NIM : 1408015089
ILMU NEGARA
Istilah Ilmu Negara berasal dari bahasa Belanda, Staatsleer yang diambil
dari istilah bahasa Jerman Staatslehre. Dalam bahasa Inggris disebut The General
Theory of State atau Political Theory.
Istilah Ilmu Negara pertama kali diperkenalkan oleh George Jellinek yang
disebut sebagai Bapak Ilmu Negara. George Jellinek memandang ilmu negara
sebagai suatu keseluruhan dan membaginya ke dalam bagian-bagian yang
berhubungan satu sama lain.
Di Indonesia, universitas yang pertama kali menggunakan istilah Ilmu
Negara adalah Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta.
Menurut Kranenburg, Ilmu Negara adalah ilmu tentang negara, dimana
diadakan penyelidikan tentang sifat hakekat, struktur, bentuk, asal mula, ciri-ciri serta
seluruh persoalan di sekitar negara.
Selanjutnya, Kranenburg berpendapat bahwa Ilmu Negara merupakan
cabang penyelidikan ilmiah yang masih muda walaupun menurut sifat dan
hakekatnya merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tua karena sebenarnya Ilmu
Negara sudah dikenal sebagai suatu ilmu pengetahuan sejak zaman Yunani Kuno.
Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan
sendi-sendi pokok dari negara dan hukum negara pada umumnya. Pengertian menitik
beratkan pada suatu pengetahuan, sedangkan sendi menitik beratkan pada suatu
asas atau kebenaran.
Ilmu negara mempelajari negara secara umum, mengenai asal-usulnya,
wujudnya, lenyapnya, perkembangannya dan jenis-jenisnya.
Selain itu, Prof. M. Nasroen, SH, menyatakan bahwa Ilmu Negara Umum
adalah suatu ilmu pengetahuan tertentu. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka
Ilmu Negara Umum akan mencari dan menetapkan suatu ketentuan dan kebenaran
terhadap pokok penyelidikannya, yaitu negara. Jadi, Ilmu Negara Umum harus
menjawab pertanyaan mengenai negara.
1. Negara
Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang berarti keadaan yang
tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Hasil Konvensi Montevideo Tahun 1993 menyatakan,bahwa : Negara sebagai
pribadi hukum internasional seharusnya memiliki kualifikasi sebagai berikut :
a. Penduduk yang menetap.
b. Wilayah tertentu
c. Suatu pemerintahan
d. Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara lain.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya, baik
militer, politik, ekonomi maupun sosial budayanya diatur oleh pemerintahan yang
berada di wilayah tersebut.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk
organisasi lain terutama karena hak negara untuk mencabut nyawa seseorang.
Fenwick mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat politik yang
diorganisir secara tetap, yang menduduki suatu daerah tertentu dan menikmati dalam
batas-batas daerah tertentu suatu kemerdekaan dari pengawasan negara lain,
sehingga ia dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di muka dunia.
Jika ditinjau dari sudut pandang sosiologi, negara adalah kelompok politis
persekutuan hidup orang yang banyak jumlahnya dan terikat oleh perasaaan senasib
dan seperjuangan. Membicarakan negara berarti membicarakan masyarakat dan
manusia.
Untuk dapat menjadi suatu negara maka ada beberapa syarat atau unsur
yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Rakyat
Rakyat yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.
Oppenheim – Lauterpacht berpendapat bahwa rakyat adalah kumpulan manusia dari
kedua jenis kelamin yang hidup bersama merupakan suatu masyarakat, meskipun
mereka berasal dari keturunan yang berlainan, menganut kepercayaan yang
berlainan, memiliki warna kulit yang berlainan.
Selain itu, para ahli yang lain berpendapat bahwa ide atau cita-cita untuk bersatu
merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk dapat membentuk suatu bangsa
yang akan hidup dalam suatu negara. Oleh karena itu, rakyat yang mempunyai cita-
cita untuk bersatu merupakan unsur yang sangat penting bagi negara.
Dahulu orang berpendapat bahwa suatu bangsa hanya dapat dibentuk oleh suatu
masyarakat yang berasal dari satu keturunan, satu bahasa dan satu adat istiadat,
namun pendapat ini tidak dapat dipertahankan karena tidak terbukti kebenarannya.
Misalnya : bangsa Indonesia, Swiss, USA dll terdiri dari masyarakat yang memiliki
adat istiadat dan bahasa yang berbeda.
a. George Jellinek : Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang
telah berkediaman di wilayah tertentu.
b. Logemann : Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dengan
kekuasaannya bertujuan untuk mengatur dan menyelenggarakan suatu masyarakat.
c. George Wilhelm Friedrich Hegel : Negara merupakan organisasi kesusilaan yang
muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
d. Krannenburg : Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari
suatu golongan atau bangsanya sendiri.
e. Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
f. Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan
manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
g. Prof. Mr. Soenarko : Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah
tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis. Polis
adalah kota yang dianggap negara yang terdapat dalam kebudayaan Yunani kuno.
Jean Bodin adalah orang pertama yang menggunakan istilah ilmu politik.
Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat teoritis dan
seluruh hasil penyelidikan yang telah dilakukan oleh Ilmu Negara dipraktekkan oleh
Ilmu Politik yang merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat praktis.
Ilmu Negara lebih menitikberatkan pada kepada hal-hal yang bersifat
teoritis oleh karena itu kurang dinamis. Ilmu Negara lebih memperhatikan unsur-
unsur statis dari negara yang mempunyai tugas utama untuk melengkapi dan
memberikan pengertian-pengertian pokok yang jelas tentang negara.
Sebaliknya, Ilmu Politik menitikberatkan pada faktor-faktor yang konkret
yang terutama terpusat pada gejala kekuasaan, baik yang mengenai organisasi
negara maupun yang mempengaruhi tugas-tugas negara. Oleh karena itu Ilmu Politik
bersifat lebih dinamis dibandingkan Ilmu Negara.
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang melukiskan negara dari segi
masyarakat/penduduk,alam,flora dan fauna.
B. ZAMAN ROMAWI
1. Masa Kerajaan
Yaitu masa koningschap atau kerajaan. Bentuk negara adalah monarki dan dipimpin
oleh seorang raja.
2. Masa Republik
Republik atau republiek berasal dari kata res (kepentingan) dan publica (umum).
Republik adalah pemerintahan yang dijalankan untuk kepentingan umum.
3. Masa Prinsipat
Masa principat dimulai dari masa Caesar. Walaupun pada saat itu, raja-raja Romawi
belum mempunyai kewibawaan, namun pada hakekatnya mereka memerintah secara
mutlak.
Kemutlakan ini didasarkan pada Caesarismus, yaitu adanya perwakilan yang
menghisap, dari pihak Caesar terhadap kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat saat itu disalahgunakan, dimana dalam lapangan ilmu negara
digunakan konstruksi Ulpianus yang menyatakan, bahwa : kedaulatan rakyat
diberikan kepada prinsep atau raja melalui suatu perjanjian yang termuat dalam
undang-undang yang disusun olehnya dan diatur dalam Lex Regia. Jadi, landasan
hukumnya adalah perjanjian yang terletak dalam lapangan hukum perdata. Setelah
kekuasaan diberikan kepada Prinsep maka rakyat pada kenyataannya tidak dapat
meminta pertanggung jawaban atas perbuatan prinsep.
Ahli hukum (doktoris iuris) yang terkenal pada saat itu adalah Gajus, Modestinus,
Paulus, Papinianus dan Ulpianus.
Dalam caesarismus dikenal semboyan yang berbunyi :
a. Solus publica suprema lex (kepentingan umum mengatasi undang-undang)
b. Princepes legibus solutus est (Rajalah yang menentukan kepentingan umum).
Pada dasarnya, pemerintahan untuk kepentingan umum tersebut dirumuskan dalam
undang-undang sehingga derajat kepentingan umum lebih tinggi dari undang-undang.
Namun, yang merumuskan kepentingan umum adalah raja. Otomatis, dalam
merumuskan kepentingan umum tersebut raja bertindak demi kepentingan pribadinya.
Dengan demikian, princep dengan berkedok kedaulatan rakyat memerintah demi
kepentingan umum, sebenarnya memerintah dengan sewenang-wenang.
Peraturan hukum Romawi pada abad ke-6 atas perintah Kaisar Justinianus (527-565)
dikodifikasi dan dinamakan Corpus Iuris Civilis yang terdiri atas 4 bagian :
a. Institutiones
Merupakan buku pelajaran atas lembaga-lembaga hukum Romawi dan berlaku
sebagai himpunan undang-undang.
b. Pandectae atau Digesta
Merupakan himpunan karangan yang memuat pendapat para ahli hukum Romawi.
Jika hakim ragu-ragu mengenai putusan atas suatu hal maka putusannya harus
didasarkan pada pandectae/digesta.
c. Codex
Merupakan kumpulan undang-undang yang dibuat dan ditetapkan oleh raja-raja
Romawi.
d. Novallae
Merupakan himpunan tambahan dan penjelasan keterangan bagi codex.
4. Masa Dominat
Dominat atau dominaat adalah masa dimana kaisar secara terang-terangan menjadi
raja mutlak, bertindak menyeleweng, menginjak-injak hukum dan kemanusiaan. Hal
ini terlihat dengan adanya manusia dibakar hidup-hidup, manusia diadu dengan
manusia lain atau dengan singa (gladiator) dan dijadikan tontonan umum, rakyat
kelaparan sementara raja dan pengikutnya berpesta pora.
3. Dante Alighieri
Pada tahun 1313, Dante menerbitkan bukunya, De Monarchia, salah satu
karya besarnya dan merupakan satu-satunya peninggalan Dante yang merupakan
karya kenegaraan. Dalam bukunya, Dante memimpikan suatu kerajaan dunia yang
melawan kerajaan Paus. Kerajaan dunia tersebut yang akan menyelenggarakan
perdamaian dunia. Tujuan negara menurut Dante adalah untuk menyelenggarakan
perdamaian dunia dengan cara memberlakukan undang-undang yang sama bagi
semua umat.
De Monarchia terdiri atas 3 bab, yaitu :
a. Bab I mempersoalkan kerajaan dunia.
Pada bab I, Dante menekankan perlunya kerajaan dunia, yaitu untuk kepentingan
dunia itu sendiri dalam rangka menyelenggarakan perdamaian dunia.
Kerajaan dunia merupakan kemerdekaan dan keadilan tertinggi. Rakyat yang hidup
dengan berbagai peraturan yang berbeda diatasi dengan peraturan yang dapat
menciptakan kerjasama diantara masyarakat.
Kerajaan dunia (imperium) merupakan satu kesatuan kekuasaan, sebab jika kerajaan
dibagi maka akan musnah.
b. Bab II menyelidiki apakah kaisar Jerman itu merupakan kaisar yang sah?
c. Apakah kekuasaan kaisar berasal dari Tuhan atau berasal dari perantara?
Genesis dianggap sebagai sumber bagi teori Innocentius III untuk Teori Cahayanya
sebagai kunci kekuasan Paus yang berasal dari Mattheus, Teori Dua Belah Pedang
dari Bernard Clairvaux, demikian pula ajaran Hadiah dari Constantin.
semua teori tersebut ditafsirkan oleh Dante sehingga akhirnya dia menyimpulkan
bahwa kaisar memperoleh kekuasaan langsung dari Tuhan untuk memerintah dan
mengurus negara, dan tidak bergantung pada perantara yang menjelma dalam diri
Paus. Paus hanya berkuasa dalam segala hal yang berkaitan dengan rohani.
Pendapat Dante didukung oleh golongan Franciskaan, yaitu para paderi yang
menganjurkan agar Paus bersifat pendeta kembali yang hidup dengan sederhana dan
semata-mata untuk kesucian Tuhan. oleh karena itu, Paus jangan mencampuri urusan
kemewahan dunia yang dapat merusak kepercayaan rakyat.
Teori Cahaya :
Golongan Canonist berpendapat bahwa Paus memperoleh kekuasaan yang asli di
atas dunia ini. Raja tidak memiliki kekuasaan yang asli sebab kekuasaannya berasal
dan diturunkan dari Paus yang asli. Seperti halnya matahari dan bulan, Paus adalah
matahari yang bersinar sedangkan bulan adalah raja yang mendapat sinar dari
matahari.
D. ZAMAN RENAISSANCE
E. ZAMAN HUKUM KENEGARAAN POSITIF
BAB III
TEORI SIFAT HAKEKAT NEGARA
(das Wesssen des Staates)
Secara umum banyak sarjana atau para ahli yang mempunyai pendapat sendiri
tentang sifat hakikat suatu negara berkaitan dengan pandangan hidup yang
dianutnya. Diantaranya adalah :
5. Socrates
Menurut Socrates, setiap orang menginginkan kehidupan yang aman dan tentram.
Oleh karena itu kemudian mereka membentuk suatu kelompok dan tinggal di atas
bukit. Socrates menyebut kelompok tersebut sebagai polis dan ia berpendapat bahwa
polis identik dengan masyarakat dan masyrakat identik dengan negara.
6. Plato
Menurut Plato, negara adalah keiginan manusia untuk bekerja sama untuk memenuhi
kepentingan mereka.
Plato adalah peletak dasar ajaran idealisme
7. Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato. Buku yang ditulisnya diantaranya adalah Eticha yang
berisi ajaran tentang keadilan. Ajaran tentang negara ditulisnya dalam Politica.
Aristoteles mengembangkan ajaran realisme.
Menurut Aristoteles, negara adalah gabungan dari keluarga sehingga menjadi
kelompok yang besar. Kebahagiaan dalam negara akan tercapai jika kebahagiaan
individu sudah tercipta. Sebaliknya, bila manusia ingin bahagia maka ia harus
bernegara karena manusia saling membutuhkan dalam kepentingan hidupnya.
Selanjutnya, Aristoteles berpendapat bahwa negara adalah kesatuan manusia dan
manusia tidak dapat terlepas dari kesatuannya. Negara harus menyelenggarakan
kemakmuran bagi warganya, namun negara juga merupakan organisasi kekuasaan
yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur agar tingkah laku manusia sesuai
dengan tata tertib dalam masyarakat.
8. F. Oppenheimer
Negara merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu
tertib masyarakat.
9. Leon Duguit
Negara adalah kekuasaan orang-orang kuat yang memerintah orang lemah. Bahkan
dalam negara modern, kekuasaan orang kuat diperoleh dari faktor-faktor politik.
10. R. Krannenburg
Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan, diciptakan oleh
sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi, menurut Krannenburg, yang harus
ada lebih dahulu adalah sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk
mendirikan suatu organisasi dengan tujuan untuk memelihara kepentingan kelompok
tersebut. Jadi, yang terpenting (primer) adalah kompok manusia, sedangkan yan
sekunder adalah negara.
11. Logemann
Negara pada hakeketnya adalah suatu organisasi kekuasaan maka organisasi itu
memiliki kewibawaan. Artinya, negara dapat memaksakan kehendaknya pada
semua orang yang ada dalam organisasi.
c. Legitimasi Etis-Filosofis
Dasar keabsahan negara secara etis dapat dilihat dari pendapat Wolf dan Hegel, yaitu
bahwa pembentukan negara merupakan keharusan moral yang tertinggi untuk
mewujudkan cita-cita tertinggi dari manusia dalam suatu lingkungan politik yang
bernama negara.
Legitimasi etis (moral) mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dari
segi norma moral, bukan dari kekuatan politik riil yang ada dalam masyarakat, bukan
pula atas dasar ketentuan hukum (legalitas) tertentu.
Legitimasi etis-filosofis merupakan penyempurnaan akhir dari kemauan dan
kemampuan pihak penguasa. Walaupun suatu pemerintahan memiliki banyak
legitimasi sebagai dasar kekuasaannya, namun tanpa adanya legitimasi etis yang
berpihak pada kepentingan kepentingan kemanusiaan maka pemerintahan tersebut
pasti akan dijatuhkan, baik melalui pemberontakan sosial, demonstrasi people power,
revolusi, reformasi (evolusi) atau pergantian melalui mekanisme konstitusional.
Tindakan berkuasa dari negara dibenarkan karena negara merupakan cita-cita
manusia yang membentuknya.
Dalam konteks negara Republik Indonesia, keberadaan negara dimaksudkan untuk
merealisasikan tujuan etis secara kolektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pemeritahan negara seharusnya
berdiri tergak di atas legitimasi yang kokoh, di atas seluruh legitimasi. Tidak hanya
bersifat teologis, sosiologis (mendapat pengkuan masyarakat) dan yuridis (berlaku
sebagai hukum positif dalam format yuridis ketatanegaraan tertentu) namun juga
etisfilosofis.
Suatu legitimasi dapat mengalami krisis bila orang atau lembaga yang
memiliki legitimasi tersebut tidak memiliki kecakapan (skill) yang cukup untuk
mengelola negara secara keseluruhan. Oleh karena itu legitimasi harus pula diikuti
oleh capability dan capacity untuk mengimplementasikan program yang langsung
menyentuh rakyat karena pada dasarnya rakyatlah pemegang legitimasi yang
tertinggi. Keamanan dan kesejahteraan rakyat merupakan ukuran utama untuk
menilai kemampuan legitimasi pemerintahan suatu negara.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan yang sah (legitimated) tidak
selalu berbanding lurus dengan kecakapan pemerintahannya. Pemerintah yang sah
(legitimated government) tidak selalu cakap dalam mengelola negara.
Suatu negara tidak terjadi begitu saja tetapi melalui suatu proses dengan
dipenuhinya satu unsur kepada unsur lainnya sehingga pada akhirnya seluruh unsur
terpenuhi. Dengan dipenuhinya seluruh unsur tersebut maka kapasitas negara
sebagai entitas politik tidak diragukan lagi sebagai subjek hukum (legal entity). Dalam
hukum internasional disebut sebagai subjek hukum internasional yang berkapasitas
penuh dalam kedaulatannya.
Proses terjadinya negara dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu :
1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primair Staatswording)
Teori terjadinya negara secara primer adalah teori yang membahas tentang terjadinya
negara yang tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4 phase, yaitu :
a. Phase Genootshap (Genossenschaft)
Fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang yang menggabungkan dirinya
untuk kepentingan bersama dan disadarkan pada persamaan. Mereka menyadari
bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama. Kepemimpinan dipilih secara
Primus Inter Pares (yang terkemuka diantara yang sama).
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur bangsa.
b. Phase Reich (Rijk)
Pada fase ini, kelompok orang yang telah menggabungkan diri tersebut telah sadar
akan hak milik atas tanah sehingga kemudian muncul tuan-tuan tanah yang berkuasa
atas tanah dan orang-orang yang menyewa tanah. Hal ini menimbulkan sistem
feodalisme .
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur wilayah.
c. Phase Staat
Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak memiliki negara menjadi memiliki
negara.
Pada fase ini yang terpenting adalah bahwa ketiga unsur dari negara (bangsa,
wilayah dan pemerintahan yang berdaulat) telah terpenuhi.
d. Phase nation state
Pada fase ini rakyat memegang kekuasaan yang tertinggi.
Fase ini dapat dibagi dua lagi,yaitu :
1) Phase democratsiche Natie
Democratische Natie terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional, kesadaran
akan adanya kedaulatan di tangan rakyat.
2) Phase Dictatuur (dictum)
Ada 2 pendapat mengenai fase dictatuur, yaitu :
a) Menurut pendapat para sarjana Jerman, bentuk diktator merupakan perkembangan
lebih lanjut dari democtatische natie.
b) Menurut pendapat sarjana lainnya, dictatuur merupakan penyelewengan dari
democratische natie.
Suatu negara yang sudah ada menjadi lenyap karena faktor alam. Alam menyebabkan
wilayah suatu negara menjadi hilang lenyap. Misalnya : negara Atlantis.
Hilangnya negara karena faktor alam antara lain disebabkan karena :
a. Gunung meletus
b. Pulau yang terendam air laut.
Maksudnya adalah bahwa hilangnya atau lenyapnya suatu negara yang semula ada
dan diakui oleh negara lain tetapi hilang karena factor social. Factor social tersebut
diantaranya adalah :
a. Penaklukan
a. Penduduk (rakyat)
b. Wilayah
c. Pemerintahan
Unsur-unsur primer ini harus dipenuhi untuk eksistensi negara. Tanpa adanya unsur
primer maka tidak mungkin ada negara.
2. Unsur sekunder
Unsur sekunder adalah pengakuan. Unsur ini merupakan unsur tambahan yang akan
menguatkan keberadaan suatu negara dalam masyarakat hukum internasional.
Negara yang baru muncul dalam komunitas hukum internasional memerlukan
pengakuan dari negara lain atas eksistensinya sebagai suatu negara.
Walaupun merupakan unsur tambahan namun pengakuan juga akan menentukan
secara signifikan kelanjutan hidup suatu negara. Seperti halnya manusia, negara
juga tidak akan bisa hidup tanpa adanya hubungan dengan manusia atau negara lain.
Hal ini diperlukan untuk memenuhi keperluan hidupnya, bertukar kebudayaan dan
teknologi etc.
TERJADINYA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Jika dikaitkan dengan teori terjadinya Negara, maka terjadinya Negara
Republik Indonesia secara teoritis-historis telah memenuhi unsur primer dan
sekunder.
Pada awalnya komunitas suku bangsa di Indonesia hidup dalam suatu bentuk
kelompok-kelompok kekeluargaan (genossenschaft-gemeinschaft). Kemudian
muncul wilayah-wilayah yang diperintah oleh kerajaan-kerajaan kecil dan kerajaan-
kerajaan besar yang memiliki kekayaan yang luar biasa (reick, rijk). Kemudian
kelompok-kelompok kehidupan bersama di nusantara ini memunculkan kesadaran
bersama sebagai bangsa melalui Kongres Pemuda 1928. hal ini merupakan embrio
dalam memasuki tahap bangsa-bangsa (staat--state). Tahap selanjutnya adalah
terbentuknya suatu nation-state dimana rakyat Indonesia memegang kekuasaan
tertinggi dan memiliki kedaulatan (rakyat berdaulat-democratische natie)
Melalui Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dan perjuangan
panjang Perjanjian Linggarjati, Roem-Royen, KMB dan diplomasi internasional.
Kemudian pada akhirnya Negara Republik Indonesia diakui keberadaannya sebagai
subjek hukum internasional yang baru, sebagai negara baru yang sederajat dengan
negara lainnya dalam komunitas internasional.
Demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan Soekarno dan Soeharto
merupakan pemerintahan yang dictatuur-dictatorship. Bentuk ini tidak dianggap
sebagai perkembangan selanjutnya dari democratische natie tetapi merupakan
anomalia sejarah dan merupakan bentuk penyimpangan atau penyelewengan
kedaulatan rakyat. The rule of law and the people menyimpang menjadi the rule of
man. Bentuk akhir yang hingga saat ini terus diperjuangkan adalah bentuk Negara
hukum yang demokratis.
BAB VI
TEORI TUJUAN NEGARA
(Die Lehren vom Zweck des Staates)
Setiap negara pasti memiliki tujuan tertentu yang berbeda antara satu negara
dengan negara lainnya. Para ahli ilmu negara sebagian berpendapat bahwa tujuan
negara dihubungkan dengan tujuan akhir manusia dan ada pula yang
menghubungkan antara tujuan negara dengan kekuasaan.
Tujuan negara menurut pendapat para ahli, antara lain adalah :
1. Hegel
Menurut Hegel, negara mempunyai kemampuan sendiri dalam mengejar
pelaksanaan idee umumu. Oleh karena itu tujuan negara adalah negara itu sendiri.
Negara memelihara dan menyempurnakan diri sendiri. Kewajiban tertinggimanusia
adalah menjadi warga negara sesuai dengan undang-undang.
Hegel menciptakan teori dialektika : melalui tese, antitese dan sintese lahir dan
timbullah kemajuan.
2. Agustinus
Menurut Agustinus, tujuan negara dihubungkan dengan cita-cita manusia hidup di
alam yang kekal yaitu sesuatu yang diinginkan Tuhan.
3. Shang Yang
Shang Yang menghubungkan tujuan negara dengan mencari kekuasaan semata
sehingga negara identik dengan penguasa.
4. John Locke
Menurut John Locke, pembentukan political or civil society menyebabkan manusia
tidak melepaskan hak asasinya.
Tujuan negara adalah memelihara dan menjamin hak asasi,yaitu :
a. Hak hidup/nyawa (leven)
b. Hak atas badan (lijf)
c. Hak atas harta benda (vermogen)
d. Hak atas kehormatan (eer)
e. Hak kemerdekaan (vrij heid)
5. Rousevelt
Rousevelt membagi hak kemerdekaan ke dalam :
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
6. Mahatma Gandhi
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
7. Soekarno
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
f. Freedom to be free
8. Kaum dikatator
Kaum dikatator menganut paham bahwa negara merupakan tujuan. Warga negara
harus mengorbankan apapun yang diperintahkan pemegang kuasa. Jadi
penjelmaannya adalah negara kekuasaan.
9. Zaman modern
Umumnya, pada zaman modern, tujuan negara adalah menyelenggarakan
kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat demi tercapainya masyarakat adil dan
makmur.
Tujuan suatu negara dapat dibedakan berdasarkan filosofi, situasi-kondisi dan
sejarah dari negara yang bersangkutan. Secara garis besar, teori tujuan negara
membagi arah tujuan negara menjadi tiga, yaitu :
1. Mencapai kekuasaan politik
Negara identik dengan penguasa. Oleh sebab itu tujuan negara adalah membangun
kekuasaan secara efektif. Penguasa (pemerintah) menggunakan kekuasaannya
untuk memaksakan kepentingannya. Setiap penguasa selalu ingin mempertahankan,
memperkuat dan memperluas kekuasannya. Setelah memiliki kekuasaan yang kuat
(langgeng-absolut) maka penguasa menjadi korup, tiran dan despotik (semena-mena
dan kejam).
Lord Acton berpendapat bahwa karakter kekuasaan yang demikian adalah: Power
tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely.
2. Mencapai kemakmuran material
Negara bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran atau kesejahteraan material
karena negara sebagai organisasi masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhan
materialnya secara terstruktur melalui pemerintahan yang ada.
Dalam ilmu negara umum, tujuan negara untuk mencapai kemakmuran melahirkan
tipikal negara yang berbeda, yaitu :
a) Polizei Staat → negara yang bertujuan untuk mencapai kemakmuran bagi
raja/negara.
b) Formele Rechtstaat → tujuan negara adalah mencapai kemakuran individu.
c) Materiele Rechtstaat → tujuan negara adalah mencapai kemakmuran rakyat (Social
Service State – negara kesejahteraan).
3. Mencapai kebahagiaan akhirat (konsep eksatologis → eksatologis : akhir zaman)
Negara memberikan fasilitas kepada rakyatnya agar dapat bebas melaksanakan
kaidah agamanya untuk mempersiapkan kehidupan sesudah kematian (life after
death).
Penguasa negara berpendapat bahwa kehidupan di dunia hanya sementara dan
kehidupan akhirat adalah kehidupan yang abadi. Oleh karena itu seluruh warga
negara harus mempersiapkan dirinya untuk ”kehidupan yang sesungguhnya”. Negara
harus mengarahkan warga negranya agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,
berilmu dan berteknologi.
Konsekuensi logisnya negara melarang adanya kegiatan yang bertentangan dengan
norma/kaidah agama (nilai-nilai ketuhanan).
A. BENTUK NEGARA
Bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi negara secara
keseluruhan, mengenai struktur negara yang meliputi segenap umsur-unsurnya, yaitu
daerah, bangsa dan pemerintahan. Bentuk negara melukiskan dasar negara,
susunan dan tata tertib suatu negara berhubungan dengan organ tertinggi di negara
itu itu dan kedudukan masing-masing organ dalam kekuasaan negara. Teori bentuk
negara bermaksud membahas sistem penjelmaan politis dari unsur-unsur negara.
1. Monarchie
Monarchie (Kerajaan, Kesultanan, Kekaisaran) ialah negara yang dikepalai oleh
seorang raja, bersifat turun temurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain raja,
kepala negara monarki dapat berupa Kaisar (Kaisar Jepang dan China sebelum
dijajah Inggris), Syah (Syah Iran) dan Sultan (Sultan Brunei).
Bentuk negara monarki dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Monarki Mutlak (Absolut)
Yaitu seluruh kekuasaan negara berada di tangan raja dimana raja mempunyai
kekuasaan dan wewenang mutlak dan tidak terbatas.
Misalnya :
1) Prancis di bawah Louis XIV dan XVI
2) Spanyol di bawah Raja Philip II
3) Rusia di bawah Tsar Nicholas
b. Monarki Terbatas (Monarki Terbatas/Monarki dengan undang-undang).
Yaitu suatu negara monarki dimana kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi/UUD.
Misalnya :
1) Kerajaan Inggris dengan konstitusinya yang bersumber pada kebiasaan (konvensi).
b) Monarki Parlementer
Yaitu suatu monarchi dimana terdapat suatu parlemen dimana para menteri
bertanggung jawab sepenuhnya.
Contoh : Kerajaan Belanda.
2. Republik
Republik berasal dari bahasa latin, respublica yang artinya kepentingan umum.
Negara republik adalah negara dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh
Presiden sebagai kepala negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk masa jabatan
tertentu (Di AS, presiden menjabat selama 4 tahun dan di Indonesia selama 5 tahun).
Negara yang berbentuk republik contohnya adalah Republik Indonesia, Republik
Filipina, Republik Rakyat China.
Macam-macam bentuk republik :
a. Republik dengan sistem pemerintahan secara langsung (system referendum) →
Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
b. Republik dengan sistem pemerintahan perwakilan rakyat (system parlementer) →
Republik Indonesia pada saat berlakunya UUD 1950.
c. Republik dengan sistem pemisahan kekuasaan (system presidensil) → Republik
Indonesia.
a. Monarki
Monarki adalah suatu negara yang diperintah oleh suatu dinasti, dimana kepala
negara diangkat berdasarkan keturunan. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa pada
dasarnya adalah ketidaksamaan karena tidak setiap orang dapat menjadi kepala
negara.
b. Republik
c. Autoritaren Fuhrerstaat
Kepala negara dalam Autoritaren Fuhrerstaat diangkat atas dasar pikiran bahwa yang
dapat berkuasa disebut ’ger Gedanken der staatsautoritat.
Jadi dalam Autoritaren Fuhrerstaat, dasar ukurannya adalah ketidaksamaan. Namun,
asas ketidaksamaannya berbeda dengan monarki. Asas ketidaksamaan dalam
monarki bertitik tolak pada keturunan atau dinasti. Sedangkan pada Autoritaren
Fuhrerstaat, ketidaksamaannya bertitik tolak pada pikiran yang dapat menguasai
negara.
5. Aristoteles
Aristoteles membedakan bentuk negara berdasarkan ukuran kuantitas untuk bentuk
ideal dan ukuran kualitas untuk bentuk pemerosotan.
Menurut Aristoteles, bentuk negara dibedakan dalam :
a. Monarki
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang banyak maka bentuk negaranya
adalah monarki, jika merosot dimana ia memerintah berdasarkan kepentingan sendiri
maka bentuknya adalah diktatur atau tirani.
b. Aristokrasi
Bila negara diperintah oleh beberapa orang untuk kepentingan orang banyak maka
bentuk negara tersebut adalah aristokrasi. Pemerosotan dari bentuk aristokrasi
adalah jika beberapa orang memerintah untuk kepentingan golongan sendiri maka
bentuk negara menjadi oligarkhi, sedangkan jika untuk kepentingan orang kaya maka
dinamakan plutokrasi.
Aristokrasi adalah negara yang pimpinan tertingginya dipegang oleh beberapa orang,
biasanya dari golongan feodal, golongan yang berkuasa.
Golongan orang yang memegang kekuasaan dapat dibedakan berdasaran :
1) Kelahiran (kebangsawanan)
2) Umur
3) Hak milik atas tanah
4) Kekayaan
5) Kerajinan
6) Pendidikan
7) Fungsi militer dll.
c. Politiea
Jika yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan seluruh orang pula maka
bentuk negaranya adalah politiea. Jika merosot menjadi perwakilan maka bentuk
negaranya dinamakan demokrasi.
6. Polybios
Menurut Polybios, demokrasi merupakan bentuk ideal sedangkan bentuk
pemerosotannya adalah ochlocratie atau mobocratie.
Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratein (kekuasaan).
Demokrasi adalah suatu negara dengan pemerintahan yang tertinggi terletak di
tangan rakyat dan setiap gerak langkah negara ditentukan oleh rakyat.
Syarat-syarat demokrasi antara lain adalah :
Macam-macam bentuk demokasi adalah :
a. Demokrasi Langsung
Yaitu negara demokrasi dimana semua warga negara ikut secara langsung memilih
serta ikut memikirkan jalannya pemerintahan.
Misalnya : Yunani Kuno, New England.
b. Demokrasi Perwakilan
Yaitu suatu negara demokrasi dimana tidak semua warga negaranya diikutsertakan
secara langsung dalam pemerintahan tetapi mereka memilih wakil-wakil mereka yang
duduk dalam badan-badan perwakilan (parlemen).
Misalnya : USA dengan parlemennya, Indonesia dengan DPR-nya.
7. C.F. Strong
Ia mengemukakan adanya 5 kriteria untuk melihat bentuk negara, yaitu :
2. Sistem Presidensiil
Adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab
kepada badan perwakilan rakyat. Dengan kata lain kekuasaan eksekutif berada di luar
pengawasan parlemen.
Ciri-ciri pemerintahan presidensiil :
a. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang semuanya
diangkat olehnya dan bertanggung jawab kepadanya. Ia sekaligus merupakan kepala
negra (lambang negara) dengan masa jabatan yang telah ditentukan dengan pasti
oleh UUD.
b. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif tetapi dipilih oleh sejumlah pemilih. Oleh
karena itu ia bukan bagian dari badan legislatif seperti dalam sistem pemerintahan
parlementer.
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif dan tidak dapat dijatuhkan
oleh badan legislatif. Sebaliknya, Presiden tidak dapat membubarkan legislatif.
d. Komparasi Sistem Pemerintahan Parlementer dengan Sistem Pemerintahan
Presidensiil
Perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut disebabkan karena
perbedaan latar belakang sejarah politik masing-masing negara.
Secara umum perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut adalah :
Sistem Pemerintahan Sistem Pemerintahan
Parlementer Presidensiil
1. Latar Belakang Timbulnya 1. Latar Belakang Timbulnya
Timbul dari bentuk negara Timbul dari keinginan untuk
monarki yang kemudian melepaskan diri dominasi
mendapat pengaruh dari kekuasaan raja dengan
pertanggungjawaban menteri. mengikuti ajaran Montesquieu
Raja berfungsi sebagai faktor dengan ajaran Trias Politika.
stabilisasi jika terjadi Misalnya : negara USA timbul
sebagai reaksi kebencian
perselisihan antara eksekutif terhadap raja George III
dan legislatif. (Inggris).
Misalnya : kerajaan Inggris,
Belanda, Perancis. 2. Keuntungan
2 Keuntungan Pemerintahan untuk jangka
Penyesuaian antara pihak waktu yang ditentukan itu
eksekutif dan legislatif dapat stabil.
lebih mudah dicapai. 3. Kelemahan
3. Kelemahan Dapat terjadi kemungkinan
a. Pertentangan antara eksekutif tujuan negara yang telah
dan legislatif dapat terjadi ditetapkan oleh eksekutif
sewaktu-waktu, menyebabkan berbeda dengan legislatif.
kabinet harus mengundurkan
diri dan akibatnya pemerintahan
tidak stabil.
b. Sebaliknya, Presiden dapat
membubarkan legislatif.
c. Pada sistem parlementer dengan
multi partai (kabinet koalisi)
apabila terjadi mosi tidak
percaya dari beberapa partai
politik sehingga sering terjadi
pergantian kabinet.
3. Sistem Quasi
Sistem pemerintahan quasi merupakan bentuk variasi dari sistem pemerintahan
presidensiil dan parlementer. Dalam sistem ini dikenal dua macam quasi, yaitu :
a. Quasi Presidensiil
Presiden merupakan kepala pemerintahan dengan dibantu oleh kabinet (ciri
presidensiil) tetapi dia bertanggung jawab kepada lembaga dimana dia bertanggung
jawab sehingga lembaga ini (legislatif) dapat menjatuhkan presiden/eksekutif (ciri
sistem parlementer).
Misalnya : sistem pemerintahan Republik Indonesia.
b. Quasi Parlementer
4. Sistem Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan oleh rakyat untuk
memberikan keputusan setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang
ditempuh oleh parlemen atau setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang
dimintakan persetujuan kepada rakyat.
Sistem referendum merupakan bentuk variasi dari sistem quasi (quasi presidensiil)
dan sistem presidensiil murni. Tugas pembuat undang-undang berada di bawah
pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam
bentuk referendum.Dalam sistem ini pertentangan antara eksekutif dan legislatif
jarang terjadi.
Berkaitan dengan pengawasan rakyat dalam bentuk referendum maka dikenal tiga
macam sistem referendum, yaitu :
a. Referendum Obligator
Jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam suatu pembuatan
peraturan perundang-undangan yang akan mengikat rakyat seluruhnya. Misalnya :
persetujuan yang dibuat oleh rakyat dalam pembuatan UUD.
b. Referendum Fakultatif
Sekelompok masyarakat berhak untuk meminta disahkannya suatu undang-undang
(melalui referendum) yang telah dibuat oleh parlemen setelah diumumkan. Hal ini
biasanya dilakukan terhadap undang-undang biasa.
c. Referendum consultatif
Yaitu referendum untuk soal-soal tertentu yang teknisnya rakyat tidak tahu.
Keuntungan dari sistem referendum adalah bahwa dalam setiap masalah negara,
rakyat ikut serta menanggulanginya dan kedudukan pemerintah stabil sehingga
pemerintah akan memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan
kepentingan rakyat.
Kelamahan dari sistem referendum adalah bahwa rakyat tidak mampu menyelesaikan
setiap masalah yang timbul karena untuk mengatasi suatu persoalan diperlukan
pengetahuan yang luas dari rakyat. Selain itu, sistem ini tidak dapat dilaksanakan jika
banyak terdapat perbedaan faham antara rakyat dan eksekutif yang menyangkut
kebijaksanaan politik.
Contoh sistem pemerintahan referendum adalah Swiss.
UUD 1945 pasca amandemen mempertegas deklarasi negara hukum, dari yang
semula hanya ada dalam Penjelasan, menjadi bagian dari Batang Tubuh UUD 1945.
Implementasi ketegasan konsep negara hukum Indonesia adalah sistem pemilihan
umum secara langsung oleh rakyat sehingga mereka bebas dalam menentukan sikap
dan pendapatnya.
Menurut Oemar Seno Adji, pemilu yang bebas merupakan hal yang sangat
fundamental bagi negara hukum karena melalui pemilu langsung, akuntabilitas
anggota parlemen semakin tinggi.
b. Kedudukan Presiden
c. Sistem Pemerintahan
Melalui amandemen UUD 1945, MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga
tertinggi negara dan pemegang kedaulatan rakyat yang tertinggi.
Hal ini berimplikasi pada kewenangan MPR yang dulu memiliki kedudukan strategis,
melalui amandemen maka kewenangannya menjadi :
1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden
3) Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD 1945.
D. SUSUNAN NEGARA
Susunan negara menyatakan struktur organisasi dan fungsi pemerintahan
dengan tidak menyinggung struktur daerah maupun bangsa.
Susunan negara juga menyangkut bentuk negara yang ditinjau dari segi
susunannya yaitu berupa :
1. Negara kesatuan yaitu negara yang bersusunan tunggal.
2. Negara Federasi yaitu negara yang bersusunan jamak.
a. Negara Kesatuan
Negara kesatuan disebut juga uniterisme atau eenheistaat, yaitu suatu negara yang
merdeka dan berdaulat dimana di seluruh negara yang berkuasa hanyalah satu
pemerintah yaitu pemerintah pusat. Pemerintah pusatlah yang mengatur seluruh
daerah. Jadi tidak terdiri dari beberapa negara yang berstatus negara bagian
(deelstaat) atau negara dalam negara.
Dengan demikian dalam negara kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu
pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam
bidang pemerintahan negara, menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah dan
melaksanakan pemerintahan negara baik di pusat maupun di daerah serta di dalam
atau di luar negeri.
Negara kesatuan mewujudkan kebulatan tunggal, kesatuan (unity) dan monosentris
(berpusat pada satu).
Macam-macam negara kesatuan :
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi maka semua urusan diurus oleh
pemerintah pusat. Pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk mengatur
daerahnya, pemerintah daerah hanya melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat.
Contoh : Jerman di bawah Hitler.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi maka kepada daerah diberi
kesempatan dan kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. (otonomi
daerah).
Contoh : Republik Indonesia.
2. Negara Federasi
Federasi berasal dari kata feodus yang berari perjanjian atau persetujuan.
Dalam negara federasi atau negara serikat (bondstaat/bundesstaat) merupakan dua
atau lebih kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk
bersatu dalam suatu ikatan politik, dimana ikatan tersebut akan mewakili mereka
secara keseluruhan. Jadi merupakan suatu negara bagian yang masing-masing tidak
berdaulat, karena yang berdaulat adalah persatuan dari negara-negara tersebut yaitu
negara serikat (pemerintah federal).
Jadi, awalnya masing-masing negara bagian tersebut merupakan negara yang
merdeka, berdaulat serta berdiri sendiri. Dengan menggabungkan dalam suatu
negara serikat maka negara yang tadinya berdiri sendiri, sekarang menjadi negara
bagian dan melepaskan sebagian kekuasaan yang dimilikinya dan menyerahkannya
kepada negara serikat.
Kekuasaan yang diserahkan disebutkan satu demi satu sehingga hanya kekuasaan
yang disebutkan saja yang diserahkan kepada negara serikat (delegated powers).
Umumnya, kekuaaan yang diserahkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan luar
negeri, pertahanan negara, keuangan dan pos.
Dengan demikian kekuasaan yang diberikan bersifat terbatas karena kekuasaan yang
asli tetap ada pada negara bagian.
Anggota-anggota federasi tidak berdaulat dalam arti yang sesungguhnya karena
federasilah yang berdaulat. Anggota suatu federasi disebut negara bagian (deelstaat,
state, anton, lander).
Bentuk negara federasi tidak dikenal pada zaman kuno maupun abad pertengahan,
namun baru dikenal sekitar tahun 1787 ketika pembentuk konstitusi Amerika Serikat
memilih federasi sebagai bentuk pemerintahan mereka.
Menurut C.F. Strong, dalam bukunya Modern Political Institution diperlukan dua
syarat untuk mewujudkan suatu negara federasi, yaitu :
a. Harus ada perasaan nasional (a sense of nationality) diantara anggota-anggota
kesatuan-kesatuan politik yang hendak berfederasi.
b. Harus ada keinginan dari anggota-anggota kesatuan politik akan persatuan (union).
Selain itu, negara federasi memiliki tiga ciri khas, yaitu :
a. Adanya supremasi konstitusi federasi.
b. Adanya pembagian kekuasaan (distribution of power) antara negara bagian dengan
negara federal.
c. Adanya suatu kekuasaan tertinggi yang bertugas menyelesaikan sengketa yang
mungkin timbul antara negara bagian dengan negara federal.
E. APLIKASI DI INDONESIA
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa : ”....maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada.....”
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 : ”Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik”.
Kemudian, sesuai dengan musyarawarah Badan PPKI menyimpulkan bahwa
bentuk negara adalah republik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa definisi, yaitu :
1. Bentuk negara bukan monarki (kerajaan) → Pasal 1 ayat (1) : ”Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan bukan kerajaan.
2. Kepala negara dipilih dan tidak turun temurun → Pasal 6 ayat (2) UUD 1945 :
”Presiden dan wapres dipilih oleh rakyat dan tidak turun termururun.
3. Masa jabatan kepala negara ditentukan dalam jangka waktu tertentu → Pasal 7 UUD
1945 : Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun.
BAB IX
TEORI KEDAULATAN