Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ISLAM DI KOREA SELATAN

Dosen Pengampu:
...........................................
Disusun Oleh:
Laili Lutfiyah (A92219093)
Ahmad Nafi’uddin (A92219073)
Diky Ilham Putrawan (A02219012)

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

COVER i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses masuknya Islam di Korea
B. Perkembangan Islam di Korea
C. Ciri khas keislaman muslim di Korea
D. Tantangan yang dihadapi muslim di Korea
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korea penuh kemiskinan, kesedihan dan penderitaan akibat dari Perang
Korea yang meletus pada 25 Juni 1950. Dalam reruntuhan perang, Islam mulai
menanam bijinya oleh Saudara Zubercoch dan Abdul Rahman yang
berpartisipasi dalam Perang Korea sebagai anggota dinas militer Angkatan
Darat Turki Perserikatan Bangsa-Bangsa ditempatkan di Korea. Selama
pelayanan ia membangun sebuah gubuk Quonset digunakan sebagai Masjid, di
mana ia berkhotbah doktrin Islam kepada Rakyat Korea. Tentara Turki
mengajarkan rakyat Korea di Tenda Masjid dibangun di pengungsi desa ajaran
monoteisme Islam selama Perang Korea, sementara rakyat Korea mengabdikan
diri pada kehidupan keagamaan dalam kegelapan berharap untuk masa depan
yang cerah dengan percaya kepada Allah.
Di Korea Selatan, agama Islam merupakan agama minoritas.
Terhitung tidak sampai 1% populasi umat muslim di sana. Meski begitu,
penyebaran Islam di Korea Selatan terbilang tidak mudah, banyak hal yang
mesti dilalui sampai agama islam bisa masuk dan berkembang di Korea
Selatan seperi sekarang. 

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya Islam di Korea ?
2. Bagaimana perkembangan Islam di Korea ?
3. Bagaimana ciri khas keislaman muslim di Korea ?
4. Apa saja tantangan yang dihadapi muslim di Korea ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses masuknya Islam di Korea.
2. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Korea.
3. Untuk mengetahui ciri khas keislaman muslim di Korea.
4. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi muslim di Korea.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses masuknya Islam di Korea


Dari jaman penjajahan Jepang, Itaewon telah menjadi daerah pemukiman
utama bagi orang-orang dari luar negeri. Pernah bertempat barak tentara
Jepang, dan setelah 1945 senyawa besar di distrik menjadi milik pasukan AS.
Sekitarnya dikembangkan sebagai magnet bagi semua jenis kegiatan
pemukiman asing di Seoul. Itaewon didominasi oleh sebuah bangunan yang
jelas-jelas sebuah masjid. Bangunan yang mengesankan ini adalah pengingat
akan kebangkitan komunitas Muslim di sini.
Islam telah hadir di negara ini untuk waktu yang sangat lama. Pada abad
8 dan 9, pelaut dan saudagar Arab sering mengarungi perairan pantai Selatan
dan Asia Timur. Pada 845 disebutkan kata ‘Korea’ dalam bukunya, dalam
sebuah frase: ‘Di balik Cina, menyebrangi lautan, terdapat negara berbukit-
bukit yang disebut ‘Silla’, kaya emas. Muslim yang tiba di sana secara tak
sengaja sangat tertarik oleh karakternya sehingga mereka tinggal di sana
selamanya dan tidak mau pergi. Pada waktu itu sejumlah pedagang muslim
membuat rumah mereka.

Beberapa Korea juga membuat epik perjalanan ke Barat. Catatan


mengkonfirmasi bahwa dalam 727 biksu yang terkenal Heoch’o mengunjungi
Timur Dekat Arab dalam perjalanan kembali dari India. Selama periode Koryo
(918-1392) Kaesong, maka ibu kota negara, adalah rumah bagi komunitas
Muslim yang berkembang, dan ada masjid juga. Anggota dari salah satu marga,
keluarga Chang dari Toksu, masih ingat bahwa pendiri marga adalah seorang
Muslim yang datang ke Korea pada zaman Koryo. Namun, dinasti Yi, yang
merebut kekuasaan pada 1392, jauh lebih introspektif dari pendahulunya,
sehingga awal ini hubungan dengan Timur Dekat secara bertahap layu.
Kebangkitan Islam terjadi selama Perang Korea. Perang itu terjadi
sebagian besar oleh pasukan AS, tetapi dengan dukungan dari negara-negara
lain, di antaranya Turki, pada waktu itu sekutu dekat Washington. Pasukan

