Anda di halaman 1dari 5

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide

nasionalnya yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945) yang merupakan aspirasi bangsa
Indonesia yang merdeka, berdaulat, bermartabat serta menjiawai tata hidup dalam mencapai tujuan perjuangan nasional.

Wawasan Nusantara telah diterima dan disahkan sebagai konsepsi politik kewarganegaraan yang termaktub / tercantum
dalam dasar-dasar berikut ini :

- Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tanggal 22 maret 1973

- TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 tanggal 22 maret 1978 tentang GBHN

- TAP MPR nomor II/MPR/1983 tanggal 12 Maret 1983

Ruang lingkup dan cakupan wawasan nusantara dalam TAP MPR '83 dalam mencapat tujuan pembangunan nasionsal :

- Kesatuan Politik

- Kesatuan Ekonomi

- Kesatuan Sosial Budaya

- Kesatuan Pertahanan Keamanan

Istilah wawasan nusantara berasal dari kata wawas yang berarti pandangan, tinjauan, atau penglihatan inderawi.

Istilah wawasan berarti cara pandang, cara tinjau, atau cara melihat.

Sedangkan istilah nusantara berasal dari kata “nusa” yang berarti pulau-pulau, dan “antara” yang berati diapit di antara dua
hal.

Secara unum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar
falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita
nasionalnya.

Wawasan nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan pancasila
dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan
cita-cita nasionalnya.

Fungsi wawasan nusantaraWawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu – rambu dalam
membentuk segala kebijakan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan di tingkat
daerahnmaupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujan wawasan nusantaraWawasan nusantara bertujuan menanamkan sikap nasionalisme yang tinggi di hati setiap rakyat
Indonesia sehingga mampu mewujudkan cita – cita dan tujuan nasional melalui pemberdayaan berbagai aspek kehidupan
nasional.

Tujuan dari Wawasan Nusantara dibagi menjadi duaTujuan dari Wawasan Nusantara dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan
nasional dan tujuan ke dalam. Tujuan nasional dapat dilihat dalam Pembukaan UUD ’45. Pada UUD ’45 dijelaskan bahwa
tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Sedangkan tujuan yang kedua, yaitu tujuan ke dalam, adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik alamiah
maupun sosial. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional,
serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat
manusia di seluruh dunia.

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal
tersebut bukan berarti menghilangkan kepentingan – kepentingan individu, kelompok, suku bangsa atau daerah. Kepntingan –
kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui, dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau
kepentingan masyarakat banyak. Nasionalisme yang tinggi di segala bidang kehidupan demi tercapainya tujuan nasional
tersebut merupakan pancaran dari makin meningkatnya rasa, paham, dan semangat kebangsaan dalam jiwa bangsa Indonesia
sebagai hasil pemahaman dan penghayatan Wawasan Nusantara.
1. Geopolitik Indonesia

Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan di Indonesia didasarkan pada pemahaman tentang paham
perang dan damai serta disesuaikan dengan kondisi dan konstelasi geografi Indonesia dihadapkan pada segenap fenomena
sosial dan kehidupan yang timbul. Sedangkan pemahaman tenatnag negara/state Indonesia menganut paham negara
kepulauan yaitu paham yang dikembangkan dari archipelago consept atau azas archipelago yang memang berbeda dengan
pemahaman archipelago di negara-negara barat pada umumnya. Perbedaam yang esensial dari pemahaman ini adalah
menurut paham Barat peranan laut sebagai “pemisah” pulau, sedangkan paham Indonesia laut sebagai “penghubung”
sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara Kepulauan.

Geopolitik : “ Kebijakan dasar suatu bangsa negara yang dilandaskan atau dikaitkan dengan letak negara bersangkutan di
bumi dalam rangka menjamin kelangsungan dan keselamatan hidupnya “

Geopolitik dan Geostrategi Indonesia

Konsepsi Geopolitik

Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan
politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau negara ; dan teia yang berarti urusan (politik)
bermakna kepentingan umum warga negara suatu bangsa (Sunarso, 2006: 195). Sebagai acuan bersama, geopolitik dimaknai
sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau
tempat tinggal suatu bangsa. Frederich Ratzel mengenalkan istilah ilmu bumi politik (political geography), Rudolf Kjellen
menyebut geographical politic dan disingkat geopolitik.

