Anda di halaman 1dari 15

Lanjutan….

D. Esensi dan urgensi identitas nasional terkait Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
sebagai salah satu identitas warga negara

1. Pengertian
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan
merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan
umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana
pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan UU.
Undang-Undang KUP NOMOR 28 TAHUN 2007, Pasal 1, ayat 1, Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara
2. Pajak Bersifat Memaksa Untuk Setiap Warga Negara
3. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung
4. Berdasarkan Undang-undang

Di Indonesia, berlaku 3 (tiga) jenis sistem pemungutan pajak yaitu :


1) Self Assessment System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan besaran pajak yang
perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Dengan kata lain, wajib pajak
merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan
melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem
administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah. Self assessment system
diterapkan pada jenis pajak pusat.
2) Official Assessment System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak. Dalam
sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak
terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Sistem
pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB) atau
jenis pajak daerah lainnya.
3) Withholding System
Besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak dan bukan juga aparat
pajak/fiskus. Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang
dilakukan oleh bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP
untuk membayarkan pajak tersebut. Jenis pajak yang menggunakan withholding system di
Indonesia adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan
PPN.

2. Esensi dan Urgensi :


Setiap warga negara Indonesia wajib membayar pajak. Pajak merupakan potongan biaya yang
harus dibayarkan oleh seseorang kepada negara. Selanjutnya hasil pajak yang diterima oleh suatu
negara akan dikelola dengan baik dan dialokasikan ke berbagai hal yang bermanfaat untuk
kepentingan masyarakat bersama. Dalam melakukan transaksi perpajakan, setiap warga negara
perlu memiliki NPWP. Dalam hal ini, NPWP adalah singkatan dari Nomor Pokok Wajib Pajak
yang berfungsi sebagai identitas atau tanda pengenal bagi wajib pajak. NPWP sendiri
dikeluarkan dan dikelola oleh lembaga Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Dengan menggunakan
NPWP, data pajak yang dimiliki seseorang dapat terjamin dengan baik, sehingga tidak tertukar
dengan wajib pajak lainnya. Dengan begitu, penting bagi masing-masing orang untuk memiliki
NPWP agar setiap transaksi pajak dapat dilakukan dengan baik. Tidak heran, jika NPWP adalah
salah satu syarat yang sering kali dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan untuk menerima
karyawan baru. Sebab dengan NPWP ini, transaksi pajak penghasilan bagi setiap karyawan dapat
dikelola dengan baik. NPWP adalah identitas atau tanda pengenal bagi wajib pajak dalam
menjalankan setiap transaksi pajak yang harus dibayarkan. NPWP ini dikeluarkan dan
dikelola oleh lembaga Direktorat Jenderal Pajak. NPWP terdiri dari 15 digit angka sebagai
kode unik yang menjadi tanda pengenal. Kode unik ini akan menjamin data pajak seseorang
dengan baik agar tidak tertukar dengan wajib pajak lainnya. Dalam kode unik ini, 9 digit
pertama pada NPWP merupakan identitas dari Wajib Pajak. Kemudian 3 digit selanjutnya
merupakan kode unik dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat seseorang
mendaftarkan diri. Lalu 3 digit angka terakhir merupakan status dari Wajib Pajak. Dalam
hal ini, jenis NPWP dibedakan menjadi dua, yaitu NPWP pribadi dan NPWP Badan.
NPWP Pribadi merupakan NPWP yang diberikan kepada setiap orang yang mempunyai
penghasilan di Indonesia. Sedangkan NPWP Badan, tidak lain diberikan kepada perusahaan
atau badan usaha yang mempunyai penghasilan di Indonesia. Dengan begitu, tidak heran jika
NPWP adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pencari kerja yang akan melamar
pekerjaan. NPWP juga diperlukan untuk pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
Pihak-pihak yang perlu mempunyai NPWP adalah sebagai berikut:
1. Orang Pribadi, yaitu ditujukan kepada wanita yang sudah menikah tetapi memiliki
kehidupan terpisah berdasarkan keputusan hakim. Hal ini tentu saja didasarkan pada
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, dari suami. Namun meskipun tidak terdapat
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, seorang wanita bisa dikenai pajak secara
terpisah dengan suami.
2. Wajib Pajak Badan, yaitu badan yang memiliki kewajiban untuk membayarkan,
memotong atau memungut pajak sesuai dengan peraturan Undang-Undang Perpajakan.
3. Bendahara, yaitu orang yang ditunjuk sebagai pihak yang bertugas memotong atau
memungut pajak yang disesuaikan dengan peraturan Undang-Undang Perpajakan.
4. Wajib Pajak Pribadi, yaitu semua orang selain yang disebutkan di atas berhak
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.
Beberapa fungsi dari NPWP adalah sebagai berikut:
A. Fungsi pertama dari NPWP adalah sebagai kode unik yang digunakan dalam setiap
transaksi pajak. Kode unik ini juga berguna untuk menjamin keamanan data agar tidak
tertukar dengan wajin pajak lainnya.
B. NPWP berguna untuk memberikan restitusi pajak, yaitu pengembalian uang diberikan
kepada seorang Wajib Pajak karena telah membayar pajak dalam jumlah berlebih. Untun
melakukan pengurusan ini, Wajib Pajak perlu menunjukkan kartu NPWP sebagai syarat
utama untuk mendapatkan restitusi tersebut.
C. Seseorang yang memiliki NPWP akan dikenakan biaya pajak lebih sedikit dari pada
orang yang belum memiliki NPWP. Biasanya orang yang belum mempunyai NPWP akan
membayar tarif pajak 20% lebih besar daripada orang yang telah mendaftarkan diri dan
mempunyai NPWP.
D. NPWP adalah salah satu dokumen penting yang menjadi syarat utama untuk mengajukan
kredit ke pihak bank. Bukan hanya itu, NPWP juga diperlukan untuk pengurusan Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

E. Menumbuhkan Rasa Nasionalisme, Perwujudan Bela Negara


Pada umumnya, bela negara berhubungan dengan segala upaya mempertahankan negara dari
berbagai ancaman musuh, misalnya serangan militer. Wacana bela negara mengapa muncul di
tengah kondisi keamanan yang kondusif ?
Pentingnya menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme untuk meraih kemerdekaan,
kesatuan, dan kehormatan bangsa.

Defininsi Bela Negara


Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam Pasal 27 ayat (3) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”. Artinya secara konstitusional bela negara mengikat
seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban setiap warga negara. Bela Negara terkait
etar dengan terjaminnya eksistensi NKRI dan terwujidnya cita-cita bangsa sebagaimana termuat
dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Pasca Proklamasi kemerdekaan tahun 1945, bangsa Indonesia telah
melaksanakan upaya bela negara dengan gigih untuk mengatasi berbagai bentuk ancaman yan
dating dari dalam negeri atau luar negeri. Berkat tumbuhnya karakter bangsa yang ulet dan
tangguh berdasarkan nilai-nilai dasar yang ada dalam konsepsi NKRI berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, dan konsepsi kebangsaan berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika, bangsa Indonesia
berhasil mempertahankan eksistensinya sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Bangsa
Indonesia berjuang tanpa tanpa henti sejak melawan kolonial Belanda dan pasukan sekutu, serta
mengatasi berbagai konflik dalam negeri yang datang silih berganti dengan banyak korban jiwa
Penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara menyatakan bahwa “Upaya Bela Negara” adalah “sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara”. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar
manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Oleh karena itu, secara definisi Bela Negara sendiri sebenarnya merupakan :
1. Jiwa kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara;
2. Kewajiban dasar manusia; dan
3. Kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa, yang
ketika diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku, maka jiwa, kewajiban, dan
kehormatan tersebut menjelma menjadi “Upaya Bela Negara”
Amanat tertulis Presiden RI Pada Peringatan Hari Bela Negara 2015, 19 Desember 2015
menegaskan bahwa Republik Indonesia bisa berdiri tegak sebagai negara dari seluruh kekuatan
rakyat, mulai dari prajurit TNI, petani, pedagang kecil, nelayan, ulama, santri, dan elemen rakyat
yang lain. Sejarah juga menunjukkan kepada kita semua bahwa membela negara tidak hanya
dilakukan dengan kekuatan senjata. Dalam amanat tersebut dijelaskan beragam ancaman yang
sedang dan akan dihadapi oleh Bangsa Indonesia, mulai dari tantangan dalam mengelola
kemajemukan, gelombang perdagangan bebas dan tekanan integrase ekonomi regional, hingga
penguasaan akses sumber daya maritime, energi dan pangan, serta tantangan kemiskinan,
keterbelakangan dan ketimpangan.
Inpres No. 7 Tahun 2018, selaras dengan Amanat Tertulis Presiden RI Pada Peringatan Hari Bela
Negara tersebut, menunjukkan bahwa bela negara menyangkut segala sector kehidupan dengan
rencana aksi terkait sector pertahanan keamanan hingga social budaya. Adapun tujuan dari
penerbitan Inpres No. 7 Tahun 2018 adalah dalam rangka menyelaraskan dan memantapkan
Upaya Bela Negara menjadi lebih sistematis, terstruktur, terstandarisasi, dan masif.
Penerbitan Inpress No. 7 Tahun 2018, dengan demikian merupakan penegasan pentingnya bela
negara untuk menghadapi segenap ancaman hingga tantangan mulai dari ranah pertahanan
keamanan, mengelola kemajemukan, hingga tantangan kemiskinan, keterbelakangan dan
ketimpangan dalam menegakkan amanat kedaulatan negara bangsa. Selain itu, kehadiran Impres
No. 7 Tahun 2018 juga merupakan penegasan kebijkan bahwa bela negara bisa dilakukan
melalui mengabdian profesi di berbagai bidang kehidupan masing-masing. Sebagaimana telah
dibahas sebelumnya, hal ini sangat selaras dengan amanat Pasal 68 UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asisi Manusia agar segenap warga negara dengan beragam kelebihan dan
kekurangannya tetap dapat ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Nampak bahwa Inpres No. 7 Tahun 2018
menggenapi pemaknaan upaya bela negara dalam kaitannya dengan kedaulatan bangsa dan
negara yaitu hak untuk menentukan nasib nusa, bangsa, dan negaranya sendiri. Kedaulatan
bangsa dan negara tidak boleh hanya dimaknai dalam bidang pertahanan keamanan, wilayah, dan
politik, namun juga di segenap bidang kehidupan nasional, mencakup hubungan internasional,
kependudukan, sumber daya dan lingkungan, ideologi, hokum, ekonimi, social budaya, hingga
IPTEK. Secara hakiki, dengan demikian Bela Negara merupakan manifestasi dari kesadaran
segenap Bangsa dan Warga Negara Indonesia melalui jiwanya, kewajibannya, dan
kehormatannya untuk mengdapi segala macam Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tantangan
(AGHT) yang ketika diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku, maka jiwa, kewajiban, dan
kehormatan tersebut menjelma menjadi “Upaya Bela Negara” atau yang oleh Inpres No. 7 Tahun
2018 dipertegas debagai “Aksi Nasional Bela Negara”.

NILAI-NILAI DASAR BELA NEGARA


1. Cinta Tanah Air
Cinta merupakan perasaan (rasa) yang tumbuh dari hati yang paling dalam tiap warga negara
terhadap Tanah Air yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD
NRI Tahun 1945. Untuk menumbuhkan nilai-nilai rasa cinta Tanah Air perlu memahami
Indonesia secara utuh meliputi :
• Pengetahuan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia
• Potensi sumber daya alam
• Potensi sumber daya manusia, serta
• Posisi geografi yang sangat strategis dan terkenal dengan keindahan alamnya sebagai zamrud
khatulistiwa yang merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia.
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
Rasa cinta Tanah Air yang tinggi dari tiap warga negara, perlu ditopang dengan sikap kesadaran
berbangsa yang selalu menciptakan nilai-nilai kerukunan, persatuan dan kesatuan dalam
keberagaman di lingkungan masing-masing serta sikap kesadaran bernegara yang menjunjung
tinggi prinsip-prinsip dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Untuk menumbuhkan sikap kesadaran
berbangsa dan bernegara yang merdeka dan berdaulat di antara negara-negara lainnya di dunia,
perlu memahami nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi kebangsaan yang meliputi :
• Wawasan Nusantara
• Ketahanan Nasional
• Kewaspadaan Nasional
• Dan Politik Luar Negeri Bebas Aktif
3. Setia kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, telah terbukti ampuh dalam menjamin
kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Pasca Proklamasi kemerdekaan Indonesia, telah
terjadi berulang kali peristiwa sejarah yang mengancam keberadaan NKRI, namun berbagai
bentuk ancaman tersebut dapat diatasi, berkat kesetiaan rakyat Indonesia terhadap ideology
Pancasila.
Untuk membangun kesetiaan iap warga negara terhadap ideologi Pancasila perlu memahami
berbagai faktor yang turut mempengaruhi berkembangnya pengalaman nilai-nilai Pancasila
tersebut sebagai bagian dari nilai-nilai dasar bela negara yang meliputi :
• Penegakkan disiplin
• Pengembangan etika politik, dan
• Sistem demokrasi, serta
• Menumbuhkan taat hukum.
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan dan mempertahankannya hingga
saa ini, adalah berkat tekad para pejuang bangsa yang rela berkorban demi bangsa dan
negaranya. Sikap rela berkorban telah menjadi bukti sejarah, bahwa kemerdekaan Indonesia
diperoleh dengan perjuangan yang tulus tanpa pamrih dari seluruh kekuatan rakyat melawan
colonial belanda dan kelompok yang anti kepada NKRI. Dengan semangat pantang menyerah,
para pejuang bangsa maju ke medan perang, baik perang fisik militer maupun perang diplomasi
untuk mencapai kemenangan. Untuk membangun sikap rela berkorban untuk bangsa dan negara
tiap warga negara perlu memahami beberapa aspek yang meliputi :
a. Konsepsi jiwa;
b. Semangat dan nilai juang 45 (JSN 45);
c. Tanggung jawab etik;
d. Moral dan konstitusi; serta
e. Sikap mendahulukan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau golongan.
5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara
Kemampuan awal bela negara dari tiap warga negara, diartikan sebagai potensi dan kesiapan
untuk melakukan aksi bela negara sesuai dengan profesi dan kemampuannya di lingkungan
masing-masing atau di lingkungan publik yang memerlukan peran serta upaya bela negara. Pada
dasarnya tiap warga negara mempunyai kemampuan awal bela negara berdasarkan nilai-nilai
dasar bela negara dari aspek kemampuan diri seperti nilai-nilai percaya diri, nilai-nilai profesi
dan sebagainya dalam mengantisipasi dan mengatasi berbagai bentuk AGHT melalui berbagai
tindakan dalam bentuk sederhana hingga yang besar. Sesungguhnya tiap warga negara telah
melakukan tindakan bela negara dalam berbagai aspek yakni : aspek demografi, geografi, sumber
daya alam dan lingkungan, ideology, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan aspek
pertahanan keamanan.
6. Semangat untuk Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil dan Makmur.
Semangat untuk mewujudkan cita-cita bangsa, merupakan sikap dan tekad kebangsaan yang
dilandasi oleh tekad persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan cita-cita bersama. Sikap dan
tekad bersama merupakan kekuatan untuk mencapat cita-cita bangsa sebagaimana tertuang
dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yakni : melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pada dasarnya bangsa Indonesia berjuang untuk
merdeka, berdaulat dan berkeadilan, memberantas kemiskinan dan kebodohan serta
mendambakan perdamaian dunia yang damai. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam semangat
kebangsaan merupakan energi potensial yang tinggi dari bangsa Indonesia dan akan berdaya
guna secara efektif jika digunakan dengan semangat kebangsaan dalam persatuan dan kesatuan
tanpa membedakan suku, ras, agama dan kelompok. Dengan semangat yang tinggi berlandaskan
sikap dan tekad yang membara akan mampu mendayagunakan seluruh potensi sember daya
nasional dan kearifan lokal dengan memperhatikan secara sungguhsunguh berbagai bentuk
ancaman dan tantangan yang timbul sesuai dengan perkembangan zaman. Kearifan lokal
merupakan rujukan nilai-nilai peradaban bangsa Indonesia yang dapat digunakan untuk
mendorong akselerasi pembangunan ketahanan nasional dan menyukseskan pembangunan
nasional menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur.

Tanya Jawab :
1. Apa saja sanksi apabila Wajib Pajak tidak mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) orang pribadi?
2. Hal-hal apa yang menyebabkan Wajib Pajak tidak mendaftarkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) orang pribadi?
3. Tantangan Identitas Nasional Terkait Lunturnya Nilai-Nilai Luhur Dalam perwujudan
bela negara terkait ketaatan membayar Pajak kepada Negara
Lanjutan Topik Ke 4:
UREGENSI INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU PARAMETER
PERSATUAN DAN KESATUAN
Dalam mengarungi kehidupannya, sebuah Negara-bangsa (nation state) selalu dihadapkan pada
upaya bagaimana menyatukan keanekaragaman orang – orang yang ada di dalamnya agar
memiliki rasa persatuan, kehendak untuk bersatu dan secara bersama bersedia membangun
kesejahteraan untuk bangsa yang bersangkutan. Oleh karena itu, bagaimana mungkin suatu
negara-bangsa bisa membangun,jika orang-orang yang ada didalam negara tersebut tidak mau
bersatu, tidak memiliki perasaan sebagai satu kesatuan,dan tidak bersedia mengikatkan diri
sebagai satu bangsa. Suatu negara-bangsa membutuhkan persatuan untuk bangsanya yang
dinamakan integrasi nasional. Dapat dikatakan bahwa sebuah negara-bangsa yang mampu
membangun integrasi nasionalnya akan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa-
bangsa yang ada di dalamnya. Integrasi nasional merupakan salah satu tolok ukur persatuan dan
kesatuan bangsa.

A.Menelusuri Konsep dan Urgensi Integrasi Nasional 


1. Makna Integrasi Nasional
Apa itu Integrasi Nasional?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “integrasi” berarti pembauran hingga menjadi kesatuan
yang bulat dan utuh. Sedangkan kata “nasional” berasal dari kata nation (Inggris) yang berarti
bangsa sebagai persekutuan hidup manusia. Artinya bangsa sebagai bentuk persekutuan dari
orang-orang yang berbeda latar belakangnya, berada dalam suatu wilayah dan di bawah satu
kekuasaan politik.
Ada dua pengertian: secara etimologi dan terminologi. Etimologi adalah studi yang mempelajari
asal usul kata, sejarahnya dan juga perubahan yang terjadi dari kata itu.
Pengertian etimologi dari integrasi nasional berarti mempelajari asal usul kata pembentuk istilah
tersebut.Secara etimologi, integrasi nasional terdiri atas dua kata integrasi dan nasional.
Sekarang, kita telusuri pengertian integrasi nasional secara terminologi. Terminologi dapat
diartikan penggunaan kata sebagai suatu istilah yah dihubungkan dengan konteks tertentu.
Konsep integrasi nasional dihubungkan dengan konteks tertentu dan umumnya dikemukakan
oleh para ahlinya.
Berikut merupakan definisi Integrasi Nasional menurut beberapa tokoh :
1. Saafroedin Bahar (1996), Upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya .
2. Riza Noer Arfani (2001), Pembentukan suatu identitas nasional dan penyatuan berbagai
kelompok sosial dan budaya ke dalam suatu kesatuan wilayah .
3. Djuliati Suroyo (2002), Bersatunya suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam
sebuah negara yang berdaulat.
4. Ramlan Surbakti (2010), Proses penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu
kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas nasional.
Jenis Integrasi
Tentang pengertian integrasi ini, Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010) lebih cocok
menggunakan istilah integrasi politik daripada integrasi nasional. Menurutnya integrasi politik
adalah penyatuan masyarakat dengan sistem politik. Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis,
yakni :
1) integrasi bangsa, menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas nasional
2) integrasi wilayah, menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional
pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok kelompok
social budaya masyarakat tertentu
3) integrasi nilai, menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimun yang
diperlukan dalam memelihara tertib social
4) integrasi elit-massa, menunjuk pada masalah penghubungan antara pemerintah dengan
yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada
kelompok elit dan massa.
5) integrasi tingkah laku (perilaku integratif), menunjuk pada penciptaan tingkah laku
yang terintegrasi dan `yang diterima demi mencapai tujuan bersama.

Menurut Suroyo (2002), integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-orang dari
berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki berbagai perbedaan baik etnisitas, sosial budaya,
atau latar belakang ekonomi, menjadi satu bangsa (nation) terutama karena pengalaman sejarah
dan politik yang relatif sama.
Dalam realitas nasional integrasi nasional dapat dilihat dari tiga aspek yakni aspek politik,
ekonomi,dan sosial budaya. Dari aspek politik, lazim disebut integrasi politik, aspek ekonomi
(integrasi ekonomi),yakni saling ketergantungan ekonomi antardaerah yang bekerja sama secara
sinergi, dan aspek sosial budaya (integrasisosial budaya) yakni hubungan antara suku, lapisan
dangolongan.
Berdasar pendapat ini, integrasi nasional meliputi :
1) Integrasi politik,
2) Integrasi ekonomi , dan
3) integrasi sosial budaya

Kenapa Integrasi Nasional Dianggap Penting?


Integrasi nasional umumnya dianggap tugas penting suatu negara, apalagi negara-bangsa
(nation-state) yang baru merdeka.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diartikan integrasi nasional dalam masyarakat
merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara
sehingga perlu senantiasa diupayakan. karena setiap masyarakat di samping membawa potensi
integrasi juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan
untuk bekerjasama, serta consensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan
potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat
seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan disikapi
dengan cara dan sikap yang tepat.
Menurut Myron Weiner dalam Surbakti (2010), dalam negara merdeka,faktor pemerintah
yang berkeabsahan (Legit imate) merupakan hal penting bagi pembentukan negara-bangsa.
Hal ini disebabkan tujuan negara hanya akan dapat dicapai apabila terdapat suatu pemerintah
yang mampu menggerakkan dan mengarahkan seluruh potensi masyarakat agar mau bersatu dan
bekerja bersama.

Tantangan dalam Membangun Integrasi


Untuk mewujudkan integrasi nasional, tantangan yang dihadapi berupa banyanya suku, banyak
pulau dan keragaman budaya juga dapat dikatakan menjadi peluang untuk disintegrasi nasional
jika kita tidak dapat menyikapi dengan cara yang tepat. Tantangan dalam integrasi nasional
datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang ada
berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan
geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan
antara elite dan massa, di mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite
berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional.
Cara yang tepat untuk menyikapi tantangan ini terjawab dengan persatuan dan kesatuan sesuai
dengan penerapan sila ke-3 Pancasila. Salah satu cita yang terdapat dalam Pancasila adalah cita
integralistik yang secara khusus tertuang dalam sila ke-3 yang berbunyi ‘Persatuan Indonesia’.
Menurut Darmodihardjo (1979), persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan; sedangkan Indonesia yang dimaksudkan dalam
sila ke-3 ini mengandung makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di dalam
wilayah tersebut. Jadi ‘Persatuan Indonesia’ ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat
(Darmodihardjo, 1979).
Untuk membangun integrasi nasional diperlukan jiwa nasionalisme yang luas. artinya
nasionalisme yang mengandung makna perasaan cinta yang tinggi atau bangga terhadap tanah air
dan tidak memandang rendah bangsa lain.
 
Cara Membangun Integrasi Nasional
NKRI memiliki wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Miangas
sampai pulau Rote. NKRI memiliki penduduk yang pluralis dengan jumlah etnis lebih dari 700
dan bahasa daerah lebih dari 200 tetapi memiliki identitas nasional bahasa Indonesia.
keberagaman Indonesia yang sudah dibahas diatas memiliki berpotensi terjadinya disintegrasi
bangsa. Namun semua itu bisa diatasi dengan cara mencari jati diri bangsa. Keragaman itu bukan
penghalang untuk tetap mewujudkan integritas nasional, namun kita perlu mencari kesamaan
untuk menyatukan keragaman yang ada di indonesia .kesamaan yang dimiliki masyarakat
Indonesia adalah kesamaan cita-cita dan tujuan bangsa yang terdapat pada pembukaan UUD
1945 alinea ke-4.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ada pula kesamaan jati diri bangsa Indonesia yang terdapat pada isi sumpah pemuda,
yaitu
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
Kedua : kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Ketiga : kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai