Anda di halaman 1dari 23

WAWASAN NUSANTARA

A. LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN


B. DASAR PEMIKIRAN WAWASAN NUSANTARA
C. PERKEMBANGAN PENGERTIAN WAWASAN
NUSANTARA
D. AJARAN DASAR WAWASAN NUSANTARA
E. TUJUAN WAWASAN NUSANTARA
F. UNSUR DASAR DAN IMPLEMENTASI WAWASAN
NUSANTARA
G.IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA DALAM
SIKAP DAN PERBUATAN
A. LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN

1. Wawasan Nasional suatu bangsa


 Kata wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa)
yang berarti melihat atau memandang.
 Wawasan yang secara harfiah berarti cara memandang,
cara melihat, cara meninjau, dan cara tanggap inderawi.
 Dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan suatu bangsa,
terdapat tiga faktor penentu utama yang harus
diperhatikan, yaitu bumi atau ruang tempat bangsa itu
hidup; jiwa, tekad dan semangat manusianya/rakyatnya;
lingkungan sekitarnya.
 Wawasan nasional adalah cara pandang suatu bangsa
yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya dalam
eksistensinya yang serba terhubung (interaksi dan
interrelasi) serta pembangunannya di dalam bernegara di
tengah-tengah lingkungannya, baik nasional, regional,
maupun global.
2. Teori-teori Kekuasaan
Paham Machiavelli (1469 – 1527)
Sebuah negara itu akan bertahan apabila menerapkan dalil-
dalil. Pertama, dalam merebut dan mempertahankan
kekuasaan, segala cara dihalalkan meskipun bertentangan
dengan kesusilaan. Kedua, untuk menjaga kekuasaan rezim,
politik adu domba adalah sah. Ketiga, dunia politik disamakan
dengan kehidupan binatang yaitu yang kuat pasti dapat
bertahan dan menang.

Paham Kaisar Napoleon Bonaparte (1769 – 1821)


Perang di masa depan merupakan perang total yang
mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan nasional.

Paham Clausewitz (1780 – 1831)


Peperangan adalah sah-sah saja dalam mencapai tujuan
nasional suatu bangsa.
Paham Feuerbach dan Hegel (1804 – 1872)
Paham materialisme Feuerbach dan teori sintesis Hegel
menimbulkan dua aliran besar barat yang berkembang di
dunia yaitu kapitalisme dan komunisme.

Paham Lenin (Vladimir Iljitsj Lenin : 1870 – 1924)


Ia telah memodifikasi paham Clausewitz, yaitu perang adalah
kelanjutan politik dengan cara kekerasan.

Paham Lucian W. Pye dan Sidney


Adanya peranan unsur-unsur subjektif dan psikologis dalam
tatanan dinamika kehidupan politik suatu bangsa, dan
kemantapan suatu sistem politik hanya dapat dicapai apabila
berakar pada kebudayaan politik bangsa yang bersangkutan.
3. Teori-teori Geopolitik
 Geopolitik berasal dari kata geo atau bumi.
 Politik mempunyai pengertian kekuatan yang didasarkan
pada pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif
kebijaksanaan dasar nasional untuk mewujudkan tujuan
nasional.
 Geopolitik dimaknai sebagai penyelenggaraan Negara
yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-
masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu
bangsa.
Pandangan ajaran Frederich Ratzel
 Pertumbuhan negara dapat dianalogikan dengan pertumbuhan
organisme yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir,
tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, tetapi juga dapat
menyusut dan mati.
 Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh
kelompok politik dalam arti kekuatan.
 Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
tidak terlepas dari hukum alam.
 Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar
kebutuhan dukungan akan sumber daya alam yang
diperlukannya.