Unsur utama Geopolitik

• Konsepsi ruang diperkenalkan Karl Haushofer menyimpulkan bahwa ruang merupakan wadah dinamika politik dan militer,
teori ini disebut pula teori kombinasi ruang dan kekuatan

• Konsepsi frontier (batas imajiner dari dua negara)

• Konsepsi politik kekuatan yag terkait dengan kepentingan nasional

• Konsepsi keamanan negars dan bangsa sama dengan konsep ketahanan nasional

Geopolitik Indonesia

Geopolitik Indonesia tiada lain adalah Wawasan Nusantara

• Wawasan Nusantara tidak mengandung unsur-unsur ekspansionisme maupun kekerasan

• Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan
UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat serta menjiwai tata hidup
dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional.

• Wawasan nusantara juga sering dimaknai sebagai cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bertindak, berfikir
dan bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi proses psikologis, sosiokultural dengan aspek-aspek
ASTAGATRA

Konsepsi Geopolitik Indonesia

Geopolotik berasal dari kata geo(kata Yunani,geo=bumi)dan politik,(esensi politik kekuatan),geopolitik berarti
kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan letak bumi sebagai wilayah hidup dalam menentukan alternatif
kebijaksanaan untuk mewujudkan suatu tujuan.geopolitik Indonesia diartikan kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan letak bumi terdiri atas berbagai pulau antara silang dunia sebagai wilayah hidup dalam menentukan alternatif
kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan nasional.

Geopolitik adalah politik yang tidak lepas dari pengaryh letak dan kondisi geografis bumi yang menjadi wilayah
hidup. Politik dalam ketatanegaraan berdasarkan tiga hal, yaitu bagaimana cara berpemerintahan dengan bangsa yang
majemuk dan bagaimana menyejahterakan bangsa dan rakyatnya. Tiga hal ini atas dasar tiga pokok pikiran dalam Pembukaan
UUD 1945,sebagai fundamen politik negara,

Dasar Pengertian Geopolitik

Timbulnya pengetahuan Geopolitik berpangkal pada tinjauan para ahli pikir dan sarjana tentang peranan faktor
geografis terhadap kehidupan makhluk dan kebudayaan. Bahwa keadaan alam disekitarnya adalah penting untuk tiap
makhluk hidup. Kehidupan harus menyesuaikan diri dengan keadaan alamiah. Manusia sebagai makhluk sosial budaya tidak
hanya dikelilingi oleh situasi sosiokultural semata tetapi pada hakikatnya tergantung pula serta diliputi oleh situasi alamiah.

Frederich Ratzel(1844-1904), perintis aliran geopolitik ialah Frederich Ratzel,yang menyatakan dalam bukunya”Politica;
geography”(1897) bahwa negara merupakan organisme yang hidup dan supaya dapat hidup subur dan kuat maka memerlukan
ruangan untuk hidup. Dalam bahasa jerman disebut Lebensraum. Negara- negara besar,kata Ratzel mempunyai semangat
ekspansi,militerisme,optimisme.
Rudolph Kjellen (1864-1922), Geopolitik sebagai suatu istilah adalah singkatan dari Geographical Politic, yang
dicetuskan oleh seorang sarjana ilmu politik Swedia bernama Rudolph Kjellen pada tahun 1900. Dalam rangka
mengemukakan suatu sistem politik yang menyeluruh,meliputi demo politik,
ekonomopolitik,sosiopolitik,kratopolitik,termasuk geopolitik.Kjellen melanjutkan ajaran Ratzel menegaskan bahwa negara
adalah suatu organisme yang dianggap sebagai “prinsip dasar”.Karl Haushofer(1869-1946). Geopolitik kemudian berubah
artinya setelah dipopulerkan oleh Karl Haushofer seorang perwira tentara Munchen dengan mengarah ke ekspansionisme dan
rasialisme.hal ini dapat dilihat dari rumusan Karl Haushofer.”geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam
perjuangan demi kelangsungan hidup suatu organisasi negara untuk memperoleh ruang hidupnya.

Ajaran Pancasila.tidak dapat diterima oleh bangsa Indonesia karena sangat bertentangan dengan filsafat hidup bangsa
Indonesia. Sesuai dengan ajaran Pancasila. Bangsa Indonesia merumuskan gepolitik sebagai berikut: geopolitik adalah
pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi geografis suatu negara dengan memanfaatkan
keuntungan letak geografis tersebut untuk kepentingan penyelenggara pemerintahan nasional dan penentuan-penentuan
kebijaksanaan secara ilmiah berdasarkan realita yang ada dengan cita-cita bangsa.

“perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai ” kekayaan dunia”sehingga

pada akhirnya menguasai dunia.

* Pandangan Ajaran Nicholas J. Spkyman.

Ajaran ini menghasilkan teori yang dinamakan Teori Daerah Batas (rimland) yaitu teori wawasan kombinasi yang
menggabungkan kekuatan darat, laut, dan udara. Dalam pelaksanaannya, teori ini disesuaikan dengan keperluan dan kondisi
suatu negara

* Pandangan Ajaran Sir Halfold Mackinder.

Teori ahli geopolitik ini pada dasarnya menganut ”konsep kekuatan” dan mencetuskan wawasan benua, yaitu konsep kekutan
di darat. Ajarannya menyatakan : barang siapa dapat menguasai “daerah jantung”, yaitu Eurasia (Eropa dan Asia), ia akan
dapat menguasai “pulau dunia”, yaitu Eropa, Asia dan Afrika.

* Pandangan Ajaran W. Mitchel, A.Saversky, Giulio Douhet dan John Frederik Charles

Fuller.

Keempat ahli geopolotik ini berpendapat bahwa kekuatan di udara justru yang paling menentukan..Mereka melahirkan teori
”wawasan dirgantara” yaitu konsep kekuatan di udara. Kekuatan di udara hendaknya mempuyai daya yang dapat diandalkan
untuk menangkis ancaman dan melumpuhkan kekuatan lawan dengan menghancurkannya dikandangnya sendiri agar lawan
tidak mampu lagi menyerang.

* Geopolitik Bangsa Indonesia.

Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang luhur dengan
jelas dan tegas tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta
kemerdekaan. Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan, karena penjajahan tidak sesuai denga peri kemanusiaan
dan peri keadilan. Bangsa yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut faham perang dan damai : ” Bangsa
Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan
ajaran mengenai kekuasaan dan adu domba, karena hal tersebut mengandung benih-benih persengketaan dan ekspansionisme.
Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa : Ideologi digunakan sebagai landasan idiil dalam
menentukan politik nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi geografis Indonesia dengan segala aspek kehidupan
nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa dan negaranya ditengah-tengah
perkembangan dunia. Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaan (nasionalisme) yang
membentuk suatu wawasan kebangsaan dengan menolak pandangan chauvisme. Bangsa Indonesia selalu terbuka untuk
menjalin kerjasama antar bangsa yang saling menolong dan saling menguntungkan. Semua ini dalam rangka ikut
mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia yang abadi. Dalam menentukan, membina, dan mengembangkan wawasan
nasionalnya, bangsa Indonesia menggali dan mengembangkan dari kondisi nyata yang terdapat di lingkungan Indonesia
sendiri. Wawasan nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa indonesia yang berlandaskan
falsafah Pancasila dan pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa
Indonesia. Karena itu, pembahasan latar belakang filosofis sebagai pemikiran pembinaan dan pengembangan wawasan
nasional Indonesia ditinjau dari :

4. Konsepsi Tanah Air (Geopolitik)

Konsepsi geopolitik telah lama dibicarakan oleh sementara tokoh bangsa, antara lain Muh. Yamin dan Bung Karno, dalam
Sidang BPUPKI pada tahun 1945. Berkaitan dengan hal itu, Bung Hatta dkk. (1980) memberikan komentar antara lain,
“Bung Karno mempergunakan dalil-dalil teori Geopolitik, khususnya Blut-Und-Boden Theorie, ciptaan Karl Haushofer.
Teori ini sebetulnya sendi bagi politik imperialisme Jerman, tetapi sangat menarik pula bagi kaum nasionalis Asia dan
Indonesia, khususnya untuk membela cita-cita kemerdekaan, persatuan bangsa, dan tanah air.”

Dua puluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1965, Bung Karno dalam pidatonya yang berjudul Susunlah Pertahanan
Nasional Bersendikan Karakteristik Bangsa, pada waktu peresmian berdirinya Lemhannas, antara lain menyatakan,
“Mengetahui hasil ilmu Geopolitik yang pada pokoknya, mula-mula saya baca di dalam kitabnya Karl Haushofer, Die Geo-
Politik des Pazifischen Ozeans, Geo-Politik dari Samudra Pasifik, kalau mau mengetahui bagaimana suatu bangsa dijadikan
besar, harus mengetahui Geo-Politik bangsa itu.”

Pada perkembangan selanjutnya, konsep geopolitik semakin banyak mendapat perhatian dalam kaitannya dengan upaya
pengembangan kemampuan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah nasional.
Konsepsi geopolitik bagi Indonesia menjadi aktual bila dihubungkan dengan kesadaran akan posisi geografis wilayah
Indonesia, kepentingan atas integritas nasional dalam kondisi geografi yang terpecah-belah, pengambilan peran dalam
kawasan regional, dan antisipasi ancaman kekuatan asing yang melibatkan negara adidaya di kawasan regional (Dino Patti
D., 1996). ABRI (TNI) mengangkat konsep geopolitik ke dalam konsep pertahanan dan keamanan nasional (Hankamnas),
antara lain, dengan pengertian, “… memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia, yang memerlukan keserasian antara
Wawasan Bahari, Wawasan Dirgantara, dan Wawasan Benua sebagai pengejawantahan segala dorongan-dorongan (motives)
dan rangsangan-rangsangan (drives) di dalam usaha mencapai aspirasi-aspirasi serta tujuan-tujuan negara Indonesia ….”
(Doktrin Hankamnas dan Doktrin Perjuangan ABRI “CADEK’, 1967).

