Anda di halaman 1dari 9

Wawasan Nusantara

Dan Ketahanan Nasional

I. WAWASAN NUSANTARA
1. Pengertian Wawasan Nusantara
Geopolitik, berasal dari kata geo (bumi) dan politik yang berasal dari bahasa
Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, (yaitu, negara) dan teia,
berarti urusan. Makna politik dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics
mempunyai makna kepentingan umum warga suatu negara. Variabel geografi tersebut
umumnya mengarah pada: lokasi geografis negara atau negara yang dipertanyakan, ukuran
negara yang terlibat, iklim wilayah tempat negara tersebut berada, topografi wilayah,
demografi, sumber daya alam, dan perkembangan teknologi. Geopolitik adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri, lingkungan yang berwujud negara
kepulauan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Geopolitik secara tradisional menunjukkan hubungan antara kekuatan politik dan
ruang geografis. Dalam artian konkret, geopolitik sering dilihat sebagai pemikiran yang
mempelajari prasyarat strategis berdasarkan kepentingan relatif kekuatan daratan dan laut
dalam sejarah dunia. Tradisi geopolitik secara konsisten mempelajari korelasi kekuatan
geopolitik dalam politik dunia, identifikasi wilayah inti internasional, dan hubungan antara
kemampuan laut dan darat.
Secara akademik, studi geopolitik mencakup analisis geografi, sejarah, dan ilmu
sosial dengan mengacu pada politik ruang dan pola-polanya dalam berbagai skala.
Geopolitik memiliki cakupan multidisipliner, dan meliputi segala aspek ilmu sosial dengan
penekanan tertentu terhadap geografi politik, hubungan internasional, aspek teritorial ilmu
politik, dan hukum internasional. Selain itu, studi geopolitik meliputi studi hubungan
bersama antara kepentingan aktor politik internasional, kepentingan yang terfokus pada
wilayah, ruang, elemen geografis, hubungan yang menciptakan sistem geopolitik.

2. Latar Belakang, Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara


a. Latar Belakang Wawasan Nusantara
 Falsafah Pancasila
Nilai-nilai Pancasila mendasari pengembangan wawasan nasional. Nilai-nilai tersebut
adalah:
1. Penerapan Hak Asasi Manusia (HAM), seperti memberi kesempatan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama masing- masing.
2. Mengutamakan kepentingan masyarakat daripada individu dan golongan.
3. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

 Aspek Kewilayahan Nusantara


Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang perlu diperhitungkan, karena
Indonesia kaya akan aneka Sumber Daya Alam (SDA) dan suku bangsa.
 Aspek Sosial Budaya
Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing - masing memiliki adat istiadat,
bahasa, agama, dan kepercayaan yang berbeda - beda, sehingga tata kehidupan nasional
yang berhubungan dengan interaksi antargolongan mengandung potensi konflik yang
besar.
 Aspek Kesejarahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan wawasan nasional Indonesia yang diwarnai
oleh pengalaman sejarah yang tidak menghendaki terulangnya perpecahan dalam lingkungan
bangsa dan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa
Indonesia merupakan hasil dari semangat persatuan dan kesatuan yang sangat tinggi bangsa
Indonesia sendiri. Jadi, semangat ini harus tetap dipertahankan untuk persatuan bangsa dan
menjaga wilayah kesatuan Indonesia.
b. Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara
Kedudukan (status) wawasan nusantara adalah posisi, cara pandang, dan
perilaku bangsa Indonesia mengenai dirinya yang kaya akan berbagai suku bangsa,
agama, bahasa, dan kondisi lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan,
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wawasan Nusatara dan Ketahanan Nasional merupakan doktrin dasar dalam
pengaturan kehidupan nasional. Artinya bahwa terwujudnya kehidupan bangsa dan
negara yang tertib, teratur, damai, dan sejahtera perlu memahami dan menjalankan cara
pandang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam kehidupan individu,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Secara hierarki, posisi atau status wawasan nusantara menempati urutan ketiga
setelah UUD 1945. Urutan sistem kehidupan nasional Indonesia adalah:
1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar negara.
2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia.
4. Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia.
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam
pembangunan nasional.
c. Fungsi Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-
rambu dalam menentukan segala kebijakan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi
penyelenggaraan negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
d. Tujuan Wawasan Nusantara
Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:
 Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa
tujuan kemerdekaan Indonesia adalah "untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial".
 Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik
alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia
adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk
menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta
martabat manusia di seluruh dunia.

3. Wawasan Benua, Bahari, dan Dirgantara


Sehubungan dengan konsep geopolitik adalah singkatan dari geografi politik;
dicetuskan oleh seorang sarjana ilmu politik swedia yang bernama Rudolf Kjellen (1864-
1922) pada tahun 1900., yang berintikan pada kekuatan, maka pelu juga diketahui
beberapa konsep tentang kekuatan. Kekuatan sebagai suatu wawasan dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu (1) wawasan benua, (2) wawasan bahari, (3) wawasan
dirgantara. Wawasan kombinasi yang memengaruhi juga wawasan Nusantara sebagai
wawasan kekuatan.
Di bawah ini akan dijelaskan tentang konsep wawasan benua, dirgantara dan
bahari.
a. Konsep wawasan Benua
Teori ahli Geopolitik ini menganut “konsep kekuatan”. Ia mencetuskan wawasan benua
yaitu konsep kekuatan di darat. Ajarannya menyatakan ; barang siapa dapat mengusai
“daerah jantung”, yaitu Eropa dan Asia, akan dapat menguasai “pulau dunia” yaitu
Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat mengusai dunia.
b. Konsep wawasan Bahari
Wawasan bahari mendasarkan pada konsep kekuatan di lautan,siapa yang menguasai
lautan akan menguasai perdagangan, dan siapa yang menguasai perdagangan berarti
akan menguasai dunia, mengemukakan bahwa kekuatan laut sangat vital bagi
pertumbuhan, kemakmuran, dan keamanan nasional.
c. Konsep wawasan Dirgantara
Kekuatan di udara justru yang paling menentukan. Kekuatan di udara mempunyai daya
tangkis terhadap ancaman dan dapat melumpuhkan kekuatan lawan dengan
penghancuran dikandang lawan itu sendiri agar tidak mampu lagi bergerak menyerang.

4. Pengaruh Posisi Silang dari Wawasan Nusantara


a. Adanya posisi silang mengakibatkan nusantara menjadi lalu lintas dari aspek-aspek
sosial. Adanya lalu lintas kehidupan sosial ini tentu menimbulkan pengaruh bagi
penghuni nusantara, yakni berlangsungnya penyerapan yang dilakukan tanpa
penyaringan akan menumbuhkan dampak sosial yang kurang baik bagi penghuni
nusantara. Sifat kehidupan cenderung mengalami perubahan dan bercampur baur.
b. Pengaruh akibat hubungan antar bangsa selalu berlandaskan kepada kepentingan
masing-masing bangsa selama saling menguntungkan maka hubungan akan berjalan
lancar, namun jika tidak baik akan menimbulkan ketegangan antar bangsa akibat
ketegangan yang terjadi maka nusantara yang berada di posisi silang baik langsung
maupun tidak langsung akan menerima akibatnya. Keadaan seperti ini tidak
menguntungkan bagi pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kehidupan nasional.
c. Dengan berpedoman kepada kepentingan nasional masing-masing bangsa, setiap bangsa
akan selalu berusaha menanamkan pengaruh melalui politik bahkan ideologi. Bila usaha
menanamkan pengaruh ini terjadi pada kita yang berada dalam posisi silang maka akibat
yang harus ditanggung adalah adanya kemungkinan terpecah belahnya rasa persatuan
bangsa, baik politik maupun ideologi, dalam hal ini dapat menimbulkan hal-hal ynag
tidak baik banyak dan murah pasaran yang bagi negara industri sehingga merupakan
daya tarik bagi negara-negara yang tidak memiliki alam yang kaya. Hal ini dapat
menimbulkan sumber yang tidak menguntungkan bagi kita. Sebuah negara mungkin
saja akan melakukan ekspensi ke wilayah nusantara.

5. Historis dan Yuridis Formal


Territorial-Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 menentukan lebar wilayah
Hindia-Belanda adalah 3 mill diukur dari garis air rendah dipantai setiap pulau. Hal itu
mengganggu kepentingan Negara Indonesia terutama dari segi pertahanan dan keamanan
karena dilaut bebas kapal-kapal asing dapat masuk –keluar setiap saat tanpa ada yang dapat
mempersoalkan, termasuk aparat pertahanan dan keamanan kita.
Tanggal 13 Desember 1957 pemerintah Indonesia mengeluarkan pengumuman
mengenai wilayah perairan Indonesia yaitu Deklarasi Juanda yang menetapkan lebar laut
wilayah Indonesia menjadi 12 mill, batas tersebut berdasarkan point to point theory.
Pengumuman tersebut diundangkan didalam UU No. 4 tahun 1960 tanggal 18 Februari
1960 (Lembaran Negara No. 22 tahun 1960) dan dinyatakan sebagai Ketetapan MPR tahun
1973, 1978, 1983, sebagai “wawasan dalam mencapai tujuan pembangunan”.
Tahun 1980 Indonesia mengumumkan Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI)
selebar 200 mill dari garis dasar.
Dua anggapan pokok mengenai hak atas laut yaitu :
1) Res Nullius yang beranggapan bahwa laut itu tidk ada yang memiliki, sehingga dapat
diambil atau dimiliki oleh siapa saja.
2) Res Communis yang menyatakan bahwa laut milik bersama masyarakat dunia, sehingga
tidak dapat diambil atau dimiliki oleh siapa pun.

Pemerintah Indonesia tanggal 21 Maret mengumumkan ZEEI selebar 200 mil


diukur dari garis dasar, disahkan dengan UU RI No.5/1983 tanggal 18-11-1983. Ini artinya
segala sumber hayati yang terdapat dibawah permukaan laut, didasar laut dan di bawah laut
menjadi hak eksklusif Negara Republik Indonesia. Akibatnya penangkapan ikan oleh
kapal-kapal asing menjadi terbatas daerahnya dan segala kegiatan penelitian, eksplorasi,
dan eksploitasi harus memperoleh izin pemerintah Republik Indonesia. Tahun 1982
Konvensi Hukum Laut memberikan perluasan yuridiksi Negara-negara pantai di lautan
bebas.

6. Unsur Wawasan Nusantara


Konsepsi wawasan nusantara terdiri dari tiga unsur dasar, antara lain :
1) Wadah (contour)
Wadah kehidupan berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki kekayaan alam dan penduduk dengan aneka ragam budaya. Bangsa
Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan
kenegaraan dan wujud infrastruktur politik. Sementara itu, wadah dalam kehidupan
bermasyarakat adalah berbagai lembaga dalam wujud infrastruktut politik.
2) Isi (content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945. Untuk menciptakan hal tersebut,
bangsa Indonesia harus mampu menciptakan perastuan dan kesatuan bangsa dalam
kebhinekaan. Isi menyangkut dua hal yang esensial, yaitu:
a. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta capaian cita-cita dan
tujuan nasional.
b. Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan
nasional.
3) Tata Laku (Conduct)
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang melahirkan perilaku
bangsa Indonesia baim tata laku batiniyah dan lahiriyah.
- Tata laku batiniyah yaitu mencermirkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik
dari bangsa Indonesia.
- Tata laku lahiriyah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari
bangsa Indonesia. Kedua tata laku tersebut mencermirkan identitas jati
diri/kepribadian bangsa berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki
rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan rasa
nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

II. Ketahanan Nasional


1. Konsep Ketahanan Nasional
Konsep geostrategi Indonesia pada hakekatnya bukan mengembangkan kekuatan
untuk penguasaan terhadap wilayah di luar Indonesia atau untuk ekspansi terhadap negara
lain, tetapi konsep strategi yang didasarkan pada kondisi metode, atau cara untuk
mengembangkan potensi kekuatan nasional yang ditujukan untuk pengamanan dan
menjaga keutuhan kedaulatan Negara Indonesia dan pembangunan nasional dari
kemungkinan gangguan yang datang dari dalam maupun dari luar negeri. Untuk
mewujudkan geostrategis Indonesia akhirnya dirumuskan Bangsa Indonesia dengan
Ketahanan Nasional Republik Indonesia.
a. Pengertian Ketahanan Nasional
Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi geografis
negara dalam menentukan kebijakan, tujuan dan sarana umum untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Geostrategi Indonesia bukanlah merupakan
geopolitik untuk kepentingan perang tetapi untuk kepentingan kesejahteraan dan
keamanan. Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud konsepsi “Ketahanan
Nasional”.
b. Latar Belakang Ketahanan Nasional
Dengan posisi geografis, potensi sumber kekayaan alam, serta besarnya jumlah
dan kemampuan penduduk yang dimilikinya, Indonesia menjadi ajang persaingan
kepentingan dan perebutan pengaruh negara-negara besar. Dengan demikian, kondisi
kehidupan nasional merupakan pencerminan Ketahanan Nasional, yaitu kondisi yang
harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
dalam wadah NKRI.
c. Fungsi Ketahanan Nasional
Geostrategi/Ketahanan Nasional mempunyai fungsi sebagai:
1. Daya Tangkal. Ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan
negara Indonesia dalam aspek:
a. Ketahanan pada aspek ideologi. Ketangguhan kekuatan nasional dalam
meghadapi ancaman dari luar maupun dari dalam, dalam rangka menjamin
kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia.
b. Ketahanan pada aspek politik. Untuk mengejar ketinggalan dari negara maju,
kita perlu mengadakan proses perubahan atau modernisasi, penegakan hukum,
dan menegakan disiplin nasional.
c. Ketahanan pada aspek ekonomi. Ketangguhan kekuatan nasional dalam kegiatan
yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, usaha
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara individu maupun
kelompok.
d. Ketahanan pada aspek sosial budaya. Ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi ancaman dari luar maupun dari dalam, dalam rangka menjamin
kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Republik Indonesia.
e. Ketahanan pada aspek pertahanan keamanan. Ketangguhan kekuatan pertahanan
nasional dan upaya untuk melindungi kepentingan bangsa dan negara demi tetap
terwujudnya kondisi kelangsungan hidup bangsa.
2. Bersifat developmental/pengembangan, yaitu pengembangan potensi kekuatan
bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, sehingga tercapai
kesejahteraan rakyat.
3. Ketahanan Nasional sebagai pengarah berfungsi menyatukan pola pikir, pola
tindak, dan cara kerja intersektor, antarsektor, dan multidisipliner. Sistem kerja ini
dilanjutkan dalam RJP (rencana jangka panjang) yang dulu dikenal dengan GBHN.
RJP yang dibuat pemerintah dan disetujui DPR memuat kebijakan dan strategi
pembangunan dalam setiap sektor untuk mencapai tujuan nasional masyarakat adil
dan makmur.
d. Komponen Strategi Astragatra
Komponen ini adalah komponen strategi yang terdiri atas delapan gatra(aspek).
Delapan gatra ini diklasifikasikan dalam dua bagian yang meliputi:
1. Trigatra adalah komponen yang bersifat alamiah (tetap). Komponen ini meliputi
tiga unsur yaitu:
a. Aspek Geografi, aspek yang berkaitan dengan letak kondisi bumi dimana negara
berada. Pengaruh letak geografi terhadap politik melahirkan geopolitik
(Wawasan Nusantara) dan geostrategi (Ketahanan Nasional)
b. Sumber Daya Alam, kekayaan yang terkandung dalam SDA: hewan, nabati, dan
mineral. Asas pengelolaan SDA meliputi: asas maksimal, lestari, daya saing.
c. Keadaan dan Kemampuan Penduduk, masalah yang dihadapi dalam
kependudukan adalah jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk.
2. Pancagatra adalah komponen yang meliputi lima aspek Ketahanan Nasional dalam
kehidupan sosial (intangible). Komponen pancagatra meliputi:
a. Ketahanan di Bidang Ideologi
b. Ketahanan di Bidang Politik
c. Ketahanan di Bidang Ekonomi
d. Ketahanan di Bidang Sosial dan Budaya
e. Ketahanan di Bidang Hankam
Hubungan Komponen Strategi Antargatra
Hubungan komponen strategi antar gatra dalam tri gatra dan pancagatra serta
antara gatra itu sendiri terdapat hubungan timbal balik yang erat dan lazim disebut
hubungan (korelasi) dan ketergantungan (interdependency) oleh karena itu hubungan
komponen strategi dalam tri gatra dan panca gatra tersusun secara utuh menyeluruh
(komprehensif integral) didalam komponen strategi astagatra.
e. Sifat-sifat Ketahanan Nasional
Sifat-sifat Geostrategi/Ketahanan Nasional adalah sebagai berikut:
1. Manunggal, Dalam membangun Ketahanan Nasional adanya kesatuan yang bersifat
komprehensif-integral antara trigatra dan pancagatra. Sifat Integratif tidak
mempunyai arti mencampuradukkan semua aspek sosial secara begitu saja, tetapi
integrasi dilaksanakan secara serasi, seimbang, dan harmonis.
2. Mawas ke dalam, Geostrategi/Ketahanan Nasional ditujukan ke dalam diri bangsa
dan negara sendiri karena bertujuan untuk mewujudkan hakikat dan sifat
nasionalnya.
3. Kewibawaan, Geostrategi/Ketahanan Nasional bertujuan untuk mewujudkan
kewibawaan nasional, dan harus diperhitungkan oleh pihak lain.
4. Berubah menurut waktu, Geostrategi/Ketahanan Nasional bersifat dinamis dan
dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa.
5. Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan, Konsepsi Ketahanan
Nasional dapat dipandang sebagai suatu alternatif lain dari konsepsi yang
mengutamakan penggunaan adu kekuasaan dan adu kekuatan yang masih dianut
oleh negara-negara maju pada umumnya.
6. Percaya pada diri sendiri, Goestrategi/Ketahanan Nasional dikembangkan dan
ditingkatkan berdasarkan sikap mental percaya pada diri sendiri. Suatu bangas yang
merdeka dan berdaulat harus percaya dan yakin, bahwa ia dapat mengurus dan
mengatur rumah tangga sendiri dengan baik dan tidak tergantung pada bantuan luar.
Andai kata diperlukan bantuan, maka hal tersebut bersifat komplementer.
7. Tidak tergantung pada pihak lain, Geostrategi/Ketahanan Nasional dibangun dan
dikembangkan atas dasar kemampuan sendiri dengan memanfaatkan segenap aspek
kehidupan nasional. Pengembangan kemampuan nasional dalam meningkatkan
daya saing bangsa diupayakan untuk tidak tergantung pada pihak lain. Walaupun
kebanyakan negara berkembang merupakan bekas daerah jajahan yang masih
dipengaruhi mental kolonial dan rasa tergantung kepada bekas pejajahnya.

Anda mungkin juga menyukai