Pandangan Ajaran Rudolf Kjellen


 Negara sebagai satuan biologis, suatu organisme hidup yang
juga memiliki intektual untuk mencapai tujuan.
 Negara merupakan suatu sistem politik atau pemerintah yang
meliputi bidang-bidang geopolitik, ekonomi politik,
demopolitik, sosial politik, dan kratopolitik, (politik
pemerintah).
 Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan
luar, tetapi harus mampu berswasembada serta
memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologi untuk
meningkatkan kekuatan nasional, yaitu ke dalam untuk
mencapai persatuan dan kesatuan yang harmonis; ke luar
untuk memperoleh batas-batas negara yang lebih baik dan
kekuasaan imperium kontinental dapat mengontrol kekuatan
di laut.
Pandangan Ajaran Karl Haushofer
Pokok-pokok teori Haushofer ini pada dasarnya menganut
teori atau ajaran pendangan Kjellen, yaitu:
 Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat
mengejar kekuasaan imperium maritim untuk menguasi
laut.
 Beberapa negara besar di dunia akan muncul dan akan
menguasai Eropa, Afrika, dan Asia Barat (Jerman dan
Italia) serta Jepang di Asia Timur Raya.
 Geopolitik merupakan doktrin negara yang menitikberatkan
pada soal-soal strategi pembatasan.

Pandangan Ajaran Sir Holford Mackinder


 Teori ahli geopolitik ini menganut konsep kekuatan.
 Barang siapa dapat menguasai daerah jantung, yaitu
eurasia (Eropa dan Asia), akan dapat menguasai pulau
dunia yaitu Eropa, Asia dan Afrika. Selanjutnya, barang siapa
dapat menguasai pulau dunia, akhirnya dapat menguasai dunia.
Pandangan Ajaran Silvalter Raleigh dan Alfred Thyer
Mahan
Barang siapa menguasai lautan akan menguasai
perdagangan, berarti menguasai kekayaan dunia sehingga
pada akhirnya menguasai dunia.

Pandangan Ajaran Mitchel A. Saversky, Giulio Douhet, dan


John Frederick Charles Fuller
Kekuatan di udara mempunyai daya tangkis terhadap
ancaman yang dapat diandalkan dan dapat melumpuhkan
kekuatan lawan dengan penghancuran di kandang lawan agar
tidak mampu lagi bergerak menyerang.

Pandangan Ajaran Nicholas J. Spykman


Teori yang dinamakan teori daerah batas (Rimland), yaitu teori
wawasan kombinasi yang menggabungkan kekuatan darat,
laut dan udara yang dalam pelaksanaannya disesuaikan
dengan keperluan dan kondisi suatu negara.
B. Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara

1. Pemikiran Aspek Kewilayahan Indonesia


 Geografi adalah wilayah yang tersedia dan terbentuk
secara alamiah, dan merupakan ruang atau wadah yang
harus dipedomani sebagai aspek hidup dan kehidupan
suatu bangsa yang di dalamnya terdapat sumber kekayaan
alam dan manusia atau penduduk yang bermukim di
wilayah tersebut.
a. Wilayah Indonesia Sampai 1982
Pengertian Nusantara adalah kesatuan kepulauan Indonesia
yang terdiri atas 17.508 pulau besar maupun kecil dengan
batas astronomis sebagai berikut.
Utara : ± 06o08’ LU Selatan : ± 11o15’ LS
Barat : ± 94o45’ BT Timur : ± 141o05’ BT
Jarak utara–selatan ± 1.888 km, barat–timur ± 5.110 km.
b. Wilayah Indonesia Setelah UNCLOS 1982 (United Nation
Convention on the Law of the Sea) atau Konvensi
Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hukum Laut.
 UNCLOS 1982 tersebut berpengaruh dalam upaya
pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahteraan seperti
bertambah luasnya zone ekonomi eksklusif (ZEE) dan
landas kontinen Indonesia.
 UNCLOS 1982 memberikan keuntungan bagi
pembangunan nasional yaitu bertambah luasnya perairan
yurisdiksi nasional berikut kekayaan yang terkandung di
laut dan dasar lautnya serta terbukanya peluang untuk
memanfaatkan laut sebagai medium transportasi.
2. Pemikiran Aspek Sosial Budaya Indonesia
 Budaya atau kebudayaan dalam arti etimologis adalah segala
sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan budi manusia (berasal
dari bahasa Sanskerta yang berarti kekuatan budi).
 Sosial budaya sebagai salah satu aspek kehidupan nasional di
samping politik, ekonomi, dan hankam adalah faktor dinamik
masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku
lahir batin yang memungkinkan hubungan sosial di antara
anggota-anggotanya.
a. Kebhinekaan Budaya Indonesia
b. Budaya sebagai Bangsa Indonesia yang Bersatu
c. Budaya Toleransi dan Saling Menghargai

