Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA (GEOPOLITIK INDONESIA)

2.1.1. Pengertian Wawasan Nusantara

Berdasarkan teori-teori tentang wawasan, latar belakang filsafati, latar belakang


pemikiran aspek kewilayahan, aspek social budaya dan aspek kesejahteraan, telah
membentuk satu wawasan nasional Indonesia yang di sebut wawasan nusantara dengan
rumusan sebagai berikut:

“Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada


Pancasila dan berdasarkan Undang-undang Dasar 1945, yaitu cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk menccapai tujuan nasional.”

Berdasarkan pengertian Wawasan Nusantara berdasarkan Tap. MPR Tahun 1993


dan tentang GBHN.

2.1.2. Pengertian Geopolitik

Geopolitik berasal dari dua kata yaitu “geo” dan politik. Maka membicarakan
pengertian geopolitik tidak terlepas dari pembahasan mengenai masalah geografi dan
politik. “Geo” artinya bumi/planet bumi. Menurut Preston E. James, geografi
mempersoalkan tata ruang yaitu sistem dalam hal menempati suatu ruang di permukaan
bumi. Dengan demikian, geografi berkaitan dengan interrelasi antara manusia dengan
lingkungan tempat hidupnya.Politik berarti kekuatan yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional
untuk mewujudkan tujuan nasional.

Maka, geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan


dalam wujud kebijaksanaan nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau
territorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan
berdampak langsung kepada system politik suatu negara.

2.1.3. Perkembangan Teori Geopolitik

Istilah geopolitik semula awalnya sebagai ilmu politik yang kemudian berkembang
menjadi pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri khas
negara yang berupa bentuk, luas, letak, iklim, dan sumber daya alam suatu negara untuk
membangun dan membina negara. Para penyelenggara pemerintah nasional hendaknya
menyusun pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi dan situasi geomorfologi
secara ilmiah berdasarkan cita-cita bangsa. Kemudian teori Geopolitik berkembang
menjadi konsepsi wawasan nasional bangsa. Oleh karena itu, wawasan nasional bangsa
selalu mengacu pada geopolitik. Dengan wawasan nasional suatu negara, dapat dipelajari
kemana arah perkembangan suatu negara.

Pendapat para ahli mengenai teori geopolitik kontinental yaitu pertama dikemukakan
oleh Friedrich Ratzel (1844-1904) bahwa teori ruang yang dalam konsepsinya
dipengaruhi oleh ahli biologi Charles Darwin. Dalam teorinya, bangsa yang berbudaya
tinggi akan membutuhkan sumber daya yang tinggi dan akhirnya mendesak wilayah
bangsa yang “primitif”. Pendapat tersebut kemudian diprtegas oleh Rudolf Kjellen
(1864-1922) dengan teori kekuatannya yang menyatakan bahwa negara adalah satuan
politik yang menyeluruh serta sebagai satuan biologis yang memiliki intelektual yang
mampu mengeksploitasi negara “primitif” agar negaranya mendapat swasembada.

Kemudian Karl Haushofer (1869-1946) yang pernah menjadi atase militer di Jepang
meramalkan bahwa Jepang akan menjadi negara yang jaya didunia dimana untuk
menjadi jaya suatu bangsa harus mampu menguasai benua-benua di dunia. Ia
berpendapat bahwa pada hakekatnya dunia terbagi atas empat kawasan benua dan
dipimpin oleh negara yang unggul. Teori ruang dan teori kekuatan merupakan hasil
penelitiannya yang dikenal dengan teori Pan Regional yaitu ruang hidup yang “cukup”,
swasembada, dan dunia dibagi menjadi empat Pan Region dimana tipa region dipimpin
oleh satu bangsa (nation) yang unggul.

2.2 WILAYAH SEBAGAI RUANG HIDUP BANGSA


Menurut Rahayu (2007), suatu syarat berdirinya negara, yaitu wilayah, setiap bangsa
memerlukan ruang hidup. Populasi masyarakat berkembang pesat, sedangkan luas
geografi yang merupakan ekologi manusia tidak berubah, maka sering terjadi benturan
antara pertumbuhan manusia dengan daya dukung lingkungan. Setiap bangsa yang telah
menegara memiliki wilayah sebagai tempat rakyat bernaung dan negara memberi
jaminankesejahteraan dan keamanan kepada seluruh warganya. Suatu negara dapat
menyelenggarakan kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya, pengaruh
yang timbul dari hubungan timbal balik antara filosofi bangsa, ideologi, aspirasi, cita-
cita, dan kondisi masyarakat, budaya, tradisi, keadaan alam, wilayah, serta sejajarah.

Indonesia termasuk negara yang memiliki keragaman ruang yang sempurna, yaitu
memiliki ruang udara, darat dan air. Dengan memiliki ruang yang beragam ini, maka
Indonesia secara otomatis juga memiliki kekayaan alam yang besar, yang berada di
udara, di dalam perairan (laut, sungai, dan danau), serta di dalam daratan (tanah).
Apalagi Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di
sepanjang garis khatulistiwa, yang memungkinkan memiliki keragaman hewan dan
tumbuhan dengan komposisi tanah yang sangat subur. Konsep penguasaan wilayah
geografis harus menyatu dengan sistem politik yang dianut oleh Indonesia, sehingga
penjagaan terhadap sejengkal wilayah NKRI juga sama bobotnya dengan kedaulatan
negara ini. Konsep Geopolitik digunakan untuk memperkaya wawasan dan kesadaran
akan arti penting wilayah NKRI sebagai ruang hidup seluruh rakyat Indonesia.

2.3. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA

2.3.1 Wawasan Nasional RI

Dalam suatu wilayah yang disebut negara Pemerintah dan rakyat memerlukan konsep
berupa wawasan nasional sebagai visi nasional untuk menjamin kelangsungan hidup,
keutuhan wilayah, dan jati diri bangsa. Istilah wawasan berasal dari kata wawas (bahasa
jawa) yang artinya melihat/memandang, dengan akhiran –an, berarti cara lihat/cara
pandang. Wawasan nusantara adalah wawasan nasional bangsa indonesia, dimana
kondisi geografisnya adalah kepulauanyang terletak di antara dua benua dan dua
samudra.

Dalam mewujudkan arpirasi dan perjuangan, suatu negara perlu memperhatikan


tiga faktor utama :
1) Bumi dan ruang dimana bangsa itu hidup

2) Jiwa, tekat, dan semangat manusianya

3) Lingkungan sekitar

Dengan demikian, wawasan nasional ialah cara pandang suatu bangsa yang telah
menegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksisitensinya yang serba terhubung
dengan bangsa lain dan negara lain, dan dalam perkembangannya di lingkungan daerah,
nasional, regional, dan global. Menurut Sumarsono et al (2001), Wawasan indonesia
merupakan wawasan yang dikembangkan berdasarkan teori wawasan nasional secara
universal. Wawasan tersebut dibentuk dan di jiwai oleh paham kekuasaan bangsa
indonesia dan geopolotik indonesia. Berikut ini adalah ajaran wawasan nasional
Indonesia

Terdapat tiga unsur penting Wawasan Nusantara yang pertama ialah unsur Wadah
dimana terdapat tiga komponen didalamya, yaitu wujud wilayah, tata inti organisasi,
dan tata kelengkapan organisasi. Kedua ialah unsur Isi, dimana isi dari Wawasan
Nusantara tercermin dalam perspektif kehidupan manusia Indonesia dalam
eksistensinya yang meliputi cita-cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu. Ketiga
ialah Tata Laku yang mencakup dari dua segi yaitu batiniah yakni berdasarkan falsafah
bangsa yang membentuk sikap mental bangsa yang memilki kekuatan batin dan lahiriah
yang merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggalan kata dan karya,
keterpaduan pembicaraan, pelaksanaan, pengawasan dan pengadilan.

2.3.2. Teori Kekuasaan dan Geopolitik Indonesia

Ajaran Wawasan Nasional indonesia dikembangkan berdasarkan teori wawasan


nasional secara universal. Wawasan tersebut dibentuk dan dijiwai oleh Paham
Kekuasaan bangsa Indonesia dan Geopolitik Indonesia.

a) Paham Kekuasaan bangsa Indonesia

Menganut paham tentang “perang dan damai” yaitu : “Bangsa Indonesia cinta
damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatannya”. Artinya bahwa hidup di
antara sesama warga bangsa dan bersama bangsa lain di dunia merupakan kondisi yang
terus menerus perlu diupayakan. Sedangkan penggunaan kekuatan nasional dalam
wujud perang hanyalah digunakan untuk mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan,
martabat bangsa dan integritas nasional, serta sedapat mungkin diusahakan agar
wilayah nasional tidak menjadi ajang perang.Konsekuensinya, bangsa Indonesia harus
merencanakan, mempersiapkan, dan mendayagunakan sumber daya nasional secara
tepat dan terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman.

b) Geopolitik Indonesia

Pemahaman tentang negara Indonesia menganut paham negara kepulauan, yaitu


paham yang dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda dengan
pemahaman archipelago di negara-negara Barat pada umumnya.Menurut paham Barat,
laut berperan sebagai ‘pemisah” pulau.Sedangkan menurut paham Indonesia laut adalah
“penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai
“Tanah Air” dan disebut “Negara Kepulauan”.

2.3.3 Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia

Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan


bangsa Indonesia yang berdasarkan falsafah pancasila dan oleh pandangan geopolitik
Indonesia yang berdasarkan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa
Indonesia.Karena dasar pemikiran wawasan nasional Indonesia terdiri atas dasar
pemikiran berdasarkan filsafat, kewilayahan, sosial budaya, dan kesejarahan.

a) Dasar Pemikirian berdasarkan Falsafah Pancasila

Manusia Indonesia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri,


akhlak, dan daya pikir; sadar akan keberadaannya yang serba terhubung dengan
sesamanya, lingkungannya, alam semesta, dan Penciptanya, yang menumbuhkan cipta,
karsa, dan karya untuk mempertahankan eksistensinya. Nilai-nilai Pancasila tercakup
dalam penggalian dan pengembangan Wawasan Nusantara(Wawasantara).

Sila Ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa

-Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa

-Hormat menghormati antar pemeluk agama dan toleransi

-Kebebasan beragama

Sila Ke-2 : Kemanusiaan yang adil dan beradab


Memberi hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga negara dalam
menerapkan HAM

Sila Ke-3 : Persatuan Indonesia

Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara namun tidak mematikan


kepentingan individu, golongan, dan suku.

Sila Ke-4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

Keputusan diusahakan melalui musyawarah untuk mufakat, namun tidak


menutup kemungkinan voting.

Sila Ke-5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Mengakui dan menghargai hak warga negara untuk mencapai kesejahteraan


namun tidak merugikan kepentingan orang lain.

Wawasan Nasional Indonesia menghendaki tercapainya persatuan dan


kesatuan, namun tidak menghilangkan sifat, ciri, dan karakter kebinekaan.

b) Pemikiran berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara


Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pengaruh geografi terhadap sikap
dan tatalaku negara yang bersangkutan merupakan suatu fenomena yang mutlak
diperhitungkan.
1. Hukum Laut. Dalam hukum laut internasional dikenal dua konsep yang
bertentangan, yaitu:
a. Res Nullius, yang menyatakan bahwa laut tidak ada yang mem-punyainya, dan
oleh karena itu dapat dimiliki tiap-tiap negara.
b. Res Communis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat du-nia
dan karena itu tidak dapat dimiliki tiap-tiap negara.
c. Hugo de Groot (Belanda) dalam bukunya Mare Liberium menyatakan bahwa
laut bebas untuk semua bangsa.
d. Grotius dalam bukunya De Jure Belli Ac Pasis (1625), mengakui laut
sepanjang pantai suata negara dapat dimiliki sejauh yang dapat dikuasai darat.
e. Cornelis van Bynkershosk dalam bukunya De Dominio Maris Di sertatio
menyatakan bahwa penguasaan dari darat itu berada sejauh yang dapat
dikuasai oleh meriam dari darat, pada waktu itu diperkirakan sejauh 3 mil.
2. Deklarasi Juanda
Kondisi objektif geografis Nusantara merupakan untaian ribuan pulau,
terbentang di khatulistiwa berada pada posisi silang yang strategis. Wilayah
Indonesia pada saat Proklamasi Kemerdekaan masih mengikuti hukum laut
“Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie” (TZEMKO) tahun 1939,
dimana lebar laut wilayah Indonesia 3 Mil dari pantai tiap pulau.Hal ini tidak
terjamin kesatuan wilayah NKRI. Pada tanggal 13 Desember 1957 diumumkanlah
Deklarasi Juanda yang berbunyi “… berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
maka pemerintah menyatakan bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan
yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah bagian yang wajar daripada wilayah daratan
negara Indonesia dan dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau
nasional berada di bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia. Lalu lintas dalam
di perairan pedalaman bagi kapal-kapal asing dijamin selama tidak bertentangan
dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan
batas lautan territorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang
menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia
….”
Tujuan inti dari deklarasi juanda antara lain adalah :
 Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan RI yang utuh dan bulat
 Penentuan batas-batas wilayah negara Indonesia disesuaikan dengan
asas Negara kepualauan (Archipelagic State Principles)
 Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamaan
NKRI Deklarasi Juanda ini dikukuhkan dengan UU no.4/Prp/1960,
yang menyatakan
 Laut wilayah Indonesia 12 mil diukur dari pangkal lurus (Straight Base
Line)
 Semua kepulauan dan laut yang terletak diantaranya harus dianggap
sebagai suatu kesatuan. Akibat dari UU tsb wilayah RI berubah
luasnya dari 2 juta KM2 menjadi 5 juta KM2 yang terdiri atas + 65%
wilayah laut dan + 35% wilayah darat. Wilayah darat terdiri dari
17.508 pulau pulau besar dan kecil dimana baru 6044 yang diberi
nama.
3. Hukum Ruang Udara/dirgantara
Hukum udara bersumber dari hukum internasional, Ps. 38 A(1) Statuta
International Court of Justice menyatakan tentang :

• Konvensi/traktat/perjanjian internasional

• hukum kebiasaan internasional

• prinsip prinsip hukum umum yang diakui oleh Negara-negara

• ajaran/pendapat para sarjana terkemuka ahli hokum internasional

Hukum udara adalah perangkat kaidah tentang matra udara yang dikaitkan
dengan batas yurisdiksi Negara.Perkembangan hokum udara dimulai ketika Perang
Dunia I berakhir. Pada saat itu Negara dihadapkan pada:

a. perlu penegasan konsep kedaulatan ruang udara, dan


b. perlu memperketat pertahanan Negara melalui control ruang udara. Dan
akhirnya dicapai suatu kesepakatan yaitu:
1. Demi keselamatan penerbangan perlu ditetapkan standardisasi
internasional yang berkaitan dengan prosedur teknis penerbangan
(navigasi) udara.
2. Menegaskan prinsip kedaulatan yang utuh dan penuh dari negara-
negara atas ruang udara diatas wilayah nasional suatu negara,
dilangsungkan jaringan penerbangan sipil internasional secara aman,
tertib, teratur, dan nyaman.
c) Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya

Budaya merupakan hasil kekuatan budi manusia, lengkapnya ialah cipta, rasa,
dan karya.Budaya dilahirkan dari hubungan antar manusia yang membentuk pola
pikir, pola sikap, dan pola tindak yang merangsang hubungan sosial di antara
anggotanya. Kebudayaan yang merupakan warisan, memaksa generasi berikutnya
untuk menerima dan memelihara norma-norma. Penerimaan ada yang bersifat
emosional yang mengikat secara kuat dan sensitif sehingga dapat memicu konflik
sosial, ras, antar golongan (SARA) secara tidak rasional.Keterikatan masyarakat dan
daerahnya juga dapat membentuk sentimen daerah yang sering dijadikan perisai
terhadap ketidakmampuan individu dalam menghadapi perubahan yang dianggap
mengancam eksistensi budayanya. Jika penerimaan secara emosional ini terus
dikembangkan, konflik konflik akan bereskalasi menjadi konflik antar daerah yang
bersifat nasional. Untuk itulah diperlukan rekayasa sosial dalam pembangunan
karakter nasional (national and character building), yaitu Wawasan Nusantara yang
dilandasi Bhineka Tunggal Ika.

d) Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan

Perjuangan suatu bangsa didasarkan atas latar belakang sejarahnya.Indonesia


diawali dari negara-negara kerajaan tradisional, misalnya Sriwijaya dan
Majapahit.Rumusan filsafah negaranya belum jelas. Yang ada baru slogan yang
ditulis Mpu Tantular : “Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa”. Penjajahan
menimbulkan penderitaan dan kepahitan, namun menimbulkan semangat senasib
sepenanggungan. Diawali oleh Budi Oetomo (20-5-1908) yang disenut dengan
“Kebangkitan Nasional “ yang menimbulkanwawasan kebangsaan Indonesia, yang
dicetuskan oleh Sumpah Pemuda tanggal 28-10-1928. Proklamasi Kemerdekaan 17-8-
1945 Indonesia mulai menegara.

Wilayah NKRI masih berdasarkan warisan kolonial Belanda, yaitu batas


wilayah perairan berdasarkan “Teritoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie”
tahun 1939 ialah selebar 3 mil dari garis pangkal tiap pulau. Melalui proses
perjuangan yang panjang (±28 tahun) Indonesia berhasil mengubah batas wilayah
perairan, yaitu 12 mil dari pantai pulau-pulau terluar (Deklarasi Juanda 13 Des 1957).
Dengan demikian terwujudlah kesatuan wilayah RI yang disebutkan dengan istilah
“Konsepsi Nusantara”, terdiri atas kata “Nusa” = pulau dan “Antara”, yaitu yang
terletak di antara dua benua dan dua samudera. Konsepsi Nusantara mengilhami
Angkatan-angkatan dalam tubuh TNI untuk mengembangkan wawasan berdasarkan
mantranya:

*Angkatan Darat mengembangkan Wawasan Benua

*Angkatan Laut mengembangkan Wawasan Bahari

* Angkatan Udara mengembangkan Wawasan Dirgantara


Untuk menghindari ancaman terhadap kekompakan ABRI disusunlah
Wawasan Hankamnas yang terpadu dan terintegrasi (merupakan hasil seminar
Hankam I tahun 1966), yang diberi nama Wawasan Nusantara Bahari. Pada Raker
Hankam tahun 1967, Wawasan Hankamnas dinamakan Wawasan Nusantara. Pada
bulan November 1972 Lemhannas mengadakan pengkajian segala bahan dan data

Wawasan Nusantara untuk terwujudnya suatu wawasan nasional. Dalam


Ketetapan MPR N. IV/MPR/1973 Wawasan Nusantara dimasukkan dalam GBHN
(Bab II huruf “E”). Perjuangan di dunia internasional untuk diakuinya wilayah
Nuasantara, sesuai dengan Deklarasi Juanda, merupakan rangkaian perjuangan yang
panjang: Dimulai sejak Konverensi PBB tentang Hukum Laut I tahun 1958 kemudian
yang II tahun 1960, akhirnya pada konverensi III tahun 1982, pokok-pokok asas
negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982.

2.4 IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA DALAM BERBAGAI BIDANG


KEHIDUPAN BANGSA

Pentingnya Wawasan Nusantara dalam mengimplementasikannya dalam


berbagai aspek dan sendi dalam kehidupan karena wawasan nusantara merupakan cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya
yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa merdeka,
berdaulat, bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam
mencapai tujuan nasional.
Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional yang bersumberkan
Pancasila dan UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap banga Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangasa, dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Setiap bangsa mempunyai wawasan nasional (national outlook) yang
merupakan gambaran wilayah dan visi bangsa. Indonesia melihat wawasan nasional
diharapkan dapat menatap tubuh bangsa menuju ke masa depan. Adapun wawasan
nasional bangsa Indonesia di kenal dengan Wawasan Nusantara. Istilah wawasan
nusantara terdiri dari dua buah kata yakni wawasan dan nusantara. Wawasan berasal
dari kata ‘wawas’ yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan inderawi. Akar
kata ini membentuk kata ‘mawas’ yang berarti memandang, meninjau atau melihat.
Sehingga wawasan dapat berarti cara pandang, cara meninjau, atau cara melihat.
Sedangkan Nusantara berasal dari kata ‘nusa’ yang berarti pulau-pulau, dan ‘antara’
yang berarti diapit di antara dua hal (dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia
serta dua samudera yakni samudera Pasifik dan samudera Hindia).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan
wawasan nusantara, yaitu:
1. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang-undang, seperti UU Partai
Politik, UU Pemilihan Umum, dan UU Pemilihan Presiden. Pelaksanaan undang-
undang tersebut harus sesuai hukum dan mementingkan persatuan bangsa.Contohnya
seperti dalam pemilihan presiden, anggota DPR, dan kepala daerah harus menjalankan
prinsip demokratis dan keadilan, sehingga tidak menghancurkan persatuan dan
kesatuan bangsa.

2. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia harus sesuai


dengan hukum yang berlaku. Seluruh bangsa Indonesia harus mempunyai dasar hukum
yang sama bagi setiap warga negara, tanpa pengecualian. Di Indonesia terdapat banyak
produk hukum yang dapat diterbitkan oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk
peraturan daerah (perda) yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku secara
nasional.

3. Mengembangkan sikap hak asasi manusia dan sikap pluralisme untuk mempersatukan
berbagai suku, agama, dan bahasa yamg berbeda, sehingga menumbuhkan sikap
toleransi.

4. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga pemerintahan


untuk meningkatkan semangat kebangsaan, persatuan dan kesatuan.

5. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan memperkuat korps


diplomatik sebagai upaya penjagaan wilayah Indonesia terutama pulau-pulau terluar
dan pulau kosong.

Anda mungkin juga menyukai