Konsep tersebut dinamakan Wawasan Nusantara, yaitu wawasan konsepsional dari Wawasan Hankamnas. Wawasan
Nusantara dalam Wawasan Hankamnas berkait dengan konsep negara kepulauan.

Konsepsi negara kepulauan memberikan inspirasi dan dorongan untuk menyatukan seluruh wilayah nasional Indonesia yang
terdiri dari daratan, perairan, dan ruang udara di atasnya, sedangkan konsep penyerasian wawasan-wawasan berdasarkan
kemitraan dalam Wawasan Nusantara menurut Hankamnas merupakan konsepsi pemanfaatan negara kepulauan tersebut.
Keterkaitannya tampak lebih jelas pada penjelasan Mochtar Kusumaatmadja (1977) “jadi, untuk menyimpulkan bahwa
konsepsi negara kepulauan adalah konsepsi kewilayahan, yaitu apabila sudah diundangkan menjadi kenyataan, lalu menjadi
negara kepulauan; dalam hal Indonesia, itu namanya negara Nusantara.”

5. Konsepsi Negara Kebangsaan (Pancasila)

Dalam pidatonya untuk Sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno menjelaskan pandangannya tentang negara
kebangsaan: Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Rakyat dari bumi yang ada di bawah kakinya tidak dapat dipisahkan.
Ernest Renan dan Otto Bouwer hanya sekadar melihat orangnya. Tampak di sini bahwa bangsa dan tanah air harus
merupakan satu kesatuan; negara yang dibentuk atas dasar itu disebutnya negara kebangsaan. Jadi, negara yang terbentuk
mengikuti konsep kebangsaan, yang bukan merupakan kelanjutan dari bentuk-bentuk kekuasaan sebelumnya.

Indonesia semasa kekuasaan Hindia Belanda terdiri dari kerajaan, kesultanan, atau bentuk kekuasaan tradisional lainnya.
Kemudian, setelah merdeka semua melebur menjadi satu negara kebangsaan berbentuk republik, dengan mengakui kekhasan
daerah dalam memelihara kekhasan adat-istiadatnya masing-masing.

Menurut Neal R. Peirce (International Herald Tribune, April 4, 1997), “Globalisasi ekonomi, kebangkitan daerah-daerah, atau
persaingan antaretnis/ suku bangsa yang sedang dan terus menggejala akhir-akhir ini dipercaya oleh sebagian orang sebagai
pertanda akan berakhirnya negara-negara kebangsaan”.

Pertemuan para pakar dari 32 negara di Salzburg pada bulan Maret 1997, yang sengaja membahas masa depan negara-negara
kebangsaan tidak sepenuhnya menyetujui pendapat tersebut. Mereka, baik yang berasal dari negara maju maupun negara
berkembang, negara barat maupun timur, pada umumnya masih tetap memerlukan negara-negara kebangsaan, antara lain
untuk memberi identitas kepada penduduk, menarik pajak, menyediakan jaring pengaman sosial, melindungi lingkungan, dan
menjamin keamanan dalam negeri. Bagi bangsa Indonesia, hal itu bukan saja masih diperlukan mempertahankan negara
kebangsaan melainkan juga harus tetap mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah Indonesia
dalam satu negara agar tetap menjadi negara besar sehingga selalu diperhitungkan dalam kehidupan antar-bangsa.

6. Konsepsi Negara Kepulauan

Konsep negara kepulauan semula dikembangkan oleh Indonesia untuk menghindarkan keberadaan laut pedalaman atau
perairan antarpulau wilayah Indonesia yang berstatus sebagai laut bebas. Pengembangan konsep tersebut mengacu pada
Yurisprudensi Keputusan Mahkamah Internasional Tahun 1951 tentang Sengketa wilayah perikanan historis antara Inggris
dan Norwegia, di laut pedalaman Norwegia (Adi Sumardiman, 1995).

Keputusan Mahkamah Internasional pada saat itu menerima cara penarikan garis dasar yang lurus, antara titik-titik pulau
terluar, tidak menurut garis lengkung yang mengikuti garis pantai, seperti biasanya. Dengan cara demikian, kawasan
Kepulauan Indonesia terpisah dari laut bebas dan menjadikan wilayah nasional Indonesia suatu kawasan laut luas yang
ditaburi pulau-pulau. Sebenarnya, pengacuan kepada yurisprudensi tersebut dikaitkan dengan kondisi Indonesia kurang tepat
karena Norwegia merupakan kasus kepulauan pantai (coastal archipelago), sedangkan Indonesia kasus kepulauan di tengah
samudera (mid-ocean archipelago). Meskipun demikian, pada akhirnya dunia mengakuinya juga setelah 25 tahun perjuangan.

Menurut konsep negara kepulauan, kedaulatan wilayah Idonesia berlaku di daratan, perairan kepulauan, perairan teritorial,
dan ruang di atasnya (Adi Sumardiman, 1995). Walaupun demikian, Konvensi Hukum Laut PBB/1982 menetapkan hak-hak
negara lain di wilayah negara kepulauan, yang harus dipenuhi. Hak-hak yang dimaksudkan itu, antara lain, hak lintas damai
dan lintas transit, hak lintas alur laut kepulauan, penerbangan melintas, serta pencarian dan penyelamatan. Masalah lain yang
hingga saat ini dihadapi negara kepulauan, seperti Indonesia, terutama ialah bahwa belum semua negara besar meratifikasi
Konvensi Hukum Laut PBB/1982 yang menyetujui berlakunya konsep negara kepulauan, tambahan pula konsep negara
kepulauan di dalam kenyataannya kurang dihormati.

Padahal, bagi Indonesia, berlakunya konsep negara kepulauan selain perairan wilayah nasional Indonesia terbebas dari laut
bebas atau perairan yang berstatus internasional, juga menambah luas wilayah negara Indonesia dalam bentuk laut wilayah,
dengan tetap mengindahkan kewajiban-kewajiban internasional. Apalagi, dengan berubahnya ketentuan tentang lebar laut
wilayah yang semula tiga mil dari garis dasar menjadi 12 mil. Tambahan luas laut wilayah tersebut berarti juga bahwa
kandungan sumber kekayaan alam berlipat ganda.

Bagi bangsa dan negara Indonesia, konsep persatuan dan kesatuan ini sangat bermakna, lebih bermakna daripada umumnya
bangsa dan negara lain.

Bangsa Indonesia menyadari akan keterpecahan (fragmentasi) geografi dan sosial yang melekat pada bangsa dan negara
Indonesia. Keterpecahan geografi wilayah Indonesia berupa ribuan pulau yang tersebar luas, besar dan kecil, topografi
daratan yang amat variatif; membangun sekat-sekat alam yang dapat menghambat proses sirkulasi kehidupan nasional.
Keterpisahan lainnya, yaitu secara sosial, terutama merupakan dampak dari berbagai perbedaan primordial bangsa Indonesia,
seperti suku, etnis, ras, adat-istiadat, dan agama, kerap kali berpotensi menjadi sekat-sekat sosial yang dapat menghambat
hubungan antarkomponen bangsa Indonesia. Oleh karena itu, konsep persatuan dan kesatuan perlu diwujudkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia.

Wawasan dan pelopornya :

- wawasan benua (konsep kekuatan darat) ditemukan oleh sir Halford Machinder (1861 – 19 47) berisi “ Barang siapa yang
menguasai daerah jantung akan dapat menguasai pulau dan pada akhirnya dapat menguasai dunia “

- wawasan bahari ( konsep kekuatan laut ) ditemukan oleh sir Walter Raleigh ( 1554 – 1918) dan Alfred Thayer Mahn ( 1840
– 1910 ) yang berisi “ siapa yang menguasai lautan akan menguasai perdagangan.menguasai kekayaan dunia sehingga dunia
akan dikuasainya “

- Wawasan dirgantara ( konsep kekuasaan udara ) ditemukan oleh W.Mitchen ( 1877 – 1946 ),A Saversky(1894 – 19 ),dan
Giulio Douhet ( 1869 – 1930 ) yang berisi “ kekuatan di udara merupakan daya tangkis terhadap ancaman yang ampuh dan
dapat melumpuhkan kekuatan dengan menghancurkan kawasan “

- Wawasan kominasi ( teori batas daerah rimhd,teori bash) ditemukan oleh Nicholas J.Spykman ( 18 93 – 1943 ) yang berisi “
ialah yang banyak memberikan inspirasi kepada negarawan, ahli geopolitik dan geostrategi untuk menyusutkan kekuatan bagi
negaranya “

Anda mungkin juga menyukai