.
5. Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut untuk kesejahteraan
masyarakat.

| PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN | 103

Anda mungkin juga menyukai