Anda di halaman 1dari 6

Muhamad Orlando Firdaus

2206064326

Tugas Sintesis Bab 2: Negara Indonesia

2.1 Hakikat Negara

Di hadapan Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(BPUPKI), Ir. Soekarno berkata: “Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat
dipisahkan dari bumi yang ada di bawah telapak kakinya” (Setneg, 1992: 66). Oleh karena
itu, setelah proses berbangsa, orang menyatakan tempat tinggalnya sebagai negaranya.
Konsep ini dikenal sebagai konsep negara berdasarkan geografi.

Untuk melindungi wilayahnya, sebuah bangsa membentuk organisasi yang kemudian


disebut sebagai negara (state). Berdirinya sebuah negara harus memiliki syarat-syarat
objektif, seperti mempunyai wilayah dan batas-batasnya, rakyat dan pemerintahan yang
diakui rakyatnya, serta pengakuan dari negara lain. Keempat kesepakatan ini merupakan hasil
konvensi negara-negara Pan Americana di Montevideo, Uruguay, tahun 1933. Sedangkan
untuk kebangsaan harus memiliki syarat subjektif, seperti persatuan dari masyarakat, adanya
kehendak bersama untuk melanjutkan kehidupan bersama, dan dilandasi kesamaan
pandangan hidup. Sejaarah membuktikan bahwa kebangsaan adalah kesadaran akan adanya
musuh bersama dan harus dilawan.

2.1.1 Rakyat

Konsep tentang rakyat adalah penghuni. Mereka merupakan penduduk atau semua
orang yang bertujuan menetap dalam wilayah tertentu untuk jangka waktu lama. Mereka
dapat diklasifikasikan sebagai (1) penghuni tetap maupun berpindah-pindah (nomad) dalam
wilayah tersebut dan (2) warga negara dan warga negara asing.

Mengenai unsur rakyat/bangsa ini, terdapat beberapa istilah yang berkaitan erat yaitu
ras, volk dan natie. Ras adalah pengelompokan manusia berdasarkan persamaan jasmani,
seperti warna kulit, pola rambut, bentuk wajah, dan sebagainya. Berdasarakan persamaan
jasmani tersebut, maka penduduk bumi terbagi atas ras hitam, putih, kuning, dan ras melayu.

1
Selanutnya maksud dari volk adalah pengelompokkan manusia berdasarkan
persamaan kebudayaan, misalnya persamaan bahasa, tradisi/adat-istiadat, kepercayaan dan
sebagainya. Sedangkan natie merupakan pengelompokan manusia yang berdasarkan pada
adanya kesadaran bernegara, tanpa membedakan apakah merupakan rasa tau volk.

2.1.2 Wilayah

Secara historis, unsur wilayah merupakan unsur yang primer bahkan menentukan ada
tidaknya suatu negara. Hal ini jika arti negara dipandang dari sudut teori hukum pemilikan
atas benda/teori patrimonial yaitu tanah atau unsur wilayah darat dari suatu negara. Namun,
secara luas wilayah suatu negara meliputi darat, laut dan udara. Maka dari itu, yang dimaksud
dengan wilayah adalah suatu batas yang menentukan berlakunya kekuasaan suatu negara.

Wilayah darat ditandai dengan batas-batas alamiah/geografi maupun buatan. Batas


wilayah darat ditentukan oleh pemerintah. Batas wilayah laut merupakan hasil perjanjian
bilateral antarnegara yang bertetangga. Penentuan wilayah udara mengacu pada konvensi
Paris yang ditanda tangani pada 23 Oktober 1919. Konvensi tersebut memutuskan bahwa
setiap negara mempunyai kedaulatan penuh dan eksklusif atas ruang udara yang terdapat di
atas wilayahnya. Sejak 1944 (Konvensi Chicago) wilayah kedaulatan udara terbentang di atas
daratan dan lautan suatu negara. Pasca-Perang Dunia II ditentukan adanya ruang angkasa dan
berada di atas ruang udara masing-masing negara.

2.1.3 Pemerintah yang Berdaulat

Pemerintah adalah pemegang dan penentu kebijakan yang berkaitan dengan


pembelaan negara. Pemerintah yang berdaulat mempunyai dua kekuasaan yang bersifat ke
dalam dan ke luar. Ke dalam, pemerintah memiliki kekuasaan untuk merumuskan keputusan-
keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di wilayahnya. Ke luar, pemerintah
mempertahankan kemerdekaan dari serangan negara lain dan mengelola hubungan
diplomatik berkaitan dengan perjanjian internasional. Namun, dalam perkembangannya
kekuasaan setiap negara menjadi terbatas. Ke dalam dibatasi oleh hukum positif dari
negaranya dan keluar dibatasi oleh ketentuan-ketentuan hukum internasional.

2
Menurut Max Weber, agar tidak ada monopoli kekuasaan perlu adanya pemisahan
kekuasaan berupa pemisahan kekuasaan atas lembaga-lembaga negara secara horizontal
menurut fungsinya sebagaimana dinyatakan dalam doktrin Trias Politica. Doktrin itu
membagi kekuasaan negara ke dalam tiga bagian, yaitu (1) legislatif (kekuasaan membuat
undang-undang), (2) eksekutif (kekuasaan melaksanakan undang-undang), dan (3) yudikatif
(kekuasaan mengawasi pelaksanaan undang-undang atau kekuasaan mengadili pelanggaran
undang-undang). Penafsiran Trias Politica tidak lagi sebagai pemisahan kekuasaan tetapi
sebagai pembagian kekuasaan. Artinya, hanya fungsi pokok yang dibedakan menurut sifatnya
dan diserahkan kepada badan yang berbeda, tetapi kerja sama di antara fungsi-fungsi tersebut
tetap diperlukan untuk kelancaran organisasi (Budiarjo, 2008: 151—155).

2.1.4 Pengakuan Kedaulatan

Orang yang pertama kali membahas masalah kedaulatan adalah Jean Bodin, lalu ia
disebut sebagai bapak teori kedaulatan dalam khazanah kajian ilmu negara. Jean Bodin
mengartikan kedaulatan sebagai “wewenang tertinggi yang tidak dapat dibatasi oleh hukum”.
Wewenang ini ada pada penguasa (pemerintahan negara) mengurusi seluruh warga negaranya
dan orang-orang lain dalam ruang lingkup wilayahnya. Selain kedaulatan dari dalam yang
berasal dari warga negaranya, ada juga pengakuan yang berasal dari luar yaitu pengakuan
dari dunia internasional.

Pengakuan kedaulatan dari negara lain bukanlah unsur pembentuk negara, tetapi
bersifat menerangkan saja tentang adanya negara. Dengan kata lain, pengakuan dari negara
lain hanya bersifat deklaratif. Pengakuan kedaulatan dibedakan dengan status de facto
berdasarkan fakta yang ada dan de jure berdasarkan hukum.

2.1.5 Konstitusi

Persayaratan lain suatu negara modern menurut Prof. Dr. Sri Soemantri (Ditjen Dikti,
2001: 36) adalah adanya konstitusi. Kata konstitusi berasal dari bahasa Perancis, yaitu
constituir (membentuk), yang diartikan sebagai pengaturan dasar pembentukan suatu negara.
Prof. Padmo Wahyono, S.H. menyatakan bahwa konstitusi adalah seperangkat peraturan yang
mengatur mengenai tata cara bernegara suatu bangsa. Ada beberapa pendapat lain tentang

3
konstitusi, tetapi secara umum para ahli ketatanegaraan sepakat bahwa konstitusi mempunyai
arti yang lebih luas dari Undang-Undang Dasar.

2.1.6 Tujuan Negara

Adanya sebuah negara sebagai suatu organisasi haruslah mempunyai suatu tujuan.
Tujuan ini menjadi suatu pokok penting karena akan menjadi arah dari suatu masyarakat
yang organized itu, untuk menunjukan adanya ciri organez dari tujuan itu. Suatu keberadaan
haruslah didasari oleh suatu tujuan. Jadi, adanya tujuan dari negara merupakan keharusan
bagi suatu negara.

Tujuan negara sebaiknya tersurat, paling tidak tersirat dalam konstitusi. Rumusan
tujuan merupakan pedoman untuk mencapai cita-cita nasional. Tujuan nasional itu pada
dasarnya sejalan dengan tujuan hidup manusia pada umumnya, yakni menciptakan rasa aman
dan membangun kemakmuran bagi rakyat. Untuk itu, negara berhak menuntut kesetiaan para
warganya untuk menghadapi musuh. Sebaliknya, pemerintah berkewajiban pula memberi dan
melatih pengetahuan untuk mempertahankan negara.

2.2 Geopolitik dan Geostrategi

Konsep geopolitik dan geostrategi berkembang seiring kesadaran manusia untuk


berbangsa dan bernegara; mulai dari terbentuknya bangsa, kemudian negara, dan tidak boleh
diabaikan adanya kemajuan teknologi dalam bidang transportasi, komunikasi, peralatan
militer dan kebangkitan demokrasi (Wright, 1942: 16).

Pada awalnya, pemikiran geopolitik hanya berfokus pada pembahasan elemen fisik
geografi, yaitu berkaitan dengan masalah ruang hidup (tanah), bentuk wilayah, cuaca, dan
sumber daya alam. Dalam perkembangannya, geopolitik meliputi pula masalah yang
berkaitan peta bumi ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan negara. Konsep geostrategi
merupakan pelaksaan dari geopolitik.

2.3 Negara Kesatuan Republik Indonesia

2.3.1 Ciri Khas Wilayah Indonesia

4
Ada empat ciri khas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditinjau
dari segi geografis. Pertama, wilayah NKRI berada di posisi silang antara Lautan India di
sebelah Barat dan Lautan Pasifik di sebelah Timur. Di sebelah Utara ada benua Asia dan di
Selata ada Australia. Dengan posisi ini, NKRI harus membuka jalan bagi lalu lintas
perdagangan dan manusia.

Kedua, sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki luas 1.904.569 km2 dengan
jumlah 17.504 pulau (CIA International Report, Juli 2014) dengan garis pantai sepanjang
54.715 km.

Ketiga, Indonesia merupakan salah satu dari delapan negara di bawah lintasan Geo
Stationary Orbit (GSO). GSO merupakan suatu lingkaran orbit yang sejajar dengan garis
khatulistiwa di bumi.

Keempat, Indonesia dilintasi tiga dari tujuh selat tersibuk dunia (Sunardi, 2002: 175).
Ketiga selat itu adalah Selat Malaka yang merupakan jalur angkutan migas untuk Asia Timur
dan Pasifik, Selat Sunda, dan Selat Lombok.

5
Daftar Pustaka

Buku

Pengajar Mata Kuliah Ilmu Negara, Tim. Ilmu Negara. Depok: Badan Penerbit FHUI, 2022.

Revisi, Tim. Buku Ajar MPKT A. Depok, 2017.

Samijo. Ilmu Negara. Cet. 4. Bandung: Gaya Media Pratama, 1994.

Azhary. Ilmu Negara Pembahasan Buku. Cet. 4. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

YouTube

Samekto, Adji. “Urgensi Nilai-Nilai Religiusitas dan Kebangsaan.” Durasi video: 42.05.
Tersedia pada https://emas2.ui.ac.id/repos/vid_bpip_02_pancasila.mp4. Diakses pada
tanggal 11 Maret 2023.

Anda mungkin juga menyukai