Soal Diskusi 7:
Jawab :
Sanksi Pidana yaitu Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang menyangkut tindak pidana dibidang perpajakan dikenakan sanksi pidana.
Nullum delictum noella poena sine pravia lege poenali ; tidak ada sesuatu perbuatan
yang dapat dihukum, sebelum dilalui oleh suatu peraturan. Perinsip tersebut
mengharuskan adanya peraturan terlebih dulu tentang hal yang merupakan tindakan
pidana, oleh karena itu, seseorang yang berprofesi akuntan, suatu profesi yang sangat
menunjang perlu mengetahui hal yang merupakan tindak pidana dalam perpajakan.
Eidereen wordt geacth de wette kennen ; setiap orang dianggap mengetahui hukum.
Artinya apabila suatu undang-undang telah diumumkan di lembaran negara, maka
undang-undang itu dianggap telah diketahui oleh warga masyarakat, sehingga tidak ada
alasan lagi bagi yang melanggarnya dengan alasan belum tahu undang-undang tersebut.
Sebagai contoh seorang Wajib Pajak tidak dapat mengelak dari tuntutan Pajak
Pertambahan Nilai atas penyerahan barang kena pajak yang dilakukannya dengan alasan
tidak tau ketentuan PPN.
Oleh karena itu, dalam penegakan hukum dibidang perpajakan ancaman sanksi pidana
juga dikenakan pada orang yang alpa atau lalai, yaitu mungkin orang yang tidak
memahami peraturan selain tentunya orang yang dengan sengaja melakukan tindak
pidana perpajakan.
1. Kedaluarsa Dalam Penuntutan yaitu Tindak pidana dibidang perpajakan tidak dapat
dituntut setelah lampau 10 tahun sejak saat terutang, berakhirnya masa pajak, berakhirnya
Bagian Tahun Pajak atau berakhir Tahun Pajak yang bersangkutan.
1. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
2. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
3. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan
4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap
5. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
6. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya
7. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau meminjamkan buku,catatan, atau dokumen lain
8. Tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain
tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi online di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11)
9. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.
1. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan
kompsensasi pajak atau pengkreditan pajak