2
Turki termasuk yang paling banyak, sekitar 15.000 tentara, dan merupakan
pasukan non-Amerika yang terlatih untuk mengambil bagian dalam perang.
Turki membawa Islam kembali ke Korea. Mereka terbukti tidak hanya
menjadi pejuang yang baik tetapi juga berhasil menjadi pendakwah. Tenda
mereka sebagai masjid yang awalnya melayani para prajurit sendiri, akhirnya
menjadi pusat utama aktivitas pendakwah. Turki memperbolehkan dan
mendorong orang Korea yang sudah memeluk Islam untuk ambil bagian dalam
ibadah. Turki juga terlibat dalam upaya kemanusiaan skala besar, yang
meninggalkan kesan mendalam di penduduk setempat.
Ketika perang selesai dan unit Turki kembali ke rumah, mereka
tinggalkan komunitas Muslim lokal yang kecil namun aktif. Masyarakat
Muslim Korea diresmikan pada tahun 1955. Organisasi ini, kemudian dinamai
ulang Yayasan Islam Korea, menjadi organisasi utama untuk beriman di sini.
Anggota masyarakat dikirim ke luar negeri untuk pendidikan agama dan
mencoba untuk membangun masjid permanen dengan bantuan hibah
pemerintah Malaysia, tetapi tidak mampu. Doa diadakan di gedung darurat,
dengan menara yang terbuat dari papan kayu dan besi frame.

3
B. Perkembangan Islam Di Korea
Secara kronologi, sejarah perkembangan dan kemajuan Islam di Korea
sangat mendukung perkembangan warga muslim Korea. Hal ini di awali oleh
Imam Zubercoch dan Abdul Rahman yang terlibat di dalam Perang Korea
sebagai anggota pengaman tentara Turki telah menyampaikan cahaya Islam
dan ajaran Al-Qur’an untuk pertama kalinya di Korea pada bulan September
1955, di mulainya Persatuan Komunitas Muslim Korea pada bulan oktober
1955, Rombongan haji terbesar yang terdiri dari 132 orang adalah yang
pertama kalinya di dalam sejarah Korea pada oktober 1978.
Tentunya Islam di Korea sangat bergeliat, hal ini dapat dicerminkan dari
mulai banyaknya masjid, mushalla, dan pusat-pusat pendidikan Islam yang
berdiri di sana. Dilain hal, dalam hubungan kerjasama antara Arab Saudi dan
Federasi Muslim Korea akan mendirikan sekolah Islam pertama yaitu sekolah
dasar yang juga memiliki kurikulum yang resmi, dengan rencana membuka SD
tersebut pada bulan Maret 2009. Selain itu, menurut rencananya akan dibuka
juga pusat kebudayaan Islam, sekolah menengah dan bahkan universitas.
Warga Korea Selatan mulai bisa menerima Islam pada tahun 1980-an
dikarenakan pada saat itu orang Korea banyak yang bekerja di luar negeri
khususnya di Timur Tengah sehingga selain bekerja, mereka juga mempelajari
Islam. Begitu kembali ke Korea, mereka menyebarkan agama Islam kepada
warga setempat. Dan sekarang warga Korea Selatan sudah mulai mengerti,
memahami sehingga agama Islam sangat berkesan.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, sampai sekarang ada 9 buah
mesjid yang ada di Korea. Antara lain, masjid Mesjid Seoul, Mesjid Busan,
Mesjid Bupyong, Mesjid Kwangju, Mesjid Jeonju, Mesjid Anyang, Mesjid
Ansan, Mesjid Cheonan , dan Mesjid Paju. Ada juga beberapa Islam Center di
Korea, seperti Daejon, Dongam Center, Daegu Center, Daegu (Al-Amin
Islamic Center), Gwangju Center, Macheon-Keoyeo Center, Jeju Center,
Changwon Center, Pochun Center, Dongdu Cheon Center, dan Suwon.
Persentase agama Islam di Korea, Korea Selatan menduduki rangking ke-
25 berdasarkan jumlah penduduk terbanyak diseluruh negara di dunia, dengan
jumlah penduduk sekitar 48.447.000 jiwa, sedangkan untuk peringkat pertama

