PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang penuh dengan kemudahan dan menyeluruh meliputi segenap
aspek kehidupan. Selalu memperhatikan berbagai maslahat dan keadaan, mengangkat dan
menghilangkan segala beban umat.
Termasuk dalam maslahat tersebut adalah suatu yang Allah syariatkan dalam jual beli
berupa hak memilih bagi orang yang bertransaksi. Hal tersebut agar terjadi kepuasan dalam
urusanya dan ia bisa melihat maslahat dan madharat yang ada dari sebab akad tersebut
sehingga dia bisa mendapat yang di harapkan dari pilihanya atau membatalkan jual belnya
apabila dia melihat tidak ada maslahat pada nya.
Maka dari situ adanya khiyar dalam jual beli maknanya yakni memilih yang terbaik
dalam jual beli. namun bagai mana hukum melaksanakan nya dan apa saja macam macam
dari khiyar itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Khiyar secara bahasa adalah kata nama dari ikhyar yang berarti mencari yang baik
dari dua urusan urusan yang baik menerupa meneruskan akad atau mambatalkanya.
Sedangkan menurut istilah yakni mencari yang baik dari dua urusan yang baik berupa
meneruskan akad atau membatalkanya. Sedangkan khiyar menurut syar`i yakni hak orang
yang berakad dalam membatakan atau meneruskan akad karena ada sebab-sebab secara syar`i
yang dapat membatalkanya sesuaia dengan kesepakatan di akad. 1 di simpulkan khiyar
Dapat di simpulkan khiyar yakni kesepakatan dua pihak untuk melanjutkan atau
membatalkan urusan yang baik yang terjadi di akad.
Jumlah khiyar sangat banyak dan diantara para ulama terdapat perbedaan di
dalamnya. Menurut ulama hanafiyah terdapat 17. Sedangkan menurut malikiah terdapat dua
bagian yakni khiyar al-taammul ( melihat,meneliti ) , yakni khiyar secara mutlak dan khiyar
naqis ( kurang ) , yakni apabila terdapat kekurangan atau `aib pada barang yang di jual . dan
menurut malikiah khiyar majlis itu batal.
Sedangkan syafi`iyah berpendapat khiyar terbagi menjadi dua yakni khiyar at tasyahi
adalah khiyar yang menyebabkan pembeli memperlama transaksi sesuai dengan seleranya
terhadap barang baik dalam majlis maupun syarat. Yang kedua yakni khiyar naqishahng
yang di sebabkan adanya perbedaan dalam lafad atau adanya kesalahan dalam perbuatan atau
adanya pergantian.2
1.
Khiyar Majlis,
yaitu hak pilih dari kedua belah pihak yang berakad untuk membatalkan akad, selama
keduanya masih berada dalam majelis akad (diruangan toko) dan belum berpisah badan.
Khiyar seperti ini hanya berlaku dalam transaksi yang bersifat, mengikat kedua belah
pihak yang melaksanakan transaksi, seperti jual beli dan sewa menyewa.
Ada juga yang menyatakan khiyar majlis yakni tempat berlangsungnya jual beli,
khiyar majlis berarti bagi penjual dan pembeli memiliki hak untuk memilih selama keduanya
ada di tempat jual beli.4 Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Hakim bin Hazam bahwa
rosulullah bersabda:
Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama belum terpisah.
Jika keduannya benar dan jelas maka keduannya diberkahi dalam jual beli mereka. Jika
mereka menyembunyikan dan berdusta, maka akan dimusnahkanlah keberkahan jual beli
mereka. (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya, bagi tiap-tiap pihak dari kedua belah pihak ini mempunyai hak antara
melanjutkan atau membatalkan selama keduannya belum berpisah secara fisik. Dalam kaitan
pengertian berpisah dinilai sesuai dengan situasi dan kondisinya. Pendapat yang dianggap
kuat, bahwa yang dimaksud berpisah disesuaikan dengan adat kebiasaan setempat.5
2. Khiyar aib,
yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak
yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada objek yang diperjualbelikan, dan cacat itu
tidak diketahui pemiliknya ketika akad berlangsung. Dalam kasus ini , menurut pakar
fiqh, ditetapkan hak khiyar bagi pembeli.
Jadi, dalam khiyar aib itu apabila terdapat bukti cacat pada barang yang dibelinya,
pembeli dapat mengembalikan barang tersebut dengan meminta ganti barang yang baik,
atau kembali dan uang.
3. Khiyar Ru`yah
Yakni khiyar ( hak pilih ) bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batalnya jual
beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat ketika akad berlangsung.
fiqh yang terdiri dari ulama Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah, dan Zahiriyah
menyatakan bahwa khiyar ruyah disyariatkan dalam Islam berdasarkan sabda Rasulullah
saw. yang menyatakan:
Siapa yang membeli sesuatu yang belum ia lihat maka ia berhak khiyar apabila telah melihat
barang baru itu. (HR. Dar al-Quthni dari Abu Hurairah).
Akad seperti ini, menurut mereka, boleh terjadi disebabkan objek yang akan dibeli itu
tidak ada di tempat berlangsungnya akad, atau karena sulit dilihat seperti ikan kaleng
(sardencis). Khiyar ruyah menurut mereka, mulai berlaku sejak pembeli melihat barang yang
akan ia beli.6
4. Khiyar syarat
yaitu khiyar (hak pilih) yang dijadikan syarat oleh keduannya (pembeli dan penjual),
atau salah seorang dari keduannya sewaktu terjadi akad untuk menruskan atau membatalkan
akadnya itu, agar dipertimbangkan setelah sekian hari. Lama syarat yang diminta paling lama
tiga hari. Dalam kaitan ini Rasulullah saw. bersabda:
Kamu boleh khiyar (memilih) pada setiap benda yang telah dibeli selama tiga hari tiga
malam (HR. Baihaqi).
Artinya, jual beli dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah bila mereka berdua telah
berpisah, kecuali bila disyaratkan oleh salah satu kedua belah pihak, atau kedua-duannya
adanya syarat dalam masa tertentu.
Jika masa waktu yang ditentukan telah berakhir dan akad tidak difasakhkan, maka
jual beli wajib dilangsungkan. Khiyar batal dengan ucapan dan tindakan si pembeli terhadap
barang yang ia beli, dengan jalan mewakafkan, menghibahkan, atau membayar harganya,
karena yang demikian itu menunjukkan kerelaannya.7
5. Khiyar tayin
yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang berbeda kualitas dalam
jual beli. Khiyar seperti ini, menurut ulama Hanafiyah yaitu boleh, dengan alasan bahwa
produk yang sejenis yang berbeda kualitas sangat banyak, yang kualitas itu tidak diketahui
secara pasti oleh pembeli, sehingga ia memerlukan bantuan seorang pakar. Agar pembeli
tidak tertipu dan agar produk yang ia cari sesuai dengan keperluannya, maka khiyar tayin
dibolehkan.
Akan tetapi, jumhur ulama fiqh tidak menerima keabsahan khiyar tayin yang
dikemukakan ulama Hanafiyah. Alasan mereka, dalam akad jual beli ada ketentuan bahwa
barang yang diperdagangkan (al-silah) harus jelas, baik kualitasnya, maupun kuantitasnya.
Dalam persoalan khiyar tayin, menurut mereka, kelihatan bahwa identitas barang yang akan
dibeli belum jelas. Oleh karena itu, ia termasuk ke dalam jual beli al-madum (tidak jelas
identitasnya) yang dilarang syara.8
Ulama Hanafiyah yang membolehkan khiyar tayin mengemukakan tiga syarat untuk
sahnya khiyar ini, yaitu:
a. Pilihan dilakukan terhadap barang sejenis yang berbeda kualitas dan sifatnya.
b. Barang itu berbeda sifat dan nilainya.
c. Tenggang waktu untuk khiyar tayin itu harus ditentukan, yaitu menurut Imam Abu
Hanifah tidak boleh lebih dari tiga hari.9
Khiyar tayin, menurut ulama Hanafiyah, hanya berlaku dalam transaksi
yang bersifat pemindahan hak milik yang berupa materi dan mengikat bagi
kedua belah pihak, seperti jual beli.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khiyar yakni pilihan atau hak memilih baik untuk penjual dan pembeli untuk melanjutkan
atau membatalkan jual belinya. Hukum khiyar sendiri diperbolehkan untuk mendapatkan
kemaslahatan kedua belah pihak. Karena suatu keperluan yang mendesak dan
mempertimbangkan kebaikan masing-masing pihak yang malaksanakan transaksi. Khiyar
memiliki lima macam yakni khiyar majlis atau tempat berlangsungnya khiyar, yang kedua
khiyar syarat yakni syarat yang di miliki kedua belah pihak dalam melaksanakan khiyar, yang
ke tiga khiyar `aib yakni kecacatan yang terjadi, yang ke empat khiyar ru`yah khiyar yang di
lakukan ketika pihak pembeli tidak melihat barang ketika akad berlangsung, dan yang
terakhir yakni khiyar ta`yin yaitu khiyar atas barang yang berbeda kwalitas.
Daftar Pustaka