Anda di halaman 1dari 13

Nama : Nafilah Salsabilah

NIM : C1B020144

Kelas : Manajemen R003

Mata Kuliah : Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : H. Irwandi, S.H., M.H.

Materi I

Geopolitik Indonesia

A. Pengertian Geopilitik Indonesia


Istilah Geopolitik berasal dari 2 (dua) pengertian yaitu Geo dan Politik, Geo
berarti bumi dan Politik berarti kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk
mewujudkan tujuan nasional. Dengan demikian pengertian Geopolitik sebagai satu
kesatuan adalah sebuah kebijakan politik suatu negara yang memanfaatkan geografi
sebagai basis penguasaan ruang hidup demi terjaminnya kelangsungan hidup dan
pengembangan kehidupan negara yang bersangkutan adalah suatu kearifan yang sangat
relevan. Alasannya, geografi adalah ruang hidup, ruang hidup adalah sumber daya,
sumber daya adalah energi dan ekonomi, energi dan ekonomi adalah kekuasaan (power).
Oleh karena itu, geografi, teritori dan ruang hidup dengan segala isinya harus dikuasai
bila perlu dengan menggunakan senjata. Oleh karena itu, geopolitik merupakan
pengembangan daripada geografi politik (dalam arti pendistribusian kekuasaan,
kewenangan dan tanggung jawab) dengan berdasarkan pada konstalasi geografi untuk
menyelenggarakan kepentingan nasional.
Menurut Tanireja, geopolitik adalah kajian tetang ruang yang dikaitkan dengan
kekuasaan politik, dan diwujudkan dalam bentuk kekuatan pertahanan wilayah (darat,
laut dan udara).
Sementara menurut Hayati dan Ahmad Yani objek studi geografi politik adalah
tidak terlepas dari Negara.

B. Pengertian Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia


Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan di Indonesia
didasarkan pada pemahaman tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan
kondisi dan konstelasi geografi Indonesia dihadapkan pada segenap fenomena sosial dan
kehidupan yang timbul.
Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional adalah cara pandang suatu bangsa
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dalam hubungan antar
Negara yang merupakan hasil perenungan filsafat tentang diri dan lingkungannya dan
memperhatikan sejarah dan kondisi sosial budaya serta memanfaatkan konstelasi
geografis guna menciptakan dorongan dan rancangan dalam usaha mencapai tujuan
nasional.
Wawasan nusantara merupakan penjabaran dari nilai cinta tanah air dengan segala
aspek kehidupan di dalamnya yang merupakan satu kesatuan dalam bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan negara. Wawasan nusantara
menurut Lemhannas adalah cara pandang bangsa Indonesia, yang dijiwai nilai-nilai
Pancasila dan berdasarkan Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia 1945 serta
memperhatikan sejarah dan budaya.

C. Wawasan Nusantara sebagai wawasan Nasional Indonesia


Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia harus selalu membina dan
membangun kehidupan nasionalnya baik pada aspek politik, ekonomi, sosbud maupun
hankamnya serta selalu mengatas namakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan
wilayahnya. Gagasan untuk menjamin kesatuan dan persatuan Indonesia tercermin dalam
suatu konsep yang dikenal dengan istilah Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional
Indonesia atau Wawasan Nusantara Indonesia. Dengan demikian yang dimaksud dengan
Wawasan Nusantara sebagai landasan geopolitik Indonesia, yaitu suatu cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia untuk mengenali diri dan lingkungannya yang serba beragam dan
bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap
menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional
untuk mencapai tujuan nasional.
Di dalam Wawasan Nusantara terkandung konsepsi geopolitik yaitu unsur ruang,
yang kini berkembang tidak saja secara fisik namun dalam arti semu atau maya. Para
pendiri negara Repulik Indonesia meletakkan dasar-dasar geopolitik Indonesia melalui
ikrar Sumpah Pemuda, yaitu satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
Hakikat yang terkandung dalam isi sumpah pemuda adalah keutuhan ruang hidup
dan landasan dasar dari kebangsaan Indonesia. Kebangsaan Indonesia memiliki 3 (tiga)
unsur dari geopolitik, antara lain :
a. Rasa kebangsaan
Rasa kebangsaan adalah dorongan emosional yang lahir dalam perasaan
setiap warga negara, baik secara perorangan maupun kelompok tanpa
memandang kesukuan, ras, agama dan keturunan. Menguatnya rasa
kebangsaan secara individual dan kelompok menjadi energi dan pengendapan
nilai-nilai kebangsaan yang kemudian melahirkan faham dan semangat
kebangsaan.
Rasa kebangsaan dapat menyatukan tekad menjadi bangsa yang kuat,
dihormati dan disegani oleh bangsa lain. Penumbuhan rasa kebangsaan dalam
kondisi masyarakat bangsa Indonesia yang majemuk yang terlahir dengan
kebhinekaan suku, ras, agama, keturunan dan budaya sebaiknya dilakukan
dengan cara-cara yang manusiawi dan bermartabat dalam nuansa yang
demokratis melalui pendekatan dialogis.
b. Paham Kebangsaan
Wujud dari paham kebangsaan antara lain :
1. Pemahaman dalam diri setiap individu sebagai warga negara Indonesia
tentang perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik;
2. Pemahaman yang luas pada individu dan masyarakat tentang perwujudan
nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya;
3. Pemahaman bahwa kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan
ekonomi;
4. Pemahaman bahwa wilayah kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan
pertahanan dan keamanan.
c. Semangat kebangsaan
Semangat kebangsaan dapat dilihat dari sejauh mana manusia senantiasa
mengatas namakan bangsa dan negara pada setiap tindakan konstruktif
profesional yang dilakukannya.
Penjabaran dari wawasan nusantara, antara lain sebagai berikut :
1. Kesatuan Politik
Kesatuan politik memiliki peran yang sangat penting untuk menunjukkan
bahwa negara merupakan suatu entity (kesatuan) yang utuh sebagai tanah air.
2. Kesatuan Ekonomi
Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan untuk mengelola sumber daya
yang ada di negara Indonesia dengan ruang gerak yang bebas yang dilakukan
secara demokratis sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 33 UUD
1945.
3. Kesatuan Sosial Budaya
Bangsa Indonesia lahir karena adanya kesepakatan bukan karena atas
dasar geografi dan agama.
4. Kesatuan Pertahanan Keamanan
Pasal 27 dan pasal 30 UUD 1945 amandemen ke-2 menggambarkan
adanya demokratisasi dalam upaya pembelaan negara. Dari ke-2 pasal ini jelas
bahwa orientasi membela negara dan usaha pertahanan keamanan adalah
tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia.

D. Hakikat dan Asas Wawasan Nusantara


1. Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat dari wawasan nusantara adalah keutuhan nusantara dalam pengertian cara
pandang yang selalu utuh dan menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan
nasional. Hal tersebut berarti bahwa setiap warga negara dan aparatur negara harus
berpikir, bersikap dan bertindak secara utuh dan menyeluruh demi kepentingan
bangsa dan negara Indonesia.
2. Asas Wawasan Nusantara
Asas wawasan nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah
dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan demi tetap taat dan setia
kepada komponen pembentuk bangsa Indonesia (suku bangsa atau golongan)
terhadap kesepakatan bersama.

E. Kedudukan, fungsi dan tujuan Wawasan Nusantara


a. Kedudukan
Wawasan nusantara sebagai wawasan kebangsaan dan nasional bangsa Indonesia
merupakan landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
b. Fungsi Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-
rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan
bagi penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan daerah bagis seluruh rakyat
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
c. Tujuan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara bertujuan untuk mewujudkan nasionalisme yang tinggi di
segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan
individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Selain itu, tujuan wawasan
nusantara adalah turut serta menciptakan ketertiban dan kedamaian dunia dalam
rangka mencapai tujuan nasional.

Materi II

Geostrategi Indonesia

A. Pengertian Geostrategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai “ the art of general”
atau seni seseorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Karl von
Clauseewitz (1780-1831) berpendapat bahwa strategi adalah pengetahuan tentang
penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri
merupakan kelanjutan dari politik. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu
menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan hankam) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara
untuk menentukan kebijakan, tujuan, sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional,
geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya
mewujudkan tujuan politik. Menurut Kaelan, geostrategi diartikan sebagai metode atau
aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang
memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan
yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan lebih baik, lebih aman dan
bermartabat.
Geostrategi Indonesia memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi
pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman dan sejahtera
berdasarkan aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dengan demikian strategi nasional adalah cara
melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh
politik nasional.

B. Latar Belakang, Tujuan, Dan Fungsi Geostrategi atau Ketahanan Nasional


1. Latar belakang geostrategi atau ketahanan nasional
Sejak proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa dan Negara
Indonesia tidak luput dari berbagai gejolak dan ancaman dari dalam negeri maupun dari
luar negeri yang hampir membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dengan
posisi geografis, potensi sumber daya kekayaan alam, serta besarnya jumlah dan
kemampuan penduduk yang dimilikinya, Indonesia menjadi ajang persaingan
kepentingan dan perebutan pengaruh negara-negara besar. Hal tersebut secara langsung
maupun tidak langsung akan menimbulkan dampak negatif terhadap segenap aspek
kehidupan dan memengaruhi, bahkan membahayakan kelangsungan hidup dan eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu dalam rangka menjaga keutuhan
NKRI, cita-cita luhur bangsa sebagaimana terdapat dalam UUD 1945 harus
diimplementasikan secara benar dan menjadi modal utama dalam terhadap ketahanan
nasional.
2. Tujuan geostrategi atau ketahanan nasional
Geostrategi atau ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan
tugas pokok pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya
kesejahteraan dan kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan keamanan,
terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat
untuk mengaktualisasikan diri. Berdasarkan pernyataan tersebut, tujuan geostrategi
nasional adalah untuk terwujudnya keadilan hukum, kesejahteraan, pertahanan dan
keamanan nasional
3. Fungsi geostrategi atau ketahanan nasional
Geostrategi atau ketahanan nasional Indonesia mempunyai fungsi sebagai daya
tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, geostrategi Indonesia
ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara Indonesia
dalam aspek:
a. Ketahanan pada aspek ideologi.
b. Ketahanan dalam aspek politik.
c. Ketahanan pada aspek ekonomi.
d. Ketahanan pada aspek sosial budaya.
e. Ketahanan pada aspek pertahanan keamanan.

Fungsi geostrategi atau ketahanan nasional Indonesia secara umum adalah sebagai
daya tangkal dari berbagai bentuk ancaman yang dapat mengancam terhadap
keutuhan NKRI. Ancaman tersebut baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
negeri. Ancaman dari dalam negara berupa konflik di wilayah yang dapat
mengancam terhadap kedaulatan negara.

C. Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun
yang tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan
Negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia.
Ketahanan nasional pada hakikatnya adalah kekuatan nasional dalam arti luas,
dengan demikian unsur-unsur ketahanan nasional meliputi aspek astagatra yaitu geografi,
sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam.
Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa.
Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa karena
potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang
banyak. Kenyataanya, ancaman datang tidak hanya dari luar tetapi juga dari dalam.
Beberapa ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa Indonesia
dengan adanya tekad bersama menggalang kesatuan dan keutuhan bangsa. Kekuatan
bangsa dalam menjaga keutuhan negara Indonesia tentu saja harus didasari oleh segenap
landasan baik landasan ideal, konstitusional dan juga wawasan visional.

D. Landasan-landasan Ketahanan Nasional


a. Pancasila Sebagai Landasan Ideal
Dalam kapasitasnya sebagai ideologi, Pancasila merupakan cita-cita bangsa yang
merupakan ikrar segenap bangsa dalam upaya mewujudkan masyarakat adil makmur
yang merata material maupun spiritual. Pancasila merupakan asas kerohanian yang
kan membawa bangsa dalam suasana merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan
rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
b. UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional
Bertolak dari Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia yang sekaligus
mengandung cita-cita hukum yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, maka
UUD 1945 sendiri merupakan keputusan politik ini kemudian diturunkan dalam
norma-norma konstitusional (Perundangan) untuk mementukan sistem negara dengan
bentuk-bentuk konsep pelaksanaannya secara spesifik.
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada aturan konstitusional,
berdasar atas hukum. Kekuasaan dan kewenangan itu jelas ada tetapi tetap dalam
kerangka aturan penyelenggraan negara menurut hukum atau perundangan yang berlaku.
Semua bersamaan kedudukannya di dalam hukum. Hukum berlaku bagi seluruh rakyat
dan bahkan termasuk pemerintah.

E. Ancaman Terhadap Negara


Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, definisi ancaman
adalah setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap
bangsa. Dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
istilah ancaman juga diartikan sama, yakni setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
secara umum bentuk ancaman tersebut ada dua, yaitu, ancaman fisik dan nonfisik.
Ancaman bentuk fisik dapat berupa serangan militer negara asing terhadap negara
Indonesia. Sementara ancaman nonfisik terkait dengan persoalan ideologi, ekonomi, dan
budaya.

F. Bela negara
Bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara. Ketetapan
UUD 1945 tersebut mempertegas bahwa setiap warga negara Republik Indonesia berhak
dan wajib dalam hal membela negara. Trisnowaty (2009) menjelaskan, tidak seorang
warga negara pun boleh dihindarkan dari kewajiban ikut serta dalam pembelaan negara.
Pernyataan ini menunjukkan jika secara fisik tidak mampu, maka bela negara dapat
dilakukan secara non fisik.

G. Indonesia dan Perdamaian Dunia


Wujud keterlibatan negara Republik Indonesia dalam hal pemeliharaan perdamaian
dunia, Indonesia menjadi salah satu negara yang bergabung dengan organisasi dunia yaitu
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Selanjutnya wujud keterlibatan negara Indonesia
dalam menjaga perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan perdamaian.
Keterlibatan Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian sudah dimulai sejak
tahun 1957. Adapun pasukan perdamaian dari Indonesia dikenal dengan nama Kontingen
Garuda atau Kongo. Pasukan Kontingen Garuda Indonesia sejak tahun 1967 sampai
sekarang telah dilibatkan dalam hal menjaga perdamaian di berbagai kawasan konflik
yang bergabung dengan pasukan perdamaian PBB.

Materi III

Politik dan Strategi Nasional

A. Pengertian Politik dan Strategi Nasional


1. Pengertian Politik
Secara etimologis, kata “politik” berasal dari bahasa Yunani, yakni Politeia.
Politeia berasal dari akar kata polis dan teia. Polis mengandung arti kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara. Sedangkan teia mengandung arti
urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna
kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian
asas, prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu yang kita kehendaki. Politics dan policy memiliki hubungan yang erat dan
timbal balik.
Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara dan cara
melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan itu memerlukan kebijakan-kebijakan
umum (public policies) yang menyangkut pengaturan, pembagian, atau alokasi
sumber-sumber yang ada.
2. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani, yakni strategia, yang artinya adalah
seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan (the art of
general). Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan
kemenangan atau pencapaian tujuan. Dengan kata lain, strategi pada dasarnya
merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3. Pengertian Nasional
Nasional berasal dari bahasa Inggris, yakni“national” yang akar katanya adalah
“nation”, yang dalam bahasa Indonesia berarti bangsa. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan “nation” adalah sesuatu yang berhubungan atau berkaitan dengan
skala nasional yang merujuk pada bangsa dan negara.
4. Politik dan Strategi Nasional
Politik nasional adalah asas, haluan, usaha, serta kebijaksanaan negara tentang
pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian) serta
penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional. Dengan demikian,
strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam arti mencapai
sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional.

B. Dasar Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


Berikut ini adalah dasar pemikiran penyusunan politik dan strategi nasional.
1. Proses penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan
ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
2. Proses penyusunan politik dan strategi nasional juga harus mengacu pada nilai-
nilai perjuangan bangsa indonesia sebagaimana tertuang dalam proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia 1945 sehingga akan menjadi pedoman,
petunjuk, dan koridor bagi terselenggaranya semua program pembangunan
nasional.
3. Proses penyusunan politik dan strategi nasional juga harus mencerminkan jati diri,
budaya, adat istiadat, bahasa, dan lingkungan masyarakat Indonesia, yang beradab
dan adi luhung.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


1. Perkembangan Global
Dalam penyusunan politik dan strategi nasional tentunya pemerintah harus
memperhatikan aspek global yang sedang berkembang, khususnya yang
berhubungan dengan isu demokrasi, HAM, lingkungan hidup, terorisme, globalisasi,
pasar bebas dan perdagangan bebas. Para pengambil kebijakan dalam menyusun
politik dan strategi nasional pasti akan mempertimbangkan perkembangan
lingkungan strategis pada skala global, khususnya yang terkait dengan hubungan luar
negeri, politik luar negeri dan perdagangan internasional.
2. Perkembangan Regional
Dalam penyusunan politik dan strategi nasional tentunya hal-hal yang
berhubungan perkembangan lingkungan strategis dalam skala regional, seperti
kejahatan transnasional, perbatasan, keamanan regional, dan organisasi regional
dalam kerangka ASEAN dan APEC tentunya menjadi bahan pertimbangan yang
sangat penting. Politik dan strategi nasional yang disusun tentunya harus mampu
merespon berbagai tantangan regional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
3. Perkembangan Nasional
Dalam penyusunan politik dan strategi nasional, perkembangan skala nasional
yang meliputi asta gatra (tri gatra dan panca gatra) menjadi masukan yang sangat
penting. Perubahan politik dan strategi nasional pada tataran empiris yang mengalami
perubahan dari masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi merupakan bukti
nyata betapa perkembangan lingkungan strategis di tingkat nasional sangat
berpengaruh. Arus reformasi yang menggelora pada akhir masa Orde Baru telah
mengubah proses politik dan strategi nasional sekarang ini.
4. Perkembangan Lokal
Dalam penyusun politik dan strategi nasional, aspek lokal, seperti berkembangnya
otonomi daerah, desentralisasi, dan nilai-nilai kearifan lokal juga menjadi bahan
pertimbangan. Politik dan strategi nasional harus mampu mengadaptasi berbagai
gejala, fenomena, dan peristiwa yang ada di tingkat lokal sehingga dapat menjadi
pedoman atau petunjuk dalam proses penanganannya. Proses penyusunan politik dan
strategi nasional memperhatikan jati diri masyarakat Indonesia di tingkat lokal
dengan mengadopsi mekanisme musyawarah mufakat, semangat toleransi, gotong
royong, dan nilai-nilai kemasyarakatan lainnya.

D. Proses Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


1. Orde Lama
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era Orde Lama atau sering
dikenal pula dengan sebutan “Demokrasi Terpimpin” ini diliputi situasi, kondisi dan
keadaan masyarakat dan negara yang serba tidak memuaskan. Proses penyusunan
politik dan strategi nasional dimulai dari pembentukan Dewan Perancang Nasional
(Depernas) melalui UU No.8 Tahun 1958. Tugas dari Depernas ialah untuk
mempersiapkan Rancangan Undang-Undang Pembangunan Nasional yang
Berencana.
2. Orde Baru
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era Orde Baru atau sering
dikenal pula dengan sebutan “Demokrasi Pancasila” didasarkan pada UUD 1945,
khususnya pasal 3 (sebelum diamandemen), dimana MPR menetapkan Undang-
Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Wujud nyata politik
dan strategi nasional saat itu adalah GBHN yang ditetapkan oleh MPR melalui TAP
MPR kemudian diserahkan kepada Presiden untuk dijadikan sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan pembangunan nasional.
3. Transisi Reformasi
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era transisi reformasi diawali
dengan diterbitkannya beberapa ketetapan MPR sebagai respon terhadap berbagai
tuntutan reformasi yang sangat deras ketika itu.
4. Orde Reformasi
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era reformasi diawali
dengan diterbitkannya UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN). Yang dimaksud Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Materi IV

Pembangunan Daerah dalam Kerangka NKRI

A. Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia


Memaknai Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
Memahami keberadaan derah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Alinea ketiga memuat pernyataan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Sedangkan alinea keempat memuat pernyataan bahwa setelah
menyatakan kemerdekaan, yang pertama kali dibentuk adalah Pemerintah Negara
Indonesia yaitu Pemerintah Nasional yang bertanggung jawab mengatur dan
mengurus bangsa Indonesia.
Konsekuensi logis sebagai Negara kesatuan adalah dibentuknya pemerintah
Negara Indonesia sebagai pemerintah nasional untuk pertama kalinya dan kemudian
pemerintah nasional tersebutlah yang kemudian membentuk Daerah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kemudian pada Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 ditegaskan tentang keberadaan daerah dam
Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan isi pasal 18 di atas sebagai berikut.
1. Adanya pembagian daerah otonom yang bersifat berjenjang (Provinsi dan Kabupaten/
kota;
2. Daerah otonom mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan;
3. Secara eksplisit tidak disinggung mengenai asas dekonsentrasi;
4. Pemerintah daerah otonom memiliki DPRD yang anggota-anggotanya dipilih secara
demokratis;
5. Kepala daerah dipilih secara demokratis;
6. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas,
dalam lingkungan strategis globalisasi, Daerah diharapkan mampu meningkatkan
daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu kesatuan
masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri
Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah dan dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu oleh Perangkat
Daerah.

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia


1. Peran Daerah dalam Perjuangan Kemerdekaan
Untuk mengabadikan semangat perjuangan putra-putri bangsa, pemerintah telah
menetapkan para pejuang sebagai pahlawan bangsa seperti Sultan Iskandar Muda,
Tjut Nyak Dien (Aceh), Si Singa Mangaraja (Batak- Sumatra Utara), Imam Bonjol
(Minangkabau-Sumatra Barat), Sultan Ageng Tirtayasa (Banten), Sultan Agung
(Jawa Tengah), Untung Suropati (Jawa Timur), Jalantik (Bali), Anak Agung Gede
(lombok), Pangeran Antasari (Kalimantan), Sultan Hasanudin (Makasar Sulawesi
Selatan), Pattimura (Ambon- Maluku) dan sebagainya.
Perjuangan dan pemberontakan putra-putri daerah untuk mengusir penjajah di
atas mengalami kegagalan, namun semangatnya tidak pernah padam seperti maksud
peribahasa “Patah tumbuh hilang berganti ; Mati satu tumbuh seribu”. Ditilik dari sisi
ketahanan nasional, kegagalan perjuangan tersebut disebabkan oleh kombinasi dari
faktor-faktor berikut :
a. Pemerintah kolonial menerapkan politik pemecah-belahan terhadap rakyat
(devide et impera)
b. Perjuangan dan pemberontakan bersifat kedaerahan atau lokal sehingga
mudah dipatahkan oleh pemerintah kolonial
c. Para pejuang kalah dalam sistem persenjataan baik sistem senjata
tehnologi/fisik (SISTEK) maupun sistem senjata sosial/psikologi (SISSOS).
d. Pemerintah kolonial melakukan tipu muslihat (politicking ; politik curang)
melalui janji-janji perundingan tetapi justru digunakan untuk menjerat dan
menangkap para pejuang

2. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Saat Ini
Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933 yang diselenggarakan oleh negara -
negara Pan-Amerika di Kota Montevideo, bahwa suatu negara harus mempunyai
unsur-unsur :
a) penduduk yang tetap,
b) wilayah/daearah tertentu,
c) pemerintah,
d) kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain.
Sedangkan Oppenheim-Lauterpacht berpandangan bahwa unsur-unsur pembentuk
(unsur konstitutif ) negara adalah harus ada rakyat, harus daerah (wilayah), dan
pemerintah yang berdaulat.
Terbentuknya suatu negara akan didahului oleh terbentuknya suatu daerah. Oleh
karena itu, terdapat suatu keterkaitan yang erat antara Negara dan Daerah.
Berdasarkan hal tersebut, maka kedudukan daerah adalah sebagai cikal bakal bagi
terbentuknya Negara sekaligus sebagai satuan territorial dan satuan pemerintahan
yang terbawah, termasuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kenyataan
yang terjadi adalah pengaturan dalam Konstitusi hanya membagi NKRI yang terbagi
atas daerah provinsi dan kabupaten/kota, sedangkan didalam pemerintahan
kabupaten/kota terdapat pemerintahan desa. Hal tersebut membuat kedudukan desa
dalam NKRI menjadi tidak jelas.
Bukti bahwa kedudukan daerah adalah sebagai cikal bakal bagi terbentuknya
Negara adalah ketika PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 yang menetapkan
pembagian wilayah pemerintaan Republik Indonesia di daerah dalam susunan
teritorial yang terdiri dari Provinsi, Keresidenan, Kotapraja (Swapraja), dan Kota
(Gemeente) sebagai berikut: Daerah Republik Indonesia dibagi atas 8 (delapan)
Provinsi, yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil; Provinsi dibagi kedalam Keresidenan-
keresidenan; Kedudukan Kooti dan Kota diteruskan sesuai keadaan saat itu. Adapun
pembagian wilayah Negara Republik Indonesia saat berdasarkan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974 yakni Propinsi; Kabupaten/Kota (administrative), Kecamatan
dan Desa.

Anda mungkin juga menyukai