4
tentunya masih di duduki oleh China dengan jumlah penduduk sekitar
1.314.781.000 jiwa. Dan berdasarkan total penduduk yang memeluk agama
Islam disetiap negara di dunia, Korea Selatan menduduki peringkat ke- 108
dengan jumlah pemeluk sekitar 194.000 jiwa, sedangkan untuk peringkat
pertama diduduki oleh Indonesia dengan jumlah penganut agama Islam sekitar
195.627.000 jiwa dari total penduduk 222.051.000 jiwa.
Jumlah pemeluk agama terbanyak di Korea Selatan adalah pemeluk
agama Budha, dengan jumlah pemeluk sebanyak 12.742.000 jiwa, agama
Kristen sejumlah 5.668.000 jiwa, agama Katholik sejumlah 7.945.000 jiwa,
pemeluk Khonghucu dan Taois sejumlah 678.000 jiwa, dan lainnya sejumlah
21.220.000 jiwa.
Dari persentase pemeluk agama di Korea diatas, disimpulkan bahwa dari
total penduduk Korea Selatan sebanyak 48.447.000 jiwa dipersentasekan
sebanyak 0,4% warga Korea Selatan adalah pemeluk agama Islam dengan
jumlah 194.000 jiwa. Sedangkan jumlah pemeluk agama terbesar adalah
pemeluk agama Budha sebanyak 26,30% dengan jumlah 12.742.000 jiwa,
agama Khatolik 16,39% dengan jumlah 7.945.000 jiwa, Kristen 11,69%
dengan jumlah 5.668.000 jiwa, Konghucu dan Tao 1,39% dengan jumlah
678.000 jiwa, dan yang lainnya 43,80% dengan jumlah 21.220.000 jiwa.
C. Ciri Khas Keislaman Muslim di Korea
Terdapat adat-istiadat atau kebiasaan masyarakat korea yang
dipengaruhi oleh ajaran islam salah satunya adalah ketika penyebaran Islam
di Desa Sang Yong yang merupakan salah satu desa islam pertama di Korea
Selatan, antara lain, adanya unsur kesamaan dalam upacara selamatan
kelahiran seratus hari yang disebut dengan bekil Upacara selamatan ini sama
halnya dengan ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Islam lainnya,
seperti selamatan 40 hari dan sebagai tradisi, upacara tersebut dilengkapi
dengan berbagai macam jenis makanan seperti kue-kuean, dan buah-
buahan. Di samping daripada itu di depan anak diletakkan uang kertas,
benang, pensil, buku catatan dan lain-lain sebagai simbol. Jika anak tersebut
memegang uang kertas diharapkan kedepan akan menjadi seorang

5
pengusaha yang sukses dan jika memegang pensil atau buku catatan
diharapkan kedepannya nanti akan menjadi seorang ilmuan dan seterusnya.
Kemudian Dalam aspek tradisi adat dan seni budaya, sedikit banyak
juga dipengaruhi oleh seni sastra Arab seperti gambus, musik-musik
irama dangdut seperti yang terdapat di Korea Taryeong, kesenian musik
gendang yang disebut Buk, tarian topeng yang disebut Talcum , tradisi
lainnya yang masih dilakukan oleh muslim Korea adalah menziarahi
kuburan-kuburan orang tua-orang tua mereka yang dalam bahasa Korea
disebut Sung Myo , ke-mudian memberikan sesajen kepada arwah leluhur
mereka yang mereka sebut sebagai Jea-sa.1
Ada hal yang menarik untuk dilihat keragaman pemahaman
masyarakat Korea khususnya di Desa Sang Yong yang pada awal keislaman
mereka yang berdasarkan kesadaran mereka sendiri di mana tidak ada
paksaan sedikit pun dalam memeluk agama Islam, misalnya pada saat
mereka melaksanakan shalat pada musim salju, mereka tetap memakai kaos
kaki, pakai topi dan tutupan telinga. Dalam aspek persahabatan, biasanya
ada kebiasaan untuk memberikan minuman yang sama-sama disajikan
sambil mengucapkan selamat dan sejenisnya dengan menggunakan
minum minuman keras, tetapi seiring dengan pemahaman mereka tentang
Islam, budaya tersebut dianggap melanggar etika agama, maka
kebiasaan minum-minuman keras pada saat tersebut digantikan-nya dengan
minuman ringan atau the dan semacamnya.2 Aspek lain yang menarik dikaji
adalah penggunaan bahasa Korea dalam memahami bacaan dan arti al-
Qur’an. Sebab bagi masyarakat Korea, membaca al-Qur’an dianggap
sangat sulit karena kesulitan memahami abjad Arab, maka mereka
belajar dengan tulisan Bahasa Korea dan mengikuti cara sebutannya
dengan menggunakan Bahasa Korea.
Berpuasa di Indonesia adalah hal yang biasa. Tapi, berpuasa di
Negara-negara Kawasan Asia timur khususnya Korea Selatan dalam hal ini,
tentu merupakan hal cukup sulit dan luar biasa. Hal ini disebabkan umat

1
Ali An Sun Geun, (Islam Damaidi Negeri Asia Timur Jauh : Meneropong Penyebaran dan
Dinamika Islam di Korea, 2011) hlm. 183
2
Han Dik-Kyu Seperti dikutip surat kabar Mesir, “Egyptyan Gasette”, Sabtu Edisi 2009

6
Islam di sini hanya berjumlah sekitar 40.000 orang (bandingkan dengan
rakyat Korsel yang berjumlah sekitar 42 juta dengan mayoritas beragama
Syamanisme, Budhisme dan Kristen Protestan). Karenanya, tak mudah
melakukan ibadah puasa di tengah-tengah masyarakat yang mayoritasnya
non muslim. Di Korea Selatan, bulan Ramadhan ini bertepatan dengan
musim dingin. Suhu udara berkisar antara -5 derajat celcius (malam hari)
sampai 7 derajat celcius (siang hari) sehingga udara dingin menusuk
tulang. Kondisi iklim ini tentu saja menjadi kendala bagi mereka yang
tengah melaksanakan ibadah puasa. Sebab, pada suhu dingin seperti itu,
perut gampang sekali lapar. Ini belum lagi ditambah beratnya godaan karena
lingkungan sekitarnya tidak mendukung suasana Ramadhan. Restoran-
restoran Korea mengeluarkan bau sedap masakan yang dapat menjadi
godaan bagi orang yang berpuasa. Sementara, asap rokok berubah menjadi
setan yang lainnya bagi mereka yang berpuasa. Namun, semua godaan ini
akan dapat dilalui dengan mudah bagi mereka yang beriman dan bertaqwa.
Selain daripada itu, dengan dibangunnya Masjid di kota-kota besar
seperti Busan, Ansan, Paju, Bupyeong, dan Jeonju serta juga dibangun di
central Seoul di Itaewon menjadikan identitas daripada warga muslim di
negeri ini sebagai lambing keagungan islam dan kekuatan umat untuk
menjadi pusat rujukan masyarakat muslim yang ingin menanyakan perihal
masalah keagamaan3

D. Apa saja tantangan yang dihadapi muslim di Korea


Menurut temuan peneliti di lapangan, penghambat utama penyebaran
Islam di Korea karena tradisi Konfusianisme mendominasi kepercayaan
dan pemikiran bangsa Korea, bersama Buddhisme, Taoisme dan
Shamanisme. Agama Budha menjadi agama resmi Tiga Kerajaan (57
SM-935 M) dan Dinasti Goryeo (935-1392). Pa-ham Konfusianisme
mencapai masa keemasan pada zaman Di-nasti Joseon (1392-1910).
Agama Kristen dibawa oleh misiona-ris Eropa menjelang akhir
3
“Korean Studies in Indonesia : Dynamic Issues of Korean Studies In Indonesia” An International
Journal Vol II No.1, April 2006, hlm.73

7
periode Joseon dan pada abad ke-20 meningkat pesat. Agama Islam
yang baru diperkenalkan di Korea sejak perang Korea oleh tentara Turki,
memiliki sedikit pengikut di Korea (2005: 50 ribu jiwa). Walau begitu
sebanyak 46% populasi Korea Selatan mengaku tidak mengikuti suatu
kepercayaan ter-tentu.4
Rakyat Korea dalam memilih agama sangat bebas karena
dilindungi oleh undang-undang sejak tahun 1.600, sebagai agama na-
sional adalah agama Buddha, 200 tahun yang lalu dipilih agama Katholik
dan 100 tahun yang lalu agama Protestan secara turun temurun.
Orang Korea banyak dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh keagamaan.
Dari jumlah penduduk Korea lebih dari setengahnya mempunyai
agama, dalam catatan pemerintahan sendiri lebih dari 255 agama
yang ada di Korea, sehingga di Korea agama bisa dikatakan sebagai
”Departemen Store Agama”. Dengan adanya banyak agama yang
dipercayai oleh rakyat Korea sehingga untuk menyebarkan agama
Islam tidaklah mudah dibandingan dengan agama-agama yang sudah
ada. Selain kepercayaan dan budaya juga penerapan langsung dalam
bahasa Arab bukanlah suatu hal yang mudah apalagi pemahaman
oleh masyarakat Korea sebagai agama yang baru tidak mudah dalam
pembaruan agama dan budaya Islam. Sebagai kelompok agama yang
besar seperti Budha, Konghucu, Khatolik, Kristen dan lain-lain.
Bahasa juga menjadi kendala untuk dapat beradaptasi dengan budaya
lokal yang dimiliki oleh masyarakat asli Korea. Apalagi karakteristik
orang korea dapat dengan mudah terpengaruh dari setiap musimnya,
kebiasaan adat dan budaya Korea yang rajin bekerja banyak
dilakukan sebagian masyarakat Korea. Dibawah ini adalah berapa
faktor penghambat perkembangan agama Islam :
1. Kebiasaan Masyarakat Korea Dari Makanan dan Minuman
Kebiasaan Bangsa Korea memakan daging babi sudah
berlangsung sejak dahulu dan juga minuman keras telah
tertanam sebagai budaya bangsa. Pada musim salju, pegawai,
karyawan, atau buruh setelah melakukan pekerjaan sehari-

4
Ibid, hlm. 239

8
hari, biasanya tidak langsung ke rumah tetapi singgah terlebih
dahulu di kios minuman keras untuk minum. Demikian pula
dalam pertemuan atau pesta, minuman keras merupakan
hidangan utama bagi para tamu. Padahal, kebiasaan tersebut
bertentangan dengan ajaran agama Islam sehingga suatu
budaya bangsa sulit diterima secara langsung, seperti
masuknya budaya agama Islam. Selain itu, masyarakat juga
ragu untuk menganut agama Islam.
2. Keadaan Yang Belum Memungkinkan Melaksanakan Ajaran
Agama Islam Umat Islam Korea belum melaksanakan
kewajiban mereka sepenuhnya, misalnya shalat lima waktu.
sehingga dalam hal ini apabila dalam melaksanakan shalat 5
waktu akan mengalami masalah karena kebiasaan kerja keras
dan ketika melakukan wudhu pun terkendala oleh musim,
seperti pada musim dingin dimana tidak ada air yang mengalir
dan semuanya beku. Kebiasaan memakai kaus kaki di musim
dingin pada saat mereka melakukan shalat, ada yang tidak
mau melepas kaus kaki mereka sementara kaus kaki tersebut
mungkin tidak dalam keadaan suci. Peraturan-peraturan inilah
yang menjadi kendala orang Korea enggan untuk memeluk
agama Islam. Selain itu fasilitas masjid yang belum memadai
(hanya ada 9 buah masjid diseluruh Korea). Masjid hanya ada
di Ibukota Korea Selatan, Seoul, Busan (kota terbesar kedua di
Korea), Kwangju, Jeonju dan Anyang. Pelaksanaan shalat
ditempat lain selain di masjid tidak memungkinkan karena
masyarakat awam akan menilai tidak wajar. Pada bulan
Ramadhan umat Islam Korea tidak melaksanakan puasa
sepenuhnya. Karyawan atau pegawai harus bekerja keras
dengan sistem lembur karena di dalam bekerja terjadi
persaing-an untuk mendapatkan penilaian yang baik dari
pimpinan. Oleh karena itu, para da’i di Korea lebih
memperhatikan dakwah dengan lebih mengutamakan masalah
aqidah Islam dari pada dakwah yang lain. Ibadah puasa dan
kehidupan seorang muslim bagi sebagian penduduk non-