3. Pemikiran Aspek Kesejarahan Indonesia


d. Periode sampai dengan Tahun 1957
e. Periode Tahun 1957 sampai dengan Tahun 1982
a. Periode sampai dengan Tahun 1957

 Organisasi Budi Utomo (20 Mei 1908), yang sekarang


disebut Kebangkitan Nasional.
 Wawasan Kebangsaan Indonesia yang dicetuskan
dalam Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) yaitu satu
nusa, satu bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa
nasional Indonesia dan pada Kongres Pemuda 1928
untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya
dikumandangkan.
 Proklamasi 17 Agustus 1945, mempertahankan
persatuan bangsa Indonesia dan menjaga kesatuan
wilayah negara Republik Indonesia.
b. Periode Tahun 1957 sampai dengan Tahun 1982

 Indonesia berhasil mengubah batas wilayah perairan


dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut, melalui Deklarasi
Djuanda (13 Desember 1957).
 Sejak saat itu, kata Nusantara resmi mulai digunakan
dalam istilah Konsepsi Nusantara sebagai nama
Deklarasi Djuanda. Kata nusantara berasal dari kata
nusa yang berarti ‘pulau’ dan antara yang berarti
‘diapit oleh’ atau ‘berada di tengah-tengah’. Jadi,
pulau-pulau yang terletak di antara dua benua (Asia
dan Australia) serta dua samudra (Pasifik dan
Hindia).
 Pada Raker Hankam tahun 1967 diputuskan untuk
menamakan Wawasan Hankamnas sebagai
Wawasan Nusantara.
 Pada tahun 1973, Wawasan Nasional diangkat
dalam Tap. MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang
GBHN dalam bab II huruf E.
 Pada konferensi ketiga tahun 1982, pokok-pokok
asas negara kepulauan diakui dan dicantumkan
dalam UNCLOS 82 (United Nations Convention on
the Law of the Sea) atau Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut.
C. Perkembangan Pengertian Wawasan Nusantara

 Wawasan Nusantara berdasarkan Ketetapan MPR tahun 1993


dan 1998 tentang GBHN: Wawasan Nusantara yang
merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila
dan berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 yaitu cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.
 Wawasan Nusantara bdsk naskah Lemhannas tahun 2000 :
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri yang serba beragam dan lingkungan
yang serba berubah serta bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan bangsa, kesatuan wilayah, namun
tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap
kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
D. Ajaran Dasar Wawasan Nusantara

1. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Indonesia


 Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia, yaitu cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenal diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan setiap
aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
2. Landasan Idiil : Pancasila
 Pancasila mencerminkan nilai-nilai keseimbangan, keserasian,
keselarasan, persatuan dan kesatuan, kekeluargaan,
kebersamaan, dan kearifan dalam membina kehidupan
nasional.
3. Landasan Konstitusional : UUD 1945
 Undang Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi dasar yang
menjadi pedoman pokok dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
E. Tujuan Wawasan Nusantara

o Tujuan Wawasan Nusantara ke dalam, yaitu terwujudnya


kesatuan aspek kehidupan nasional. Di dalam aspek
kehidupan nasional terdapat aspek alamiah dan aspek
sosial.
a. Aspek alamiah meliputi tiga (Trigatra) yaitu :
1) gatra kondisi geografis,
2) gatra keadaan dan kekayaan alam, dan
3) gatra keadaan dan kemampuan penduduk.
b. Aspek sosial terdiri lima (Pancagatra) yaitu :
4) gatra ideologi, 2) gatra politik, 3) gatra ekonomi, 4)
gatra sosial budaya, dan 5) gatra pertahanan dan
keamanan.
o Tujuan Wawasan Nusantara ke luar, yaitu ikut serta
mewujudkan kesejahteraan, ketertiban, dan perdamaian
seluruh umat manusia di dunia.

