Anda di halaman 1dari 15

TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

Diajukanuntukmemenuhi Salah Satu Tugas Stuktur


Dalam Mata Kuliah Perpajakan
Dosenpengampu : H. Juju Jumaenah,MH

Dibuat Oleh:
Ahmad Ridwan
Ai Sari Atikah
Atika Sari
Awan Saeful Mubarok
Kelompol 7
MEPI 2 / SEMESTER 4
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
JalanPerjuanganBy Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132
2014

1
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran pajak sangat penting yaitu sebagai salah satu sumber
pendapatan

negara

terbesar,

khususnya

di

dalam

pelaksanaan

pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara


untuk membiayai berbagai pengeluaran negara termasuk pengeluaran
pembangunan.
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat .
Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas
Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investmen.1
Sehingga

tidak

mudah

untuk

membebankan

pajak

pada

masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak.


Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan
karena

dana

yang

kurang.

Pajak

merupakan

salah

satu

sumber

1file:///E:/semester%204/PERPAJAKAN/web%20tindak%20pidana
%20perpajakan/Tindak%20Pidana%20Perpajakan%20Oleh%20Wajib%20Pajak
%20_%20BALTYRA.htm DI UNDUH TGL 18/2/14 PUKUL 20:27
2
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

penerimaan Negara yang diberlakukan oleh hampir seluruh Negara di


dunia.
Pajak selain sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, juga
bermanfaat sebagai alat pemerataan pendapatan dan pendorong investasi. Namun
masih rendahnya pemahaman masyarakat akan pajak menyebabkan pajak masih dianggap
sebagai suatu beban, sehingga seringkali ditemukan wajib pajak yang tidak melunasi pajak
yang menjadi kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Wajib pajak sering
berupaya untuk menghindari pajak yang dikenakan kepadanya, hal ini tentunya merugikan
Negara karena Negara akan kehilangan potensi pemasukan dari sektor pajak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Tindak Pidana Perpajakan?
2. Siapa Sajakah Subjek Dari Tindak Pidana Perpajakan?
3. Bagaimana Langkah-Langkah Dari Penanggulangan Tindak Pidana Perpajakan?

3
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Beberapa Istilah Dalam Tindak Pidana Perpajakan
Yang dimaksud dengan Tindak pidana perpajakan adalah informasi yang tidak
benar mengenai laporan yang terkait dengan pemungutan pajak dengan menyampaikan surat
pemberitahuan, tetapi yang isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan
keterangan keterangan yang tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara
kejahatan lain yang diatur dalam undang-undang yang mengatur perpajakan .2
Jadi tindak pidana pajak ini merupakan suatu perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan negara dimana pelakunya
diancam dengan hukuman pidana.
Dalam hukum pajak, disamping sanksi administratif terdapat juga sanksi pidana.
Sanksi administrasi dijatuhkan untuk pelanggaran-pelanggaran yang sifatnya ringan. Hukum
pidana merupakan ancaman bagi wajib pajak yang bertindak tidak jujur. Adanya tindak
pidana perpajakan ini dapat dilihat dalam ketentuan UU No. 28 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan3
2 Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal.
3 file:///E:/semester%204/PERPAJAKAN/web%20tindak%20pidana
%20perpajakan/Tindak%20Pidana%20dan%20Perdata%20dalam%20Perpajakan
%20%28Bagian%20I%29%20_%20Gagasan%20Hukum.htm DI UNDUH TGL
4
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak


sepanjang menyangkut tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi,
sedangkan yang menyangkut tindak pidana di bidang perpajakan, dikenakan sanksi pidana.
4

Dan untuk mengetahui telah terjadinya suatu tindak pidana di bidang perpajakan maka perlu

dilakukan pemeriksaan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan
lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Khusus untuk pemeriksa pajak adalah PNS di lingkungan DJP atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Dirjen Pajak yang diberi tugas wewenang, dan tanggungjawab untuk
melaksanakan pemeriksaan di bidang perpajakan.
Laporan terhutang hasil pemeriksaan disusun dalam suatu laporan pemeriksaan pajak
oleh pemeriksa pajak secara ringkas, dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan
pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan yaitu untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada
wajib pajak. Tujuan lainnya adalah dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Ada beberapa istilah dalam tindak pidana perpajakan, yaitu :
Tax Offenses adalah upaya-upaya perlawanan dari WP baik secara pasif maupun aktif tidak
melaporkan dan tidak membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan Undangundang, baik dilakukan sendiri oleh WP maupun bekerjasama dengan orang lain, termasuk
kolusi dengan oknum aparat pajak.
Tax Fraud, adalah pengelakan pajak secara sengaja melalui pelaporan SPT yang isinya tidak
benar, memberikan dokumen-dokumen yang palsu, dan pada umumnya diancam dengan
hukum pidana.

18/2/14 PUKUL 20:05


4 www.pajak.go.id
5
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

Tax Evasion. Istilah ini digunakan untuk pengelakan pajak atau penghindaran pajak dengan
cara yang bertentangan dengan Undang-undang Perpajakan sehingga diancam dengan sanksi
baik secara administratif, maupun hukuman pidana
Tax Avoidance, merupakan penghindaran pajak melalui pemanfaatan celah ketidak lengkapan
peraturan perundang-undangan pajak (Loopholes) sehingga dianggap tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku.5

B. Subjek Tindak Pidana Pajak


Subjek tindak pidana pajak ada dua macam, yaitu Setiap orang yang. (Pasal 38
dan Pasal 39 UU KUP) dan Pejabat yang. (Pasal 42 UU KUP). Sehingga berdasarken
ketentuan tersebut, terdapat 3 (tiga) bentuk subjek yang dapat dituduh melakukan tindak
pidana pajak, yaitu:
1. Wajib Pajak yang melakukan tindak pidana. Pengertian Wajib Pajak disini adalah
termasuk orang yang mewakili Wajib Pajak di dalam menjalankan kewajiban
perpajakan (Penanggung Pajak), misalnya:
a) badan oleh pengurus, termasuk orang yang nyata-nyata mempunyai
wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan
dalam menjalankan perusahaan;
b) badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
c) badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk
melakukan pemberesan;
d) badan dalam likuidasi oleh likuidator;
e) suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana
f)

wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya; atau


anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh
wali atau pengampunya;

5 file:///E:/semester%204/PERPAJAKAN/web%20tindak%20pidana
%20perpajakan/Tindak%20Pidana%20dan%20Perdata%20dalam%20Perpajakan
%20%28Bagian%20I%29%20_%20Gagasan%20Hukum.htm DI UNDUH TGL
18/2/14 PUKUL 20:05
6
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

g) orang yang menerima kuasa khusus dari Wajib Pajak untuk menjalankan hak
dan memenuhi kewajiban perpajakan tertentu dari Wajib Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Pejabat atau Pejabat Tata Usaha Pajak atau penyelenggara Negara di dalam pemungutan
pajak. Termasuk dalam pengertian ini adalah tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak. Tindak Pidana yang dilakuka oleh pejabat ini adalah termasuk dalam
pengertian delik aduan (bukan pidana umum), artinya perbuatan pejabat tersebut
sebagai tindak pidana didasarkan pada adanya pengaduan dari pihak yang merasa
dirugikan/ Wajib Pajak.
3. Pihak ketiga. Pengertian pihak ketiga adalah orang lain bukan Wajib Pajak yang
menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan diwajibkan memberikan
keterangan di dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam
pemeriksaan pajak maupun penyidikan pajak. 6
C. Pemeriksaan Tindak Pidana Perpajakan
Ruang lingkup pemeriksaan meliputi pemeriksaan lapangan terhadap
suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau
tahun-tahun sebelumnya lain yang dilakukan di tempat wajib pajak, dan
pemeriksaan kantor terhadap suatu jenis pajak tertentu baik tahun
berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di kantor
Direktorat Jenderal Pajak.
1.

Pemeriksaan Bukti Permulaan


Dalam pemeriksaan tindak pidana di bidang perpajakan terdapat

pemeriksaan bukti permulaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti


permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan.

6 file:///E:/semester%204/PERPAJAKAN/web%20tindak%20pidana
%20perpajakan/Pengertian%20Tindak%20Pidana%20Pajak%20Adalah%20_
%20Ilmu%20Pengertian.htm DI UNDUH TGL 18/2/14 PUKUL 20:25
7
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


202/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan mendefenisikan Bukti Permulaan sebagai
keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau
benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa
sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang
dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara. Pemeriksaan bukti permulaan dapat dilaksanakan
berdasarkan hasil analisis data, informasi, laporan, pengaduan, laporan
kegiatan intelijen, pengembangan pemeriksaan bukti permulaan, atau
pengembangan penyidikan, yang dapat dilaksanakan baik untuk seluruh
jenis pajak maupun satu jenis pajak.
Pemeriksaan bukti permulaan dilakukan oleh Kantor Wilayah atau
Direktorat Intelijen dan Penyidikan. Berdasarkan hasil pemeriksaan bukti
permulaan dapat diketahui tindak lanjut yang harus dilakukan.
Tindak lanjut dari pemeriksaan bukti permulaan adalah yaitu diusulkan
dilakukannya penyidikan, atau tindakan lain berupa: penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKP), pembuatan laporan tindak pidana
selain tindak pidana di bidang perpajakan yang akan diteruskan kepada
pihak yang berwenang, pembuatan laporan sumir apabila wajib pajak
mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya, pembuatan laporan sumir
apabila tidak ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang
perpajakan.
Bahan baku Pemeriksaan Bukti Permulaan sebenarnya berasal dari
usulan Kantor Pelayanan Pajak dan pengaduan masyarakat. Setidaknya
inilah praktek yang terjadi saat ini. Tetapi tidak semua usulan dari Kantor
Pelayanan Pajak diterima dan langsung diperiksa oleh Kanwil DJP. Ada juga
yang ditolak karena dianggap tidak layak dilakukan Pemeriksaan Bukti
Permulaan. Kalau di Bandung dan beberapa Kanwil, setiap pengusul harus
melakukan pemaparan dihadapan tim pemeriksa Kanwil. Setelah itu,
diputuskan diterima, atau ditunda dulu atau ditolak. Apabila dari bukti
8
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

permulaan tidak menunjukkan adanya tindak pidana yang dilakukan wajib


pajak, maka secara otomatis kasus tersebut akan ditutup.
2. Penyidikan Tindak Pidana Pajak
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dapat dilakukan oleh Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang
khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan. Penyidikan tindak pidana
perpajakan dilaksanakan berdasarkan surat perintah penyidikan yang ditandatangani oleh
Dirjen Pajak atau Kepala kantor Wilayah DJP. Tetapi jika diperlukan, polisi dapat
mendampingi atau membantu penyidik pajak. Terutama masalah pemberkasan, penyidik
pajak kurang pengalaman karena sedikitnya kasus-kasus pidana pajak yang diajukan ke
pengadilan negeri. Sedangkan bagi polisi, membuat berkas kasus pidana merupakan
pekerjaan sehari-hari.
Penyidik pajak tidak sebebas-bebasnya melakukan tugasnya, tetapi ia harus
memberitahukan kepada jaksa penuntut umum bila memulai penyidikan dan wajib pula
menyampaikan hasil/laporan penyidikannya kepada jaksa penuntut umum. Selanjutnya jaksa
penuntut umum yang akan menentukan apakah masalahnya sudah matang untuk diajukan ke
pengadilan. Proses penyidikan mengandung dua klausul yakni: Penyidikan yang berakhir
dengan diserahkannya hasil penyidikan ke pengadilan atau untuk kepentingan penerimaan
negara atas

permintaan Menteri Keuangan, hasil penyidikan tidak diproses

di

pengadilan/dihentikan, dengan catatan wajib pajak yang disidik telah melunasi utang
pajaknya dan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali
jumlah pajak.7
Dalam Pasal 1 angka 31 UU KUP No. 28 Tahun 2007 menyatakan bahwa penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
7 file:///E:/semester%204/PERPAJAKAN/web%20tindak%20pidana
%20perpajakan/Tindak%20Pidana%20Perpajakan%20Oleh%20Wajib%20Pajak
%20_%20BALTYRA.htm DI UNDUH TGL 18/2/14 PUKUL 20:36
9
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tujuan Penyidikan Tindak Pidana Pajak adalah:
1. Agar masalah tindak pidana perpajakan menjadi terang dan jelas
2. Menemukan tersangka
3. Mengetahui besarnya jumlah pajak yang digelapkan
Wewenang Penyidik Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) UU KUP
meliputi:
1. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
2. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan;
3. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
4. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
di bidang perpajakan;
5. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
6. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan;
7. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
8. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan;
9. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi
10. menghentikan penyidikan; dan/atau
11. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundangundangan.

10
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

Namun, dalam pelaksanaan penyidikan, penyidik pajak dapat menghentikan


penyidikannya apabila salah satu dari empat hal berikut dipenuhi, yaitu:
a)
b)
c)
d)

Tidak terdapat cukup bukti ; atau


Peristiwanya bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan; atau
Peristiwanya telah daluwarsa; atau
Tersangka meninggal dunia.

Selain penyidik pajak, dalam Pasal 44B UU KUP disebutkan bahwa Menteri
Keuangan dan Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan atas dasar untuk kepentingan penerimaan Negara paling lama dalam jangka waktu
6 (enam) bulan sejak tanggal surat permintaan. Penghentian dimaksud hanya dilakukan
setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak
seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 4
(empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya
dikembalikan. Ketentuan ini sebenarnya menunjukkan bahwa skala prioritas perpajakan lebih
ditekankan pada optimalisasi penerimaan Negara, bukan pada aspek sanksi pidana.
Menurut Pasal 40 UU KUP, tindak pidana di bidang perpajakn itu sendiiri daluwarsa
(tidak dapat dituntut) setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak,
berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak
yang bersangkutan.

C. Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahakan perkara ke
Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undangundang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang Pengadilan.
Penuntut umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan
penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
Sebelum berkas perkara dilimpahkan ke Pengadilan, penuntut umum mempelajari
berkas perkara dan dalam waktu 7 (tujuh) hari memberitahukan kepada penyidik apakah hasil
penyidikan telah siap dilimpahkan ke pengadilan atau masih harus dilengkapi lagi. Apabila
belum lengkap, maka berkas perkara dikembalikan ke penyidik untuk diengkapi dengan
dijelaskan hal-hal yang dianggap kurang. Jika kemudian telah lengkap dan memenuhi syarat
untuk dilimpahkan ke pengadilan, maka penuntut umum segera melimpahkan berkas perkara
ke pengadilan dan memohon kepada pengadilan agar segera diadili dengan disertai Surat
11
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

Dakwaan. Turunan surat pelimpahan perkara beserta Surat Dakwaan disampaikan kepada
tersangka atau kuasa hukumnya atau penasehat hukumnya dan kepada penyidik.8
D. Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
1. 38 ayat (1) = Setiap orang yang karena kealpaannya :
a) tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
b) menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
2. 39 ayat (1) = Setiap orang yang dengan sengaja :
a) tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau
menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP); atau
b) tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT dan atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; atau
c) menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
d) memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain
yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atau
e) tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya; atau
f) tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, di
pidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar.

8 file:///E:/semester%204/PERPAJAKAN/web%20tindak%20pidana
%20perpajakan/Maulan%20syah%20Date%20Study%20%20TINDAK%20PIDANA
%20DI%20BIDANG%20PERPAJAKAN.htm DIUNDUH TGL 18/2/14 PUKUL 20:14
12
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

3. 39 ayat (2) = Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di


bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan
pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang diatur
sebagaimana butir 2.
4. 39 ayat (3) = Setiap orang yang melakukan percobaan untuk
melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan
tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP, atau menyampaikan SPT
dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan
kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah restitusi
yang dimohon dan atau kompensasi yang dilakukan oleh Wajib
Pajak.
Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari
Wajib Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan,
yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan.

13
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peran pajak sangat penting yaitu sebagai salah satu sumber
pendapatan

negara

terbesar,

khususnya

di

dalam

pelaksanaan

pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara


untuk membiayai berbagai pengeluaran negara termasuk pengeluaran
pembangunan.
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
sepanjang menyangkut tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi,
sedangkan yang menyangkut tindak pidana di bidang perpajakan, dikenakan sanksi pidana.
Dan untuk mengetahui telah terjadinya suatu tindak pidana di bidang perpajakan maka perlu
dilakukan pemeriksaan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan
lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

14
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

DAFTAR PUSTAKA
Widyaningsih, aristanti.2011.hukum pajak dan perpajakan. Bandung:Alfabeta.
file:///E:/semester%204/PERPAJAKAN/web%20tindak%20pidana%20perpajakan/Maulan
%20syah%20Date%20Study%20%20TINDAK%20PIDANA%20DI%20BIDANG
%20PERPAJAKAN.htm
file:///E:/semester%204/PERPAJAKAN/web%20tindak%20pidana%20perpajakan/Pengertian
%20Tindak%20Pidana%20Pajak%20Adalah%20_%20Ilmu%20Pengertian.htm
file:///E:/semester%204/PERPAJAKAN/web%20tindak%20pidana%20perpajakan/Tindak
%20Pidana%20dan%20Perdata%20dalam%20Perpajakan%20%28Bagian%20I%29%20_
%20Gagasan%20Hukum.htm
www.pajak.go.id

15
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

Anda mungkin juga menyukai