Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS HUKUM

TUGAS
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
(GEOPOLITIK INDONESIA)

Disusun oleh :

MOHAMAD KHOIRUL FADLI


16/397668/HK/20990

YOGYAKARTA
2016
GEOPOLITIK DAN PERMASALAHANNYA

I. GEOPOLITIK
Istilah geopolitik menurutt Federich Ratzel (1844-1904) sebagai
ilmu bumi politik (Political Geografi). Kemudian seiring berkembangnya
zaman, istilah ini dikembangkan dan diperluas oleh sarjana ilmu politik
yang berkebangsaan Swedia, yaitu Rudolf Kjelen (1864-1922) dan Karl
Haushofer (1869-1964) dari Jerman menjadi Geographical Politic dan
disingkat Geopolitik. Perbedaan dari kedua istilah ini yaitu, jika ilmu bumi
politik mempelajari fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan
geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi.
Jadi berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah disebutkan
diatas, dapat disimpulkan bahwa geopolitik adalah suatu aturan, ketentuan,
kebijakan yang didasarkan pada kondisi wilayah dari suatu negara dalam
rangka mencapai tujuan dari suatu negara. Pengertian tersebut jika di
terapkan pada Negara Indonesia, Geopolitik Indonesia adalah sebuah
ketentuan, aturan, kebijakan nasional Pemerintah Indonesia yang didasarkan
atau dilatarbelakangi oleh kondisi wilayah Indonesia yang merupakan
negara kepulauan sebagai upaya untuk mencapai tujuan nasional.
Didasarkan disini maksudnya adalah semua kebijakan, aturan atau ketentuan
dikaitkan dengan masalah-masalah geografi Indonesia. Dimana masalah
geografi tersebut sangat kompleks dan beragam. Hal itu di karenakan
wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu, baik pulau besar maupun
kecil, serta wilayah perairan yang sangat luas. Untuk itu dalam upaya untuk
mencapai tujuan nasional, geopolitik sangat diperlukan dalam upaya
memecahkan dan menyelesaikan permasalahan politik yang didasarkan pada
kondisi wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan (Archipelagic
Principle)1.
Prinsip-prinsip dalam geopolitik menjadi perkembangan wawasan
nasional. Hal itu pula yang terjadi di Negara Indonesia. Perkembangan dari
prinsip geopolitik Indonesia menjadi wawasan nasional atau yang biasa
dikenal sebagai wawasan nusantara.