9
Muslim Korea memang masih sangat sulit dicerna oleh akal
dan pikiran, banyak warga Korea yang belum memahami
secara luas apa itu Islam.

3. Banyak orang Korea yang memandang negatif Islam karena


banyaknya pemberitaan tentang terorisme yang mereka pikir
identik dengan perilaku Islam yang arogan. Bahkan Lee Ju
Hwa, Sekretaris Jenderal KMF mengatakan, warga Korea
hendaknya tidak memandang Islam secara prasangka karena
muslim di sini merupakan bagian dari masyarakat Korea yang
hidup dan bekerja di Korea. Ada beberapa cara yang dilakukan
masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan
kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara
yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar
perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas,
seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk
asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya,
dan tipe pemerintahan yang berkuasa. Monokulturalisme:
Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan
sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu
dan saling bekerja sama. Leit-kultur (kebudayaan inti): Sebuah
model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam
Leit-kultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan
mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan
dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
Melting Pot: Kebudayaan imigran atau asing berbaur dan
bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan
pemerintah. Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang
mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga
kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara
damai dengan kebudayaan induk. Dengan begitu
perkembangan islam di Korea cukup siknifikan walaupun
penduduknya yang berjumlah sekitar 42 juta jiwa menganut
berbagai macam agama dan kepercayaan. Kemunculan sinar

10
islam jelas terlihat dari berbagai pembinaan-pembinaan masjid,
pusat-pusat pengajian islam juga turut didirikan guna
mengajarkan ilmu-ilmu islam secara lebih mendalam, sebagai
contoh Pendidikan islam Yongin di Gyunggi-do yang berada di
wilayah pusat masjid Seoul.5

5
Lee Hee Hoo, The Advent Of Islam in Korea : A Historycal Account (Seoul:IRCICA Publication,
1977) hlm 35

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan berbagai ciri kekhasan dari masyarakat korea selatan pada masa awal
masuknya islam menjadikan tolak ukur bahawasannya masih terdapat budaya asli
yang dipertahankan namun dibumbui dengan unsur keislaman seperti tradisi
minum-minuman keras sebagai lambing ucapan syukur dan pemberian selamat
kepada sesama kemudian dialihkan dengan minum-minuman yang tidak
memabukan, serta kesukarealaan masyrakat korea khususnya di desa Sang Yong
dalam menerima islam dan menjalankan ibadahnya juga menjadi ciri khas warga
korea tersebut yang walaupun banyak sekali keepercayaan yang dianut tapi tetap
mempertahankan sikap toleransinya yang tinggi bahkan dari pemerintahannya
langsung, dengan mendirikan Yayasan Pendidikan islam yang disetujui oleh
pemerintah korea selatan dan terdaftar secara resmi di kementrian kebudayaan dan
informasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Ali An Sun Geun, (Islam Damaidi Negeri Asia Timur Jauh :


Meneropong Penyebaran dan Dinamika Islam di Korea, 2011)
 Han Dik-Kyu Seperti dikutip surat kabar Mesir, “Egyptyan Gasette”,
Sabtu Edisi 2009
 “Korean Studies in Indonesia : Dynamic Issues of Korean Studies In
Indonesia” An International Journal Vol II No.1, April 2006, hlm.73
 Lee Hee Hoo, The Advent Of Islam in Korea : A Historycal Account
(Seoul:IRCICA Publication, 1977) hlm 35

13

Anda mungkin juga menyukai