NIM : C1B020144
Materi I
Geopolitik Indonesia
Materi II
Geostrategi Indonesia
A. Pengertian Geostrategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai “ the art of general”
atau seni seseorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Karl von
Clauseewitz (1780-1831) berpendapat bahwa strategi adalah pengetahuan tentang
penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri
merupakan kelanjutan dari politik. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu
menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan hankam) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara
untuk menentukan kebijakan, tujuan, sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional,
geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya
mewujudkan tujuan politik. Menurut Kaelan, geostrategi diartikan sebagai metode atau
aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang
memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan
yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan lebih baik, lebih aman dan
bermartabat.
Geostrategi Indonesia memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi
pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman dan sejahtera
berdasarkan aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dengan demikian strategi nasional adalah cara
melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh
politik nasional.
Fungsi geostrategi atau ketahanan nasional Indonesia secara umum adalah sebagai
daya tangkal dari berbagai bentuk ancaman yang dapat mengancam terhadap
keutuhan NKRI. Ancaman tersebut baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
negeri. Ancaman dari dalam negara berupa konflik di wilayah yang dapat
mengancam terhadap kedaulatan negara.
C. Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun
yang tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan
Negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia.
Ketahanan nasional pada hakikatnya adalah kekuatan nasional dalam arti luas,
dengan demikian unsur-unsur ketahanan nasional meliputi aspek astagatra yaitu geografi,
sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam.
Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa.
Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa karena
potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang
banyak. Kenyataanya, ancaman datang tidak hanya dari luar tetapi juga dari dalam.
Beberapa ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa Indonesia
dengan adanya tekad bersama menggalang kesatuan dan keutuhan bangsa. Kekuatan
bangsa dalam menjaga keutuhan negara Indonesia tentu saja harus didasari oleh segenap
landasan baik landasan ideal, konstitusional dan juga wawasan visional.
F. Bela negara
Bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara. Ketetapan
UUD 1945 tersebut mempertegas bahwa setiap warga negara Republik Indonesia berhak
dan wajib dalam hal membela negara. Trisnowaty (2009) menjelaskan, tidak seorang
warga negara pun boleh dihindarkan dari kewajiban ikut serta dalam pembelaan negara.
Pernyataan ini menunjukkan jika secara fisik tidak mampu, maka bela negara dapat
dilakukan secara non fisik.
Materi III
Materi IV
2. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Saat Ini
Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933 yang diselenggarakan oleh negara -
negara Pan-Amerika di Kota Montevideo, bahwa suatu negara harus mempunyai
unsur-unsur :
a) penduduk yang tetap,
b) wilayah/daearah tertentu,
c) pemerintah,
d) kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain.
Sedangkan Oppenheim-Lauterpacht berpandangan bahwa unsur-unsur pembentuk
(unsur konstitutif ) negara adalah harus ada rakyat, harus daerah (wilayah), dan
pemerintah yang berdaulat.
Terbentuknya suatu negara akan didahului oleh terbentuknya suatu daerah. Oleh
karena itu, terdapat suatu keterkaitan yang erat antara Negara dan Daerah.
Berdasarkan hal tersebut, maka kedudukan daerah adalah sebagai cikal bakal bagi
terbentuknya Negara sekaligus sebagai satuan territorial dan satuan pemerintahan
yang terbawah, termasuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kenyataan
yang terjadi adalah pengaturan dalam Konstitusi hanya membagi NKRI yang terbagi
atas daerah provinsi dan kabupaten/kota, sedangkan didalam pemerintahan
kabupaten/kota terdapat pemerintahan desa. Hal tersebut membuat kedudukan desa
dalam NKRI menjadi tidak jelas.
Bukti bahwa kedudukan daerah adalah sebagai cikal bakal bagi terbentuknya
Negara adalah ketika PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 yang menetapkan
pembagian wilayah pemerintaan Republik Indonesia di daerah dalam susunan
teritorial yang terdiri dari Provinsi, Keresidenan, Kotapraja (Swapraja), dan Kota
(Gemeente) sebagai berikut: Daerah Republik Indonesia dibagi atas 8 (delapan)
Provinsi, yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil; Provinsi dibagi kedalam Keresidenan-
keresidenan; Kedudukan Kooti dan Kota diteruskan sesuai keadaan saat itu. Adapun
pembagian wilayah Negara Republik Indonesia saat berdasarkan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974 yakni Propinsi; Kabupaten/Kota (administrative), Kecamatan
dan Desa.