F. Unsur Dasar dan Implementasi Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara mengandung tiga unsur pokok, yaitu


wadah (countour), isi (content), dan tata laku (conduct).
1. Wadah
Wadah adalah ruang hidup yang memiliki batas dan wujud.
a. Batas dan Wujud
 Wawaan Nusantara mewujudkan diri dalam bentuk
Nusantara yang manunggal secara bulat dan utuh.
 Asas wilayah negara kita adalah asas negara kepulauan
(archipelagic state).
b. Tata Susunan Pokok/Inti Organisasi
 Tata susunan pokok/inti organisasi suatu negara ialah
undang-undang dasar (UUD).
 Tata organisasi negara Indonesia tercantum di dalam UUD
1945 yang menyangkut : 1) Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik. Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawarahan Rakyat (MRR); 2) Presiden RI memegang
kekuasaan pemerintahan berdasarkan UUD 1945; 3). Sistem
pemerintahan diatur UUD 1945; 4) DPR mempunyai
kedudukan kuat, tidak dapat dibubarkan oleh Presiden.
Anggota DPR merangkap sebagai anggota MPR.

c. Tata Kelengkapan Organisasi


 Kesadaran politik dan kesadaran bernegara
 Adanya lembaga-lembaga rakyat seperti Lembaga
Masyarakat Desa (LMD), lembaga pendidikan, media
massa
2. Isi
• Berdasarkan kesadaran terhadap letak negara pada posisi
silang, Wawasan Nusantara meliputi dua komponen dasar
yang terpadu, yaitu:
a) Cita-cita bangsa Indonesia tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945
b) Asas yang berciri manunggal, utuh menyeluruh, mengarah
kepada persatuan dan kesatuan serta keserasian dan
keseimbangan antarsegenap aspek kehidupan nasional.
Aspek kehidupan nasional itu tertuang ke dalam enam asas

yaitu:
1) satu kesatuan ruang wilayah
2) satu kesatuan politik
3) satu kesatuan sosial budaya
4) satu kesatuan ekonomi
5) satu kesatuan pertahanan keamanan
6) pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya pada
3. Tata Laku
 Unsur tata laku Wawasan Nusantara dapat dibedakan
sebagai tata laku batiniah dan tata laku lahiriah.
 Tata laku batiniah berwujud sebagai landasan falsafah dan
sikap mental bangsa serta dipengaruhi juga oleh kondisi
lingkungan hidupnya.
 Tata laku lahiriah terlihat pada tata laksana yang mencakup
tata perencanaan, tata pelaksanaan, dan tata pengawasan.
 Tata laku tersebut berupa penerapan UUD 1945 berdasarkan
Wawasan Nusantara yang melahirkan ketahanan nasional
yang tangguh.
G. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Sikap dan
Perbuatan

1. Mencegah masuknya paham atau ideologi yang dapat


mempengaruhi cara berpikir dalam kehidupan kita
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Mencegah segala bentuk aspirasi politik yang bersifat dan
mengarah kepada disintegrasi/separatisme bangsa.
3. Perlu ditumbuhkembangkan budaya kelautan di kalangan
generasi muda.
4. Perlu ditumbuhkembangkan kepada seluruh masyarakat
Indonesia adanya kesadaran hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara serta adanya budaya toleransi.
5. Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu.
6. Pembangunan nasional pada hakikatnya untuk menciptakan
kemakmuran (kesejahteraan) dan ketenangan (keamanan).
7. Pejabat negara, pejabat pemerintah dan birokrasi harus benar-
benar berfungsi melayani sekaligus mengayomi masyarakat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai