Anda di halaman 1dari 20

TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DI INDONESIA

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hukum Pajak

(Semester GenapTahun Akademik 2017/2018)

Disusun Oleh :

Barimbing Jerry H (1608015248) Margel Pratoya (1608015264)

Delya Mentari (1508015099) Satria Ramadhani (1408015087)

Dimas Aji Pamungkas (1608015018) Andi Muji Rahayu (1608015016)

Nisra (1608015015) Raynaldo Rendi Andhika L (1508015206)

Qur’annul Moektie Fajar ( 1508015159) Risma Hidayanti Ulfa (1508015023)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2018
I. PENDAHULUAN

A. Pengertian Tindak Pidana Perpajakan


Tindak pidana di bidang perpajakan adalah suatu perbuatan yang
melanggar peraturan perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian
keuangan negara dimana pelakunya diancam dengan hukuman pidana.
Ketentuan yang mengatur tindak pidana pajak terdapat dalam hukum pidana
pajak yang berisi peraturan-peraturan tentang :
1. perbuatan-perbuatan apa yang dapat diancam dengan hukuman,
2. siapa-siapa yang dapat dihukum, dan
3. hukuman apa yang dapat dijatuhkan.

Jadi tindak pidana pajak ini merupakan suatu perbuatan yang melanggar
peraturan perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan
negara dimana pelakunya diancam dengan hukuman pidana.

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib


Pajak sepanjang menyangkut tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi
administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak pidana di bidang perpajakan,
dikenakan sanksi pidana. Dan untuk mengetahui telah terjadinya suatu tindak
pidana di bidang perpajakan maka perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

B. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perpajakan


Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpjakan (UU No. 28 Tahun 2007), yang
termasuk ke dalam unsur-unsur tindak pidana perpajakan adalah :
a. Siapa saja, baik pribadi maupun badan hukum.
Yang termasuk ke dalam kategori unsur “siapa saja” tersebut
adalah Wajib Pajak dan Pegawai Pajak. Menurut ketentuan Pasal 1
Ayat (2) UU No. 28 Tahun 2007, wajib pajak adalah pribadi atau

1
badan hukum, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bukan hanya wajib pajak, tetapi juga pegawai pajak dapat dijatuhi
hukuman tindak pidana di bidang perpajakan. Sanksi pidana bagi
pelaku tindak pidana perpajakan meliputi pidana kurungan dan
pidana denda kekurangan pembayaran pajak, yang diatur dalam
ketentuan Pasal 37A, 38, 39, 39A, 41, 41A, 41B, dan 41C UU No. 28
tahun 2007.

b. Melakukan perbuatan yang melanggar kewajiban perpajakan.


Sebagai contoh ketentuan pidana kepada wajib pajak yang
melanggar kewajiban pajak adalah ketentuan Pasal 38 UU No. 28
Tahun 2007. Dalam pasal tersebut disebutkan, setiap orang (wajib
pajak) yang karena kealpaannya : (a) tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan, atau (b) menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan
yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13A, denda paling sedikit satu kali jumlah pajak terhutang yang
tidak atau kuarang dibayar dan paling banyak dua kali jumlah pajak
berhutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan
paling singkat tiga bulan atau paling lama satu tahun.

c. Menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

C. Aspek Pidana dalam UU Perpajakan

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum


dan Tata Cara Perpajakan terdapat beberapa aspek pidana dalam perpajakan,
yaitu:

2
Hukum
UU Perpajakan
Pidana
a. Pidana Penjara 6 bulan-6 tahun).
b. Pidana kurungan (3 bulan-1 tahun).
Pokok
c. Denda (1-2 kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau
kurang dibayar).
a. Pidana Penjara (6 bulan-2 tahun).
Percobaan b. Denda (2-4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi).
a. Pidana Penjara (1-3 tahun).
Pembantuan
b. Denda (75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah)).
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal
39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari Wajib
Penyertaan Pajak, atau pihak lain yang menyuruh melakukan, yang turut
serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Daluarsa Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut


setelah lampau waktu 10 tahun sejak saat terutangnya pajak,
betakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak,
atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
Penjelasan :
Daluarsa ini untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib
Pajak, penuntut umum dan hakim.
Jangka waktu 10 tahun adalah untuk menyesuaikan dengan
daluarsa penyimpanan dokumen2 perpajakan yang dijadikan
dasar penghitungan jumlah pajak terutang selama sepuluh
tahun.

Sanksi Pidana dalam bidang perpajakan dibagi dalam beberapa katagori yaitu,
1. Delik Kealpaan Oleh Wajib Pajak
“Setiap orang yang karena kealpaannya :

3
a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan
tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling
lama 1 (satu) tahun.

2. Delik Kesengajaan Oleh Wajib Pajak


i. Dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan
denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang bayar setiap orang yang dengan
sengaja sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara :
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau NPPKP;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau NPPKP;
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap;
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya;
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia,
tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lain;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil
pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia; atau

4
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut

ii. Setiap orang yang dengan sengaja:


a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;
atau
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak,
bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak
dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan
pajak, dan/atau bukti setoran pajak.

II. LANDASAN HUKUM DAN LINGKUP TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DI


INDONESIA
1. Landasan Hukum
A. UU Perpajakan
a. UU No.6/1983 jo. UU No.16/2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU-KUP): Psl 38, 39, 40, 41, 41A, 41B, 43
b. UU No.12/1985 jo. UU No.12/1994 tentang PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) :
Pasal 24 & 25
c. UU No.13/1985 tentang Bea Meterai: Pasal 13 & 14
d. UU No.10/1995 tentang Kepabeanan: Pasal 102 – 111
e. UU No.11/1995 tentang Cukai: Pasal 50 – 51
f. UU No.18/1997 jo. UU No.34/2000 ttg Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD): Psl 37 – 40

 Pasal 37 PDRD:

5
(1) Wajib Pajak yg krn kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan
keterangan yg tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun dan atau denda
paling banyak 2 kali jumlah pajak yang terutang

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat


Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau tidak
lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga
merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak yang terutang.

 Pasal 38 PDRD:

Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah


melampaui jangka waktu 10 tahun sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau
berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

 Pasal 39 PDRD:

Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah


melampaui jangka waktu 10 tahun sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau
berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

 Pasal 40 PDRD:

(1) Pejabat yang karna kealpaannya tidak memenuhi kewajiban


merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal. 36 ayat (1) & (2),
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling
banyak Rp 2 juta.

(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau


seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat

6
sebagaimana dimaksud dalam Pasal.36 ayat (1) & (2), dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp 5
juta.

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) & (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiannya
dilanggar.

B. KUHP

a. Pasal 103

b. Pasal 253

C. KUHAP

a. Pasal 42 ayat (1) UU PDRD

b. Pasal 44 ayat (1) UU KUP

2. Ruang Lingkup Tindak Pidana Perpajakan

Ruang lingkup pemeriksaan meliputi pemeriksaan lapangan terhadap suatu jenis


pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya
lain yang dilakukan di tempat wajib pajak, dan pemeriksaan kantor terhadap suatu jenis
pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di
kantor Direktorat Jenderal Pajak.

1) Pemeriksaan Bukti Permulaan

Dalam pemeriksaan tindak pidana di bidang perpajakan terdapat


pemeriksaan bukti permulaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


202/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan
Tindak Pidana di Bidang Perpajakan mendefenisikan Bukti Permulaan

7
sebagai keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan,
atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa
sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang
dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara. Pemeriksaan bukti permulaan dapat dilaksanakan
berdasarkan hasil analisis data, informasi, laporan, pengaduan, laporan
kegiatan intelijen, pengembangan pemeriksaan bukti permulaan, atau
pengembangan penyidikan, yang dapat dilaksanakan baik untuk seluruh
jenis pajak maupun satu jenis pajak.

Pemeriksaan bukti permulaan dilakukan oleh Kantor Wilayah atau


Direktorat Intelijen dan Penyidikan. Berdasarkan hasil pemeriksaan bukti
permulaan dapat diketahui tindak lanjut yang harus dilakukan.

Tindak lanjut dari pemeriksaan bukti permulaan adalah yaitu


diusulkan dilakukannya penyidikan, atau tindakan lain berupa: penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKP), pembuatan laporan tindak
pidana selain tindak pidana di bidang perpajakan yang akan diteruskan
kepada pihak yang berwenang, pembuatan laporan sumir apabila wajib
pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya, pembuatan laporan
sumir apabila tidak ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang
perpajakan.

“Bahan baku” Pemeriksaan Bukti Permulaan sebenarnya berasal


dari usulan Kantor Pelayanan Pajak dan pengaduan masyarakat.
Setidaknya inilah praktek yang terjadi saat ini. Tetapi tidak semua usulan
dari Kantor Pelayanan Pajak diterima dan langsung diperiksa oleh Kanwil
DJP. Ada juga yang ditolak karena dianggap tidak layak dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan. Kalau di Bandung dan beberapa Kanwil,
setiap pengusul harus melakukan pemaparan dihadapan tim pemeriksa
Kanwil. Setelah itu, diputuskan diterima, atau ditunda dulu atau ditolak.
Apabila dari bukti permulaan tidak menunjukkan adanya tindak pidana
yang dilakukan wajib pajak, maka secara otomatis kasus tersebut akan
ditutup.

8
2) Penyidikan

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan merupakan


serangkaian tindakan yang dilakukan penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dapat


dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik
tindak pidana di bidang perpajakan. Penyidikan tindak pidana perpajakan
dilaksanakan berdasarkan surat perintah penyidikan yang ditandatangani
oleh Dirjen Pajak atau Kepala kantor Wilayah DJP. Tetapi jika diperlukan,
polisi dapat mendampingi atau membantu penyidik pajak. Terutama
masalah pemberkasan, penyidik pajak kurang pengalaman karena
sedikitnya kasus-kasus pidana pajak yang diajukan ke pengadilan negeri.
Sedangkan bagi polisi, membuat berkas kasus pidana merupakan
pekerjaan sehari-hari.

Penyidik pajak tidak sebebas-bebasnya melakukan tugasnya,


tetapi ia harus memberitahukan kepada jaksa penuntut umum bila
memulai penyidikan dan wajib pula menyampaikan hasil/laporan
penyidikannya kepada jaksa penuntut umum. Selanjutnya jaksa penuntut
umum yang akan menentukan apakah masalahnya sudah matang untuk
diajukan ke pengadilan. Proses penyidikan mengandung dua klausul
yakni: Penyidikan yang berakhir dengan diserahkannya hasil penyidikan
ke pengadilan atau untuk kepentingan penerimaan negara atas
permintaan Menteri Keuangan, hasil penyidikan tidak diproses di
pengadilan/dihentikan, dengan catatan wajib pajak yang disidik telah
melunasi utang pajaknya dan ditambah dengan sanksi administrasi
berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak.

9
III. PROSEDUR PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DI INDONESIA

1) Mekanisme Penyidikan Terhadap Pelanggaran Pajak


Direktur Jenderal Pajak berdasarkan Informasi, data, laporan, dan
pengaduan berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum
dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. Waluyo
mengemukakan, “Jika dari bukti permulaan ada indikasi kearah tindak pidana
maka langkah berikutnya adalah dilakukan penyidikan oleh penyidik”.
Dalam hal ini Diana dan Setiawati mengemukakan bahwa, “Penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku”.
Dalam melakukan penyidikan, petugas penyidik tidak boleh sembarangan
melakukan tugasnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mardiasmo terdapat
beberapa wewenang penyidik, yaitu:
1. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak di bidang perpajakan agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
2. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai
orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan;
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
4. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan;
5. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dokumen lain, serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
7. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung

10
dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa;
8. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan;
9. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
10. Menghentikan penyidikan; dan/atau
11. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan
perundangundangan.

Dalam penyidikan pajak terdapat beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh
penyidik terhadap wajib pajak, yaitu :

1. Melakukan penahanan
2. Melakukan penangkapan

Selain kewenangan yang dimiliki, dalam melaksanakan tugasnya, penyidik pajak


tunduk pada Norma Penyidikan, yang meliputi :

a. Dalam melaksanakan tugasnya penyidik pajak harus berlandaskan


kepada ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, KUHAP
dan hukum pidana yang berlaku.
b. Penyidik pajak sebagai penegak hukum wajib memelihara dan
meningkatkan sikap terpuji sejalan dengan tugas, fungsi, wewenang
serta tanggung jawabnya.
c. Penyidik pajak harus membawa tanda pengenal pajak dan surat perintah
penyidikan pada saat meakukan penyidikan.
d. Penyidik dapat dibantu oleh petugas pajak lain atas tanggung jawabnya
berdasarkan izin tertulis dari atasannya.
e. Penyidikan dilaksanakan berdasarkan Laporan Bukti Permulaan dan Surat
Perintah Penyidikan.
f. Penyidik pajak dalam setiap tindakannya harus membuat Laporan dan
Berita Acara.

11
Dalam melakukan penyidikan, terdapat asas hukum yang harus diperhatikan oleh
penyidik pajak. Widyaningsih mengemukakan bahwa, asas hukum tersebut adalah :

1. Asas Praduga Tak Bersalah


2. Asas Persamaan Di Muka Hukum
3. Asas Hak Memperoleh Bantuan/Penasehat Hukum

Tata cara penyidikan yang dilaksanakan oleh Penyidik Pajak, dapat disebutkan
sebagai berikut:

a. Penyidik pajak harus memperlihatkan Surat perintah Penyidikan yang


telah ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pajak atau Kepala Kantor
Wilayah;
b. Memberitahukan dimulainya penyidikan kepada Penyidik Polri dan Jaksa
Penuntut Umum;
c. Menyampaikan Hasil Penyidikan kepada Jaksa Penuntut Umum melalui
Penyidik Polri;
d. Bila penyidik melakukan penggeledahan atau penyitaan, terlebih dahulu
harus ada izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat, kecuali dalam
keadaan mendesak;
e. Dalam melakukan penggeledahan atau penyitaan harus ada 2 orang
saksi;
f. Membuat Berita Acara Sita serta ditandatangani oleh Wajib Pajak dan
Penyidik Pajak;
g. Bila tersangka dikhawatirkan akan meninggalkan wilayah Indonesia maka
penyidik pajak dapat segera meminta bantuan kepada Kejaksaan Agung
untuk melakukan pencekalan.
h. Penyidik menyelesaikan penyusunan berkas perkara yang terdiri dari :
1. Berita Acara Pendapat/Resume
2. Penyusunan isi Berkas
3. Pemberkasan

Dalam melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, ada beberapa


tahapan yang akan dilaksanakan.

12
Tahapan tahapan tersebut adalah :

1. Tahap Pengamatan
Pengamatan di definisikan sebagai serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Petugas Direktorat Jenderal Pajak untuk mencocokan dengan
kenyataan, membahas dan mengembangkan lebih lanjut akan informasi,
data, laporan dan/atau pengaduan yang memberi petunjuk adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
2. Pemeriksaan Bukti Permulaan
Pemeriksaan bukti permulaan dimaksudkan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan. Pemeriksaan bukti permulaan pada dasarnya adalah
pemeriksaan pajak dimana pedoman dan tata caranya tetap mengacu pada
ketentuan yang berlaku mengenai tata cara pemeriksaan di bidang
perpajakan.
Setelah selesai pemeriksaan bukti permulaan selanjutnya dibuat Laporan
Bukti Permulaan dengan disertai kesimpulan dan usul tindak lanjutnya
kepada pejabat yang berwenang atau yang memberi perintah.

3. Tahap Penyidikan termasuk Pembuatan Berita Acara dan Pemberkasan.


Apabila dari pemeriksaan bukti permulaan kemudian ditindaklanjuti
dengan tindakan penyidikan, maka atasan pemeriksa pajak setelah menilai
dan memberikan pertimbangan atau usul pemeriksa, mengusulkan kepada
Direktur Jenderal Pajak atau Pejabat untuk dilakukan penyidikan melalui
Direktur Pemeriksaan Pajak.
Setelah Direktur Jenderal Pajak mempelajari dan mempertimbangkan
usul Direktur Pemeriksaan Pajak, selanjutnya memberi instruksi untuk
melanjutkan penyidikan. Surat Perintah Penyidikan ditandatangani oleh
Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjuk olehnya.
Setelah penyidik pajak menerima Surat Perintah Penyidikan, kewajiban
yang mulamula harus dilakukan adalah memberitahukan saat dimulainya
penyidikan kepada Jaksa/Penuntut Umum melalui Penyidik Polri.

13
Selanjutnya mulailah Penyidik Pajak melakukan tindakan penyidikan di
bidang perpajakan, dengan tetap memperhatikan dan berpedoman pada
ketentuan Hukum Acara Pidana yang berlaku, yaitu KUHAP.
Sesuai dengan kewenangan dan kewajiban yang diberikan oleh
UndangUndang, Penyidik Pajak juga dapat melakukan tindakan-tindakan
hukum seperti :
a. Pemanggilan Tersangka dan Saksi
b. Penggeledahan
c. Penyitaan
2) Penghentian Penyidikan Terhadap Pelanggaran Pajak
Setiap tindakan penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Pajak, dapat
dihentikan dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Tidak terdapat bukti yang cukup, atau
2. Peristiwa bukan merupakan peristiwa tindak pidana di bidang
perpajakan, atau
3. Tersangka meninggal dunia, atau
4. Peristiwanya telah kadaluarsa, atau
5. Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri
Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan.

Namun demikian, menurut UndangUndang No.28 Tahun 2007


sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang No.16 Tahun 2009
tentang KUTAP, disebutkan bahwa untuk kepentingan penerimaan negara, atas
permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan
tindak pidana dibidang perpajakan. Penghentian ini hanya dapat dilakukan
dengan syarat :

1. Wajib Pajak melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau
yang tidak seharusnya dikembalikan;
2. Wajib Pajak membayar sanksi adminstrasi berupa denda sebesar
4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau
yang tidak seharusnya dikembalikan.

14
Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena alasan-alasan
seperti tersebut diatas, maka kewajiban Penyidik adalah memberitahukan hal itu
kepada Penyidik Polri, kepada Jaksa Penuntut Umum, dan kepada tersangka
atau keluarganya.

Penyidik Pajak dalam melakukan Penyidikan melakukan tindakan-tindakan


hukum berupa Pemanggilan Tersangka dan Saksi,

IV. LEGAL REVIEW : PUTUSAN PENGADILAN TENTANG TINDAK PIDANA


PERPAJAKAN

PUTUSAN

Nomor 592/Pid.Sus/2017/PN Smn

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Sleman yang mengadili perkara-perkara pidana pada

tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan

sebagai berikut dalam perkara terdakwa :

NamaTerdakwa : Nur Basuki Alias Nur Basuki Bin Gijono

Tempat Lahir : Palembang

Umur / Tanggal Lahir : 46 tahun/ 10 Mei 1971

Jenis Kelamin : Laki - laki

4Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jambon RT. 006 RW. 023 Kel. Trihanggo Kec.

Gamping Kab. Sleman.

Agama : Islam

Pekerjaan : Direktur CV. IBEST PRODUCTION

MENGADILI
1. Menyatakan terdakwa Nur Basuki bin Gijono telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja Menyampaikan surat pemberitahuan

15
dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dan tidak menyetorkan
pajak yang telah dipotong atau dipungut” ;
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1
(satu) tahun dan 8 (delapan) bulan;
3. Menghukum terdakwa untuk membayar pidana denda 2 kali dari Rp. 155.333.206,- yaitu
sebesar Rp. 310.666.412,- (tiga ratus sepuluh juta enam ratus enam puluh enam ribu
empat ratus dua belas rupiah) paling lama 1 (satu) bulan setelah putusan mempunyai
kekuatan hukum tetap dan apabila tidak dibayar maka harta benda CV IBEST Production
atau milik terdakwa disita oleh Jaksa kemudian dilelang untuk membayar denda
dimaksud;
4. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang dijatuhkan.
5. Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan;
6. Menetapkan barang bukti berupa :
1) 1 (satu) bundel dokumen dari PONCO PRASETYA, General Manager PT. Djarum,
dikembalikan kepada PONCO PRASETYA.
2) 1 (satu) bundel dokumen dari ARDIAN SETYOBUDI, Direktur PT. Manunggal Jaya
Tobacco, dikembalikan kepada ARDIAN SETYOBUDI.
3) 1 (satu) bundel dokumen dari AMANG SETYAWAN, Junior Tax Manager PT. Gelora
Djaja, dikembalikan kepada AMANG SETYAWAN.
4) 1 (satu) bundel dokumen dari JIMMY WIRJAWAN, Direktur PT. Muria Sigaret
Industri, dikembalikan kepada JIMMY WIRJAYAN.
5) 1 (satu) bundel dokumen dari DYAH SRI REJEKI, Kepala Seksi Pelayanan KPPP
Sleman, , dikembalikan kepada DYAH SRI REJEKI.
6) 1 (satu) bundel dokumen dari DYAH APRI MEISARI, Account Representative KPPP
Sleman, dikembalikan kepada DYAH APRI MEISARI.
7) 1 (satu) bundel dokumen dari ANTONIUS YOHANES DEBRITO GUNARTO, S.H.,
Notaris, dikembalikan kepada ANTONIUS YOHANES DEBRITO.
8) 1 (satu) bundel dokumen dari NIKEN ADINTA PUTRI, Tax Staff PT. URC Indonesia,
dikembalikan kepada NIKEN ADINTA PUTRI.
9) 1 (satu) bundel dokumen dari ANANDA NURFAJAR, Pengurus PT. AMISETA,
dikembalikan kepada ANANDA NURFAJAR.

16
10) 1 (satu) bundel dokumen dari TRI GATAYU KRISBIJANTORO, Pengurus PT. SUBUR
AMAN, dikembalikan kepada TRI GATAYU KRISBIJANTORO.
11) 1 (satu) bundel dokumen dari SYLVIA DWIYANI GUNAWAN, Pengurus PT.
Perusahaan Dagang dan Industri Tresno, dikembalikan kepada SYLVIA DWIYANI
GUNAWAN.
12) 1 (satu) bundel dokumen dari SYLVIA DWIYANI GUNAWAN, Pengurus PT. Bentoel
Distribusi Utama, dikembalikan kepada SYLVIA DWIYANI GUNAWAN.
13) 1 (satu) bundel dokumen dari TRI GATAYU KRISBIJANTORO, Tax Manager PT.
Lestariputra Wirasejati, dikembalikan kepada TRI GATAYU KRISBIJANTORO.
14) 1 (satu) bundel dokumen dari ANANDA NURFAJAR, Pengurus PT. Bentoel
International Investama, dikembalikan kepada ANANDA NURFAJAR.
15) 1 (satu) bundel dokumen dari M. AGUNG BUDHY AMINUDIN, Operasional Manager
PT. Bank Mega Kacab Yogyakarta, dikembalikan kepada M. AGUNG BUDHY
AMINUDIN.
7. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,- (lima ribu
rupiah);

17
V. PENUTUP

KESIMPULAN

Tindak Pidana Perpajakan merupakan suatu perbuatan yang melanggar


peraturan perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan
negara dimana pelakunya diancam dengan hukuman pidana. Segala perbuatan
tindak pidana perpajakan diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
Tentang Perubahan Ketiga Atas undang-Undang No. 6 Tahun 2009 Tentang
Ketentuan Umum Pajak.
Tindak pidana pajak terjadi karena kealpaan, kesengajaan, percobaan
dan terjadi pada jabatan serta penyertaan atau pembantuan. Sanksi yang
diberikan berupa sanksi pidana dengan Pidana Penjara 6 bulan-6 tahun), Pidana
kurungan (3 bulan-1 tahun).Denda (1-2 kali jumlah pajak terhutang yang tidak
atau kurang dibayar).
Tindak pidana pajak merupakan kasus terbanyak yang terjadi setelah
korupsi di Indonesia. untuk itu penegakan

18
DAFTAR PUSTAKA

1. EL, Hukum, Catatan,. 2013. Tindak Pidana Perpajakan. (Online). Tersedia:


http://elpardani.blogspot.co.id/2013/10/tindak-pidana-perpajakan.html. (25 Maret
2018)
2. Hariyanto, Slamet, dkk,. 2012. Tindak Pidana dan Perdata dalam Perpajakan
(Bagian II). (Online). Tersedia: https://gagasanhukum. wordpress.com/2012/12/03/
tindak-pidana-dan-perdata-dalam-perpajakan-bagian-ii/. (25 Maret 2018)
3. Balytrya,. 2010. Tindak Pidana Perpajakan Oleh Wajib Pajak. (Online).
http://baltyra.com/2010/06/04/tindak-pidana-perpajakan-oleh-wajib-pajak/. (26
Maret 2018)
4. Taroreh, Angelia , Junisa,. 2013. Pemeriksaan dan Penyidikan Terhadap Pelanggaran
Pajak. Lex Crimen (Online), Vol II (2). 12 Halaman. Tersedia:
https://media.neliti.com/media/publications/3033-ID-pemeriksaan-dan-penyidikan-
terhadap-pelanggaran-pajak.pdf. (28 Maret 2018)

19

Anda mungkin juga menyukai