Anda di halaman 1dari 6

Research

PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK


PIDANA YANG TIDAK MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN ATAU PENCATATAN DI INDONESIA
YANG MENIMBULKAN KERUGIAN TERHADAP
PENDAPATAN NEGARA
Nilma Aprilia1*
Vanessa Eryna2
Darma Irawati3

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom

Nilma Aprilia; Vanessa Eryna; Darma Irawati. Penjatuhan Pidana terhadap Pelaku
Tindak Pidana yang Tidak Menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan di
Indonesia yang Menimbulkan Kerugian terhadap Pendapatan Negara
Abstrak
Tindak pidana dalam perpajakan adalah tindakan memberikan informasi yang isinya tidak
sesuai dengan kebenaran kewajiban perpajakannya. Tindak pidana yang tidak
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan yang menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara diatur dalam Pasal 39 ayat 1 dan UU No 28 tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Salah satu kasus
tindak pidana perpajakan yang telah diputus dengan No Perkara: 229/Pid.Sus/2014/Pn.Pbr.
Rumusan Masalah adalah 1) Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana
terhadap pelaku tindak pidana yang tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di
Indonesia yang menimbulkan kerugian negara. 2) Bagaimanakah penerapan pidana terhadap
pelaku tindak pidana yang tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia
yang menimbulkan kerugian negara?. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif.
Sumber data yang digunakan meliputi data sekunder terdiri bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier. Data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian (1) Pertimbangan hakim bersifat yuridis
berupa surat dakwaan, surat tuntutan, barang bukti serta alat bukti yaitu keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa dan pertimbangan non yuridis berupa halhal
yang memberatkan dan meringankan terdakwa. (2) Penerapan pidananya telah melanggar
Pasal 39 ayat (1) huruf f dan g sehingga dijatuhi hukuman 6 bulan penjara dan denda sebesar Rp
2.207.613.000,00 (Dua milyar dua ratus tujuh juta enam ratus tiga belas rupiah).

Kata kunci : Pidana, Pencatatan, Pembukuan, Kerugian Negara

Nilma Aprilia; Vanessa Eryna; Darma Irawati. Penjatuhan Pidana terhadap Pelaku
Tindak Pidana yang Tidak Menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan di
Indonesia yang Menimbulkan Kerugian terhadap Pendapatan Negara
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pajak adalah kontribusi wajib terhadap negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk membiayai keperluan
negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan
perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan nasional.
Sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan
bangsa karena pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang
digunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa sulitnya negara dalam melakukan
pemungutan pajak.
Sifat pemungutan pajak yang bersifat memaksa memiliki arti bahwa Sifat uang
yang berasal dari pajak akan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pembangunan
serta pelayanan yang diberikan oleh pemerintah supaya ada kepastian dalam proses
pengumpulan dan berjalannya pembangunan secara berkesinambungan. Apabila wajib
pajak tidak mau membayar pajak, pemerintah dapat mengeluarkan suatu surat paksa
agar wajib pajak mau melunasi utang pajaknya. Dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945
menyatakan bahwa agar setiap pajak yang dipungut harus berdasarkan Undang-undang.
Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam
rangka menjalankan fungsi pemerintahan baik rutin maupun pembangunan/ Dimana
pajak memmpunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara khususnya
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara
untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
Pemungutan pajak yang harus berlandasan undang-undang ini artinya pemungutan pajak
telah mendapat persetujuan dari rakyat melalui perwakilannya di DPR, yang biasa
disebut berasaskan yuridis. Dengan asas ini, berarti pemerintah telah memberikan
jaminan hukum yang tegas akan hak negara dalam pemungutan pajak.
Tindak pidana perpajakan adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian negara dimana pelakunya
diancam dengan hukuman pidana, salah satu yang dikenakan tindak pidana perpajakan
adalah tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut. Tindak pidana
pembukuan dalam perpajakan dimaksudkan untuk mempermudah pengisian surat
pemberitahuan (SPT), penghitungan bagi pengusaha kena pajak (PKP) yang pada
dasarnya untuk mngetahui posisi keuangan. Pembukuan dan pencatatan yang
terorganisir dapat membantu wajib pajak dalam menyusun laporan keuangan dan
mengisi SPT dan dapat membantu pertanggungjawaban wajib pajak jika terjadi
pemeriksaan atau penyidikan pajak yang di lakukan oleh pihak fiskus maupun proses
keberatan ditingkat kantor wilayah dan banding di tingkat pengadilan pajak serta
pembukuan dan pencatatan memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem self
assessment dalam rangka menghitung sendiri pajak yang terutang.

Salah satu kasus yang dilakukan oleh berinisial AP bahwa terdakwa AP dengan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : 06.898.082.-211.000 selaku pemilik Toko Soni
Elektronik dengan alamat Jalan Jenderal Sudirman Nomor 178-182 Pekanbaru yang
bergerak dibidang usaha jual beli alat-alat elektronik. Oleh sebab itu, Pengadilan Negeri
Pekanbaru memutuskan terdakwa AP dijatuhidengan pidana penjara selama 4 (empat)
tahun dikurangi dengan seluruh masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dan
membayar denda sebesar Rp 5,595,272,850,- (lima milyar lima ratus sembilan puluh lima
juta dua ratus tujuh puluh dua ribu delapan ratus lima puluh rupiah),- kali 2 yaitu Rp
11.190.545.700,- (sebelas juta seratus sembilan puluh juta lima ratus empat puluh lima
Nilma Aprilia; Vanessa Eryna; Darma Irawati. Penjatuhan Pidana terhadap Pelaku
Tindak Pidana yang Tidak Menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan di
Indonesia yang Menimbulkan Kerugian terhadap Pendapatan Negara
ribu tujuh ratus rupiah) Subsider 6 (enam) bulan kurungan

Nilma Aprilia; Vanessa Eryna; Darma Irawati. Penjatuhan Pidana terhadap Pelaku
Tindak Pidana yang Tidak Menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan di
Indonesia yang Menimbulkan Kerugian terhadap Pendapatan Negara
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka rumusan
masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap pelaku tindak
pidana yang tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia yang
menimbulkan kerugian pendapatan negara pada perkara No 229/Pis.sus/2014/PN.Pbr?
2. Bagaimanakah penerapan pidana terhadap pelaku tindak pidana yang tidak
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia yang menimbulkan
kerugian pendapatan negara pada perkara No 229/Pis.sus/2014/PN.Pbr?

TINJAUAN PUSTAKA
Pembukuan dan Pencatatan
Sistem pembukuan sebagaimana dimaksud dalam UU KUP menyatakan bahwa pada
prinsipnya semua wajib pajak wajib menyelenggarakan pembukuan, kecuali wajib pajak
tertentu yang menurut undang-undang perpajakan berwenang tidak menyelenggarakan
pembukuan keuangan, tetapi wajib menyelenggarakan pencatatan.
Pasal 28 (1) UU KUP mewajibkan wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha atau
pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia untuk menyelenggarakan
pembukuan. Oleh karena itu, pada prinsipnya semua Wajib Pajak wajib
menyelenggarakan pembukuan keuangan.
Ditemukan bahwa bagi sebagian wajib pajak orang pribadi penyelenggaraan pembukuan
memerlukan tenaga dan biaya yang besar, sehingga agar tidak membebani masyarakat
di luar kemampuannya, ketentuan Pasal 28 ayat 2 UU KUP mengatur wajib pajak tertentu
yang belum mampu menyelenggarakan pembukuan untuk hanya menyelenggarakan
pencatatan.
Wajib Pajak yang dibebaskan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib
menyelenggarakan pencatatan, merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. dan wajib pajak orang pribadi yang tidak
melakukan usaha atau pekerjaan bebas.
Indikator kemampuan wajib pajak tergantung pada jumlah omzet, karena omzet bisnis
dapat menentukan tingkat kegiatan komersial dan oleh karena itu dianggap sebagai
faktor yang paling dapat diterima untuk menentukan kemampuan mereka untuk
melakukan pembukuan.
Tujuan diadakannya pembukuan dan pencatatan adalah agar dapat dipergunakan untuk
menghitung jumlah pajak terutang, pajak yang telah dibayar sendiri atau melalui
pemotongan pihak lain, penghasilan tidak kena pajak, penghasilan kena pajak tetapi telah
dikenakan pajak bersifat final.
Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik
dan mencerminkan kegiatan usaha yang sebenarnya.

Sanksi Tidak Menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan


Untuk pengusaha yang wajib menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak
menyelenggarakan pembukuan, dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar
Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Nilma Aprilia; Vanessa Eryna; Darma Irawati. Penjatuhan Pidana terhadap Pelaku
Tindak Pidana yang Tidak Menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan di
Indonesia yang Menimbulkan Kerugian terhadap Pendapatan Negara
Bagi pengusaha yang wajib melakukan pencatatan tetapi tidak melakukan pencatatan,
dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah).

KESIMPULAN
Dalam Pasal 1 UU KUP Nomor 29, pembukuan merupakan proses pencatatan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan termasuk harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang diakhiri dengan menyusun laporan keuangan dalam bentuk neraca dan
laporan laba rugi pada setiap akhir tahun pajak.
Tujuan pembukuan adalah untuk dapat digunakan untuk menghitung jumlah pajak yang
harus dibayar, jumlah yang telah dibayarkan dari atau melalui pemotongan dan/atau
pemungutan dari pihak ketiga, penghasilan yang bukan objek pajak, penghasilan yang
merupakan objek pajak, tetapi telah dikenakan pajak bersifat final. Pembukuan dan
pencatatan harus dibuat memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya.
Hukuman jika tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan
Untuk pengusaha yang wajib menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak
menyelenggarakan pembukuan, dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar
Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Bagi pengusaha yang wajib melakukan pencatatan tetapi tidak melakukan pencatatan,
dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah).

DAFTAR PUSTAKA
Sri, Juniati and Uning, Pratimaratri and Syafridatati, Syafridatati 2020. Penjatuhan Pidana
Terhadap Pelaku Tindak Pidana yang Tidak Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan di Indonesia yang Menimbulkan Kerugian pada Pendapatan Negara.
http://repo.bunghatta.ac.id/356/

Vinsensia Lidia Manalu 2021. Pembukuan, Pencatatan, Pemeriksaan, Penyidikan dan


Sanksi dalam Perpajakan.
https://www.academia.edu/download/73671757/
MAKALAH_INDIVIDU_VIII_PAJAK_VINSENSIA_LIDIA_MANALU_C1B019073.pdf

Nilma Aprilia; Vanessa Eryna; Darma Irawati. Penjatuhan Pidana terhadap Pelaku
Tindak Pidana yang Tidak Menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan di
Indonesia yang Menimbulkan Kerugian terhadap Pendapatan Negara

Anda mungkin juga menyukai