II. GEOPOLITIK NASIONAL


A. Wawasan Nusantara
Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, yang secara
umum didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
tentang dirinya yang bhineka, dan lingkungan geografinya yang
1
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta : Paradigma, 2012), 129
berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
segenap aspek kehidupan nasional dan turut serta menciptakan dalam
ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua itu dalam rangka mencapai
Tujuan Nasional. Oleh karena itu hakekat tujuan wawasan nusantara
adalah kesatuan dan persatuan dalam kebhinekaan, yang mengandung
arti :
1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi,
posisi dan potensi geografi serta kebhinekaan budaya.
2. Pedoman pola tindak dan pola pikir kebijaksanaan nasional
3. Hakikat Wawasan Nusantara persatuan dan kesatuan dalam ke-
bhinekaan.
B. Kedudukan Wawasan Nusantara
Dalam sistem kehidupan nasional Indonesia sebagai paradigma
kehidupan Nasional Indonesia yang urutannya sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa dan dasar negara.
2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa Indonesia.
4. Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara
Indonesia.
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional
dalam pembangunan nasional.
C. Peranan Wawasan Nusantara
Dalam kehidupan nasional, Wawasan Nusantara dikembangkan
peranannya untuk :
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi
dan selaras, segenap aspek kehidupan nasional.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungan-
nya. Peranan ini berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan
saling terkait dan ketergantungan antara bangsa dengan ruang hi-
dupnya. Oleh karena itu pemanfaatan lingkungan harus bertanggung
jawab. Bila tidak, maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan
yang pada akhirnya akan merugikan bangsa itu sendiri.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. Ke-
pentingan nasional menjadi dasar hubungan antara bangsa. Apabila
satu bangsa kepentingan nasionalnya sejalan atau paralel dengan
kepentingan nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu akan mu-
dah terjalin hubungan persahabatan.
4. Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan
perdamaian.
III. PENDAPAT DAN PEMIKIRAN TOKOH TENTANG TEORI
GEOPOLITIK
A. Menurut GB. De Huszar dan T.H, Stevenson Geopolitik diklasifikasikan
menjadi Tiga Kategori, yaitu :
1. Kategori Pertama
Kategori pertama didasarkan pada kondisi geografi tata letak dari
daratan dan lautan. Tokoh yang memberikan penjelasan tentang hal
tersebut antara lain :
a. Sir Halford Mackinder (1861 s.d. 1947)
Ahli Geografi dari London ini berpendapat bahwa :
 konsepsi geopolitik yang lebih strategik yaitu dengan
penguasaan daerah jantung dunia, dikenal dengan teori
Daerah Jantung2.
 Untuk menguasai dunia maka harus menguasai daerah
jantung, sebab dunia terdiri dari 9/12 air, 2/12 pulau dunia
dan 1/12 pulau. Oleh karena itu membutuhkan kekuatan darat
yang besar sebagai prasyaratnya.
b. Alfred T Mahan (1840 s.d. 1914)
Ahli Geografi berkebangsaan Amerika dalam bukunya
yang terkenal “The Influence of the Sea Power Upon History”
atau pengaruh kekuatan laut terhadap sejarah 1660 s.s. 1783. Ia
berpendapat bahwa untuk menguasai dunia harus diimbangi
dengan kekuatan maritim yang kuat, seperti yang dia sampaikan
ada 6 pokok untuk mencapai kekuatan laut, yaitu (1) Posisi
geografi negara yang berhadapan dengan laut, (2) Bentuk fisik
dari suatu negara dalam hubungan laut, panjang dari daratan, dan
nomor, kedalaman, bentuk alami dari pelabuhan, (3) Tingkat dari
wilayah dan hubungan dari fisik geografi ke geografi manusia
(4) Jumlah dari populasi, (5) Karakter nasional, (6) Karakter dari
pemerintah.
2. Kategori Kedua
Kategori kedua didasarkan iklim dalam ruang dan waktu.
Sebagian orang berspekulasi bahwa dampak dari iklim
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia sesuai dengan
kebiasaan hidup manusia. Pada awal abad kedua puluh seorang
Ellswot Huntington (1876 s.d. 1947) yang berasal dari Universitas
Yale Amerika Serikat, Huntington berpendapat bahwa pengaruh dari
2
Rizal, Syamsul, “Defence Corporation Teori Geopolitik”, (2009) diakses pada 23 Oktober 2016
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126014-T%20355.45%202009%20(6)-defence%20cooperation-
literatur.pdf
temperatur atmosfer, kelembapan relative, tekanan barometer,
sirkulasi udara dan beberapa variabel perubahan iklim lainnya
mempengaruhi perilaku dan kapasitas dari human being atau
perilaku kelangsungan hidup manusia.
3. Kategori Ketiga
Kategori Ketiga didasarkan pada sumber akses ekonomi suatu
negara dalam bentuk sumber daya alam berupa sumber mineral
minyak dan sumber energi lainnya. Lokasi dan distribusi material
atau bahan baku telah mempengaruhi kelancaran suatu sistem dari
suatu kondisi geopolitik. Ahli geografi yang berasal dari Inggris
James Fairgrive dan ahli geologi Taylor Thom dari Amerika
berhipotesa bahwa kekuatan geopolitik modern dipengaruhi oleh
sumber daya alam lain3.

B. Menurut Bertil Haggman


1. Geopolitik Klasik
a. Federich Ratzel dan Rudolf Kjellen
Pandangan Ratzel dan Rudolf Kjellen hampir sama.
Mereka memandang pertumbuhan negara mirip dengan
pertumbuhan organisme atau makhluk hidup. Oleh karena itu
negara memerlukan ruang hidup (lebensraum), serta mengenal
proses lahir, tumbuh, mempertahankan hidup, menyusut dan
mati. Mereka juga mengajukan paham ekspanisionisme atau
pemekaran wilayah yang kemudian melahirkan ajaran adu
kekuatan (Power Politics atau Theory of Power).
Di samping itu Rudolf Kjellen berpendapat bahwa
negara adalah organisme yang harus memiliki intelektual.
Negara merupakan sistem politik yang mencakup geopolitik,
ekonomi politik, kratopolitik dan sosiopolitik. Kjellen juga
mengajukan paham ekspansionisme dalam rangka
mempertahankan negara dan mengembangkannya. Selanjutnya
dia mengajukan langkah strategis untuk memperkuat negara
dengan memulai pembangunan kekuatan daratan atau
kontinental dan diikuti dengan pembangunan kekuasaan
bahari.
b. Jenderal Giuli Douhet (1869 s.d. 1930)
Merupakan seorang yangt berkebangsaan Italia, dalam
bukunya yang berjudul “The Command of the air” dia
menyatakan bahwa menguasai komandu udara adalah
3
Ibid, hal. 8
kemenangan, kehancuran di udara berarti sebuah kekalahan
dan penyerahan dalam arti suatu pemaksaan yang dilakukan
oleh pihak musuh.
c. Nicholas J. Spykman
Teori Spykman juga disebut Wawasan Kombinasi, yaitu
teori menghubungkan kekuatan darat, laut dan udara, yang
dalam pelaksanaannya disesuikan kondisi dan kebutuhan.
Nocholas mengatakan bahwa siapa yang mampu
mengkombinasi kekuatan darat, laut dan udara akan menguasai
daerah batas antar bangsa secara permanen dan abadi. Teori
daerah batas (rimland) yaitu teori wawasan kombinasi,yang
menggabungkan kekuatan darat, laut, udara dan dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan keperluan dan kondisi
suatu negara.
d. Karl Haushofer
Pokok– pokok teori Haushofer ini pada dasarnyamenganut teori
Kjellen, yaitu sebagai berikut :
1. Kekuasan imperium daratan yang kompak akan dapat
mengejar kekuasan imperium maritim untuk menguasai
pengawasan dilaut.
2. Negara besar didunia akan timbul dan akan menguasai
Eropa, Afrika, dan Asia barat (Jerman dan Italia) serta
Jepang di Asia timur raya.
3. Geopulitik adalah doktrin negara yang menitik beratkan
pada soal strategi perbatasan. Geopolitik adalah landasan
bagi tindakan politik dalam perjuangan kelangsungan hidup
untuk mendapatkan ruang hidup (wilayah).
2. Geopolitik Modern
Geopolitik modern diartikan sebagai sumber daya alam dan
pengaruh perkembangan ilmu teknologi baik di bidang informatika,
science maupun ekonomi. Seperti Colin S. Gray dari Inggris
merupakan salah satu ahli geopolitik modern yang menulis buku
dengan judul “Geopolitic of the Nuclear Era”dimana beberapa ahli
beranggapan bahwa geopolitik sudah ketinggalan jaman yang
digantikan dengan geopolitik ekonomi, energi security karena
kelangkaan dari sumber daya alam yang berasal dari fosil bisa
digantikan dari nabati dengan kemajuan teknologi.
C. Pendapat Ahli yang lain
1. Sir Walter Raleigh dan Alfred Thayer Mahan (Wawasan Bahari
Teori Raleigh dan Mahan pada dasarnya adalah teori kekuatan
lautan/bahari. Mereka mengatakan bahwa siapa yang menguasai
lautan akan menguasai jalur perdagangan dunia, yang berarti
menguasai kekuatan dunia sehingga akhirnya akan dapat menguasai
dunia. Barang siapa menguasai lautan akan menguasai
“perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai
“kekayaan dunia” sehinga pada akhirnya menguasai dunia.
2. W. Michel dan John Frederick Charles Fuller (Wawasan Dirgantara)
Mitchel dan Fuller berpendapat bahwa kekuatan udara
merupakan kekuatan yang paling menentukan penguasaan dunia.
Keunggulan yang dimiliki dirgantara adalah pengembangan
kekuatan di udara, memiliki daya tangkis yang andal dari berbagai
ancaman lawan dalam tempo cepat, dasyat dan dampaknya sangat
mengerikan lawan sehingga tidak ada kesempatan bagi lawan untuk
bergerak. Kekuatan di udara justru yang paling menentukan.
Kekuatan di udara mempunyai daya tangkis terhadap ancaman dan
dapat melumpuhkan kekuatan lawan dengan penghancuran
dikandang lawan itu sendiri agar tidak mampu lagi bergerak
menyerang.

IV. PERMASALAHAN GEOPOLITIK INDONESIA


1. Ekspor Kayu Secara Ilegal
Permaslahan Geopolitik yang terjadi di Indoensia sangat
kompleks. Salah satunya adalah permasalahan geopolitik dalam bidang
sumber daya alam. Dalam hal ini yaitu adanya ekspor kayu secar ilegal.
Beberapa perusahaan berusaha menyelundupkan kayu-kayu tersebut
dengan cara memberitahukan yang tidak benar terkait dengan barang
yang diekspor.
Seperti PT. NKI, dalam pemberitahuan kepabeanan disebutkan empat
kontainer ukuran 40 kaki miliknya berisi suku cadang mesin, ternyata
setelah dilakukan pemeriksaan fisik kontainer tersebut berisi rotan
dalam berbagai ukuran4.
Dari permasalahan diatas dapat kita simpulkan bahwa
permasalahan geopolitik Indonesia tidak selalu berhubungan dengan
negara lain, melainkan permaslahan geopolitik juga menjadi

4
AA Ariwibowo, “Bea Cukai gagalkan ekspor kayu ilegal”, (2015), diakses pada 24 Oktober 2016
http://www.antaranews.com/berita/512819/bea-cukai-gagalkan-ekspor-kayu-ilegal
permasalahan antara negara dengan warganegara yang tidak
bertanggungjawab.

2. Pengerukan Pasir Oleh Singapura


Reklamasi pantai Singapura telah lama diprogramkan setelah
dicanangkan oleh Lee Kuan Yew sejak 1976 ternyata membawa petaka
bagi Indonesia. Reklamasi pantai selama 54 tahun itu memerlukan tidak
kurang dari delapan miliar kubik pasir. Selama ini, kebutuhan Singapura
tersebut dipasok dari Indonesia yang dikeruk dari laut dan dikuras dari
darat baik secara legal maupun ilegal. Sementara ekspor pasir dari
Kepulauan Riau ke Singapura itu justru sangat merugikan Indonesia,
beberapa pulau terluar menghilang akibat pasirnya di jual ke Singapura.
Lihat saja Pulau Nipah yang nyaris tenggelam dan harus direklamasi
dengan menelan anggaran kurang lebih Rp. 300 miliar. Tidak cukup
sampai disitu, ekspor pasir tidak terkendali ke Singapura itu juga
berakibat rusaknya ekosistem di wilayah yang bersangkutan.
Melihat kondisi tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan selaku
Ketua TP4L No. 28 SE KA TP4L 2003, 21 Februari 2003 menyetop
ekspor pasir laut. Setelah adanya larang ekspor pasir laut, kemduian
pihak singapura melakukan impor pasir darat dari Indonesia. Menindak
hal tersebut, pemerintah secara tegas melarang ekspor pasir baik darat
mauput laut. Hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi wilayah di Riau
dan sekitarnya. Walaupun pemerintah telah melarang ekspor pasir laut
maupun darat, namun kegiatan ekspor tetap berjalan, hal itu dikarenakan
adanya oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.
3. Pemaslahan Ambalat
Ambalat disebut sebagai wilayah Republik Indonesia (RI) sesuai
Undang-undang No 4 Tahun 1960 tentang Perairan RI yang telah sesuai
dengan konsep hukum Negara Kepulauan (Archipelagic State). Undang-
undang ini telah diakui dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut
(United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS)
ditetapkan dalam Konferensi III PBB di Montego Boy, Jamaika, 10
Desember 1982. Konvensi ini kemudian diratifikasi oleh Indonesia
dengan Undang-undang No 17 Tahun 1985 tentang pengesahan
UNCLOS5.
Malaysia juga mengklaim Ambalat sebagai wilayah kedaulatannya
sesuai dengan peta wilayah yang dibuat Malaysia pada 1979. Peta itu
5
Rahma Tanjung, “Makalah Kewarganegaraan "Geopolitik dan Geostrategi beserta Studi Kasus
yang Terjadi di Indonesia", (2014) diakses pada 23 Oktober 2015,
http://rahmatanjung.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kewarganegaraan-geopolitik-dan.html’
didasarkan pada The Convention on The Territorial Sea and the
Contiguous zone 1958 dan The Continental Self Convention 1958. Peta
Laut 1979 tersebut juga telah memasukkan Pulau Sipadan dan Ligitan
ke dalam wilayah Malaysia. Malaysia memberi Ambalat (wilayah XYZ)
kepada Shell atas dasar perjanjian bagi hasil (Production Sharing
Contract ) pada 16 Februari 20056.
Masalah Ambalat menjadi penting bagi Indonesia karena setidak-
tidaknya ia mencakup tiga dari empat variabel kepentingan nasional.
Pertama, dari sisi keamanan nasional, ada masalah penjagaan integritas
wilayah nasional yang cukup sensitif. Kedua, ada persoalan citra dan
harga diri bangsa karena perasaan terlecehkan sebagai negara berdaulat
dengan manuver angkatan laut Malaysia. Ketiga ada ancaman bagi
kesejahteraan ekonomi karena potensi ekonomi dari minyak Ambalat
ditakutkan jatuh ke pihak luar7.
Dengan ketiga kepentingan nasional tersebut, pemerintah
Indonesia mencoba untuk memperjuangkan Ambalat sebagai salah satu
wilayah Indonesia. Perjuangan Pemerintah Indonesia melalui jalur
damai dengan mengadakan perundingan dengan Malaysia. Namun
masih belum ada kesepakatan antara kedua belah pihak walaupun telah
dilaksanakan lebih dari sepuluh kali perundingan. Hal ini dikarenakan
masing-masing negara memiliki tujuan tersendiri dengan masuknya
Ambalat dalam wilayah teritorialnya.
4. Permasalahan Sipadan dan Ligitan
Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan muncul pertama kali pada
perundingan mengenai batas landas kontinen antara RI dan Malaysia di
Kuala Lumpur (9-12 September 1969). Hasil Kesepakatan: kedua pihak
agar menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang
menyangkut kedua pulau itu sampai penyelesaian sengketa.
Malaysia melakukan tindakan sepihak dengan menerbitkan peta
yang memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam wilayah nasionalnya,
dan beberapa tahun kemudian melakukan pembangunan dan
pengelolaan fasilitas-fasilitas wisata di kedua pulau itu.
Pembahasan sengketa oleh Presiden RI Soeharto dan PM Malaysia
Mahathir Muhammad di Yogyakarta, tahun 1989. Hasil kesimpulan:
sengketa mengenai kedua pulau tersebut sulit untuk diselesaikan dalam
kerangka perundingan bilateral.
Kedua pihak sepakat untuk mengajukan penyelesaian sengketa
tersebut ke Mahkamah Internasional dengan menandatangani dokumen

6
Ibid, hal. 8
7
Ibid, hal. 9
“Special Agreement for the Submission to the International Court of
Justice on the Dispute between Indonesian and Malaysia concerning the
Sovereignty over Pulau Ligitan and Pulau Sipadan” di Kuala Lumpur
pada tanggal 31 Mei 1997.
Pada tanggal 2 November 1998, kesepakatan khusus yang telah
ditandatangani itu kemudian secara resmi disampaikan kepada
Mahkamah Internasional, melalui suatu “joint letter” atau notifikasi
bersama.
Proses argumentasi tertulis (“written pleadings“) dari kedua belah
pihak dianggap rampung pada akhir Maret 2000 di Mahkamah
Internasional. Argumentasi tertulis itu terdiri atas penyampaian
“memorial”, “counter memorial“, dan “reply” ke Mahkamah
Internasional.
Proses penyelesaian sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan di
Mahkamah Internasional memasuki tahap akhir, yaitu proses
argumentasi lisan (“oral hearing“), yang berlangsung dari tanggal 3-12
Juni Pada kesempatan itu, Menlu Hassan Wirajuda selaku pemegang
kuasa hukum RI, menyampaikan argumentasi lisannya (“agent’s
speech“), yang kemudian diikuti oleh presentasi argumentasi yuridis
yang disampaikan Tim Pengacara RI. Mahkamah Internasional
kemudian menyatakan bahwa keputusan akhir atas sengketa tersebut
akan ditetapkan pada Desember 2002.
Pada tanggal 17 Desember 2002, Mahkamah Internasional di Den
Haag menetapkan Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi bagian dari
wilayah kedaulatan Kerajaan Malaysia atas dasar “efektivitas” karena
Malaysia telah melakukan upaya administrasi dan pengelolaan
konservasi alam di kedua pulau tersebut8.

8
Ika Wulan, “Sengketa Sipadan Dan Ligitan”, (2013), diakses pada 25 Oktober 2016
https://ikawulan30.wordpress.com/2013/04/07/sengketa-sipadan-dan-ligitan/
Daftar Pustaka

1. Kaelan dan Zubaidi, Achmad, 2012, Pendidikan Kewarganegaraan,


Paradigma, Yogyakarta
2. Rizal, Syamsul, 2009, “Defence Corporation Teori Geopolitik”,
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126014-T%20355.45%202009%20(6)-
defence%20cooperation-literatur.pdf , diakses pada 23 Oktober 2016
3. Frwibowo, 2013, “Paham Kekuasaan dan Teori Geopolitik”, 21 Mei 2013,
https://frwibowo.wordpress.com/2013/05/21/paham-kekuasaan-dan-teori-
geopolitik/, diakses pada 24 Oktober 2016
4. Anonim, 2007, “Tindak Tegas Terhadap Ekspor Pasir Ilegal” 23 Mei 2007,
http://www.tnial.mil.id/tabid/104/articleType/ArticleView/articleId/45/WASP
ADA-HIVAIDS.aspx diakses pada 24 Oktober 2016
5. Ariwibowo, AA, 2015 “Bea Cukai gagalkan ekspor kayu ilegal”, 17 Agustus
2015, http://www.antaranews.com/berita/512819/bea-cukai-gagalkan-ekspor-
kayu-ilegal, diakses pada 24 Oktober 2016
6. Wulan, Ika, 2013, “Sengketa Sipadan dan Ligitan”, 17 April 2013,
https://ikawulan30.wordpress.com/2013/04/07/sengketa-sipadan-dan-ligitan/,
diakses pada 25 Oktober 2016
7. Zahra, Puan, 2014, “Geopolitik Indonesia”, 17 Maret 2014,
http://puhapuhap.blogspot.co.id/2014/03/sengketa-blok-ambalat-dan.html,
diakses pada 23 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai